BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Divisi Regional Wilayah Barat Medan. Hasil penelitian menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyangkut aspek-aspek tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hal bekerja. Konsep motivasi, merupakan sebuah konsep penting studi tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

1.1. Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab mempunyai pengaruh

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Terry (2006), manajemen adalah sebuah proses yang melibatkan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS. Minggu ke tujuh

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang karyawan agar karyawan tersebut dapat tergerak untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang memimpin, yang tergantung dari macam-macam faktor, baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok, sebagai pemberi tugas atau sebagai pengarah dan mengkoordinasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan yaitu dengan jalan memberikan kompensasi. Salah satu cara manajemen

BAB II LANDASAN TEORI. disamakan. Pemimpin merupakan individu sedangkan kepemimpinan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

TINJAUAN PUSTAKA. satu periode. Menurut Gunawan dalam Haruman dan Sri (2007: 3), anggaran

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepemimpinan berasal dari kata pemimpin. Istilah pemimpin digunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN & HIPOTESIS

Konsep Konsep Motivasi BAHAN AJAR 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian budaya organisasi. Robbins dan Timoty (2008:256)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

Konsep Dasar Motivasi. (Perilaku Keorganisasian, Dr. M.M. Nilam Widyarini)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. untuk melakukan atau bertindak sesuatu. Keberadaan pegawai tentunya

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hernowo (2008), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Motivasi, dan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

Bab 9 Memotivasi & Memimpin Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DETERMINAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT. X MEDAN. BAGUS HANDOKO Dosen Fakultas Ekonomi STIE Harapan Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang telah lakukan pada tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

Motivasi penting dikarenakan :

II. KAJIAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin movere yang berarti bergerak

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku seseorang untuk berbuat. Sedangkan motif dapat dikatakan suatu driving force yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI MOTIVASI. Proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan usaha seorang. Komponen Motivasi : Intensitas, arah dan ketekunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemasyarakatan. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. yang melakukan tindak pidana dan oleh hakim dijatuhi hukuman masuk ke Lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan yang unggul, salah satu bagian terpenting yaitu adanya

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang dapat diandalkan. SDM memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

10. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori Two Factor Theory yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg mengusulkan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan demikian dalam menggunakan tenaga kerja perlu adanya insentif yang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan tugas dan penyelenggaraan pemerintahan, dipengaruhi oleh

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. oleh kalangan orang banyak, baik dalam organisasi yang kecil maupun dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a) Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk menguasai atau

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya pelayanan sosial kemanusiaan, secara faktual pelayanan rumah sakit telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

BAB IV MOTIVASI, PENGELOLAAN INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM ORGANISASI BISNIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terkait dengan apa yang dihasratkan oleh individu itu dan yang hasilnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KERANGKA TEORETIS. Penelitan terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini dapat dilihat. Analisis

BAB II LANDASAN TEORI

Materi 11 Memotivasi & Memimpin Karyawan. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

1. PENGERTIAN 2. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI 3. TEORI-TEORI YANG BERKAITAN DENGAN MOTIVASI 4. BAGAIMANA MENJADI TERMOTIVASI? 5.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Seorang pemimpin adalah orang yang bergerak lebih awal, berjalan didepan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran, pendapat, tindakan orang lain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Menurut Robbins (2008:49) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Anoraga (dalam Sutrisno, 2009:214) kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakkan orang-orang agar dengan pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan itu. 2.1.2 Pentingnya Kepemimpinan dalam Organisasi Pemimpin merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi. Pengarahan terhadap pekerjaan yang dilakukan pimpinan dalam mencapai tujuan organisasi perusahaan maupun lembaga-lembaga harus di berikan oleh pemimpin sehingga kepemimpinan tersebut dapat menjadi efektif. Menurut Robbins (2008:40) pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan 13

orang dengan mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan. Keadaan ini menggambarkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan, jika suatu organisasi atau perusahaan memiliki perbedaan dengan yang lain dapat dilihat dari sejauh mana pemimpinnya dapat bekerja secara efektif. Sedangkan menurut Yuli (2005:165) pentingnya pemimpin dalam seuatu organisasi terungkap dalam suatu pernyataan berikut : bahwa untuk menunjang keberhasilan fungsi manajemen dalam organisasi tentunya membutuhkan seorang pemimpin yang dapat melaksanakan tugas atau fungsi manajemen. Kepemimpinan adalah suatu faktor kemanusiaan, mengikat suatu kelompok bersama dan memberi motivasi untuk tercapainya tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan yang efektif, individu-individu maupun kelompok cenderung tidak memiliki arah dan kurang termotivasi. Kepemimpinan merupakan aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para karyawannya. Keberhasilan pemimpin dalam mencapai tujuan tidak lepas dari bagaimana pemimpin berinteraksi dengan bawahannya. Kemampuan berinteraksi dan mempengaruhi kepemimpinan mencakup upaya memandu, mendorong dan memfasilitasi orang lain dalam rangka mencapai tujuan dengan menggunakan cara tertentu. 14

2.1.3 Gaya Kepemimpinan Robbins (2008:58) menyatakan bahwa, salah satu faktor utama bagi kepemimpinan yang berhasil adalah gaya kepemimpinan dasar seorang individu. Ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda pada suatu perusahaan yaitu: 1. Gaya Otokratis Gaya otokratis menggambarkan pemimpin yang biasanya cenderung memusatkan wewenang, mendiktekan metode kerja, membuat keputusan unilateral, dan membatasi partisipasi karyawan. 2. Gaya Demokratis Gaya Demokratis menggambarkan pemimpin yang cenderung melibatkan karyawan dalam mengambil keputusan, mendelegasikan wewenang, mendorong partisipasi dalam memutuskan metode dan sasaran kerja, dan menggunakan umpan balik sebagai peluang untuk melatih karyawan. 3. Gaya Laissez Faire Dalam gaya laisezz faire, pemimpin umumnya memberi kelompok kebebasan penuh untuk membuat keputusan dan menyelesaikan pekerjaan dengan cara apa saja yang dianggap sesuai. 2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepemimpinan Empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan. Keith Davis (dalam Thoha, 2007:33) adalah sebagai berikut: 1. Kecerdasan Bahwa pemimpin mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang dipimpin 15

2. Kedewasaan dan Keleluasaan Hubungan Sosial Kepemimpin cenderung menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil serta mempunyai perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial. 3. Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi Para pemimpin secara relatif mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi. 4. Sikap-Sikap Hubungan Kemanusiaan Seorang pemimpin yang berhasil mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu berpihak kepadanya. 2.1.5 Dimensi Kepemimpinan Menurut Kouzes dan Posner (2004:26) ada 4 (empat) Dimensi kepemimpinan, yaitu: 1. Jujur Kejujuran berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika. 2. Berorientasi ke depan Kemampuan berorientasi ke depan bukan berarti orang harus memiliki kekuatan penglihatan magis untuk melihat sesuatu hal yang ada di masa depan. Realitanya jauh lebih sederhana, yaitu: kemampuan menentukan atau memilih tujuan yang diinginkan, ke arah mana perusahaan, atau komunitas akan dibawa. 3. Kompeten Kompetensi kepemimpinan mengacu pada catatan prestasi si pemimpin dan kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal ini tidak mengacu secara 16

spesifik kepada kemampuan pemimpin di bidang tekhnologi dalam kegiatan operasional saja, tetapi tergantung dari posisi pemimpin dan kondisi organisasi. Seorang pemimpin harus mampu memberi contoh, inspirasi, tantangan, memungkinkan orang bertindak, dan memberi semangat pada bawahannya. 4. Membangkitkan semangat (motivasi) Kepemimpinan yang membangkitkan semangat dapat memenuhi kebutuhan para bawahannya akan arti dan tujuan dalam hidup, artinya menjadikan anggotaya lebih bersemangat, positif, dan optimis mengenai masa depan yang memberikan harapan pada orang lain. 2.1.6 Fungsi Kepemimpinan Fungsi kepemimpinan memudahkan tercapainya sasaran kelompok. Dalam organisasi modern, fungsi kepemimpinan dapat dilaksanakan oleh beberapa peserta. Menurut Yuli (2005:167), terdapat lima fungsi kepemimpinan yang hakiki yaitu: a. Fungsi Penentu Arah Keterbatasan sumber daya organisasi mengharuskan pemimpin untuk mengelolanya dengan efektif, dengan kata lain arah yang hendak dicapai oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana prasarana yang ada. b. Fungsi Sebagai Juru Bicara Fungsi ini mengharuskan seorang pemimpin untuk berperan sebagai penghubung antara organisasi dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan. 17

Peran ini sangat penting karena disadari bersama bahwa tidak ada satu pun organisasi yang dapat hidup tanpa bantuan dari pihak lain. c. Fungsi Sebagai Komunikator Berkomunikasi pada hakikatnya adalah mengalihkan suatu pesan dari satu pihak kepada pihak lain. Fungsi pemimpin sebagai komunikator disini lebih ditekankan pada kemampuannya untuk mengkomunikasikan sasaran-sasaran, strategi, dan tindakan yang harus dilakukan oleh bawahan. d. Fungsi Sebagai Mediator Konflik-konflik yang terjadi atau adanya perbedaan-perbedaan kepentingan dalam organisasi menuntut kehadiran seorang pemimpin dalam menyelesaikan masalah yang ada.kiranya sangat mudah membayangkan bahwa tidak akan ada seorang pemimpin yang akan membiarkan situasi demikian berlangsung dalam organisasi yang dipimpinnya dan akan berusaha untuk menanggulanginya. Jadi, kemampuan menjalankan fungsi kepemimpinan selaku mediator yang rasional, objektif dan netral merupakan salah satu indikator efektifitas kepemimpinan seseorang. e. Fungsi Sebagai Integrator Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan dalam organisasi, semakin penting pula makna peranannya. 2.2 Motivasi 2.2.1 Pengertian Motivasi Menurut Robbins (2008:156) menyatakan motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan usaha terus-menerus 18

(persistence) individu menuju pencapian tujuan. Intensitas menunjukkan seberapa keras orang berusaha. Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang termasuk perilaku kerja supaya mau bekerja giat dan antusias dalam mencapai hasil yang optimal. Sedangkan menurut Stanford (dalam Mangkunegara, 2005:93), mendefenisikan bahwa Motivation as an energizing condition of the organism that serves to direct that organism toward the goal of a certain class (motivasi sebagai suatu kondisi yang menggerakkan manusia kearah suatu tujuan tertentu). 2.2.2 Teori-Teori Motivasi Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow (dalam Robbins, 2002:56), mengemukakan bahwa kebutuhan manusia itu dapat diklasifikasikan ke dalam lima hierarki kebutuhan, sebagai berikut: 1. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow a. Kebutuhan fisik Kebutuhan untuk mempertahankan hidup ini disebut juga dengan kebutuhan psikologis, yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup dari kematian. Kebutuhan paling dasar ini berupa kebutuhan untuk makan, minum, perumahan, pakaian, yang harus dipenuhi oleh seseorang dalam upayanya untuk mempertahankan diri dari kelaparan, kehausan, kedinginan kepanasan, dan sebagainya. b. Kebutuhan rasa aman: meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosi. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dan keamanan ini dapat meliputi: 19

- Selalu memberikan informasi agar karyawan dalam bekerja bersikap hatihati dan waspada. - Menyediakan tempat kerja aman dari keruntuhan, kebakaran, dan sebagainya. - Memberikan perlindungan asuransi jiwa, terutama bagi karyawan yang bekerja pada tempat rawan kecelakaan. - Kebutuhan penghargaan: Meliputi faktor-faktor internal seperti harga diri, prestasi, serta faktor-faktor eksternl seperti: status, pengakuan, dan perhatian. - Kebutuhan aktualisasi diri: dorongna untuk menjadi apa yang mampu dia lakukan; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi diri, dan pemenuhan kebutuhan diri sendiri. c. Kebutuhan sosial: meliputi kasih sayang, rassa memiliki, penerimaan dan persahabatan d. Kebutuhan penghargaan : meliputi faktor-faktor internal seperti harga diri, prestasi, serta faktor-faktor eksternal seperti status, pengakuan dan perhatian. e. Kebutuhan aktualisasi diri: dorongan unuk menjadi apa yang mampu dia lakukan; meliputi pertumbuhan, pencapaian potensi diri, dan peenuhan kebutuhan diri sendiri. 20

Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow digambarkan sebagai berikut: Aktualisasi Diri Harga Diri Sosial Rasa Aman Fisik Sumber: Robbins, (2002:57) Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow Teori hierarki kebutuhan Maslow ini menyiratkan manusia bekerja dimotivasi oleh kebutuhan yang sesuai dengan waktu, keadaan serta pengalamannya. Tenaga kerja termotivasi oleh kebutuhan yang belum terpenuhi di mana tingkat kebutuhan yang lebih tinggi muncul setelah tingkatan sebelumnya. Masing-masing tingkatan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, perwujudan diri. Dari fisiologis bergerak ke tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu, perwujudan diri secara bertahap. 2. Teori X dan Teori Y oleh Douglas McGregor Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda mengenai manusia: sesorang itu pada dasarnya negatif, di beri nama Teori X, dan yang lainnya pada dasarnya bersifat positif di beri nama Teori Y. Dalam Teori X terdapat empat asumsi yang di yakini oleh manajer, yaitu : a. Karyawan tidak suka bekerja dan bilamana mungkin, akan berusaha menghindarinya. 21

b. Karena para karyawan tidak suka bekerja, mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk menccapai tujuan yang diinginkan. c. Para karyawan akan mengelakkan tanggung jawab dan sedapat mungkin hanya mengikuti perintah formal. d. Kebanyakan pekerja mengutamakan rasa aman Dalam Teori Y, terdapat empat asumsi berlawanan yang di yakini oleh manajer, yakni: a. Para karyawan memandang pekerjaan sama alamiahnya dengan istirahat dan bermain. b. Seseorang yang memiliki kommitmen pada tujuan akan melakukan pengarahan dan pengendalian diri. c. Seseorang yang biasa-biasa saja dapat belajar untuk, menerima bahkan mencari tanggung jawab. d. Kreativitas yaitu kemampuan untuk membuat keputusan yang baik didelegasikan kepada karyawan secara luas dan tidak berasal dari orang yang berada dalam manajemen. 3. Teori Motivasi Hygiene Menurut Robbins (2002:58) teori ini menyatakan bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaannya merupakan suatu hubungan dasar dan bahwa sikapnya terhadap kerja dapat sangat menentukan sukses atau kegagalan individu. Faktor kepuasan dalam kerja atau motivator (intrinsik) cenderung dihubungkan dengan pekerjaan atau dengan diri sendiri seperti: peluang promosi, peluang pengembangan diri, pengakuan, tanggung jawab dan pencapaian. Sedangkan 22

faktor Hygiene (ekstrinsik) di mana ketidakpuasan dalam kerja cenderung dikaitkan dengan faktor ekstrinsik seperti: kebijakan, supervisi, uang, status, rasa aman, hubungan antar manusia, dan kondisi kerja. Perbedaan Teori Motivasi Dua Faktor Frederick Herzberg dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Teori Motivasi dua faktor Frederick Herzberg Faktor Ekstrinsik Faktor Intrinsik 1. Kebijaksanaan dan administrasi 1. Keberhasilan 2. Supervisi 2. Pengakuan 3. Gaji/upah 3. Pekerjaan itu sendiri 4. Hubungan antar pribadi 4. Tanggung jawab 5. Kondisi kerja 5. Pengebangan Sumber : Teori dua faktor Frederick Herzberg (dalam Robbins (2002: 58) Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari keberadaan motivator intrinsik bahwa ketidakpuasan kerja berasal dari ketidak beradaan faktor-faktor ekstrinsik. Dengan demikian seseorang yang terdorong secara intrinsik akan menyenangi pekerjaannya, memungkinkan menggunakan kreatifitas dan inovasi dan tidak perlu diawasi dengan ketat. Kepuasan disini tidak dikaitkan dengan perolehan hal-hal yang bersifat materi. Sebaliknya, mereka yang terdorong oleh faktor-faktor ekstrinsik cenderung melihat kepada apa yang diberikan oleh organisasi kepada mereka dan kinerjanya diarahkan kepada perolehan hal-hal yang diinginkannya dari organisasi. Menurut herzberg faktor ekstrinsik tidak akan mendorong para karyawan untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, hal tersebut dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Jadi Herzberg 23

berpendapat bahwa apabila pimpinan ingin memberi motivasi pada para bawahannya yang perlu ditekankan adalah faktor-faktor yang menimbulkan rasa puas yaitu dengan mengutamakan faktor-faktor motivasional yang sifatnya intrinsik yaitu : 1. Keberhasilan Agar seorang bawahan dapat berhasil melaksanakan pekerjaannya, maka pimpinan harus memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mencapai hasil. Pimpinan juga harus memberi semangat kepada bawahan agar bawahan dapat mengerjakan sesuatu yang dianggapnya tidak dikuasainya. Apabila dia berhasil melakukan hal tersebut, maka pimpinan harus menyatakan keberhasilannya. Hal ini akan menimbulkan sikap positif dan keinginan selalu ingin melakukan pekerjaan yang penuh tantangan. 2. Pengakuan Adanya pengakuan dari pimpinan atas keberhasilan bawahan. Pengakuan dapat dilakukan melalui berbagai cara, misalnya dengan menyatakan keberhasilannya langsung di tempat kerja, memberikan surat penghargaan, hadiah berupa uang tunai, medali, kenaikan pangkat atau promosi. 3. Pekerjaan itu sendiri Pimpinan membuat usaha-usaha yang nyata dan meyakinkan sehingga bawahan mengerti akan pentingnya pekerjaan yang dilakukannya, harus menciptakan kondisi untuk menghindari kebosanan yang mungkin muncul dalam pekerjaan serta menempatkan karyawan sesuai dengan bidangnya. 24

4. Tanggung Jawab Untuk dapat menumbuhkan sikap tanggung jawab terhadap bawahan, maka pimpinan harus menghindari pengawasan yang ketat, dengan memberikan kesempatan kepada bawahan untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menumbuhkan partisipasi. Penerapan partisipasi akan membuat bawahan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan. 5. Pengembangan Pengembangan dapat menjadi motivator yang kuat bagi bawahan. Pimpinan dapat memulainya dengan memberi bawahan suatu pekerjaan yang lebih menantang, tidak hanya jenis pekerjaan yang berbeda tetapi juga posisi yang lebih baik. Apabila sudah berhasil dilakukan, pimpinan dapat memberikan rekomendasi tentang bawahan yang akan mendapat promosi/menaikkan pangkatnya atau yang memperoleh kesempatan untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan lebih lanjut. 2.2.3 Tujuan Motivasi Menurut Hasibuan (2009:146) tujuan motivasi sebagai berikut: a. Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan b. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan c. Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan d. Meningkatkan kedisiplinan karyawan e. Mengefektifkan pengadaan karyawan f. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik g. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan 25

h. Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan i. Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya. j. Menngkatkan efesiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku. 2.3 Kinerja 2.3.1 Pengertian Kinerja Menurut Mangkunegara (2000:67), kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Sedangkan menurut Malthis dan Jackson (2009:378), kinerja (performance) adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. (Sedarmayanti, 2007:260). Dari pengertian kinerja tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas dari seorang karyawan sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. 2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor yang memepengaruhi kinerja, antara lain dikemukakan Amstrong dan Baron (dalam Wibowo, 2012:100) sebagai berikut: 1. Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. 26

2. Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. 3. Team factor, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. 4. System factor, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas kerja yang diberikan organisasi. 5. Contextual/situational factor, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Adapun Menurut Mathis dan Jackson (2009:340), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1. Kemampuan mereka 2. Motivasi 3. Dukungan yang diterima 4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan 5. Hubungan mereka dengan organisasi 2.3.3 Pengukuran Kinerja Menurut Robbins (2008:355) cara pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut. 1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan. 27

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran tingkat kepuasan, yaitu seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran. 3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan. Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan. 2.4 Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan pada Tabel 2.2 berikut. Peneliti/ Tahun Winda Agnesia Sagala (2013) Ruwung, Ficke H. (2013) Frederick Binfor, Sampson Kwadwo Boateng, Edith Anokor Abbey Samuel Adu Osei, Felix K. M. Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu Judul Teknik Analisis Hasil Pengaruh Motivasi Kerja dan Disiplin KerjaTerhadap Kinerja Pegawai Pada Bank Mandiri The Effect of Leadership on the Work Motivation of Higher Education Administration Employees (Study at Manado State University) The Effect Of Leadership Styles And Motivation On Employee Performance In Public Institutions: Evidence From Ghana. Analisis deskriptif dan analisis regresi linier berganda. explanatory descriptive with simple linear regression Descriptive Explanatory Motivasi Kerja dan Disiplin Kerja berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai pada Bank Mandiri leadership had a significant effect on work motivation. It can been seen in α below 0,05 or below 5%. That indicate that hypotesis one accepted or relationship between leadership and work motivation is significant in this research, especially leadership to work motivation in education administration employee higher education organization in Manado State University Tondano North Sulawesi, Indonesia. Good management leadership and motivation helps to develop teamwork and integration of individual, group and goals. It aids intrinsic motivation by emphasizing the importance of the work that people do. The changing nature of work organizations, 28

Swanzy and Theophilus Francis Gyepi- Garbrah (2013) Elvina Girsang (2010) Qaisar, Abbas And Sara, Yaqoob (2009) Pengaruh Motivasi, Kompensasi, Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Bank Sumut Cabang Kota Tebing Tinggi Effect Of Leadership Development On Employee Performance In Pakistan Analisis deskriptif dan regresi linier Sederhana. Correlation and multiple regression linear including flatter structure and recognition of the efficient use of human resources, coupled with advance in social democracy, have combined to place growing importance on leadership. Effective leadership and motivation is the key to shift people s perceptions from seeing change as a threat to seeing it as an exciting challenge. Motivasi, Kompensasi, Kepemimpinan Dan Komitmen Organisasi berpengaruh Terhadap kinerja karyawan PT. Bank Sumut Cabang Kota Tebing Tinggi. Leadership development on employee performance and the study supports a strong positive relationship between Employee Performance. Rizky Putra (2008) Rosalinda Nur Cahaya Hutauruk (2008) Ikhsan Azwari (2007) pengaruh kepemimpinan dan motivasi terhadap kinerja kerja karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Petisah Medan. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawau (Studi Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan, Sumatera Utara) Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Bank Negara Indone sia Tbk Cabang Utama Medan Analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi linier bergand analisis eksplanasi dengan studi regresi linear sederhan Analisis deskriptif kuantitatif dan analisis regresi linier berganda kepemimpinan dan motivasi berpengaruh sangat signifikan (higsignificant) terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Cabang Petisah Medan. Kepemimpinan terhadap kinerja berpengaruh signifikan terhadap pegawai (pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Medan, Sumatera Utara. Gaya kepemimpinan otoriter, demokratis dan laissez berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia,Tbk Cabang Utama Medan 2.5 Kerangka Konseptual Berhasil tidaknya suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan, untuk meningkatkan kinerja bawahannya pemimpin 29

menggerakkan dan memberi arahan kepada bawahan untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Kepemimpinan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan karena kepemimpinan yang efektif memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Robbins (2008:49) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan berperan penting dalam mengarahkan para karyawan untuk memberikan kinerja yang optimal dalam mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja karyawan, tanpa kepemimpinan yang efektif, individu-individu maupun kelompok cenderung tidak memiliki arah, tidak puas dan kurang termotivasi karena salah satu indikator dalam kepemimpinan adalah kemampuan memotivasi. Seperti dikemukakan oleh Robbins (2008:40) pemimpin menetapkan arah dengan mengembangkan suatu visi terhadap masa depan kemudian mereka menyatukan orang dengan mengkomunikasikan visi ini dan mengilhami mereka untuk mengatasi rintangan. Keadaan ini menggambarkan bahwa kepemimpinan sangat diperlukan, jika suatu organisasi atau perusahaan memiliki perbedaan dengan yang lain dapat dilihat dari sejauh mana pemimpinnya dapat bekerja secara efektif. Faktor lain 30

yang harus menjadi perhatian manajemen perushaan adalah bagaimana agar semangat kerja dan sikap positif dapat senantiasa terjaga dan meningkatn sehingga sangat dibutuhkan peran motivasi untuk meningkatkan kinerja. Robbins (2008:156) menyatakan motivasi sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction), dan usaha terus-menerus (persistence) individu menuju pencapian tujuan. Intensitas menunjukkan seberapa keras orang berusaha. Motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam menentukan perilaku seseorang termasuk perilaku kerja supaya mau bekerja giat dan antusias dalam mencapai hasil yang optimal. Selanjutnya, Hasibuan (2009:146) menyatakan bahwa beberapa tujuan dan manfaat motivasi diantaranya adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dan meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan. Kemudian, kinerja sebagai hasil kerja karyawan baik secara kualitatif maupun kuantitatif menjadi tolak ukur kinerja perusahaan secara umum. Jika karyawan memiliki kinerja yang optimal, maka akan memberikan kontribusi yang positif bagi kemajuan perusahaan sebaliknya kinerja karyawan yang buruk atau rendah akan merugikan perusahaan. Mangkunegara (2000:67), menyatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Dari uraian tersebut terlihat bahwa kepemimpinan dan motivasi memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja karyawan. Jika 31

kepemimpinan yang diterapkan efektif, disertai dengan motivasi yang tepat akan mendorong kinerja karyawan yang lebih optimal. Dengan demikian, kerangka konseptual digambarkan sebagai berikut: Motivasi (Y 1 ) Kepemimpinan (X) Kinerja (Y 2 ) Sumber: Robbins (2008:156), Hasibuan (2009:146) dan Mangkunegara (2000:67) Gambar 2.2 Kerangka Konseptual 2.6 Hipotesis Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Berdasarkan latar belakang, landasan teori, dan perumusan masalah maka hipotesis penelitian ini adalah: H1: Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Medan. H2: Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Motivasi Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Medan. H3: Motivasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kinerja Karyawan pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Medan. H4: Kepemimpinan berpengaruh terhadap Kinerja Karyawan melaui Motivasi Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Medan. 32