HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA USIA TAHUN DI SMA PGRI I TUBAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA USIA TAHUN DI SMA PGRI I TUBAN"

Transkripsi

1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA USIA TAHUN DI SMA PGRI I TUBAN Nurus Safa ah STIKES NU Tuban PRODI S1 Keperawatan ABSTRAK Keluarga pada hakekatnya merupakan wadah pembentukan masing masing anggotanya, terutama anak anak yang masih berada dalam bimbingan dan tanggung jawab orang tuanya. Perkembangan pada anak meliputi keadaan fisik, emosional, sosial dan intelektual. Bila periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis, maka akan timbul gejala gejala penyimpangan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri, kepribadian yang terganggu, bahkan menjadi gagal dalam tugas menjadi makhluk sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri pada remaja. Penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan Cross Sectional. Dengan populasi seluruh siswa kelas XI di SMA PGRI I Tuban tahun 009 berusia tahun. Sampel diambil dari seluruh remaja yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 119 responden. Teknik pengambilan sampel secara Cluster Random Sampling. Instrumen pengumpulan data adalah kuesioner. Diinterpretasikan skor < batas bawah adalah rendah dan otoriter, skor > batas atas adalah tinggi dan demokratis dan skor tengah adalah sedang dan permissive. Interpretasi data yang sudah terkumpul dibuat tabel silang dan prosentase, untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel dilakukan uji Chi Square χ hitung > χ table yaitu 9,488. Hasil penelitian dari 119 responden yang dilakukan pada bulan Juni 009 didapatkan pola asuh orang tua demokratis (76,5%) mempunyai konsep diri tinggi (81,5%), pola asuh permissive (14,3%) mempunyai konsep diri sedang (9,4%), pola asuh otoriter (9,%) mempunyai konsep diri rendah (9,4%). Hasil uji Chi Square χ hitung = 19,15 berarti Hı ditolak artinya ada hubungan pola asuh orang tua dengan konsep diri pada remaja. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri pada remaja. Apabila pola asuh orang tua diterapkan dengan benar maka akan membantu anak menerapkan konsep diri dengan benar. Kata kunci : Pola asuh orang tua, konsep diri dan remaja. PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia maupun peranannya sering kali tidak terlalu jelas. Masa remaja diawali oleh datangnya pubertas, yaitu proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis yang dikemukakan Erikson, dinyatakan bahwa tugas utama yang dihadapi remaja adalah membentuk identitas personal yang stabil, kesadaran yang meliputi perubahan dalam pengalaman dan peran yang mereka miliki, dan memungkinkan mereka untuk menjembatani masa kanak kanak yang telah mereka lewati dan masa dewasa yang akan mereka masuki (Yusuf Syamsu, 00). Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak propolsional. Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma norma dapat membawanya pada penyimpangan perilaku. Banyak faktor faktor yang mempengaruhi rasa tidak puas dan kurang percaya diri, diantaranya adalah konsep diri dan cara pola asuh orang tua Permasalahan yang sering dialami dalam masa remaja adalah rasa tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang / tidak ideal baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, atau merasa tidak memiliki kelebihan yang bisa dipakai sebagai modal dalam bergaul. Rasa kurang percaya diri kemudian menyebar ke hal hal yang lain, misalnya malu untuk berhubungan dengan orang lain, tidak percaya diri untuk tampil di muka umum, menarik diri, pendiam, malas bergaul dengan lawan jenis atau bahkan kemudian menjadi seorang yang pemarah, sinis dan lainnya. Dalam perkembangan sosial remaja, selfestem yang positif sangat berperan dalam pembentukkan pribadi yang kuat, sehat dan memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan, termasuk mampu berkata tidak untuk hal-hal yang negatif dengan kata lain tidak terpengaruh oleh berbagai godaan yang dihadapi seorang remaja setiap hari dari teman sebaya mereka sendiri (Yusuf Syamsu, 00). Menurut Reasoner (004), sebanyak 1 % individu menunjukkan adanya penurunan self estem setelah memasuki sekolah menengah pertama, dan 13 % memiliki self estem yang rendah pada sekolah menengah ke atas. Remaja wanita dikatakan mengalami kenaikan self estem pada usia antara 18 hingga 3 tahun melalui aspek aspek moral dan hubungan pertemanan. Pada remaja, perubahan self estem terjadi pada 3 dimensi, yakni dalam hubungan personal, ketertarikan dengan lawan jenis, serta kompetensi dalam pekerjaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari survey awal bahwa terdapat 4 siswa (0 %) kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan teman sebayanya maupun orang lain, 3 siswa (15%) mengatakan saat ini mempunyai harapan yang nantinya dapat berguna di masyarakat, 6 siswa (30%) mengatakan kurang mampu dalam memecahkan masalah yang terdapat di dalam

2 kelas ataupun kelompok, 5 siswa (5%) mengatakan kurang aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolahnya, siswa (10%) kurang percaya dengan kelebihan yang ada dalam dirinya. Sebagian besar dari mereka mengatakan kurang mampu dalam memecahkan masalah, kurang aktif dengan kegiatan yang diadakan di sekolah, kurang percaya diri dalam berinteraksi dengan teman ataupun orang lain, mempunyai cita cita dan harapan yang nantinya dapat berguna dalam masyarakat dan kurang percaya dengan kelebihan yang ada dalam dirinya, hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan, dukungan dari orang orang dan lingkungan sekitar, serta pola asuh orang tua yang kurang tepat. Berdasarkan data tentang pola asuh yang diterima oleh siswa bahwa 9 siswa (45%) mengatakan orang tua mereka memberikan kebebasan untuk melakukan apapun sesuai dengan keinginannya, 7 siswa ( 35%) mengatakan diberikan kebebasan oleh orang tuanya asalkan sesuai dengan norma yang berlaku, 4 siswa (0%) mengatakan orang tuanya selalu bersikap suka memerintah/mengharuskan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak orang tua. Alasan mereka mengatakan bahwa orang tua mereka memberikan kebebasan untuk melakukan apapun itu disebabkan karena orang tua mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga tidak ada waktu luang untuk mengurus anak dan memperhatikan perilaku anak, sedangkan bagi mereka yang mengatakan diberikan kebebasan tetapi harus sesuai dengan norma yang berlaku karena orang tua memberikan kepercayaan pada anak - anaknya serta tetap memantau perilaku anak dan bagi mereka yang mengatakan orang tuanya selalu bersikap suka memerintah/mengharuskan melakukan segala sesuatu sesuai kehendak orang tua karena orang tua mereka mempunyai sikap yang keras dalam mendidik anak anaknya. Self-estem yang rendah akan memperlemah hubungan yang dibina dengan orang lain, sedangkan self-estem yang tinggi akan mendukung remaja untuk mengembangkan hubungan mereka dengan orang lain.self-estem juga berpengaruh terhadap sikap seseorang bagi statusnya sebagai remaja. Seorang remaja yang memiliki self-estem yang positif maka dia tidak akan mudah terbawa godaan yang banyak ditawarkan oleh lingkungannya. Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Konsep diri terbentuk berdasarkan proses belajar tentang nilai nilai, sikap, peran dan identitas dalam hubungan interaksi simbolis antara dirinya dan berbagai kelompok primer tersebut mampu memberikan umpan balik kepada individu tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap dirinya. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali anak anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif, ataupun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah marah dan sebagainya. Dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan ataupun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya berdasarkan apa yang dialami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif. Memahami peran sebagai orang tua bagi remaja bukanlah hal yang mudah. Dari pihak orang tua, remaja membutuhkan kasih sayang dan kehangatan serta penuh pengertian. Di satu pihak orang tua memang butuh mengasihi putra putrinya. Di pihak lain orang tua pun wajib menetapkan batas batas bertingkah laku ( disiplin ) bagi putra putrinya. Kehangatan dan kasih sayang harus dikomunikasikan di sela sela disiplin dan sikap yang tegas dari orang tua. Di samping itu, remaja memerlukan model dari orang tua yang bisa berlaku sebagai pedoman. Dalam periode perkembangan remaja, orang tua dijadikan tolak ukur oleh para remaja guna menguji diri dalam segi kemampuan penerimaan diri. Berdasar data tersebut penulis merasa tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri pada remaja khusunya bagi mereka yang berusia tahun. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA PGRI I Tuban yang dimulai pada bulan juni tahun 009. Desain penelitian menggunakan Desain Penelitian Analitik Korelasional (Hubungan/Asosiasi) yaitu mengkaji hubungan antar variabel. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMA PGRI I Tuban Tahun Ajaran Besar sampel yang digunakan sesuai criteria inklusi sebagai berikut: 1. Bersedia menjadi responden penelitian yang dibuktikan dengan tanda tangan pernyataan remaja tanpa tekanan atau paksaan.. Seorang siswa berusia antara atau sama dengan tahun. Besar sampel yang digunakan sesuai dengan jumlah pada saat penelitian. N n = 1+ N( d) Keterangan : n = Perkiraan jumlah sampel N = Perkiraan besar populasi d = Tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05) n = 179

3 (0,05) = X 0,005 = 119,3 = 119 Responden Teknik pengambilan probability sampling secara Cluster Random Sampling yaitu pengelompokan sampel berdasarkan wilayah atau lokasi populasi. Variabel independent dalam penelitian ini adalah pola asuh orang tua. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah konsep diri remaja. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. HASIL DAN ANALISA DATA Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan pada bulan Juni 009 pada 119 responden di dapatkan hasil yang akan diuraikan pada tabel hasil pengolahan data. Hasil penelitian ini disajikan dalam data umum dan data khusus, data umum meliputi usia dan jenis kelamin, sedangkan data khusus meliputi pola asuh orang tua dan konsep diri pada remaja. 1. Data Umum Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Usia Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Remaja di SMA PGRI I Tuban Tahun 009 Usia (tahun) Jumlah Prosentase 15 1, , , ,5 Jumlah % Sumber: survey bulan Juni 009 Pada tabel 1 didapatkan bahwa hampir seluruhnya ( 76,5 % ) berusia 17 tahun, dan sebagian kecil ( 1,7 %) berusia 15 tahun. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Remaja di SMA PGRI I Tuban Tahun 009 Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Laki-laki 49 41, Perempuan 70 58,8 Jumlah % Sumber: survey bulan Juni 009 Berdasarkan tabel 5. didapatkan sebagian besar responden (58,8%) berjenis kelamin perempuan, sedangkan hampir setengahnya berjenis kelamin lakilaki (41,%).. Data khusus Pola Asuh Orang Tua Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua di SMA PGRI I Tuban Tahun 009 Sumber: survey bulan Juni 009 Pola Asuh Orang Tua Jumlah Responden Prosentase Otoriter 11 9, Permissive 17 14,3 Demokratis 91 76,5 Jumlah Berdasarkan tabel 3 didapatkan hampir seluruhnya (76,5 %) responden mendapatkan pola asuh yang demokratis, dan sebagian kecil (9, %) responden mendapatkan pola asuh yang Otoriter.. Konsep Diri Pada Remaja Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Konsep Diri Pada Remaja di SMA PGRI I Tuban Tahun 009 Konsep Diri Pada Jumlah Prosentase Remaja Responden Rendah 11 9,4 Sedang 11 9,4 Tinggi 97 81,5 Jumlah Sumber: survey bulan Juni 009 Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (81,5 %) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebagian kecil (9,4%) responden memiliki konsep diri yang sedang dan sebagian kecil (9,4%) responden memiliki konsep diri yang rendah. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dan Konsep Diri pada remaja. Tabel 5 Tabel Silang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Pada Remaja Di SMA PGRI I Tuban tahun 009. Pola Asuh Konsep diri pada remaja Jml Orang Tua Rendah Sedang Tinggi Otoriter , Permissive ,3 Demokratis ,5 Jumlah Prosentase 9,4 9,4 81,5 100 Dari table 5 dapat dijelaskan bahwa hampir seluruhnya responden mendapat pola asuh Demokratis (76,5 %) dan hampir seluruhnya (81,5%) memiliki konsep diri yang tinggi.

4 PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 didapatkan hampir seluruhnya ( 76,5 % ) berusia 17 tahun, dan sebagian kecil ( 1,7 % ) berusia 15 tahun. Masa remaja merupakan masa transisi yakni peralihan dari masa kanak kanak memasuki pada kehidupan masa dewasa. Banyak perubahan yang dialami dalam diri remaja, yaitu meliputi perubahan aspek fisiologis, psikologis maupun sosialisasinya (Agoes Dariyo, 004). Masa remaja ini dibagi menjadi 3 yaitu: remaja awal (early adolescence) usia 1 sampai 14 tahun, remaja madya (middle adolescence) usia tahun, remaja akhir (late adolescence) usia 19 1 tahun (Sarwono, 00). Dari data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berusia 17 tahun. Usia ini menunjukkan bahwa responden berada pada masa remaja madya (middle adolescence) usia tahun. Masa ini merupakan masa perkembangan sikap yang tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai nilai estetika dan isu isu moral. Berdasarkan tabel dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden (58,8%) berjenis kelamin perempuan, sedangkan hampir setengahnya berjenis kelamin laki-laki (41,%). Sejak di dalam kandungan hingga lahir, seorang individu tumbuh menjadi anak, remaja atau dewasa. Hal ini berarti terjadi proses perubahan pada diri setiap individu. Aspek aspek perubahan yang dialami oleh setiap individu meliputi fisik, kognitif maupun psikososialnya. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proposional. Bila semuanya berjalan secara harmonis, maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periodeperiode itu tidak dapat dilalui dengan harmonis, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan misalnya keterlambatan, ketegangan, kesulitan penyesuaian diri, kepribadian yang terganggu, bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa hampir seluruhnya (76,5 %) responden mendapatkan pola asuh yang demokratis, dan sebagian kecil (9, %) responden mendapatkan pola asuh yang Otoriter. Pola asuh / Parenting Style adalah model pola asuh atau sikap perlakuan yang dimiliki dan diterapkan orang tua dalam pengasuhan terhadap anak sejak usia kandungan hingga dewasa (Syamsu yusuf, 00). Orang tua (parents) adalah ayah, ibu / perusahaan induk (John M.Echols, 1996). Orang tua terdiri dari ayah dan ibu dalam sebuah keluarga dimana masing - masing mempunyai peranan dan pengaruh sendiri sendiri dalam keluarga dan tumbuh kembang anaknya. Keluarga merupakan dunia keakraban seorang anak. Sebab dalam keluargalah dia pertama tama mengalami hubungan dengan manusia dan memperoleh representasi dari sekelilingnya. Pengalaman hubungan dengan keluarga semakin diperkuat dalam proses pertumbuhan sehingga melalui pengalaman makin mengakrabkan seorang anak dengan lingkungan keluarga. Keluarga menjadi dunia dalam batin anak dan keluarga bukan menjadi suatu realitas di luar seorang anak akan tetapi menjadi bagian kehidupan pribadinya sendiri. Anak akan menemukan arti dan fungsinya. Penilaian terhadap pola asuh orang tua berdasarkan gaya perlakuan orang tua dan kontribusinya terhadap kompetensi sosial, emosional dan intelektual anak. Ditemukan 3 gaya perlakuan orang tua, yaitu Authoritarian (otoriter), Permissive (bebas), Authoritative (demokratis) (Diana Baumrid, 00). Rentang respon tersebut bila dihubungkan dengan dampak Parenting Style terhadap perilaku remaja yaitu (1) remaja yang orang tuanya bersikap Authoritarian, cenderung bersikap bermusuhan dan memberotak; () remaja yang orang tuanya Permissive, cenderung berperilaku bebas, tidak terkontrol; (3) remaja yang orang tuanya Authoritative, cenderung terhindar dari kegelisahan, kekacauan atau perilaku nakal (Syamsu, yusuf, 00). Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa hampir seluruhnya (81,5 %) responden memiliki konsep diri yang tinggi, sebagian kecil (9,4%) responden memiliki konsep diri yang rendah dan konsep diri yang sedang. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain (Stuart and Sundeen, 1998). Konsep diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sosiologis atau fisiologis, namun yang lebih penting adalah persepsi individu terhadap ancaman (keliat, 1990). Konsep Diri meliputi 5 komponen yaitu gambaran diri, harga diri, peran atau tugas yang diemban dan identitas pribadi (Stuart and Sundeen, 1998). Faktor faktor yang dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang ada faktor yaitu faktor eksternal meliputi pola asuh orang tua, lingkungan, faktor sosial budaya dan teman sebaya. Sedangkan faktor internal meliputi fisik, psikologis dan sosial. Menurut Reasoner (004), sebanyak 1% individu menunjukkan adanya penurunan self estem setelah memasuki sekolah menengah pertama, dan 13% memiliki self estem yang rendah pada sekolah menengah ke atas. Remaja wanita dikatakan mengalami kenaikan self estem pada usia antara 18 hingga 3 tahun melalui aspek aspek moral dan hubungan pertemanan. Pada remaja, perubahan self estem terjadi pada 3 dimensi, yakni dalam hubungan personal, ketertarikan dengan lawan jenis, serta kompetensi dalam pekerjaan. Permasalahan yang sering dialami dalam masa remaja adalah rasa tidak percaya diri karena tubuhnya dinilai kurang / tidak

5 ideal lagi, baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri. Pada tabel 5 menunjukkan bahwa hampir seluruhnya (76,5%) responden mendapat pola asuh Demokratis dan hampir seluruhnya (81,5%) memiliki konsep diri yang tinggi. Berdasarkan uji statistik dengan Chi Square didapatkan nilai χ hitung = 19,15 sedangkan χ tabel diketahui 9,488. Hal ini menunjukkan χ hitung > χ tabel (19,15 > 9,488) sehingga Hı ditolak artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan konsep diri pada remaja usia tahun. Di sini akan dijelaskan bahwa pola asuh orang tua dengan tipe demokratis cenderung didapatkan pada remaja yang memiliki konsep diri yang tinggi, sedangkan pada remaja yang mendapat pola asuh otoriter memiliki konsep diri yang rendah. Hal ini ditunjang dari data sebagian besar (76,5%) remaja mendapat pola asuh demokratis dan (9, %) mendapat pola asuh Otoriter. Pola asuh demokratis cenderung memiliki sikap sikap seperti perhatian besar, dan kasih sayang pada anak dan orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan serta kemampuan anak sehingga remaja merasa tegas dalam menentukan sikap yang menunjang adanya konsep diri. Sedangkan pada pola asuh yang otoriter cenderung membuat remaja memiliki konsep diri yang rendah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sikap atau perilaku orang tua yang kurang dalam memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada anak, suka menghukum secara fisik dan bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi) sehingga mempengaruhi anak dalam menentukan sikap. Pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang diaktualisasikan terhadap penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial internal dan eksternal, pendidikan internal dan eksternal, dialog dengan anak anak, kontrol terhadap perilaku anak anak, menentukan nilai nilai moral sebagai dasar perilaku yang diupayakan terhadap anak anak (Moh.Shochib, 1997). Konsep diri bukan merupakan faktor bawaan atau herediter. Konsep diri merupakan faktor bentukan dari pengalaman individu selama proses perkembangan dirinya menjadi dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap dan respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya (Syamsu Yusuf, 00). Dengan demikian pola asuh orang tua mampu menerangkan atau memberi gambaran tentang konsep diri pada remaja dalam bentuk yang sesuai. Di SMA PGRI I Tuban didapatkan data konsep diri pada remaja sebagian besar memiliki konsep diri yang tinggi, hal ini dipengaruhi bahwa mereka mendapatkan pola asuh yang demokratis yaitu perlakuan/ penerimaan orang tua melalui kasih sayang, perhatian besar, dan orang tua yang menerima, memperhatikan perkembangan kemampuan anak dan meperhitungkan minat anak. Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa apabila diterapkan pola asuh yang demokratis di dalam keluarga sejak dini maka remaja akan memiliki konsep diri yang tinggi sehingga remaja dapat bersosialisasi dengan baik. KESIMPULAN Berdasarkan dari hasil yang diperoleh selama penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Didapatkan bahwa di SMA PGRI I Tuban hampir seluruhnya ( 76,5 % ) berusia 17 tahun, dan sebagian kecil ( 1,7 % ) berusia 15 tahun. Didapatkan bahwa di SMA PGRI I Tuban bahwa sebagian besar responden (58,8%) berjenis kelamin perempuan, sedangkan hampir setengahnya berjenis kelamin laki-laki (41,%). 3. Didapatkan bahwa di SMA PGRI I Tuban gaya pola asuh orang tua yang banyak diterapkan pada 91 remaja (76,5%) pola asuh demokratis, sedangkan pada 17 remaja (14,3%) pola asuh permissive dan pada 11 remaja (9,%) pola asuh otoriter. 4. Didapatkan bahwa di SMA PGRI I Tuban konsep diri pada remaja sebesar 97 remaja (81,5%) memiliki konsep diri tinggi, sedangkan 11 remaja (9,4%) memiliki konsep diri sedang dan sebesar 11 remaja (9,4%) memiliki konsep diri yang rendah. 5. Didapatkan adanya hubungan pola asuh orang tua dan konsep diri pada remaja usia tahun di SMA PGRI I Tuban. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, 00. Prosedur Penelitian pendekakatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, S. (00). Penyusunan Skala Psikologi Cetakan ketiga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin, 007, sikap dan teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka pelajar. Bobak. (1995). Keperawatan Meternitas edisi keempat. Jakarta : ECG. Dariyo, Agoes, 004, Psikologi perkembangan remaja. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia Haditono, S. (1998). Psikologi Perkembangan ( Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya ) edisi ketiga. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Hurlock B, 1980, Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang rentang hidup ) Edisi kelima.surabaya : Erlangga Keliat BA 199, Gangguan konsep diri cetakan pertama, Jakarta : EGC Machfoedz; Suherni; Sujiatini; Suryani; Zein. (005). Teknik Membuat Alat Ukur Penelitian ( Bidang Kesehatan, Keperawatan, dan Kebidanan ). Yogyakarta : Fitramaya. Mahmudah. (1997). Remaja. 06 Okober 008.http// Notoatmodjo, Soekidjo, metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam, 003. konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Jakarta Nursalam, 008. konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu penerapan. Jakarta : Salemba Jakarta Sugiyono. (008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Wirawan Sarwono, Sarlito, 007, Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

6

7 .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG Heni Dwi Windarwati*, Asti Melani A*, Rika Yustita*

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Pada umumnya remaja didefiniskan sebagai masa peralihan atau transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Istilah pubertas juga istilah dari adolescent yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DWI NURAINI NIM: 201410104222 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH PADA SISWA KELAS XI SMA N NAWANGAN TAHUN PELAJARAN 014/015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA

HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA Asmawahyunita 1, dan Ummu Lathifah 2 INTISARI Pola asuh orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati ** HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN Ida Safitri * Sulistiyowati **.......ABSTRAK....... Konsep diri merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI Perilaku sosial ( personal sosial) merupakan salah satu kategori perkembangan anak toddler yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya. perubahan penampilan pada orang muda dan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah periode perkembangan selama dimana individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasaya antara usia 13 dan 20 tahun.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN

POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN POLA ASUH ORANG TUA DAN PERKEMBANGAN SOSIALISASI REMAJA DI SMA NEGERI 15 MEDAN Dewi Sartika Panjaitan*, Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Jiwa dan Komunitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Kesimpulan yang didapatkan dalam penelitian ini adalah : 1. 6,1% (5 orang) siswa kelas X SMA Laboratorium Bandung September 2010 memiliki profil pola asuh otoriter.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan konformitas teman sebaya dengan konsep diri terhadap kenakalan remaja di Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku seksual khususnya kalangan remaja Indonesia sungguh memperihatinkan, berbagai survey mengindikasikan bahwa praktik seks pranikah di kalangan remaja semakin

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV. SULAWESI SELATAN Beatris F. Lintin 1. Dahrianis 2. H. Muh. Nur 3 1 Stikes Nani Hasanuddin

Lebih terperinci

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN SILABI PSIKOLOGI PENDIDIKAN Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan 1. Orientasi Perkuliahan Pembahasan tujuan, deskripsi, dan silabi mata kuliah Psikologi 2. Konsep Dasar Psikologi Pendidikan a. Konsep psikologi

Lebih terperinci

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website

: Remaja, Menarche, Kecemasan, Dukungan keluarga. : 28 buku ( ) + 5 website Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan pada Remaja Putri dalam Menghadapi Menarche di MI Salafiyah Simbang Kulon 02 Kabupaten Pekalongan. Ervina Ulfa dan Rizky Ajeng Mardiyana Aida Rusmariana,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU Titiek Idayanti Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto E-mail : tik.nurul@gmail.com ABSTRAK Seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG IDENTITAS DIRI REMAJA PADA SISWA SMA KARTIKA I-2 MEDAN Eis Sumiati* Mahnum Lailan Nasution** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf,

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan pada individu yang sedang tumbuh dan berkembang (Yusuf, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah individu yang benar-benar berada dalam kondisi perubahan yang menyeluruh menuju ke arah kesempurnaan, sehingga remaja digolongkan pada individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSIONAL SISWA KELAS XI SMA NEGERI PUNUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri Oleh: SUCI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN Dewi S Simanullang* Wardiyah Daulay** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Jiwa dan Komunitas Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman modern ini perubahan terjadi terus menerus, tidak hanya perubahan kearah yang lebih baik tetapi perubahan ke arah yang semakin buruk pun terus berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL

Jurnal Obstretika Scientia ISSN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SEKSUAL PRANIKAH DENGAN PERILAKU SEKSUAL Dewi Nurul Sari Akbid La Tansa Mashiro Jl.Soekarno-Hatta, Pasirjati, Rangkasbitung dewiluvmama12@yahoo.com Abstract The aim of this

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998). Potter & Perry. kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya. 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK Kasmuning*, Faizzatul Ummah**..............................ABSTRAK........................................................

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan: a. Remaja kelas XII SMA PGII 1 Bandung tahun ajaran 2009/2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak-anak seringkali setelah masa bayi kadangkala menemukan kenikmatan ketika organ genitalnya dirangsang. Selama masa remaja, persentase mereka baik

Lebih terperinci

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN Syaifurrahman Hidayat, Prodi Ilmu Keperawatan FIK Universitas Wiraraja Sumenep, e-mail: dayat.fik@wiraraja.ac.id ABSTRAK Anak yang sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi hampir bersamaan antara individu satu dengan yang lain, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mengalami perubahan sepanjang kehidupan yakni sejak dalam kandungan sampai meninggal. Fase-fase perkembangan yang terjadi hampir bersamaan

Lebih terperinci

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN PENDAHULUAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS Eny Pemilu Kusparlina (Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun) ABSTRAK Pendahuluan: Angka aborsi di

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013

PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 PERILAKU REMAJA DALAM HAL PERUBAHAN FISIOLOGIS PADA MASA PUBERTAS DI SMP YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2013 Dina Indarsita 1, Mariaty S 2, Ravina Primursanti 1 1 Jurusan Keperawatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI RW V KELURAHAN SIDOKARE KECAMATAN SIDOARJO

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI RW V KELURAHAN SIDOKARE KECAMATAN SIDOARJO HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KENAKALAN REMAJA DI RW V KELURAHAN SIDOKARE KECAMATAN SIDOARJO Luthfiah Nur Aini Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto Email : luthfiahnuraini@gmail.com

Lebih terperinci

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K***

Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang K*** HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT PERMAINAN EDUKATIF (APE) DENGAN PEMBERIAN APE PADA ANAK USIA 4-6 TAHUN DI TK SRIRANDE 02 KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN Mila Harlisa*, Amirul Amalia**, Dadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu periode perkembangan yang harus dilalui oleh seorang individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja (Yusuf, 2006). Masa remaja

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu mengatasi segala masalah yang timbul sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sosial dan harus mampu menampilkan

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL

FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL GINA ANDRIA SARI NPM: 10060236 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siswa SMA berada pada usia remaja yaitu masa peralihan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki serangkaian kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS

PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS PERBEDAAN KONSEP DIRI ANTARA REMAJA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN PADA MASA PUBERTAS Ade Erma Oktaviani dan Amelia Budiarti ABSTRAK Ade Erma Oktaviani, Amelia Budiarti Perbedaan Konsep diri antara Remaja Laki-Laki

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari anak-anak menuju dewasa, dimana terjadi kematangan fungsi fisik, kognitif, sosial, dan emosional yang cepat pada laki-laki

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap tergantung ke arah kemandirian. Pada mulanya seorang anak akan bergantung kepada orang-orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya,

Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik bagi orang yang berharap kepada-nya, Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-nya, Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-mu! Tuhan adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-nya. Tuhan adalah baik

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber. daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber. daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan.kualitas sumber daya manusia (SDM) memainkan peran penting

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *) STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO Sarmini Moedjiarto *) ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui perbandingan

Lebih terperinci

ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013

ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ANALISIS SIKAP SISWA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA DI SDN 023 SEI GERINGGING TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Yusliana 1) Sardi Yusuf 2) Zulfan Saam 3) ABSTRACT The purpose of this study is to describe students

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN KEMANDIRIAN TOILET TRAINING ANAK USIA TODDLER (Suatu Studi Di PAUD Kemala Bhayangkari 96 Desa Jetak Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011) Wiwik Utami Akes

Lebih terperinci

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Artikel MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK Oleh: Drs. Mardiya Selama ini kita menyadari bahwa orangtua sangat berpengaruh terhadap pengasuhan dan pembinaan terhadap anak. Sebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN CITRA TUBUH ( BODY IMAGE) SISWI USIA SEKOLAH DENGAN MENARCHE DI KECAMATAN SALE 1 Mellia Silvy Irdianty, 2 Rita Hadi W 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot **

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot ** HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN HARGA DIRI REMAJA DI BANJAR PENGENDERAN KEDONGANAN-KUTA Itayanti *, Pandeirot ** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya Jln. Cimanuk No. 20 Surabaya ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah siswa, guru,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun psikologis. Perkembangan secara fisik ditandai dengan semakin matangnya organ -organ

Lebih terperinci

KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes

KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes KONSEP DIRI OIeh: Purwanta, S.Kp., M.Kes Pengertian. Smart dan Sundeen (1995) mengatakan bahwa konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 2 Juni 2012 ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR ETIKA PERGAULAN MAHASISWA KOS DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DUKUH KRUWED SELOKERTO SEMPOR Hendri Tamara Yuda, Ernawati, Puji Handoko 3,, 3 STIKes Muhammadiyah Gombong ABSTRAK Ilmu etika berbicara masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini.

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012 STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini. STUDI DISKRIPTIF TENTANG GAYA PACARAN SISWA SMA KOTA SEMARANG. Asih Nurul Aini Dewi Elliana*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi : elliana_dewi@yahoo.com ABSTRAK Masa remaja adalah

Lebih terperinci

Developmental and Clinical Psychology

Developmental and Clinical Psychology DCP 2 (2) (2013) Developmental and Clinical Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN TEMPER TANTRUM PADA ANAK PRA SEKOLAH Rizkia Sekar Kirana Jurusan

Lebih terperinci