BAB VII PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang dilakukan sebelumnya terhadap hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terdahulu, dapat diambil kesimpulan-kesimpulan selama penelitian dilakukan.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suku dinas P2B (Pengawasan dan Penertiban Bangunan) Kota

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Krisis Perizinan sebagai Pemicu Bencana Banjir

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

METODOLOGI BAB III Tinjauan Umum Diagram Alir BAB III METODOLOGI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Strategi rehabilitasi hutan terdegradasi

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bagian yang

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG

V ANALISIS HASIL STUDI AHP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

DAFTAR PERTANYAAN. 1. Daftar Pertanyaan untuk Pelaku Usaha

JURNAL. Diajukan untuk memenuhi sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

BOKS 2 PENELITIAN POLA PEMBIAYAAN (LENDING MODEL) USAHA MIKRO KECIL INDUSTRI KECIL BATU BATA DI SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

X. ANALISIS KEBIJAKAN

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ESSAY UPAYA MENGATASI TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI KABUPATEN SERANG MELALUI PENINGKATAN BALAI LATIHAN KERJA (BLK) DI SETIAP KAWASAN INDUSTRI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kualitas pelayanan perizinan

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... 1

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN KECAMATAN BERBAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 135 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG IZIN GANGGUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

HASIL PENELITIAN KAJIAN AKADEMIS PENGENDALIAN PERUMAHAN TAHUN 2012

Daftar Pertanyaan Wawancara (Pedoman Wawancara) pada Tahap Formulasi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

PERENCANAAN WATANG BACUKI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran

IJIN GANGGUAN (HO) BARU/PERLUASAN DAN PERUBAHAN IJIN / GANTI NAMA

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

Lampiran 1. Peta Rencana Pola Ruang Pantai Selatan

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. bersamaan dengan semakin berkembang perusahaan Tiongkok yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan terbesar terjadi di tahun 2012, sedangkan pada tahun 2013 hingga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Peran Rencana Tata Ruang dalam Perencanaan Pembangunan

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 30 /PRT/M/2007

BAB VI PENUTUP. Dalam menganalisis implementasi kebijakan dengan menggunakan teori

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Materi Paparan Menteri ESDM

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/PRT/M/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ASET IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

BAB V KESIMPULAN Perizinan Perumahan Taman Mahkota Bandara 3. Seluruh pasal-pasal yang disebutkan pada bab empat, diketahui oleh notaris.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

BAB V PENUTUP. Bentuk kebijakan pembatasan usaha waralaba terutama minimarket. melindungi/proteksi terhadap UMKM-UMKM dalam bentuk warung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan di Indonesia memiliki Peranan penting dalam Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 474 TAHUN 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN. saat ini dan perkiraan masa yang akan datang, keseimbangan air tanah akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini di Indonesia perkembangan akan ilmu pengetahuan dan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: indikator yang diteliti yaitu komunikasi. Komunikasi masih banyak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30/PRT/M/2015 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. sempit, pengawasan intern berarti pengecekan, penjumlahan, baik. penjumlahan secara mendatar (crossfooting), maupun penjumlahan secara

PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CILIWUNG

- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN

Nomor : Lampiran : 1 (satu) Berkas : Permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

2 penawaran harga pada pelelangan tahap II, dimana belum secara tegas terdapat korelasi antara harga uap atau tenaga listrik yang ditawarkan dengan as

meningkat dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan tanah mempunyai nilai dan arti

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN WARUNG INTERNET

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

Konsepsi Review Permen 24/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN GEDUNG

III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V PENUTUP. berdasarkan analisis data yang dilakukan. Pengambilan kesimpulan dilakukan

Transkripsi:

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dilakukan sebelumnya terhadap hasil penelitian tentang alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai tambah bayan untuk pembangunan MC, terdapat beberapa hal yang menjadi garis besar dalam proses alih fungsi penggunaan lahan tersebut. Beberapa hal tersebut dapat berupa teknis implementasi alih fungsi penggunaan lahan untuk pembangunan MC maupun dalam tingkatan cara pandang yang digunakan dalam proses tersebut. Dalam alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan, paling tidak terdapat tiga dimensi atau bidang yang menjadi penentu alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan, yaitu 1. Bidang Lingkungan Dalam bidang lingkungan memandang bahwa alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan merupakan suatu bentuk degradasi di bidang lingkungan. Dalam aspek kebijakan menjadi perhatian, namun dalam aspek implementasi menjadi kurang diperhatikan. 2. Bidang Sosial Bidang sosial memandang bahwa alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak bayan sebagai bentuk potensi konflik sosial. Dalam berbagai tahapan alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan di bidang sosial kurang mendapat perhatian, hal ini terkait 122

dengan kurangnya partisipasi warga sebagai salah satu kelompok kepentingan dalam alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan. 3. Bidang Ekonomi Bidang ekonomi dalam alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan dipandang paling banyak memberikan manfaat. Manfaat yang diterima yaitu investasi dan juga penyerapan tenaga kerja. Selain itu dalam hal lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar justru akan menghilangkan lapangan kerja yang telah ada yaitu di bidang pertanian dan budi daya ikan air tawar. Hal pertama yang menjadi perhatian dalam alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan yaitu bagaimana prioritas utama alih fungsi penggunaan lahan dalam bidang ekonomi. Berbagai indikator pertumbuhan ekonomi yaitu dalam hal investasi dan penyerapan tenaga kerja dijadikan sebagai aspek utama dalam proses alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan. Hal kedua yaitu terjadi pembiaran dan bahkan dukungan dalam hal pelanggaran perizinan penggunaan lahan. Hal ini dapat dilihat pada proses perizinan IMB MC yang keluar tanpa adanya AMDAL, di mana AMDAL merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan dokumen lingkungan. Bahkan hal tersebut disadari namun secara sengaja pihak-pihak terkait menutup mata akan penyelewengan yang terjadi. 123

Berbagai permasalahan tersebut terjadi karena beberapa faktor yang mendorong. Setidaknya terdapat empat faktor pendorong terjadinya hal tersebut, pertama yaitu faktor kekuasaan dan kepentingan para aktor yang terlibat. Kekuasaan dan kepentingan para pejabat pada tingkatan yang lebih tinggi mampu mempengaruhi para implementor. Dalam hal ini implementor tidak memiliki kekuatan dalam melakukan implementasi kebijakan ketika bertemu dengan kepentingan dari penguasa yang berada pada tingkatan yang lebih tinggi. Dan faktor ketiga yaitu perilaku implementor yang memandang ekonomi sebagai prioritas. Dengan demikian maka segala bentuk pertimbangan lain kalah dengan kepentingan ekonomi dengan alasan demi peningkatan pendapatan asli daerah. Perilaku implementor yang bekerja sama dengan pengembang untuk mencari keuntungan pribadi. Tindakan seperti ini mendorong segala cara dilakukan demi keuntungan ekonomi. Faktor ketiga yaitu kemampuan implementor dalam mengimplementasikan kebijakan alih fungsi dan penggunaan lahan di Kabupaten Sleman. Para implementor terkendala dengan kekurangan sumber daya yang dimiliki, terutama sumber daya manusia. Dan faktor keempat terkait mekanisme pelayanan yang dibentuk pada setiap instansi juga menjadi penentu. Dari beberapa dinas terkait alih fungsi penggunaan lahan di lembah sungai Tambak Bayan, para penerima pelayanan dapat secara langsung menemui pejabat pemberi pelayanan. Dengan adanya mekanisme demikian 124

maka ada kecenderungan penerima pelayanan dan pejabat pemberi pelayanan melakukan transaksi untuk mempermudah proses perizinan. B. Saran Pada bagian sebelumnya telah disampaikan berbagai temuan dalam penelitian terkait alih fungsi penggunaan lahan untuk pembangunan MC. Pada bagian ini akan dibahas tentang bagaimana solusi dan masukan yang ditawarkan penulis terkait berbagai permasalahan tersebut. Hal ini penting dilakukan demi perbaikan selanjutnya. Adapun beberapa hal yang menjadi saran penulis untuk perbaikan yaitu 1. Peningkatan kapasitas para implementor, karena hal ini sangat dibutuhkan dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat akan lahan yang semakin tinggi dan juga semakin berkembangnya wilayah Sleman. Peningkatan kapasitas dalam hal ini juga harus didukung dengan peningkatan kapabilitas para pelaksana. 2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam alih fungsi dan penggunaan lahan. Partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam hal ini, karena masyarakat yang merasakan langsung dampak dari kegiatan yang berlangsung dari alih fungsi dan penggunaan lahan. selain itu juga diperlukan mekanisme partisipasi warga sampai sejauh mana dalam proses tersebut. 3. Peningkatan Kantor Pelayanan Perizinan menjadi Badan Pelayanan Perizinan. Dengan adanya peningkatan status dari kantor menjadi badan, 125

maka pelayanan perizinan akan menjadi satu pintu, tidak perlu melalui pintu-pintu pelayanan lain yang berada pada instansi lain. Selain itu juga dengan dibentuknya badan maka diperlukan petugas penghubung pelayanan. Petugas ini berfungsi untuk menghubungkan penerima pelayanan dengan pejabat pemberi pelayanan, sehingga tidak ada pertemuan langsung antara petugas pemberi pelayanan dengan penerima pelayanan. 126