Analisis Perwilayahan Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perwilayahan Komoditas Kedelai di kabupaten Jember Regional Analysis Of Soybean Commodities in Jember Regency

KARAKTERISTIK KOMODITAS SUB SEKTOR PERTANIAN DI WILAYAH JALUR LINTAS SELATAN (JLS) KABUPATEN JEMBER

POTENSI WILAYAH DAN DAMPAK SERTA KONTRIBUSI KOMODITAS TEMBAKAU BESUKI NA-OOGST TANAM AWAL TERHADAP SEKTOR PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBER

PERWILAYAHAN KOMODITAS UBI KAYU DALAM MENDUKUNG KEGIATAN AGROINDUSTRI CHIP MOCAF DI KABUPATEN TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERANAN DAN TREND KOMODITAS SUB SEKTOR PERTANIAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH JALUR LINTAS SELATAN (JLS) KABUPATEN JEMBER

ANALISIS WILAYAH KOMODITAS KOPI DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

PENDAHULUAN. dan tidak bisa dipisahkan yaitu pertama, pilar pertanian primer (on-farm

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 DATA AGREGAT PER KECAMATAN KABUPATEN JEMBER

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

PENENTUAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONTRIBUSI EKONOMI KOMODITAS PADI TERHADAP PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN MADIUN

BAB III METODE PENELITIAN. komoditas tanaman pangan pada 21 kecamatan di wilayah Kabupaten

OPTIMALISASI EKONOMI PEMILIHAN POLA TANAM UNGGULAN DI KABUPATEN JEMBER. Muhammad Firdaus, Dosen STIE Mandala Jember

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TESIS. POTENS I WI LAY AH DAN DA MP AK SERT A KO NTRIB USI KOMODITAS TEMBAKAU BESUKI Na-Oog st TANAM AWAL TERHADAP SEKTOR PERKEBUNAN KABUPATEN JEMBER

PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IDENTIFIKASI KOMODITAS UNGGULAN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PASAMAN

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

Sosio Ekonomika Bisnis ISSN ANALISIS EKONOMI PERKEBUNAN KELAPA DALAM TERHADAP PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

ANALISIS KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN DALAM KAWASAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH) TANAH LAUT

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

ABSTRACT & EXECUTIVE SUMMARY

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN TANAMAN PANGAN BERDASARKAN NILAI PRODUKSI DI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia. Bagi perekonomian Indonesia kacang kedelai memiliki

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perikanan Tangkap

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN DI KABUPATEN BANDUNG SELAMA TAHUN Nina Herninawati 1)

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia. Salah satu komoditas pangan yang penting di Indonesia

1 Sholihah et al., Analisis Perwilayahan Komoditas dan Kontribusi Subsektor Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Jember SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

P E N U T U P P E N U T U P

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

Analisis Peranan Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Provinsi Jawa TimurTahun (Pendekatan Shift Share Esteban Marquillas)

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

The Potency of Secondary Crops in Regional Development of Banyumas Regency. Altri Mulyani; Alpha Nadeira Mandamdari *

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Ramalan II 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder rangkai waktu (Time

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (Angka Ramalan II Tahun 2014)

RENCANA KINERJA TAHUNAN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 KETERANGAN

PERANAN KOMODITI PERTANIAN UNGGULAN TIAP KECAMATAN DALAM PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat

Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

ANALISIS SUBSEKTOR TANAMAN PANGAN DI KOTA PEMATANGSIANTAR PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS EKONOMI REGIONAL KOMODITAS TEMBAKAU DI KABUPATEN PAMEKASAN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Jember Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber pendapatan bagi sekitar ribu RTUT (Rumah Tangga Usahatani Tani) (BPS, 2009).

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

Analisis Perwilayahan Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember Linda Ekadewi Widyatami 1, Ardhitya Alam Wiguna 2 Manajemen Agribisnis Politeknik Negeri Jember Jalan Mastrip Kotak Pos 164 Jember 1 linda_e.widyatami@yahoo.co.id 2 ardhitya.alam@gmail.com Abstract Di Propinsi Jawa Timur Kabupaten Jember berada di posisi keenam penghasil komoditas kedelai terbesar dengan jumlah produksi adalah 25.178 ton pada Tahun 15. Komoditas kedelai di Kabupaten Jember memiliki luas area panen pada tahun 15 seluas 12.238 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sentra komoditas kedelai di Kabupetan Jember, karakteristik penyebaran komoditas kedelai di wilayah sektor basis Kabupaten Jember, dan peranan komoditas kedelai dalam mendukung kegiatan sektor pertanian di Kabupaten Jember.Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis Location Quotient (LQ), analisis lokalita dan spesialisasi komoditas kedelai, sertaanalisis Basic Service Ratio (BSR), Regional Multiplier (RM), dan Short Multiplier. Hasil analisis Location Quotient (LQ) menunjukkan bahwa wilayah basis komoditas kedelai berdasarkan indikator luas panen terdiri dari 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari, Jombang, Balung, Rambipuji, Ajung, Kaliwates, Kencong, Jenggawah, serta Kecamatan Ambulu. Wilayah basis komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi terdiri dari 9 Kecamatan yaitu: Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari, Balung, Rambipuji, Jombang, Ajung, Kaliwates, Kencong, serta Kecamatan Jenggawah. Usahatani komoditas kedelai di Kabupaten Jember tidak terkonsentrasi pada satu wilayah saja, melainkan menyebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember, dan tidak menspesialisasikan pada usahatani komoditas kedelai. Usahatani Komoditas kedelai di Kabupaten Jember juga dapat berperan serta dalam mendukung kegiatan pertanian sektor tanaman pangan di Kabupaten Jember. Keywords Analisis Wilayah, Analisis Location Quotient (LQ), Analisis Lokalita dan Spesialisasi, Komoditas Kedelai I. PENDAHULUAN Kedelai sebagai salah tahu tanaman pangan di Indonesia yang banyak diolah menjadi berbagai produk, baik produk pangan, obat-obatan, industri maupun pakan. Produk olahan kedelai yang popular di masyarakat dewasa ini adalah produk fermentasi seperti tempe, kecap, tauco dan produk non fermentasi seperti tahu, susu, dan daging tiruan (meat analog). Komoditi tanaman kedelai di Jawa Timur mencapai 350 ribu ton dari 700-800 ribu ton produksi kedelai nasional per tahun. Hal ini berarti Jawa Timur merupakan sentra produksi kedelai dengan 42% produksi kedelai nasional berasal dari Jawa Timur. Daerah-daerah penyangga komoditi tanaman kedelai di Jawa Timur meliputi Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah produksi adalah 44.636 Ton, kemudian Kabupaten Sampang dengan jumlah produksi adalah 41.689 Ton, Kabupaten Bojonegoro dengan jumlah produksi 28.056 Ton, Kabupaten Ponorogo 27.414 Ton, Lamongan 27.096 Ton, sedangkan Kabupaten Jember berada di posisi keenam dengan jumlah produksi adalah 25.178 ton pada Tahun 15. Kabupaten Jember merupakan kabupaten dengan luas wilayah 3.293 km², dengan luas yang sangat besar tersebut terdapat beberapa sub sektor komoditi yang ada di Kabupaten Jember, mulai dari sub sektor tanaman pangan, perkebunan dan kawasan kehutanan, untuk sub sektor tanaman pangan terdapat beberapa komoditi unggulan mulai dari tanaman padi, jagung dan kedelai. Komoditas kedelai memiliki luas area panen pada tahun 15 seluas 12.238 Ha yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember, untuk mengetahui sentra komoditas kedelai di Kabupetan Jember ini, akan dilakukan penelitian tentang Analisis Perwilayahan Tanaman Kedelai di Kabupaten Jember. II. TINJAUAN PUSTAKA Location Quotient (LQ) merupakan prosedur untuk mengukur konsentrasi dari suatu aktivitas disuatu wilayah dengan cara membandingkan peranannya dalam 138

perekonomian wilayah tersebut dengan peranan kegiatan industri dalam wilayah perekonomian yang lebih luas. Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sektor unggulan sebagai leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan pada (1) aspek tenaga kerja dan (2) pendapatan. Dalam prakteknya penggunaan pendekatan LQ meluas tidak terbatas pada bahasan ekonomi saja tetapi juga dimanfaatkan untuk menentukan sebaran komoditas atau melakukan identifikasi wilayah berdasarkan potensinya. III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sektor basis komoditas kedelai di Kabupaten Jember 2. Mengetahui karakteristik penyebaran komoditas kedelai di wilayah sektor basis Kabupaten Jember, apakah terlokalita dan terspesialisasi 3. Mengetahui peranan komoditas kedelai dalam mendukung kegiatan sektor pertanian di Kabupaten Jember B. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan analisis wilayah. 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi petani kedelai dan pelaku agribisnis kedelai dalam menjalankan danmengembangkan kegiatan uasahatani komoditas kedelai. 3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah atau pengambil kebijakan dalam menentukan alternatif kebijakan untuk pengembangan wilayah usahatani komoditas kedelai. 4. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dan penambahan literatur bagi instansi peneliti. IV. METODE PENELITIAN Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder. Data Sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Jember. Metode Analisis yang digunakan untuk mengetahui wilayah basis dan non basis komoditas kedelai di Kabupetan Jember adalah metode analisis Location Quotient (LQ) dengan rumus sebagai berikut (Wibowo dan Januar, 05): ( vi/ vt) LQ = ( Vi / Vt) Keterangan : LQ = Location Quotient komoditas strategis di suatu wilayah. vi = Jumlah produksi/ luas panen di Kecamatan-i vt = Jumlah produksi/ luas panen di Kabupaten-i Vi = Total jumlah produksi/ luas areal sub sektor pertanian di Kecamatan-i Vt = Total jumlah produksi/ luas areal sub sektor pertanian di Kabupaten-i LQ > 1 : Wilayah (i) merupakan wilayah basis produksi LQ < 1 : Wilayah (i) merupakan wilayah non basis produksi. Untuk mengetahui karakteristik penyebaran komoditas kedelai di Kabupaten Jember digunakan analisis lokalita dan spesialisasi. a) Lokalita (Lp), digunakan untuk mengukur penyebaran (konsentrasi) relatif kegiatan pertanian di suatu wilayah dengan rumus :Lp = {(Si / Ni) ( Si / Ni)} α > 1 : Komoditas-i terkonsentrasi pada suatu Kecamatan-i α < 1 : Komoditas-i tersebar di beberapa wilayah di Kecamatan-i b) Spesialisasi (Sp), digunakan untuk melihat spesialisasi wilayah terhadap jenis pertanian tertentu, dengan rumus: Sp = {(Si / Si) (Ni / Ni)} β > 1 : Suatu wilayah menspesialisasikan pada satu jenis komoditas-i β< 1 : Suatu wilayah tidak menspesialisasikan pada satu jenis komoditas-i Keterangan : Si = Jumlah produksi/ luas panen komoditas-i di Kecamatan-i Ni= Jumlah produksi/ luas panen komoditas-i di Kabupaten-i Si = Total produksi/ luas panen sub sektor pertanian komoditas-i di Kecamatan-i Ni = Total produksi/ luas panen sub sektor pertanian komoditas-i di Kabupaten-i Untuk mengetahui peranan komoditas strategis sebagai sektor basis dalam mendukung perkembangan kegiatan sektor pertanian terutama mensejahterakan masyarakat dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan memperbaiki pendapatan di Kabupaten Jember digunakan analisis Basic Service Ratio (BSR), Regional Multiplier (RM), dan Short Multiplier[7], dengan rumus sebagai berikut: BSR = Sektor basis Sektor non basis RM = Sektor basis Sektor Sektor non basis basis Pengganda Jangka Pendek (Short Multiplier/ SM)[7] : 139

SM = YB YN YB Keterangan : SM = Pengganda jangka pendek YB = Penerimaan basis YN = Penerimaan non basis BSR, RM, MS > 1 : Sektor basis mensejahterakan masyarakat sektor pertanian di Kabupaten Jember terutama menciptakan lapangan pekerjaan dan memperbaiki pendapatan. BSR, RM, MS < 1 : Sektor basis tidak mensejahterakan masyarakat sektor pertanian di Kabupaten Jember. Asumsi yang digunakan adalah: 1) Pola permintaan penduduk bersifat homogen artinya setiap penduduk di wilayah penelitian dianggap mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional. 2) Respon hubungan sektor basis terhadap permintaan luar wilayah dan respon dari sektor non basis terhadap perubahan sektor basis (time lag) diabaikan. 3) Penerimaan menggunakan harga rata-rata tahunan atas dasar harga yang berlaku dan mengabaikan perbedaan harga menurut jenis dan kualitas dalam satu komoditas. V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI A.Sektor Basis Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember Hasil analisis Location Quetient (LQ) komoditas kedelai berdasarkan indikator luas panen di Kabupaten Jember periode Tahun 10-1015 ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Nilai Location Quotient (LQ) Wilayah Basis Komoditas Kedelai Berdasarkan Indikator Luas Panen di Kabupaten Jember Tahun 10-15 LQ Kedelai No Kecamatan 10 11 12 13 14 15 Rata-rata 1 Bangsalsari 3,8 61 3,5 93 3,5 72 5,4 70 5,2 27 4,5 76 4,383 2 Umbulsari 87 2,6 88 3,7 82 4,0 80 3,9 97 2,7 73 3,285 3 Balung 2,5 85 2,0 84 63 2,9 87 10 33 2,227 4 Rambipuji 15 98 3,1 61 70 0,4 64 0,9 62 1,829 5 Jombang 1,1 09 1,5 38 68 2,1 43 2,2 85 2,0 91 72 6 Ajung 1,2 51 1,2 42 58 2,1 18 83 98 1,591 7 Kaliwates 1,3 66 0,3 69 49 2,1 55 1,9 83 1,8 84 1,568 8 Jenggawah 1,0 73 1,3 59 1,3 36 23 01 89 47 1,0 1,5 1,3 1,1 1,3 2,0 9 Kencong 31 10 Ambulu 52 Sumber: Data Diolah, 16 21 1,1 40 23 0,6 93 68 0,9 26 24 1,0 39 35 00 1,0 37 1,048 Hasil analisis Location Quotient (LQ) wilayah basis komoditas kedelai di Kabupaten Jember berdasarkan indikator luas panen tahun 10 15 menunjukkan bahwa selama periode waktu tahun 10 sampai dengan 15 dari 31 Kecamatan di Kabupaten Jember terdapat 10 kecamatan yang memiliki nilai Analisis LQ lebih besar (> 1), yang berarti bahwa 10 kecamatan tersebut merupakan wilayah basis luas panen komoditas kedelai di Kabupaten Jember. Berdasarkan urutan nilai analisis LQ tertinggi kecamatan-kecamatan tersebut antara lain adalah Kecamatan Bangsalsari dengan nilai LQ 4,383, Umbulsari dengan nilai LQ 3,285, Balung dengan nilai LQ 2,227, Rambipuji dengan nilai LQ 1,829, Jombang dengan nilai LQ 72, Ajung dengan nilai LQ 1,591, Kaliwates dengan nilai LQ 1,568, Jenggawah dengan nilai LQ 47, Kencong dengan nilai LQ 00, serta Ambulu dengan nilai LQ 1,048, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa 10 kecamatan tersebut memiliki luas panen kedelai yang mampu untuk mencukupi kebutuhan wilayahnya secara mandiri dan mampu menyokong kebutuhan komoditas kedelai wilayah lain. Hasil analisis Location Quetient (LQ) komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember periode Tahun 10-1015 ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. NilaiLocation Quotient (LQ) Wilayah Basis KomoditasKedelaiBerdasarkanIndikatorProduksi di KabupatenJemberTahun 10 15 No Kecamatan LQ Kedelai 10 11 12 13 14 15 Ratarata 1 Bangsalsari 6,009 4,556 4,736 6,617 6,904 5,953 5,796 2 Umbulsari 36 3,146 4,071 4,359 4,377 2,795 3,514 3 Balung 3,010 2,460 66 2,927 48 1,552 2,294 4 Rambipuji 2,115 2,291 3,569 12 0,425 0,909 1,837 5 Jombang 0,994 74 06 2,081 84 2,211 58 6 Ajung 1,190 1,268 1,250 1,866 1,581 1,538 49 7 Kaliwates 1,9 0,338 60 2,178 91 75 25 8 Kencong 0,961 73 1,175 1,049 1,181 1,946 1,348 9 Jenggawah 0,894 1,353 1,158 98 1,563 1,388 1,309 Sumber: Data Diolah, 16 Hasil analisis LQ wilayah basis komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember periode 10-16 menunjukkan bahwa terdapat 9 Kecamatan di Kabupaten Jember yang memiliki nilai LQ produksi komoditas kedelai pada periode 10-15 lebih besar dari satu (> 1), berdasarkan nilai LQ tertinggi kecamatan-kecamatan tersebut antara lain adalah Kecamatan Bangsalsari (Nilai LQ = 5,796), Kecamatan Umbulsari (Nilai LQ = 3,514), Kecamatan Balung (Nilai LQ = 2,294), Kecamatan Rambipuji (Nilai LQ = 1,837), Kecamatan Jombang (Nilai LQ = 58), Kecamatan Ajung 140

(Nilai LQ = 49), Kecamatan Kaliwates (Nilai LQ = 25), Kecamatan Kencong (Nilai LQ = 1,348), dan Kecamatan Jenggawah (Nilai LQ = 1,309). Hal ini menunjukkan bahwa kesembilan kecamatan tersebut merupakan wilayah basis komoditas kedelai di Kabupaten Jember selama periode 10-16, yang berarti kecamatankecamatan tersebut mampu memenuhi kebutuhan komoditas kedelai di wilayahnya secara mandiri serta mampu memenuhi kebutuhan kedelai wilayah lain dalam kurun waktu 10 sampai dengan 11. Wilayah basis komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember yang tertinggi adalah Kecamatan Bangsalsari dengan nilai LQ sebesar 5,796, yang berarti bahwa 1 bagian produksi kedelai akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kecamatan Bangsalsari dan sisanya sebesar 4,796 bagian untuk memenuhi kebutuhan komoditas kedelai di wilayah lain. B. Karakteristik Penyebaran Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember 1.Lokalita Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember Hasil analisis lokalita berdasarkan indikator luas panen menunjukkan bahwa dari 31 Kecamatan di Kabupaten Jember terdapat sepuluh (10) kecamatan di Kabupaten Jember yang mempunyai nilai lokalita positif (α+), yaitu Kecamatan Bangsalsari dengan nilai lokalitas positif (0,192), Umbulsari (α = 0,060), Balung (α = 0047), Rambipuji (α = 0,029), Jombang (α = 0,027), Ajung (α = 0,021), Jenggawah (α = 0,019), Kencong (α = 0,015), Kaliwates (α = 0,004), dan Kecamatan Ambulu (α = 0,002). Nilai rata-rata lokalita komoditas kedelai pada sepuluh kecamatan basis di Kabupaten Jember periode tahun 10-15 menunjukkan nilai positif kurang dari satu (< 1), dan untuk nilai rata-rata total analisis lokalita luas lahan di Kabupaten Jember menunjukkan nilai kurang dari satu yaitu 0,042, yang berarti bahwa berdasarkan indikator luas panen komoditas kedelai tidak terkonsentrasi pada suatu kecamatan di Kabupaten Jember atau komoditas kedelai tersebar di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Jember. Penyebaran usahatani komoditas kedelai yang tidak terkonsentrasi ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Jember karena penyedia luas areal panen kedelai untuk kebutuhan industri dan masyarakat di Kabupaten Jember tidak tergantung pada satu wilayah kecamatan saja, tetapi tersedia di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember. Dalam hal ini wilayah basis komoditas kedelai masih memegang peranan penting sebagai wilayah yang mampu memenuhi kebutuhan wilayah lain. Hasil analisis lokalika berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember periode tahun 10-15 menunjukkan bahwa terdapat sembilan kecamatan yang memiliki nilai lokalita positif (α+), yaitu Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari, Balung, Jombang, Rambipuji, Ajung, Kencong, Jenggawah, dan Kecamatan Kaliwates. Nilai rata-rata lokalita produksi komoditas kedelai di masing-masing kesembilan kecamatan tersebut menunjukkan nilai positif yang kurang dari satu (α+ <1), dan untuk nilai rata-rata total lokalita produksi komoditas kedelai di Kabupaten Jember selama periode 10-15 menunjukkan nilai yang kurang dari satu yaitu sebesar 0,049, yang berarti bahwa komoditas kedelai tidak terkonsentrasi pada suatu kecamatan di Kabupaten Jember atau komoditas kedelai tersebar di beberapa wilayah kecamatan di Kabupaten Jember. Penyebaran usahatani komoditas kedelai yang tidak terkonsentrasi ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Jember karena penyedia produksi kedelai untuk kebutuhan industri dan masyarakat di Kabupaten Jember tidak tergantung pada satu wilayah kecamatan saja, tetapi tersedia di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember. 2.Spesialisasi Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember Hasil analisis spesialisasi berdasarkan indikator luas panen menunjukkan bahwa terdapat sepuluh (10) Kecamatan di Kabupaten Jember yang mempunyai nilai Spesialisasi positif (β+), yaitu Kecamatan Bangsalsari sebesar 0,194; Umbulsari sebesar 0,016; Balung sebesar 0,065; Rambipuji sebesar 0,046; Jombang sebesar 0,036; Ajung sebesar 0,028, Jenggawah sebesar 0,025; Kaliwates sebesar 0,023; Kencong sebesar 0,021; serta Kecamatan Ambulu sebesar 0,002. Nilai rata-rata spesialisasi komoditas kedelai berdasarkan indikator luas panen pada masingmasing kecamatan di Kabupaten Jember menunjukkan nilai positif yang kurang dari satu (< 1), nilai tersebut berarti bahwa kecamatan-kecamatan di Kabupaten Jember tersebut tidak menspesialisasikan pada usahatani komoditas kedelai. Nilai rata-rata total spesialisasi komoditas kedelai berdasarkan indikator luas panen di Kabupaten Jember selama periode 10-15 menunjukkan nilai positif kurang dari satu (< 1) yaitu sebesar 0,056. Hasil analisis spesialisasi kedelai di Kabupaten Jember berdasarkan indikator produksi pada periode tahun 10-15, menunjukkan bahwa terdapat sembilan (9) kecamatan di Kabupaten Jember yang memiliki nilai koefisien spesialisasi positif yaitu Kecamatan Bangsalsari sebesar 0,233; Umbulsari sebesar 0,063; Balung sebesar 0,050; Jombang sebesar 0,027; Rambipuji sebesar 0,026, Ajung sebesar 0,016, Kencong sebesar 0,014, Jenggawah sebesar 0,013, dan Kecamatan Kaliwates sebesar 0,003. Nilai rata-rata spesialisasi komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Jember tersebut menunjukkan nilai positif yang kurang dari satu (< 1), nilai ini berarti bahwa kecamatankecamatan tersebut tidak menspesialisasikan pada produksi usahatani komoditas kedelai. Nilai rata-rata total spesialisasi komoditas kedelai berdasarkan indikator luas panen di 141

Kabupaten Jember selama periode 10-15 menunjukkan nilai positif kurang dari satu (< 1) yaitu sebesar 0,049. C.Daya Dukung Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember 1.Basic Service Ratio (BSR) Hasil analisis Basic Service Ratio (BSR) bedasarkan indikator luas panen menunjukkan bahwa nilai BSR yang diperoleh bernilai lebih besar dari satu ( 1) dengan nilai rata-rata sebesar 4,547, hal ini menunjukkan bahwa, usahatani komoditas kedelai mampu mendukung perekonomian di Kabupaten Jember. Nilai tersebut secara garis besar mempunyai arti bahwa, Kabupaten Jember memiliki kemampuan wilayah basis kedelai dalam melayani kebutuhan pengambangan wilayah non basis. Nilai BSR tertinggi diperoleh pada Tahun 13, yaitu sebesar 7,319, nilai tersebut berarti bahwa 1 bagian dari luas panen komoditas kedelai digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan wilayah basis dan sisanya sebesar 6,319 digunakan untuk melayani kebutuhan guna pengembangan wilayah non basis di Kabupaten Jember. Hasil analisis BSR komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember periode Tahun 10-15, menunjukkan bahwa nilai rata-rata BSR komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember periode Tahun 10-15 lebih besar dari satu (> 1), dengan nilai 3,939, nilai ini menunjukkan bahwa produksi komoditas kedelai mampu mendukung pengembangan perekonomian di Kabupaten Jember. Nilai BSR komoditas kedelai berdasarkan indikator produksi di Kabupaten Jember selama periode Tahun 10-15 yang tertinggi berada pada tahun 13 yaitu bernilai 7,664, nilai tersebut menunjukkan bahwa 1 bagian produksi komoditas kedelai digunakan untuk memenuhi pengembangan di wilayah basis dan sisanya sebesar 6,664 digunakan untuk melayani kebutuhan guna mengembangkan wilayah non basis. 2.Regional Multiplier (RM) Hasil analisis RM berdasarkan indikator luas panen di Kabupaten Jember menunjukkan nilai RM lebih dari saru (RM > 1), dengan nilai rata-rata RM 1,253. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan pengusahaan usahatani komoditas kedelai dilihat dari indikator luas areal panennya mendukung kegiatan ekonomi tanaman pangan berupa efek pengganda yang ditimbulkan bagi kecamatankecamatan yang ada di Kabupaten Jember. Hasil analisis Regional Multiplier (RM) komoditas kedelaiberdasarkanindikator produksimenunjukkan bahwa nilai RM lebih dari satu, dengan nilai rata-rata RM sebesar 1,307. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan pengusahaan usahatani komoditas kedelai dilihat dari indikator produksinya mendukung kegiatan ekonomi sub sektor tanaman pangan berupa efek pengganda yang ditimbulkan bagi kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Jember. Efek multiplier yang ditimbulkan tersebut dapat berupa peningkatan pendapatan maupun penyerapan tenaga kerja baik melalui kegiatan pertanian sub sektor tanaman pangan itu sendiri maupun kegiatan sekunder dari industri hasil komoditas kedelai. Nilai RM yang tertinggi terjadi pada tahun 10 yang menunjukkan nilai sebesar 54, nilai tersebut menunjukkan bahwa, 1 bagian digunakan untuk wilayah basis dan 0,454 merupakan efek penambahan terhadap wilayah non basis. 3.Analisis Penggandan Jangka Pendek (Short Multiplier) Analisis LQ ini dapat diperkuat dengan analisis pengganda jangka pendek (short multiplier) Efek pengganda sektor basis ini akan mengetahui sejauh mana sektor basis mempengaruhi perkembangan laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah basis. Dalam analisis pengganda jangka pendek, penelitian ini menggunakan asumsi bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan seperti investasi lokal, pendapatan dan pengeluaran masyarakat bersifat tetap. Hasil analisis pengganda jangka pendek komoditas kedelai di Kabupaten Jember pada periode tahun 10-15 bernilai lebih dari satu (>1), dengan nilai rata-rata 1,303. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan pengusahaan komoditas kedelai mendukung kegiatan ekonomi sub sektor tanaman pangan berupa efek pengganda penerimaan jangka pendek. Mekanisme efek pengganda tersebut bekerja melalui arus perputaran nilai tambah sektor basis untuk dibelanjakan kembali pada kegiatan ekonomi sektor lain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan suatu wilayah atas barang dan jasa yang tidak diproduksi atau terbatas di wilayah tersebut. Nilai koefisien SM diinterpretasikan sebagai tingkat penerimaan yang diperoleh wilayah atas setiap rupiah penerimaan komoditas basis kedelai. D. Luaran Penelitian Hasil luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Sebagai bahan informasi bagi pengambil kebijakan yang berhubungan dengan pengembangan komoditas kedelai di Kabupaten Jember; 2) Sebagai sumber informasi atau referensi bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan analisis perwilayahan; 3) Naskah Jurnal diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah Inovasi Tahun 16. A.Kesimpulan VI. KESIMPULAN DAN SARAN 142

Kesimpulan hasil dan pembasahan dalam laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Wilayah Basis Komoditas Kedelai di Kabupaten Jember Tahun 10-15, yaitu: a) Wilayah Basis Komoditas Kedelai berdasarkan indikator luas panen terdiri dari 10 Kecamatan yaitu: Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari, Balung, Rambipuji, Jombang, Ajung, Kaliwates, Kencong, Jenggawah, serta Kecamatan Ambulu. b) Wilayah Basis Komoditas Kedelai berdasarkan indikator produksi terdiri dari 9 Kecamatan yaitu: Kecamatan Bangsalsari, Umbulsari, Balung, Rambipuji, Jombang, Ajung, Kaliwates, Kencong, serta Kecamatan Jenggawah. 2. Usahatani komoditas kedelai di Kabupaten Jember tidak terkonsentrasi pada satu wilayah saja, melainkan menyebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Jember. Usahatani komoditas kedelai di wilayah kecamatan basis Kebupaten Jember tidak menspesialisasikan pada usahatani komoditas kedelai. 3. Usahatani Komoditas kedelai di Kabupaten Jember berdasarkan analisis Basic Service Ratio (BSR), Regional Multiplier (RM), dan Analisis pengganda jangka pendek (short multiplier) menunjukkan bahwa dapat berperan serta dalammendukung kegiatan pertanian sektor tanaman pangan di Kabupaten Jember. B.Saran 1. Kebijakan pengembangan komoditas kedelai di Kabupaten Jember diharapkan berdasarkan potensi dan spesifikasi wilayah basis komoditas kedelai, sehingga dapat mendorong wilayah basis komoditas kedelai untuk melakukan pengembangan dan peningkatan luas areal panen serta produksi komoditas kedelai, dan nantinya mampu untuk menghasilkan komoditas kedelai yang terspesialisasi di Kabupaten Jember. 2. Pengembangan komoditas kedelai di wilayah basis kedelai Kabupaten Jember membutuhkan kerjasama dan dukungan yang lebih baik dari berbagai pihak yang terlihat dalam pengembangan sektor tanaman pangan ini seperti pemerintah Kabupaten Jember, Dinas Pertanian Kabupaten Jember, Kelembagaan Agribisnis yang terkait serta pihak petani yang mengusahakan usahatani kedelai. [1] Badan Pusat Statistik Indonesia. 16.Indonesia Dalam Angka. Jakarta: Badan Pusat Statistik Indonesia. [2] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 11. Kabupaten Jember Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 12. Kabupaten Jember. [3] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 13. Kabupaten Jember [4] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 14. Kabupaten Jember [5] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 15. Kabupaten Jember [6] Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember. 16. Kabupaten Jember : [7] Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. 16. Provinsi Jawa Timur dalam Angka. Surabaya: Badan Pusat Statistik Jawa Timur. [8] Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia. [9] Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Pangan dan Pertanian Tahun 15-19. Jakarta. [10] Septiatin. 12. Peningkatan Produksi Kedelai di Lahan Kering, Sawah, dan Pasang Surut. CV. Bandung: Rama Widya. [11] Soetriono. 1996. Sektor Basis Kedelai sebagai Pendukung Agroindustri di Kecamatan Ambulu Kabupaten Jember. AgrijurnalFakultasPertanianUniversitasJemberNomor 2 Volume 3. [12] Soetriono. 06. Daya Saing Pertanian Dalam Tinjauan Analisis. Malang: Bayumedia. [13] Tarigan, 06. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Perkasa. DalamWidjayanti. 12. PerwilayahanKomoditas Sub SektorPertaniandalamPengembangan Wilayah JalurLintas Selatan (JLS) KabupatenJember. Jember: Program Studi Agribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Jember. [14] Warpani, S. 1983. Analisis Kota dan Daerah. Bandung: ITB. DalamHidayat M, T. 10. Perwilayahan dan Dinamika Perkembangan Komoditas Tembakau Di Indonesia. Jember: Program StudiAgribisnis Program Pasca Sarjana Universitas Jember. [15] Wibowo, R danjanuar, J. 05. Teori Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jember: FakultasPertanianUniversitasJember. UCAPAN TERIMA KASIH Tim peneliti mengucapkan terima kasih kepada Politeknik Negeri Jember dan Pusat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Jember yang telah memberikan kesempatan dan mendanai kegiatan penelitian ini melalui sumber dana BOPTN Politeknik Negeri Jember Tahun 16. DAFTAR PUSTAKA 143