BAB I PENDAHULUAN. memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu. sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar berperan sangat

I. PENDAHULUAN. Kota Metro adalah kota pendidikan, terdapat Sekolah Menengah Tingkat Atas

BAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang disadari untuk menumbuh-kembangkan

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini difokuskan pada beberapa subbab yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. secara rinci masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut. Pendidik di SMK Negeri 1 Candipuro harus mampu

I. PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan ruang lingkup penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi belajar yang dicapai siswa memiliki tingkatan yang berbeda-beda, ada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan difokuskan pada beberapa hal pokok berupa latar

I. PENDAHULUAN. penelitian. Untuk lebih jelasnya peneliti uraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. sangat berperan adalah lembaga pendidikan. Dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

I. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu rumusan masalah,

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab I ini akan difokuskan pada beberapa sub bab yaitu latar

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan suatu program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen di Kota Salatiga. SMK Pelita memiliki 44 orang guru dan 244 orang

MODUL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. masing-masing kajian tersebut dikemukakan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, kegunaan penelitian, spesifikasi produk yang diharapkan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

I. PENDAHULUAN. Pada proses pembelajaran di Universitas Muhammadiyah Metro perlu

I PENDAHULUAN. SMP Negeri 4 Terbanggi Besar yang terletak di jalan Proklamator Raya Link.IV

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

1. PENDAHULUAN. dibahas beberapa hal yang lebih mengarah pada judul yaitu berupa rumusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

I. PENDAHULUAN. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

I. PENDAHULUAN. sosial. Interaksi sosial yaitu hubungan antar individu dengan individu lainnya atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena pendidikan merupakan gerbang menuju wawasan dan

I. PENDAHULUAN. yang fleksibel, serta akomodatif terhadap tantangan zaman dalam menjalani

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. SERTA KEMAMPUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PROSES POLITIK. KEGIATAN MENYAMBUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Moch Ikhsan Pahlawan,2013

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

I. PENDAHULUAN. perilaku dari pengalaman atau latihan yang diperkuat (Slavin, 2000: 143) dengan. demikian, kalau dalam istilah mengajar (pengajaran)

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses Belajar Mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. efektif namun tetap menyenangkan. Selain itu, menciptakan lingkungan

I. PENDAHULUAN. pengembangan, definisi istilah, dan ruang lingkup penelitian. konsep yang saling berkaitan yaitu belajar (learning) dan pembelajaran

A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Untuk lebih jelasnya pembahasan tiap sub bab akan diuraikan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketidak-konsistenan antara pendidikan dan keberhasilan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. No. 20 tahun 2003: 33). Hal ini disesuaikan dengan dunia pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan yang berada di Salatiga. Sekolah ini memiliki 33 orang guru dan

I. PENDAHULUAN. maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksternal

BAB I PENDAHULUAN. Komputer dan Jaringan untuk kelas XI D memiliki kapasitas 36 orang siswa.

I. PENDAHULUAN. masa masa berikutnya. Sedangkan pendidikan pada usia dini akan bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. bakat yang dimiliki, berpikir kritis dan memecahkan permasalahan yang. mengarah pada peningkatan hasil belajar.

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia dilakukan melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi, administrasi perkantoran, pemasaran, tata boga, tata kecantikan dan tata

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SMK memberikan

I. PENDAHULUAN. Fakir miskin dan anak terlantar harus dipelihara oleh negara, ini adalah

I. PENDAHULUAN. secara kreatif dapat memikirkan sesuatu yang baru. berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan hendaknya berupa kata-kata

BAB I PENDAHULUAN. sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge),

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. dengan siswa dapat memahami dan mengerti maksud pembelajaran.

INISIASI 1 PERSPEKTIF DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ongkos angkot, berbelanja, berjalan, dan lain-lain. Bahkan Niss (Hadi, 2005)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

I. PENDAHULUAN. Pembahasan dalam bab ini akan difokuskan pada beberapa sub-bab yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal penting dan kunci keberhasilan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

I. PENDAHULUAN. pembatasan tiap bab akan diuraikan sebagai berikut. makin memerlukan manusia yang berkualitas, kreatif, dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB I PENDAHULUAN. program keahlian terdiri dari kelas X, XI dan XII.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Metro merupakan sekolah yang memiliki 4 (empat) program studi keahlian yaitu keuangan, tata niaga, administrasi dan pariwisata dengan 5 (lima) kompetensi keahlian antara lain akuntansi, pemasaran, administrasi perkantoran, akomodasi perhotelan dan jasa boga. Masing-masing kompetensi keahlian memiliki struktur kurikulum yang disesuaikan dengan tuntutan atau kebutuhan dunia usaha setelah para siswa menyelesaikan pendidikan. Mata pelajaran pada SMK Negeri 1 Metro terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu normatif, adaptif dan produktif. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) pada SMK tergolong pada mata pelajaran normatif yang diajarkan pada semua kompetensi keahlian di semua tingkatan jenjang kelas mulai dari kelas X, XI, dan XII. Penyampaian materi pelajaran PKn kepada siswa selama ini masih menggunakan cara konvensional dan guru jarang menggunakan media yang bervariatif, metode yang sering digunakan adalah ceramah sehingga guru lebih banyak memegang peranan penting di kelas sedangkan siswa hanya mendengarkan dan mencatat penjelasan guru.

2 Dari hasil wawancara dengan salah seorang siswa, pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas memang kurang menarik dan siswa kurang berminat sehingga timbul kebosanan dari dalam diri siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, hal tersebut mengakibatkan siswa membuat aktifitas sendiri-sendiri seperti mengobrol, bermain handphone, mengerjakan pelajaran lain bahkan kadang ada yang tidur saat guru menerangkan materi pelajaran. Penelitipun merasakan hal tersebut, saat menyampaikan materi pelajaran khususnya dikelas X Akuntansi 2 (X A2) karena jadwal mata pelajaran PKn pada kelas tersebut ada pada jam terakhir yaitu jam ke-7 sampai jam ke-8, pada saat guru menerangkan materi pelajaran hanya beberapa siswa yang menyimak penjelasan guru sedangkan siswa yang lain asik dengan aktivitasnya sendiri, dampak dari hal tersebut adalah banyaknya hasil belajar siswa yang di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Melihat permasalahan tersebut, peneliti berusaha untuk memperbaiki pembelajaran PKn pada kelas X A2 karena pada keseluruhan kelas X jurusan akuntansi, yang paling kurang proses pembelajaran PKn nya adalah dikelas X A2. Peneliti yang juga berperan sebagai guru mencari metode lain dalam menyampaikan materi pelajaran PKn agar siswa kelas X A2 lebih memiliki minat dalam mengikuti pembelajaran PKn, sehingga dapat memberikan dampak yang baik terhadap hasil belajar siswa. Untuk menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran PKn maka penulis tertarik untuk menerapkan media audio-visual menggunakan film dalam

3 pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan media audio visual (film) dikarenakan media tersebut belum pernah diterapkan oleh guru PKn lainnya yang kesemuanya berjumlah 3 (tiga) orang guru pada setiap semua jenjang kelas yang diampunya. Minat belajar rendah ditunjukkan dengan indikasi siswa kurang memperhatikan guru dan hasil belajar PKn yang rata-rata rendah. Penggunaan media pembelajaran audio-visual diharapakan menjadi salah satu alternatif media pembelajaran yang dapat membantu pendidik untuk memfasilitasi proses belajar siswa. Media tersebut diharapkan dapat menggugah perasaan, emosi dan tingkat penerimaan atau penolakan siswa sehingga akan menimbulkan sikap dan minat siswa terhadap materi pelajaran. Menurut Meyer dalam Asyar (2011:28) seseorang akan belajar lebih baik dari media teks dan gambar ketimbang media teks saja. Menurut Ghazali ( Susilo, 2005:73) untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Untuk menumbuhkan perhatian siswa, seharusnya seorang guru tidak hanya berpusat pada satu metode saja atau selalu menggunakan metode ceramah saja. Guru harus mempunyai taktik cara menyampaikan proses pembelajaran tersebut dengan media yang sudah canggih seperti yang kita kenal dengan Information Communication Technology (ICT) dimana nantinya siswa dapat melihat gambar

4 langsung dalam Liquid Crystal Display (LCD) secara tahap demi tahap dan seolah-olah dihadapkan dengan objek yang nyata serta dalam proses pembelajarannya dapat memberi peluang siswa untuk belajar mandiri. Siswa kelas X A2 terindikasi tidak mengikuti pelajaran PKn dengan baik. Minat siswa untuk mengikuti pelajaran PKn sangat rendah, respon dan keaktifan siswa dalam mengemukakan pendapat, ide, atau gagasan masih kurang serta siswa masih malu, takut, dan kurang percaya diri jika harus menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau harus maju ke depan kelas, sehingga guru harus menunjuk siswa sebagai upaya untuk mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil observasi pra tindakan yang dilaksanakan peneliti pada 03 oktober 2012 terhadap minat belajar siswa berdasarkan indikator pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Hasil observasi Minat Belajar Siswa Pra Tindakan Berdasarkan Indikator Pengamatan Tahun 2012 No Indikator minat belajar Persentase (%) Kriteria 1. Perhatian 58,88 Cukup baik 2. Kemauan 36,66 Kurang baik 3. Kebutuhan 41,10 Cukup baik 4. Perasaan senang 32,22 Kurang baik 5. Rasa ingin tahu 13,33 Sangat kurang baik 6. Keaktifan siswa 16,66 Sangat kurang baik Sumber : hasil data pra penelitian, 2012 Berdasarkan tabel diatas diperoleh data hasil observasi indikator minat belajar pra penelitian siswa kelas X A2 yang berjumlah 30 orang siswa adalah indikator perhatian memperoleh skor 58,88 % tergolong ke dalam kriteria cukup baik,

5 indikator kemauan memperoleh skor 36,66 % tergolong dalam kriteria kurang baik, indikator kebutuhan memperoleh skor 41,10 % tergolong dalam kriteria cukup baik, indikator perasaan senang memperoleh skor 32,22 % tergolong dalam kriteria kurang baik, indikator rasa ingin tahu memperoleh skor 13,33 % tergolong dalam kriteria sangat kurang baik, indikator keaktifan siswa memperoleh skor 16,66 % tergolong dalam kriteria sangat kurang baik. Persentase nilai uji blok yang dilakukan pada 10 oktober 2012 dapat dilihat pada Tabel berikut Tabel 1.2 Ketuntasan Belajar Siswa Kelas X A2 pada Uji Blok I Mata Pelajaran PKn Semester 1 SMK Negeri 1 Metro T.P. 2011/2012 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Siswa (%) Di bawah KKM Di atas KKM Menampilkan peran 3.1 Menganalisis upaya 31,25 68,75 serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan pemajuan, penegakan HAM. penghormatan, dan 3.2 Menampilkan peran serta 43,75 56,25 perlindungan HAM dalam upaya pemajuan, penghormatandan penegakan HAM di Indonesia. 3.3 Mendeskripsikan instrumen 34,38 65,63 hukum dan peradilan internasional HAM. JUMLAH (%) 39,06 60,94 Sumber : Dokumen Guru PKn Kelas X Memperhatikan tabel 1.2 di atas, dapat diambil kesimpulan sementara bahwa hasil belajar siswa kelas X A2 pada pembelajaran PKn masih tergolong rendah yang ditunjukkan dengan perolehan persentase nilai uji blok yaitu 60,94 % siswa kelas X A2 masih belum mencapai ketuntasan belajar dan 39,06 % sudah mencapai

6 ketuntasan belajar. Adapun kriteria ketuntasan minimal kopetensi dasar uji blok 1 pada mata pelajaran PKn kelas X A2 pada SMK Negeri 1 Metro adalah 70,00. Hal ini membuktikan bahwa masih rendahnya minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn mempengaruhi hasil belajar mereka, untuk mengatasi rendahnya minat belajar siswa diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara membuat pembelajaran PKn menjadi lebih menarik yang pada akhirnya diharapkan dapat mengubah minat belajar siswa. Melihat permasalahan di SMK Negeri 1 Metro khususnya di kelas X A2, peneliti berpendapat penerapan media pembelajaran audio-visual sebagai upaya memperbaiki minat belajar siswa pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn khususnya pada kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM yang menjadi materi ujicoba peneliti. Penggunaan media tersebut diharapkan dapat mengubah pandangan mereka sebagai mata pelajaran yang membosankan karena harus mendengarkan ceramah dan menghafal menjadi mata pelajaran yang menyenangkan. Pada awal pembelajaran siswa di suguhkan dengan gambargambar yang bersuara atau film yang berhubungan dengan pembelajaran PKn melalui LCD siswa menjadi tertarik. Siswa yang berminat terhadap pembelajaran PKn akan mempelajari pelajaran tersebut dengan sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pembelajaran PKn bahkan dapat menemukan jawaban atas kesulitan

7 kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari PKn. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut 1. Guru masih mendominasi dalam penyampaian materi pelajaran di depan kelas, sedangkan siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran PKn. 2. Minat belajar siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM masih kurang baik. 3. Hasil belajar PKn siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro masih rendah. 1.3 Pembatasan Masalah Melihat masih luasnya permasalahan yang diidentifikasi maka dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada penerapan media audio-visual menggunakan film sebagai upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM pada siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro.

8 1.4 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1. Bagaimanakah penggunaan media audio- visual menggunakan film dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM pada siswa kelas X A2 SMK Negeri 1 Metro. 2. Apakah penggunaan media audio-visual (film) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM pada siswa SMK Negeri 1 Metro kelas X A2. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan utama dalam penelitian ini adalah 1. Mendeskripsikan minat belajar siswa dalam mata pelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM melalui media pembelajaran audio-visual ( film) di SMK Negeri 1 Metro kelas X A2. 2. Mendeskripsikan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM melalui media pembelajaran audio-visual (film) di SMK Negeri 1 Metro kelas X A2.

9 1.6 Kegunaan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini mempunyai kegunaan secara teoritis dan secara praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan kawasan IPS dan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta memperluas kajian pendidikan IPS yang dapat menjadi rujukan dalam peningkatan kualitas pembelajaran di lapangan secara langsung. Secara praktis, penelitian ini mempunyai kegunaan sebagai berikut 1. Bagi peneliti, yaitu dapat melengkapi atau memperluas khasanah teori yang sudah diperoleh melalui penelitian sebelumnya, memberi peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang hal yang sama dengan menggunakan teori-teori lainnya yang belum digunakan dalam penelitian ini. 2. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran tentang alternatif media pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM 3. Bagi siswa, dapat memperbaiki minat belajar dalam pembelajaran PKn kompetensi dasar menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan perlindungan HAM 4. Bagi sekolah dapat dipakai sebagai sumbangan pemikiran untuk lebih meningkatkan minat belajar siswa dalam proses pembelajaran.

10 1.7 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dinyatakan sebagai berikut 1. Ruang lingkup objek penelitian Objek penelitian ini adalah keseluruhan proses pada penerapan media pembelajaran audio-visual menggunakan film 2. Ruang lingkup subjek penelitian Subjek penelitian ini adalah guru dan siswa kelas X A 2 SMK Negeri 1 Metro 3. Ruang lingkup tempat penelitian Adapun ruang lingkup tempat penelitian adalah SMK Negeri 1 Metro 4. Ruang lingkup waktu penelitian Waktu penelitian pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 1.8 Ruang Lingkup Keilmuan Menurut Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas (2006), IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang-cabang ilmu-ilmu sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah pendidikan IPS yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial yang meliputi sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, politik dan PKn. Pendidikan IPS di sekolah dasar diajarkan secara terpadu. Sedangkan pada tingkat SMA/SMK pendidikan IPS

11 diajarkan secara terpisah, dengan memperhatikan keterkaitannya, sehingga IPS tetap dapat dipahami dengan baik. Menurut rumusan National Council for the Social Studies (NCSS) dalam Maryani (2011:13) Tujuan Pendidikan IPS sebagai berikut : 1. Menjadikan warga yang partisipatif dan bertanggung jawab; 2. Memberikan pengetahuan dan pengalaman hidup karena mereka adalah bagian dari petualangan hidup manusia dalam perspektif ruang dan waktu; 3. Mengembangkan berfikir kritis dari pemahaman sejarah, geografi, ekonomi, politik dan lembaga sosial, tradisi dan nilai-nilai masyarakat dan negara sebagai ekspresi kesatuan dari keberagaman; 4. Meningkatkan pemahaman tentang hidup bersama sebagai satu kesatuan dan keberagaman sejarah kehidupan manusia di dunia; 5. Mengembangkan sikap kritis dan analitis dalam mengkaji kondisi manusia. Untuk mencapai tujuan pendidikan IPS, maka dalam pembelajaran pendidikan IPS diterapkan dengan 5 tradisi pendidikan IPS, sebagai berikut : 1. IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as citizenship transmission) IPS sebagai program pendidikan pelestarian kebudayaan suatu bangsa, pendidikan nilai-nilai idealistic dan manusia. Tujuan instruksional citizenship transmission menyiapkan warga negara yang baik dengan pengetahuan dan apresiasi terhadap nenek moyangnya (sejarah bangsa). 2. IPS sebagai pendidikan ilmu-ilmu sosial (social studies as social sciences) Pendidikan ilmu sosial tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan kepada siswa, tetapi juga harus mengajarkan makna dan nilai-nilai atas IPS itu untuk kepentingan kehidupannya kearah lebih baik. Pendidikan IPS merupakan

12 kemasan pengetahuan sosial yang telah dipertimbangkan secara psikologis untuk kepentingan pendidikan. 3. IPS sebagai pendidikan reflektif (social studies as reflective inquiry) Pendidikan reflektif bukan sekedar mengajarkan disiplin ilmu pengetahuan dan pemindahan nilai secara akumulatif, tetapi kurikulum sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan minat siswa. Siswa hendaknya tidak sekedar menghafal materi pelajaran, tetapi siswa bisa mendapat pengalamanpengalaman edukatif dalam proses pembelajaran pendidikan IPS. 4. IPS sebagai kritik kehidupan sosial (social studies as social criticism) Pendidikan IPS sebagai media pengembangan kritisme siswa. Pendidikan IPS mengutamakan pengembangan kemampuan pengetahuan dan memupuk keberanian mengemukakan pendapat atau argument. Untuk itu pendidikan IPS harus dapat mengembangkan kemampuan berfikir kritis dengan berbagai metode pemecahan masalah. 5. IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as personal development of the individual) Pengembangan pribadi seseorang melalui pendidikan IPS tidak langsung tampak hasilnya, tetapi setidaknya melalui pendidikan IPS akan membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai ketrampilan sosial dalam kehidupan (social life skill). Pendidikan IPS di sini harus membekali siswa tentang pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai, sehingga semua itu dapat membentuk citra diri siswa menjadi manusia yang memiliki

13 jati diri yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dan dapat menjadi contoh teladan serta memberikan kelebihannya pada orang lain. Mata pelajaran PKn pada hakikatnya merupakan suatu wahana yang berfungsi melestarikan nilai luhur Pancasila, mengembangkan dan membina manusia Indonesia seutuhnya serta membina pengalaman dan kesadaran warga negara untuk dapat melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warganegara yang mampu diandalkan oleh bangsa dan negara. Pendidikan IPS yang merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu sosial antara lain sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, dan Antropologi. Menurut NCSS, kajian ilmu IPS terdapat 10 tema utama yang berfungsi sebagai pengatur alur kurikulum IPS di setiap tingkat satuan pendidikan, kesepuluh tema tersebut terdiri dari: (1) budaya, (2) waktu, kontinuitas dan perubahan, (3) orang, tempat dan lingkungan, (4) individu, pengembangan dan identitas, (5) individu, kelompok dan lembaga, (6) kekuasaan, wewenang dan pemerintahan, (7) produksi, distribusi dan konsumsi, (8) sain, teknologi dan masyarakat (9) koneksi global, (10) cita-cita dan praktik warga negara. Ruang lingkup mata pelajaran PKn menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 meliputi aspek-aspek : (1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, (2) Norma, Hukum dan Peraturan, (3) Hak AsasiManusia, (4) Kebutuhan Warga Negara, (5) Konstitusi Negara, (6) Kekuasaan dan Politik, (7) Pancasila, (8) Globalisasi.

14 Keterkaitan PKn dengan IPS merupakan rangkaian pembelajaran mengenai kekuasaan, wewenang dan pemerintahan, cita-cita dan praktek warganegara, serta koneksi global.