Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang. Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang

dokumen-dokumen yang mirip
Alifa Hamiim Farida, Rini Nurhakiki Universitas Negeri Malang

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. syarat untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

Standar Kompetensi : Memahami konsep segiempat dan segitiga dan menggunakannya. dalam pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

Pio Prayogi Universitas Negeri Malang

BAB III METODE PENELITIAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII b SMP NEGERI 1 TIRAWUTA PADA MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT MELALUI METODE PENEMUAN TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pada indikator kesiapan dalam belajar, siswa mendapatkan skor 2,08 pada siklus I.

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PBM PADA SISWA KELAS XI MM1 SMK TKM TEKNIK KEBUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Guided Discovery (Penemuan Terbimbing) 1. Pengertian Pembelajaran Guided Discovery

Skor Ketuntasan Jumlah Siswa Presentase (%) < 90 Tidak Tuntas 22 88% 90 Tuntas 3 12% Jumlah %

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD NEGERI NO.

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

BAB III METODE PENELITIAN. Way Kandis, Jalan Bunga Sedap Malam Raya Kecamatan Tanjung. Senang Kota Bandar Lampung.

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Peningkatan Keaktifan, Pemecahan Masalah dan Keterampilan Belajar Matematika Menggunakan Strategi Bermain Jawaban Berbantu Finding My Secret Word

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

II. KAJIAN PUSTAKA. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Siklus I Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 4 April 2012 tentang sifat-sifat bangun

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian masalah bilangan pengertian tersebut terdapat pada Kamus Besar

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)

BAB III METODE PENELITIAN

Keywords: Model pembelajaran kooperatif, Think Pair Square, Hasil Belajar

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

*Keperluan korespondensi, tel/fax : ,

BAB III METODE PENELITIAN. 2013/2014. Dengan jumlah siswa 36 anak, yang terdiri dari 17 siswa laki-laki

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MELALUI MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting bagi setiap manusia, karena dengan pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian istilah scaffolding berasal dari istilah ilmu teknik sipil yaitu berupa

Kata Kunci: Numbered Heads Together (NHT), media mading, motivasi belajar, hasil belajar siswa.

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MENGGUNAKAN COOPERATIVE LEARNING TIPE BAMBOO DANCING DI SEKOLAH DASAR PONTIANAK UTARA

BAB I PENDAHULUAN. ada rasa ingin tahu, tanpa pertanyaan, dan tanpa ada daya tarik terhadap hasil

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan di SMP Dirgantara

Meningkatkan Self Regulated Learning Siswa Melalui Pendekatan Problem Based Learning dengan Setting Numbered Heads Together

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DENGAN ALAT PERAGA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Kemmis. pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

Pi: Mathematics Education Journal 8

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (1) analisis masalah dan tujuan penelitian yang menuntut sejumlah informasi dan tindak

BAB III METODELOGI PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.1. Persegi Panjang ABCD 36 Gambar 2.2. Persegi panjang KLMN 37. Gambar 2.3. Persegi ABCD 39 Gambar 2.4.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TEKNIK LISTRIK DASAR OTOMOTIF

BAB V PEMBAHASAN. Pembelajaran penerapan trigonometri melalui belajar kooperatif tipe Student

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB III METODE PENELITIAN. evaluasi dan refleksi (Aqip, 2006) seperti gambar berikut.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA MELALUI METODE ROLLING QUESTION MATERI SEGITIGA DAN SEGI EMPAT DI SMPN 3 CIAWIGEBANG KABUPATEN KUNINGAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORETIS. matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui penerapan metode penemuan terbimbing

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

Transkripsi:

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGI EMPAT KELAS VII-B SMP NEGERI 2 KEPANJEN Dyah Ayu Pramoda Wardhani Mahasiswa S1 Universitas Negeri Malang Pembimbing : Dr. Sri Mulyati, M.Pd Dosen Universitas Negeri Malang ABSTRAK: Hasil observasi yang dilakukan peneliti pada tanggal 5 Pebruari 2013 di kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen, menunjukkan bahwa siswa kurang aktif selama kegiatan pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan guru lebih sering menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah. Pada pembelajaran tersebut guru lebih sering menjelaskan suatu materi kemudian memberi contoh soal dan siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang ada di lembar kerja siswa sehingga peran guru lebih dominan daripada peran siswa.tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Keaktifan belajar siswa pada penelitian ini meliputi kegiatan siswa dalam melakukan percobaan, membuat konstruksi, membuat kesimpulan, dan menanggapi. Keaktifan belajar siswa pada penelitian ini dilihat dari lembar observasi keaktifan belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan penelitian tindakan kelas. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen yang berjumlah 24 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase keaktifan belajar siswa pada siklus 1 sebanyak 62,5% pada pertemuan pertama dan 67,5% pada pertemuan kedua. Setelah dilakukan perbaikan pada siklus 2, persentase keaktifan belajar siswa meningkat menjadi 76,2% pada pertemuan pertama dan 85,7% pada pertemuan kedua. Kata Kunci: Pembelajaran kooperatif, metode guided discovery, keaktifan belajar siswa, segitiga dan segiempat Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (Permendiknas RI No. 41, 2007:6). Peraturan menteri tersebut menunjukkan peran aktif siswa dalam pembelajaran merupakan suatu keharusan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang didesain guru harus berorientasi pada aktivitas siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 2 Kepanjen yang dilakukan pada hari Minggu, 1

tanggal 20 Januari 2013 menunjukkan bahwa proses pembelajaran matematika yang berlangsung di kelas VII-B lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2007:101) keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari aktivitas-aktivitas belajar siswa, antara lain: visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities. Untuk memperoleh pencapaian keaktifan yang optimal diperlukan suasana dan lingkungan belajar yang menunjang dan proses belajar yang menarik sehingga dimungkinkan perlu adanya penerapan model pembelajaran yang baik dan tepat yang melibatkan siswa secara aktif. Salah satu alternatif untuk mengembangkan potensi tersebut adalah melalui pembelajaran kooperatif. Tim Piloting Jurusan Matematika (2004:5) mendefinisikan pembelajaran kooperatif merupakan pendekatan belajar yang melibatkan siswa dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Siswa dalam kelompok tersebut tidak hanya dituntut berusaha secara individual dalam mencapai kesuksesan atau berupaya mengalahkan temannya, melainkan dituntut untuk bisa bekerjasama untuk mencapai sukses bersama. Salah satu jenis pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery. Markaban (2008:11) mengungkapkan metode pembelajaran guided discovery adalah metode pembelajaran yang melibatkan suatu dialog/interaksi antara siswa dan guru dimana siswa mencari kesimpulan yang diinginkan melalui suatu urutan pertanyaan yang dilakukan oleh guru. Menurut Hudojo (2005:95) guru yang mengajar dengan menggunakan metode guided discovery akan dapat melibatkan siswa-siswanya untuk berpartisipasi di dalam proses belajar mengajar secara optimum. Diharapkan, jika siswa secara aktif terlibat di dalam menemukan suatu prinsip dasar sendiri, maka siswa akan memahami konsep lebih baik, ingat lebih lama dan akan mampu menggunakannya ke dalam konteks lain. Langkah-langkah pembelajaran dengan metode guided discovery yang efektif menurut Markaban (2008:17) adalah sebagai berikut: (1) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya; (2) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses mengorganisir, dan menganalisis data tersebut; (3) Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya; (4) Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru; (5) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk menyusunnya; dan (6) Hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. METODE Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini menggunakan PTK karena: (1) Adanya masalah di kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen yaitu kurangnya keaktifan 2

belajar siswa; (2) Peneliti bertindak sebagai perancang, pelaksana, dan perefleksi tindakan secara berkelanjutan; (3) Bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatan kualitas pembelajaran yang ada di kelas tersebut. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Kepanjen semester genap tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 24 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: (1) Peneliti yang berperan secara langsung dalam proses pembelajaran sebagai pengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan, proses pembelajaran sampai dengan penilaian; (2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan tahap-tahap yang terdapat dalam pembelajaran metode guided discovery; (3) Lembar Kegiatan Kelompok (LKK) yang berisi masalah yang akan dipelajari yang berkaitan dengan materi segitiga dan segiempat; (4) Tes Awal yang digunakan untuk pembentukan kelompok belajar secara heterogen; (5) Lembar Observasi keaktifan belajar siswa yang disusun berdasarkan keaktifan siswa yang terdapat pada pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery; (6) Lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang disusun sesuai dengan tahapan yang ada di RPP; (7) Lembar wawancara yang digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa selama pembelajaran; dan (8) Catatan lapangan yang berisi mengenai deskripsi kegiatan guru dan siswa selama pembelajaran yang belum tercatat pada instrumen lain. Tolak ukur keberhasilan penelitian ini ditandai dengan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery dan keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan. Ketepatan tindakan guru dalam menerapkan rencana pembelajaran kooperatif metode guided discovery dikatakan berhasil jika memenuhi kriteria keberhasilan yaitu minimal 85%. Sedangkan observasi keakifan siswa adalah pencapaian kriteria keaktifan belajar siswa pada setiap siklusnya. Keaktifan belajar siswa dikatakan meningkat jika jumlah siswa yang mengalami peningkatan keaktifan belajar minimal 75% dari jumlah seluruh siswa di kelas. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis data secara induktif yang berarti menganalisis bagian-bagian yang ada dalam konteks di lapangan kemudian membuat kesimpulan secara umum. Proses analisis data dilakukan secara bertahap, dan dilakukan terus-menerus sejak peneliti memasuki lapangan, yakni dengan melaksanakan tindakan sampai penelitian berakhir. Data hasil penelitian berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan aktivitas guru. Data yang diperoleh dari lembar observasi dan catatan lapangan didiskusikan dengan guru setiap selesai pembelajaran untuk membandingkan hasil pengamatan peneliti dengan guru sehingga diperoleh data yang akurat. HASIL Pembelajaran dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus pertama terdiri dari dua pertemuan. Pertemuan pertama membahas mengenai persegi panjang dan persegi. Pertemuan kedua membahas mengenai segitiga. Sedangkan pada siklus kedua membahas mengenai jajar genjang dan trapesium pada pertemuan pertama. Pada pertemuan kedua membahas mengenai layang-layang dan belah ketupat. 3

Siklus 1 Pertemuan pertama membahas mengenai penurunan rumus luas persegi panjang dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling persegi panjang serta persegi. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk mengerjakan LKK1 secara berkelompok dengan anggota 4 siswa. LKK1 terdiri dari dua kegiatan. Kegiatan pertama siswa diminta untuk menurunkan rumus luas persegi panjang. Kegiatan kedua siswa diminta untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling persegi panjang serta persegi. Pada saat siswa mengerjakan LKK peneliti memberikan penilaian terhadap keaktifan belajar siswa. Pertemuan kedua membahas mengenai cara menurunkan rumus luas segitiga sikusiku dan segitiga sebarang serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling segitiga. Pada pertemuan ini siswa diminta untuk mengerjakan LKK2 yang berisi tiga kegiatan. Kegiatan pertama mengenai cara menurunkan rumus luas segitiga siku-siku, kegiatan kedua cara menurunkan rumus luas segitiga sebarang, dan kegiatan ketiga penerapan konsep luas dan keliling segitiga. Hasil observasi terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran dengan metode guided discovery yang berlangsung pada siklus 1 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Hasil Observasi Terhadap keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 1 Kriteria Kelompok Banyak Siswa Presentase (%) Poin Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Kurang Aktif 1-9 - - - - Cukup Aktif 10-19 9 8 37,5% 33,3% Aktif 20-29 6 4 25% 16,7% Sangat aktif 30-39 9 12 37,5% 50% Jumlah 24 24 100% 100% Banyak siswa aktif dilihat dari jumlah siswa aktif dan sangat aktif. Berdasarkan tabel 1 pada pertemuan 1, siswa yang aktif sebanyak 62,5% dan pada pertemuan 2 siswa yang aktif sebanyak 66,7%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan keaktifan belajar siswa, tetapi belum memenuhi kriteria yang diterapkan oleh peneliti (kurang dari 75%) sehingga perlu adanya perbaikan pembelajaran pada siklus 2. Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode guided discovery dapat dilihat pada tabel 2. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 2 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru pada Siklus 1 Pertemuan ke- Observer Observasi Aktivitas Guru Skor Presentase Kategori 1 I 12 85,7% Baik II 12 85,7% Baik 2 I 13 92,8% Sangat Baik II 13 92,8% Sangat Baik Rata-Rata 12,5 89,3% Baik 4

Tabel 3 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus 1 Pertemuan ke- Observer Observasi Aktivitas Siswa Skor Presentase Kategori 1 I 12 85,7% Baik II 12 85,7% Baik 2 I 13 92,8% Sangat Baik II 13 92,8% Sangat Baik Rata-Rata 12,5 89,3% Baik Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery pada siklus 1 berlangsung Baik. Siklus 2 Pertemuan pertama membahas mengenai penurunan rumus luas jajar genjang dan trapesium serta menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling jajar genjang serta trapesium. Pada pertemuan ini siswa mengerjakan LKK3 yang berisi 2 kegiatan. Kegiatan 1 mengenai penurunan rumus luas jajar genjang dan penerapan konsep. Kegiatan 2 mengenai penurunan rumus luas trapesium dan penerapan konsep. Sedangkan pada pertemuan 2 siswa diminta untuk mengerjakan LKK4 yang berisi 2 kegiatan. Kegiatan 1 mengenai penurunan rumus luas layang-layang dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan menghitung luas dan keliling layang-layang. Kegiatan 2 mengenai penurunan rumus luas belah ketupat dan penerapan konsep. Hasil observasi terhadap keaktifan belajar siswa selama proses pembelajaran dengan metode guided discovery yang berlangsung pada siklus 2 dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4 Hasil Observasi Terhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Siklus 2 Kriteria Kelompok Banyak Siswa Presentase (%) Poin Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2 Kurang Aktif 1-9 - - - - Cukup Aktif 10-19 5 3 23,8% 14,3% Aktif 20-29 2 4 9,5% 19% Sangat aktif 30-39 14 14 66,7% 66,7% Jumlah 21 21 100% 100% Banyak siswa aktif dilihat dari jumlah siswa aktif dan sangat aktif. Berdasarkan tabel 4 pada pertemuan 1, siswa yang aktif sebanyak 76,2% dan pada pertemuan 2 siswa yang aktif sebanyak 85,7%. Hal ini menunjukkan ada peningkatan keaktifan belajar siswa dan telah memenuhi kriteria yang diterapkan oleh peneliti (75%). Hasil observasi terhadap aktivitas guru selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode guided discovery dapat dilihat pada tabel 5. Sedangkan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dapat dilihat pada tabel 6. 5

Tabel 5 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Guru pada Siklus 2 Pertemuan ke- Observer Observasi Aktivitas Guru Skor Presentase Kategori 1 I 13 92,8% Sangat baik II 13 92,8% Sangat baik 2 I 14 100% Sangat baik II 14 100% Sangat baik Rata-Rata 13,5 96,4% Sangat baik Tabel 6 Hasil Observasi Terhadap Aktivitas Siswa pada Siklus 2 Pertemuan ke- Observer Observasi Aktivitas Siswa Skor Presentase Kategori 1 I 13 92,8% Sangat baik II 13 92,8% Sangat baik 2 I 14 100% Sangat baik II 14 100% Sangat baik Rata-Rata 13,5 96,4% Sangat baik Berdasarkan tabel 5 dan tabel 6 menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery pada siklus 2 berlangsung Sangat Baik. PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh baik dari hasil observasi, dokumentasi, catatan lapanngan dan keaktifan siswa pada siklus 1 masih terdapat kelemahan-kelemahan selama proses pembelajaran sehingga kriteria dalam penelitian belum tercapai. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain: (1) Siswa kurang bisa bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan LKK; (2) Masih ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran; (3) Sebagian besar siswa merasa kurang percaya diri untuk menyampaikan pendapatnya; dan (4) Siswa masih mengalami kesulitan dalam melakukan penyusunan data untuk membuat kesimpulan. Untuk mengatasi kelemahan pada poin 1, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan cara memberi pemahaman kepada siswa pada awal pembelajaran bahwa setiap anggota kelompok harus merasa menjadi bagian dari kelompok dan harus bisa bekerjasama agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Posamentier (dalam Widdiharto, 2004:13 ) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan kelompok, antara lain: (1) setiap anggota kelompok harus merasa bagian dari tim; (2) Setiap anggota kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka pecahkan adalah masalah kelompok; dan (3) Untuk pencapaian tujuan kelompok, semua siswa harus diskusi satu sama lain. Untuk mengatasi kelemahan pada poin 2 dan 3, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi yang diberikan dapat berupa hadiah untuk kelompok yang paling aktif. Hadiah yang diberikan berupa poin keaktifan. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (1994:41) bahwa pemberian motivasi dapat menimbulkan dan mengarahkan aktivitas siswa. Siswa yang kurang antusias dalam kegiatan 6

pembelajaran jika diberi motivasi maka siswa tersebut akan terdorong untuk lebih giat belajar. Untuk mengatasi kelemahan pada poin 4, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan meminta siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Mudjiono (1994:42) bahwa siswa yang belajar, maka akan terjadi perubahan mental pada diri siswa. Siswa yang pada awalnya belum mengetahui tentang suatu materi maka dengan belajar siswa tersebut akan mengerti materi tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery, maka dapat disimpulkan: 1. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa di kelas. 2. Hasil observasi aktivitas siswa pada siklus 1 termasuk dalam kategori baik. Sedangkan pada siklus 2 termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode guided discovery yang telah dilaksanakan dan dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah mengenai penurunan rumus luas bangun datar segitiga dan segi empat. Masalah yang diberikan berupa soal yang disusun dalam bentuk Lembar Kegiatan Kelompok (LKK). 2. Peneliti membentuk kelompok belajar siswa secara heterogen dengan anggota 4 siswa untuk menyelesaikan masalah yang ada di LKK. Peneliti bertindak sebagai fasilitator, yaitu membantu mengarahkan siswa untuk menemukan konsep luas dan keliling segitiga dan segi empat. 3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. 4. Beberapa kelompok maju ke depan kelas untuk mempresentasikan konjektur yang telah ditemukan oleh anggota kelompoknya. Jika ada konjektur dari kelompok yang tampil berbeda dengan kelompok lain maka kelompok lain berhak memberikan tanggapan/pedapat. 5. Peneliti menyediakan latihan soal atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Bagi Guru a. Guru dapat menggunakan pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran b. Hendaknya dalam mendesain pembelajaran kooperatif dengan metode guided discovery guru memperhatikan komposisi pembentukan kelompok agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. 7

8