BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pendamping dan pembimbing pelaku utama dan pelaku usaha. Penyuluh

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. nasional berbasis pertanian dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

KEBIJAKAN TEKNIS PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

I. PENDAHULUAN. lapangan kerja, pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) Pengertian dan Batasan Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) nis Perdesaan (PUAP)

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. misalkan susu dari hewan ternak, sutera dari ulat sutera, dan madu dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR : 31 TAHUN 2009 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

PRAKTIKUM MK. KOPERASI DAN KELEMBAGAAN AGRIBISNIS Jati diri Koperasi-Prinsip dan Nilai Koperasi

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG KETAHANAN PANGAN

Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)

Perkembangan Kelembagaan Petani Melalui Pemanfaatan Dana PUAP (Hasil Studi Lapang Di Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara) Oleh:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI PURWOREJO P E R A T U R AN BUPATI P U R W O R E J O N O M OR : 40 T A H U N 2009 T E N T A N G

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PEDOMAN PENILAIAN PETANI BERPRESTASI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia merupakan bagian dari negara

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

I. PENDAHULUAN. adalah masalah keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Permasalahan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP)

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

PENGEMBANGAN USAHA AGRIBINIS PEDESAAN (PUAP) DI PROVINSI BENGKULU

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG AGRIBISNIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI WADAH KOPERASI UNTUK MENCAPAI KETAHANAN PANGAN. Menteri Pertanian RI Pada : Jakarta Food Security Summit (JFSS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

I. PENDAHULUAN. bertempat tinggal di pedesaan dan menggantungkan hidupnya pada sektor

PENGANTAR. Ir. Suprapti

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1995, hlm Ibid, hlm Awan Setya Dewanta, et.al. Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia, Aditya Media,

KATA PENGANTAR. Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung jawab Kegiatan, Dr. Wahyu Wibawa, MP.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan termasuk didalamnya berbagai upaya penanggulangan kemiskinan, sesungguhnya adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi masyarakat menuju ke arah yang lebih baik, lebih sejahtera dan demokratis. Dalam kegiatan pembangunan perubahan tentu tidak hanya diharapkan terjadi pada aspek fisik dan kelembagaan saja, tetapi juga perubahan pada cara kehidupan dan derajat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam menyelenggarakan pembangunan di wilayahnya. Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat ibaratnya adalah dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sektor pertanian hingga kini masih tetap memiliki peranan yang strategis dalam pembangunan nasional, baik bagi pertumbuhan ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Peranan strategis sektor pertanian bagi pertumbuhan ekonomi antara lain ditunjukkan oleh kedudukan sektor pertanian sebagai kontributor penting dalam; (1) pembentukan Produk Domestik Bruto; (2) penyediaan dan peningkatan devisa Negara melalui ekspor hasil pertanian; serta (3) penyediaan bahan baku industri. Revitalisasi Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (RPPK) yang dicanangkan pada tanggal 11 Juni 2005 oleh Presiden RI pada hakekatnya adalah menggalang komitmen dan mengubah paradigma semua pemangku kepentingan pembangunan pertanian. Pertanian tidak dipandang sebatas menghasilkan 1

produksi semata, melainkan seluruh kegiatan subsistem dalam sistem agribisnis. Dengan demikian partisipasi aktif setiap pemangku kepentingan, khususnya petani sebagai pelaku utama dalam pembangunan pertanian sangat penting. Dalam rangka mempercepat laju pembangunan perekonomian, Indonesia perlu menempatkan pembangunan pertanian yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi sebagai motor penggerak utama pembangunan ekonomi nasional. Pemberdayaan masyarakat tani adalah proses perubahan pola pikir, perilaku dan sikap petani dari subsistem tradisional menjadi petani modern berwawasan agribisnis melalui proses pembelajaran yang berkelanjutan. Tiga aspek pemberdayaan, yaitu: 1) pemberdayaan sumber daya manusia petani; 2) pemberdayaan kelembagaan petani; dan 3) pemberdayaan usahatani. Program-program pembangunan yang dilaksanakan selama ini juga selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan kemiskinan, karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun dalam realitanya, masalah yang berkepanjangan dan tidak pernah ada habisnya. Meskipun pemerintah era reformasi juga mempunyai perhatian yang besar terhadap pengentasan kemiskinan. Permasalahan mendasar yang sekarang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar, dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah. Untuk mengatasi masalah dan menyelesaikan permasalahan tersebut Pemerintah menetapkan Program Jangka Menengah yang fokus pada 2

pembangunan pertanian perdesaan. Salah satunya ditempuh melalui pendekatan mengembangkan usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan pertanian di perdesaan. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan oleh Kementerian Pertanian pada tahun 2008 dilakukan secara terintegrasi dengan program PNPM-M Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. Untuk koordinasi pelaksanaan PUAP pada Kementerian Pertanian, Menteri Pertanian membentuk Tim PUAP Pusat untuk mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP Nasional. PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuan modal usaha untuk petani anggota, baik petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun rumah tangga tani yang di koordinasikan oleh Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Di Propinsi Jawa Timur berdasarkan data tahun 2012 kabupaten lokasi PUAP sejumlah 30 kabupaten, yang tersebar di 987 desa, dan Gapoktan sejumlah 987 kelompok yang merupakan pengembangan dari kelompoktani sasaran program PUAP. Salah satu penerima dana PUAP adalah Kabupaten Malang. Sampai Bulan Desember 2012 jumlah desa/gapoktan penerima PUAP sebanyak 167 Gapoktan. Gapoktan merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaan PUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan 3

Penyelia Mitra Tani (PMT). Melalui pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat menjadi kelembagaan ekonomi yang dimiliki dan dikelola petani. Sejalan dengan format penumbuhan Gapoktan menjadi kelembagaan tani diperdesaan sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007, maka Gapoktan penerima BLM PUAP 2008, harus dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi lembaga ekonomi ataupun Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan sehingga dapat mengelola dan melayani pembiayaan bagi petani anggota secara berkelanjutan. Salah satu kasus pengembangan LKM-A adalah seperti yang dilakukan oleh Gapoktan Mulya Jaya, Desa Lumbangsari, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Gapoktan ini didirikan pada tanggal 21 Juli 2006, jenis usaha yang dilaksanakan pada agribisnis padi dan ternak. Unit simpan pinjam Gapoktan Mulya Jaya sebagai embrio LKM-A dibentuk dan diresmikan pada tanggal 22 Desember 2012. Pada saat ini Gapoktan Mulya Jaya mempunyai 4 (empat) kegiatan antara lain: (1) Pengadaan Sarana Produksi, (2) Pinjaman modal untuk kegiatan pertanian, (3) pinjaman modal untuk kegiatan peternakan, (4) Pertemuan rutin Gapoktan dilaksanakan satu bulan sekali. Gapoktan Mulya Jaya mempunyai visi: "Mewujudkan petani yang mandiri dan profesionalisme menuju masyarakat yang makmur sejahtera". Misi yang diembankan oleh Gapoktan Mulya Jaya: "1) Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan petani pada umumnya dengan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan permodalan; 2) mengurangi 4

kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan usaha agribisnis di wilayah Gapoktan; 3) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petani yang mengarah pada lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan; dan 4) meningkatkan kesejahteraan rumah tangga tani miskin, petani atau peternak skala kecil dan buruh tani." Relevansi kajian ini untuk dilaksanakan karena saat ini semakin banyak Gapoktan yang mulai mengembangkan LKM-A di wilayahnya masing-masing. Untuk mewujudkannya LKM-A pada Program PUAP diperlukan upaya dan strategi pengembangan yang tepat dan berkelanjutan. 1.2. Rumusan Masalah Berdasar pada latar belakang, masalah penelitan dibatasi dengan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan kelembagaan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang? 2. Bagaimana struktur kelembagaan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang? 3. Bagaimana strategi pengembangan kelembagaan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui perkembangan kelembagaan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. 5

2. Mengetahui struktur kelembagaan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. 3. Memberikan strategi pengembangan kelembagaan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis Adapun kegunaan secara teoritis dari penelitian ini adalah sebagai khasanah dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta pengalaman dibidang penelitian. 1.4.2. Kegunaan Praktis Adapun keguanaan secara praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi petani/peternak sebagai pelaku utama, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pengembangan usaha pertanian/peternakan anggota Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. 2. Bagi lembaga Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian (BKP3) Malang, diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan kebijakan teknis yang berkenaan dengan pengembangan LKM- Agribisnis 6

3. Bagi pihak yang berkompeten, diharapkan dapat menjadi informasi dalam membangun koordinasi yang harmonis dalam kaitannya dengan pengembangan Gapoktan Mulya Jaya di Desa Lumbangsari Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. 1.5. Batasan Istilah dan Pengukuran Variabel Guna menyamakan persepsi terhadap istilah yang digunakan, maka diberikan batasan-batasan sebagai berikut : 1. Strategi adalah proses penentuan rencana yang berfokus pada tujuan panjang disertai penyusunan suatu cara agar tujuan dapat tercapai. Strategi ditentukan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh gapoktan penerima PUAP. 2. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya disebut PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai dengan potensi pertanian desa sasaran. 3. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya disebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja. 4. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4 (empat) sub sistem, yaitu (a) sub sistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) sub sistem pertanian primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang dihasilkan sub sistem hulu; (c) sub sistem agribisnis hilir yaitu yang 7

mengolah dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) sub sistem penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan, teknologi dan lain-lain. 5. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa). Dalam pelaksanaan PUAP yang dimaksud dengan desa termasuk didalamnya adalah Kelurahan (Kota), Nagari (Sumatera Barat), Kampung (Papua dan Papua Barat). 6. Desa miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan infrastruktur desa yang sangat terbatas. 7. Desa miskin terjangkau adalah desa miskin yang memiliki infrastruktur transportasi & komunikasi yang memungkinkan untuk dilakukan pembinaan berkelanjutan. 8. Dana pendukung adalah dana yang dialokasikan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk bersumber dari APBD Kabupaten/Kota untuk persiapan, pengawalan dan pembinaan Gapoktan PUAP. 9. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya pertanian dan keanekaragaman hayati. 10. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang. 8

11. Pemberdayaan masyarakat pertanian adalah upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat agribisnis sehingga secara mandiri mampu mengembangkan diri dan dalam melakukan usaha secara berkelanjutan. 12. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. 13. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. 14. Pertemuan kelompok merupakan media yang penting bagi anggota kelompok untuk bisa saling memahami dan menghargai satu sama lain, untuk belajar dan bertukar pengalaman, untuk merencanakan kegiatan/usaha dan memecahkan masalah yang dihadapi. 15. Rencana Usaha Bersama (RUB) adalah rencana usaha untuk pengembangan agribisnis yang disusun oleh Gapoktan berdasarkan kelayakan usaha dan potensi desa. 16. Kegiatan kelompok adalah suatu aktifitas dimana kelompok memberi manfaat ekonomi maupun sosial kepada setiap anggota melalui kegiatan-kegiatan yang mereka adakan yang terdiri dari : Usaha bersama yaitu usaha yang dikelola oleh kelompoktani yang telah disusun dalam Rencana Usaha Bersama (RUB) dalam bidang pertanian, industri, perdagangan, jasa atau usaha lainnya. Usaha pertanian adalah usahatani dalam bidang pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan pertanian. 9

Usaha perdagangan adalah usaha dalam bidang jual beli, pracangan, bakulan, mlijo, toko/palen, dll. Usaha industri adalah usaha dalam bidang industri rumah tangga, yaitu pembuatan kue/makanan kecil, kerajinan, konveksi/menjahit (bordir, busana muslim, tas, peci, dll), pembuatan bahan/alat rumah tangga, pande besi. Serta usaha jasa (tenaga, sewa lahan, alat, perbaikan). 17. Usaha simpan pinjam yaitu kegiatan simpan pinjam yang dimulai dengan membiasakan anggota menabung sebagai alternatif bagi kelompok guna mewujudkan kemandirian. 18. Usaha produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan. 19. Komite pengarah adalah komite yang dibentuk oleh Pemerintahan Desa yang terdiri dari wakil tokoh masyarakat, wakil dari kelompok tani dan penyuluh pendamping. 20. Penyuluh pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam pelaksanaan PUAP. 21. Penyelia Mitra Tani (PMT) adalah individu yang memiliki keahlian di bidang keuangan mikro yang direkrut oleh Kementerian Pertanian untuk melakukan supervisi dan advokasi kepada Penyuluh dan Pengelola Gapoktan dalam pengembangan PUAP. 10

22. Pendampingan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh Pendamping dan PMT dalam rangka pemberdayaan petani, kelompok tani dan Gapoktan dalam melaksanakan PUAP. 23. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP adalah dana bantuan sosial untuk petani/kelompok tani guna pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha. 24. Tim Pembina Propinsi adalah tim pelaksana PUAP di Propinsi yang dibentuk oleh Gubernur untuk mengkoordinasikan PUAP di wilayahnya. 25. Tim teknis Kabupaten/Kota adalah tim pelaksana PUAP di Kabupaten/Kota yang dibentuk oleh Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mengkoordinasikan pengelolaan PUAP di wilayahnya. 26. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP adalah bantuan dana kepada petani/kelompoktani untuk pengembangan usaha agribisnis di perdesaan yang disalurkan melalui Gapoktan dalam bentuk modal usaha. 27. Analisis SWOT adalah analisis yang mencakup tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dianalisis berdasarkan produksi tanaman dan pemasaranya. 28. Variabel adalah konsep yang mempunyai variasi nilai, besaran dan atau jumlah yang bernilai kategorial. Variabel dalam penelitian ini merupakan variabel pelaksanaan agribisnis pertanian pada Sub sistem Sarana dan Prasarana Produksi Pertanian, Sub sistem Pertanian Budidaya, Sub sistem Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian serta Sub sistem Penunjang. 11