Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan (Penulis Korespondensi,

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok koleksi tumbuhan Taman Hutan Raya Wan Abdul

SELEKSI POHON INDUK JENIS MERANTI (Shorea spp) PADA AREAL TEGAKAN BENIH IUPHHK-HA PT. SUKA JAYA MAKMUR KABUPATEN KETAPANG

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

ANGKA BENTUK DAN MODEL VOLUME KAYU AFRIKA (Maesopsis eminii Engl) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DIANTAMA PUSPITASARI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, DENGAN METODA STRATIFIED SYSTEMATIC SAMPLING WITH RANDOM

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di blok pemanfaatan kawasan hutan pendidikan

PENDUGAAN SERAPAN KARBON DIOKSIDA PADA BLOK REHABILITASI CONOCOPHILLIPS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI PRASASTI RIRI KUNTARI

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November Penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di blok Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Tahura

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

KAJIAN SISTEM AGROFORESTRI DI HUTAN KEMASYARAKATAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG MODEL UNIT XIV TOBA SAMOSIR

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Blok Perlindungan Tahura Wan Abdul

ANALISIS VEGETASI DAN PENDUGAAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM LEMBAH HARAU KABUPATEN 50 KOTA SUMATERA BARAT

KAJIAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK Pinus merkusii Jungh et de Vries RAS KERINCI DI RESORT KSDA BUKIT TAPAN, KAWASAN TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, JAMB1

PERBANDINGAN UNIT CONTOH LINGKARAN DAN UNIT CONTOH N-JUMLAH POHON DALAM PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DITO SEPTIADI MARONI SITEPU

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga April 2014 di Kawasan

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Hutan Tropis Volume 13 No. 1 Maret 2012 ISSN

VALUASI EKONOMI POTENSI TUMBUHAN OBAT DI HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) DI KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) MODEL TOBA SAMOSIR UNIT XIV SKRIPSI

UPAYA PEMBANGUNAN KEBUN BENIH PRODUKSI DAN KONSERVASI MERBAU (Intsia bijuga) DI PAPUA MENGGUNAKAN METODE PEMILIHAN POHON PLUS

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bukit Gunung Sulah Kelurahan Gunung Sulah

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TEGAKAN REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT ZANI WAHYU RAHMAWATI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

SELEKSI PENETAPAN KANDIDAT POHON PLUS PENAGE CALLOPHYLUM INOPHYLUM L.) DI KECAMATAN MATAN HILIR SELATAN KABUPATEN KETAPANG

PENGARUH BERBAGAI KETEBALAN SABUT KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN SUKUN (Artocarpus communis Forst) DI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA

Penyiapan Benih Unggul Untuk Hutan Berkualitas 1

PENGARUH BERBAGAI PENUTUPAN TUMBUHAN BAWAH DAN ARAH SADAP TERHADAP PRODUKTIVITAS GETAH PINUS (Pinus merkusii) EVA DANIAWATI

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DAERAH ALIRAN SUNGAI BILAH DI KABUPATEN LABUHAN BATU

III. METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2016

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

BAB III METODE PENELITIAN

SEBARAN POHON PAKAN ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii. Lesson,1827.) MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SKRIPSI

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai Febuari 2015 di kanan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.10/Menhut-II/2007 TENTANG PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PENGUKURAN TINGGI POHON 1) (Measurement the High of Trees)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 bertempat di kawasan sistem

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

BAB IV METODE PENELITIAN

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

ABSTRACT STRUCTURE AND COMPOSITION OF THE VEGETATION IN HEPANGAN AGROFORESTRY SYSTEM AT GUMAY ULU AREA LAHAT DISTRICT SOUTH SUMATERA

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

PRAKATA. Purwokerto, Februari Penulis. iii

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 1, Januari 2015 (91 102)

TEKNIK PENUNJUKAN DAN PEMBANGUNAN SUMBER BENIH. Dr. Ir. Budi Leksono, M.P.

UJI PROVENANSI EBONI (Diospyros celebica Bakh) FASE ANAKAN

TEKNIK PENGUKURAN DIAMETER POHON DENGAN BENTUK YANG BERBEDA. Bentuk pohon Diagram Prosedur pengukuran. Pengukuran normal

Inventarisasi hutan dalam Indentifikasi High Carbon StoCck

III. METODE PENELITIAN

INVENTARISASI TEGAKAN TINGGAL WILAYAH HPH PT. INDEXIM UTAMA DI KABUPATEN BARITO UTARA KALIMANTAN TENGAH

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

Demplot sumber benih unggulan lokal

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KERAPATAN TEGAKAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN BERBASIS QUANTUM-GIS

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juni 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Kayu jati (Tectona grandis L.f.) merupakan salah satu jenis kayu komersial

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA TANI DENGAN PENERAPAN AGROFORESTRI DI DESA KAYUUWI KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT KABUPATEN MINAHASA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

MODEL PENDUGA PEUBAH TEGAKAN PINUS PADA AREAL REHABILITASI TOSO DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT FADEL IBNU PERDANA

Gambar 1 Lokasi penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI ARBORETUM USU SKRIPSI

III. METODOLOGI PE ELITIA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. Perhutani sebanyak 52% adalah kelas perusahaan jati (Sukmananto, 2014).

Analisis Vegetasi Hutan Alam

IDENTIFIKASI DAN PEMETAAN PENYEBARAN TUMBUHAN BERACUN DI HUTAN LINDUNG SIBAYAK II TAHURA BUKIT BARISAN, KABUPATEN KARO SKRIPSI

SURVEY PEMETAAN TOTAL FOSFOR DAN LOGAM BERAT KADMIUM PADA SATU HAMPARAN LAHAN PERTANIAN DI DESA GURU SINGA KECAMATAN BERASTAGI SKRIPSI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Peta lokasi

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU (Bambusodae) DALAM KAWASAN HUTAN AIR TERJUN RIAM ODONG DUSUN ENGKOLAI KECAMATAN JANGKANG KABUPATEN SANGGAU

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2017 hingga bulan Februari

Diro Eko Pramono I. PENDAHULUAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu

Transkripsi:

IDENTIFIKASI POHON PLUS DI KECAMATAN LUMBAN JULU KPHL MODEL UNIT XIV TOBA SAMOSIR (Identification of Plus Trees in Lumban Julu Sub District at Toba Samosir Forest Management Unit) San France 1*, Rahmawaty 1 dan Mohammad Basyuni 1 1 Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Jl. Tridharma Ujung No.1 Kampus USU Medan 20155 (Penulis Korespondensi, Email: francemanik@gmail.com) Abstract The need for quality seed source is found to be a very important thing today, a lot of land rehabilitation work to be performed due to the large number of illegal logging and deforestation. The need for quality seeds which can be used as a seed source for the development of land rehabilitation. This study aimed to identify the source of the seeds in the form of seed gardens in the area of model XIV Toba Samosir Protection Forest Management Unit, Lumban Julu Sub-District. This research was conducted from March to August 2015. Scoring method of plus trees, and 0.04 % of sampling intensity were used in this research, with a total area of 3761 Ha in the observation plots can be as much as 38 Plot observation, with a distance of each plots was 300 meters and each plot measuring x. Microsoft Excel were used in this research. The Results showed 15 individuals was identified as plus trees, they are 8 Pine (Pinus merkusii), among of them was found 3 was identified in Motung Village, 5 was in Pasar Lumban Julu Village. Furthermore 3 was Jelutung trees (Dyera costulata), 1 was identified in Jangga Dolok Village, 2 was in Pasar Lumban Julu Village, and then 4 was Puspa trees (Schima walichii), 1 was identified in Jangga Dolok Village. and 3 was in Pasar Lumban Julu Village. Keywords: Forest Management Unit, Plus Trees, Scoring Method, Seed, Toba Samosir. PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang fungsi dan manfaatnya baik secara langsung maupun tak langsung selalu dibutuhkan oleh manusia, baik sekarang maupun masa yang akan datang dalam rangka menunjang hidup dan kehidupannya. Secara tidak langsung hutan dapat berfungsi sebagai media pendidikan, penelitian, dan pengembangan. Jika hal tersebut bisa dilakukan secara berkelanjutan maka dapat mendukung upaya pengelolaan hutan secara lestari dan dapat meningkatkan nilai tambah hasil hutan dan juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Untuk mendukung upaya pengelolaan hutan secara lestari maka diperlukan proses pemeliharaan yang baik, salah satu proses pemeliharaan yang baik adalah dengan penanam dengan menggunakan benih yang berkualitas baik. Sehingga dibutuhkan suatu benih yang mempunyai kualitas yang baik. Secara umum tingkat kualitas suatu benih ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu faktor genetik, faktor fisik, dan faktor fisiologis. Faktor genetik erat kaitannya dengan sifat dominan atau resesif yang diturunkan oleh pohon induk, sedangkan faktor fisik dan fisiologis terkait dengan kondisi fisik dan biologis benih (kondisi fisik dari benih, ukuran, warna, struktur biokimia yang terdapat dalam benih tersebut). Untuk meningkatkan kualitas genetik benih dapat dilakukan melalui kaidah-kaidah pemuliaan sedangkan faktor fisik dan fisiologis benih dapat dipertahankan dengan cara koleksi, penanganan dan proses penyimpanan benih yang tepat (Irawan dkk., 2012). Hutan di wilayah Toba Samosir merupakan Hutan Lindung yang belum banyak diketahui jenis yang terdapat didalamnya, maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi potensi sumber benih yang dapat dijadikan pohon plus, beberapa desa diinformasikan mempunyai sumber benih yang baik, desa tersebut mempunyai potensi akan sumber benih, yang didasarkan pada masih aslinya hutan tersebut sehingga diadakan penelitian ini pada kawasan Kecamatan Lumban Julu. kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) Toba Samosir merupakan KPHL baru, yang mempunyai kawasan yang luasnya ± 56.621,84 ha dan belum teridentifikasi seluruhnya, dengan melakukan identifikasi pohon plus dan area calon area kebun benih maka KPHL Tobasa akan mempunyai informasi tambahan Kawasan KPHL model unit XIV Toba Samosir. Penelitian dilakukan pada wilayah KPHL model unit XIV Kecamatan Lumban Julu, Desa Pasar Lumban Julu, Desa Jangga Dolok,

Desa Motung. Berdasarkan informasi yang dilakukan sebelum penelitian, dari hasil wawancara dan dengan studi literatur kecamatan dan desa tersebut mempunyai pohon yang memiliki kriteria fisik untuk pohon plus. Namun belum teridentifikasi letak sumber benihnya, oleh sebab itu penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pohon plus di Kecamatan Lumban Julu, KPHL Toba Samosir. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lumban Julu, Desa Pasar Lumban Julu, Desa Motung, dan Desa Jangga Dolok pada kawasan KPHL model unit XIV, Toba Samosir. Survey lokasi dilaksanakan pada bulan Oktober 2014. Pengambilan data di lapangan dilaksanakan bulan Maret 2015 sampai bulan Agustus 2015. Identifikasi jenis dan pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 20 m 1. Pengumpulan data. 1.a Data primer Data Primer dilakukan dengan melakukan metode eksloprasi lapangan dan pengamatan secara langsung di lapangan. a.1 Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel di lapangan dengan menggunakan metode eksplorasi lapangan. Metode ini paling efektif untuk kondisi hutan alam menurut penelitian-penelitian sebelumnya untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut kondisi tanah, topografi dan elevasi. Cara peletakan unit contohnya menggunakan cara random start yang berarti penentuan petak awal yang dilakukan dengan cara random (acak), dan plot berikutnya dengan eksplorasi langsung pada lapangan dengan jarak tiap pohon plus yang di teliti 300 meter. Plot pengamatan berukuran x dengan intensitas sampling 0,04% dengan luas area 3761 ha, maka di dapat plot pengamatan sebanyak 38 plot pengamatan. Plot pengamatan penelitian terdapat pada Gambar 2. 300 m Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian di Kecamatan Lumban Julu, Desa Pasar Lumban Julu, Desa Motung, dan Desa Jangga Dolok pada kawasan KPHL Model Unit XIV, Toba Samosir B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Global positioning system (GPS), Kamera digital, Tali raffia, Pita Ukur, Haga Meter, Departemen of Natural Resources (DNR) Garmin, Pc atau Notebook, ArcGis 10.1, Microsoft excel 2010. Bahan yang digunakan adalah Peta Administrasi KPHL Tobasa, tally sheet. C. Metode penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah pengumpulan data, analisis data, pohon plus. Gambar 2. Plot pengamatan penelitian. Urutan pengambilan sampel sebagai berikut : A. Membuat titik awal di lapangan sesuai dengan titik koordinat yang telah ditentukan. B. Melakukan pengamatan terhadap pohon-pohon yang terdapat dalam petak ukur. C. Melakukan pengukuran yang meliputi tinggi, diameter, tinggi bebas cabang, kelurusan batang, permukaan batang, kondisi kesehatan pohon, produksi buah, sudut cabang, dan kebulatan batang pada pohon yang layak atau memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan pohon plus tersebut yaitu. a. Diameter pohon b. Tinggi pohon c. Tinggi bebas cabang d. Kelurusan batang e. Cabang pembentuk tajuk f. Silindris batang g. Permukaan batang

h. Cacat lain D. Data-data hasil pengukuran kemudian dimasukkan dalam lembar pengamatan (tally sheet) yang telah disediakan. E. Melakukan skoring pohon plus sesuai dengan tabel skoring pohon plus pada Tabel 1. Data hasil dari skoring pohon plus dicatat dalam lembar pengamatan (tally sheet), kemudian dilakukan pembahasan mengenai data tersebut. 1.b Data sekunder Data sekunder adalah Tabel Skoring calon pohon plus dan Peta kawasan KPHL model unit XIV Toba Samosir yang didapat dari Balai Pemantapan Kawasan Hutan 1 Medan. 2. Analisis data Setelah data primer maupun data sekunder diperoleh dari lapangan, selanjutnya dilakukan analisis data. Data yang sudah diperoleh di analisis dengan menggunakan microsoft excel untuk mengkalkulasi skor dari penilaian pohon plus maupun pohon pembanding dan dengan software ArcGis 10.1 untuk membuat peta, Dengan melakukan input titik koordinat yang didapat melaui GPS, kedalam peta kawasan hutan KPHL Tobasa, setelah itu data dianalisis secara deskriptif tentang area yang layak menjadi sumber benih dari kebun benih yang berdasarkan seleksi pohon plus. 2.a Analisis data skor pohon plus Data lapangan yang didapat dihitung dengan menggunakan perhitungan dari microsoft excel, dari tiap tinggi, diameter. 1. Menjumlahkan tinggi pohon di satu desa, dan dibagi dengan jumlah pohon yang terdapat di desa tersebut, maka didapat rata- rata tinggi pohon di desa tersebut. 2. Menjumlahkan diameter pohon di satu desa, dan dibagi dengan jumlah pohon yang terdapat di desa tersebut, maka didapat rata- rata diameter pohon di desa tersebut. 3. Setelah didapat rata- rata dari tinggi dan rata- rata dari diameter, maka digunakan rumus skoring tinggi pohon : x 100% rumus skoring diameter pohon : x 100% Persen dari tinggi dan diameter kemudian di sesuaikan dengan tabel skoring pohon plus yang terdapat pada tabel 3. 4. Penilaian skoring pada tinggi bebas cabang (TBC), cabang pembentuk tajuk (CPT), kelurusan batang (KLB), kebulatan batang (KBB), dan cacat lain (CL) menggunakan penilaian langsung pada pohon. 5. Setelah didapat nilai skoring dari tiap pohon kemudian nilai skoring tersebut dijumlahkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi pohon plus Hasil penelitian identifikasi pohon plus yang telah dilakukan di Kecamatan Lumban Julu, Desa Motung, Desa Pasar Lumban Julu, dan Desa Jangga Dolok pada kawasan KPHL Model Unit XIV Tobasa dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah calon pohon plus yang teridentifikasi di Kawasan KPHL model unit XIV Toba Samosir. No. Jenis Nama Ilmiah Jumlah 1 Pinus Pinus merkusii 37 3 Rasamala Altingia excelsa 1 4 Jelutung Dyera costulata 3 5 Puspa Schima walchii 15 Dari hasil pengamatan langsung pada lapangan terdapat calon pohon plus yang memiliki penampakan fisik yang baik, yaitu pohon yang lebih dominan penampakan fisiknya dibanding dengan pohon sekitarnya. Pohon yang menjadi calon pohon plus oleh pinus, dari hasil pengukuran di lapangan didapatkan beberapa pohon pinus yang memiliki ukuran yang besar. Calon pohon plus yang dominan dibanding dengan pohon di sekitarnya. Calon pohon plus yang disebutkan tersebut memiliki cacat pada pohonnya yang sudah dapat diindikasikan tidak akan menjadi pohon plus, karna salah satu parameter untuk dijadikan pohon plus adalah tidak diperkenankan ada nilai skor yang 0. Pada tiap desa calon pohon plus yang ditemukan tidak didominasi dengan satu jenis saja, karena menurut pengamatan di lapangan hutan ini merupakan hutan alam yang heterogen sehingga banyak jenis yang terdapat di dalamnya Survei secara langsung pada lapangan mendapatkan 56 calon pohon plus, yang diidentifikasi menurut kenampakan fenotipanya. Calon pohon plus yang berjumlah 56 tersebut didapat dari tiga lokasi penelitian yaitu Desa Motung, Desa Jangga Dolok, dan Desa Pasar Lumban Julu. Pada Desa Motung terdapat 15 calon pohon plus yang kesemuanya merupakan pinus. Pada Desa Jangga Dolok terdapat enam calon pohon plus yang terdiri dari 1 Rasamala, 1 Jelutung, dan 4 Puspa. Sedangkan pada Desa Pasar Lumban Julu terdapat 33 calon pohon plus yang terdiri dari 21 Pinus, 3 Jelutung, dan 11 Puspa yang juga dapat kita lihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Sebaran jumlah calon pohon plus dari tiap Desa di Kecamatan Lumban Julu. Identifikasi pohon plus ini diperoleh dengan cara mengidentifikasi kenampakan fisik dari Pohon yang diamati, pemilihan pohon dilihat secara langsung, yaitu pohon yang mempunyai kenampakan fisik lebih baik dari pohon sekitarnya, seperti diameter, tinggi, tinggi bebas cabang, kelurusan batang, silindris batang, permukaan batang, dan cacat lain maka dari itu didapat calon pohon plus yang memiliki nilai skor untuk menjadi pohon plus di Kecamatan Lumban Julu yang terdapat pada kawasan KPHL Model Unit XIV Toba Samosir adalah pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah pohon plus yang teridentifikasi di Kawasan Kecamatan Lumban Julu Kawasan Kesatuan Pengelolaan Hutan Tobasa menggunakan metode skor. No. Jenis Nama Ilmiah Jumlah 1 Pinus Pinus merkusii 8 3 Rasamala Altingia excels - 4 Jelutung Dyera costulata 3 5 Puspa Schima walchii 4 Seperti yang terlihat pada Tabel 4. Setelah dilakukan analisis hitung menurut metode skor (Scoring System) didapatkan 15 calon pohon plus yang bisa menjadi pohon plus karena memiliki Skor di atas 60 Menurut Departemen Kehutanan (2006), Jumlah skor hasil penghitungan yang dilakukan terhadap setiap karakter calon pohon plus pada setiap metode minimal 60. Bila kondisi calon pohon plus cukup baik sehingga jumlah pohon yang memiliki skor minimal 60 cukup banyak, maka kriteria skor minimal dapat dinaikkan. Penetapan pohon plus dibatalkan walaupun memiliki skor minimal 60 jika salah satu kriteria bernilai 0, karena jika terdapat nilai 0 itu menunjukan bahwa ada kriteria yg tidak dimiliki oleh pohon tersebut sebagai pohon plus. Dalam penelitian ini, pemilihan pohon plus dilakukan dengan survey langsung kelapangan atau dengan pengamatan langsung di lapangan. Setiap daerah memiliki pemilihan pohon plus yang berbeda yang telah ditetapkan. Setelah dilakukan penelitian, pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus seluruhnya berjumlah 15 jenis pohon, dari total 56 pohon yang menjadi calon pohon plus sesuai kriteria yang ada, yang kemudian dilakukan skoring untuk mendapatkan skor dari masing-masing pohon plus tersebut. Pohon yang teridentifikasi dominan merupakan pohon pinus, dan beberapa pohon lain yang belum teridentifikasi. Skor yang didapat dari tiap pohon plus berbeda-beda, karena tiap pohon memiliki kriteria fenotipa yang berbeda-beda juga, setiap pohon plus yang sudah diberikan skor harus memiliki skor diatas 60 dan tidak boleh ada kriteria yang bernilai 0 karena Menurut Departemen Kehutanan (2006), nilai 60 merupakan nilai atau skor standar bagi suatu pohon plus. Kriteria yang digunakan dalam penentuan pohon plus yaitu tinggi pohon minimal sama dengan rata-rata tinggi pohon pembanding yang terdapat dalam tiap petak ukur, diameter batang lebih besar dibandingkan dengan diameter pohon pembanding, sudut cabang minimal 50 º, pohon sehat dan produktif serta memiliki batang yang lurus minimal 25% dari tinggi total pohon. Petak ukur yang diletakkan ini berada pada Hutan Alam, sehingga tidak butuhkan adanya pohon pembanding, karena perbedaan umur yang berbeda-beda sehingga tidak dipergunakan pohon pembanding, sesuai dengan pernyataan Zobel dan Talbert (1984) sistem skor

dengan pohon pembanding lebih cocok digunakan pada kegiatan seleksi pohon plus di hutan tanaman, sedangkan di hutan alam adalah lebih cocok dengan sistem skor tanpa pohon pembanding, karena menurut Departemen Kehutanan (2006), pada hutan tanaman seumur tidak ada perbedaan umur, sedangkan di hutan alam biasanya terdapat perbedaan umur pohon. Perbedaan umur ini menyebabkan perbedaan dalam kompetisi yang pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan yang besar dalam volume tegakan. Pada tiap desa memiiki jumlah pohon plus yang berbeda-beda, desa yang memiliki jumlah pohon plus terbanyak adalah Desa Pasar Lumban Julu, karena lokasi desa ini memang lokasi yang muda dicapai dan kondisi hutan yang masih terjaga, sedangkan kondisi Desa Jangga Dolok merupakan desa yang memiliki medan yang sulit untuk dicapai. Perbedaan skor bukan berarti pohon tersebut lebih baik dengan yang lain atau di antara pohon plus yang lain, karena skoring pohon plus yaitu skor untuk diameter dan tinggi hanya dilakukan pada pohon yang berada dalam desa yang sama yang kemudian dicari rata-ratanya. Dari semua pohon yang teridentifikasi sebagai pohon plus dalam Kecamatan Lumban Julu, pohon plus tersebut memiliki potensi untuk dijadikan sumber benih karena telah memenuhi kriteria sebagai pohon plus. Pohon plus yang sudah terseleksi dapat dijadikan sumber benih yang nantinya akan di tanam pada lokasi-lokasi yang sudah diseleksi sebagai calon area kebun benih, yang sudah diseleksi juga sehingga didapat area yang cocok sebagai tempat kebun benih. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kehutanan. 1997. Manual Perencanaan Kesatuan Pengusahaan Hutan Produksi. HPHP Buku II. Jakarta.. 2006. Pedoman Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan. Jakarta. 2007. Peraturan direktur jendral rehabilitasi lahan dan perhutanan social. Departemen kehutanan. Jakarta. Lembaga Penelitian Hutan. 1975. Pedoman Seleksi Pohon. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Bogor. Mulawarman, J.M., Roshetko, S.M., Sasongko dan Irianto, D. 2002. Pengelolaan Benih Pohon, sumber benih, pengumpulan dan penanganan benih: pedoman lapang untuk petugas lapang dan petani. International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF) dan Winrock International. Bogor. Zobel, B., dan Talbert, J. 1984. Applied Forest Tree Improvement. John Wiley & Sons. New York. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Calon pohon plus di Kecamatan Lumban Julu Kawasan Hutan KPHL model unit XIV Toba Samosir terdapat 15 pohon plus melalui seleksi yang sesuai kriteria dengan metode skoring, yaitu 8 Pinus (P. merkusii), 3 Jelutung (D. costulata), dan 4 Puspa (S. walichii ). B. Saran Pohon plus yang sudah terdata dapat langsung diidentifikasi secara lanjut agar menjadi sumber benih baru yang dapat digunakan untuk dibudidayakan.