PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Pendapat Siswa Tentang Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Volume 2 Nomor 3 September 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling

KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN CARA BELAJAR SISWA

KEPATUHAN SISWA TERHADAP DISIPLIN DAN UPAYA GURU BK DALAM MENINGKATKANNYA MELALUI LAYANAN INFORMASI

Vipi Nandiya 1), Neviyarni 2), Khairani 3)

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BENTUK PENILAIAN DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN OLEH GURU BK DI SMA PGRI 1 PADANG JURNAL. Asmaneli

MASALAH BELAJAR SISWA DAN PENANGANANNYA

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd **

PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI I SALO PROVINSI RIAU JURNAL

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG

Jurnal Konseling dan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH GURU BK DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMPN 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

MASALAH-MASALAH YANG DIHADAPI PESERTA DIDIK DALAM PERENCANAAN KARIR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN BIMBINGAN KARIR

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA MELALUI LAYANAN INFORMASI

PEDOMAN Konseling FOR/SPMI-UIB/PED

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMP N 12 Padang)

Peran Guru Bk/Konselor Dan Guru Mata Pelajaran Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Yang Memperoleh Hasil Belajar Rendah

PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI SE-KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG

INTERAKSI SOSIAL SISWA BERPRESTASI DALAM BELAJAR DAN IMPLIKASINYA TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING JURNAL ILMIAH

SURVEI PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA JALAN JAWA SURABAYA

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN HASIL ALAT UNGKAP MASALAH (AUM) OLEH GURU BK DI SMP NEGERI DAN SWASTA DI KECAMATAN PADANG UTARA KOTA PADANG

PELAKSANAAN LAYANAN PENEMPATAN DAN PENYALURAN DALAM PENGEMBANGAN DIRI PESERTA DIDIK OLEH GURU BK

Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Bimbingan Karir

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER SANGGAR KONSULTASI REMAJA (SKR) DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 7 PADANG

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA SEMESTER III JURUSAN PPB/BK FIP UNIMED TAHUN AJARAN 2016/2017

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGANDAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

EFEKTIFITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGURANGI KECEMASAN BERKOMUNIKASI PADA SISWA

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Profesional

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI OLEH GURU BK DALAM PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

BAB II KAJIAN TEORI. a. pengertian layanan konseling individual

Implementation Of Guidance And Counseling Program

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konseling merupakan bantuan yang diberikan konselor kepada klien

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

By: Silvi Ayuningsih. *Student. Student of Guidance and Counseling program, STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACK

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMA N 12 PADANG. Oleh: Dedi Miswar. Fitria Kasih Rahma Wira Nita

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

Melin Pratikasari. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi ABSTRAK

PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP PENURUNAN MASALAH BELAJAR SISWA YANG SERING ABSEN KELAS X SMA 2 SIAK HULU TAHUN AJARAN 2012/2013

PERILAKU MENYONTEK SISWA SMA NEGERI DI KOTA PADANG SERTA UPAYA PENCEGAHAN OLEH GURU BK

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK MODELING TERHADAP RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS X SMAN 1 MOJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGERJAKAN TUGAS-TUGAS SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP N 4 SEWON BANTUL TAHUN AJARAN 2016 / 2017

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR. Dessy Mulyani 1)

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

HAMBATAN PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK OLEH GURU BK DI SMA NEGERI KOTA PADANG. Oleh: Nurlela* Azrul Said** Rahma Wira Nita**

Oleh: Iponofita Yani. Fitria Kasih Rahma Wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Abdul Aziz SMP Negeri 2 Kota Tegal, Jawa Tengah

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DI KELAS VIII-6 SMP

ARTIKEL PENERAPAN LAYANAN KONSELING INDIVIDU DENGAN MODEL BEHAVIORAL DALAM MENGURANGI MEMBOLOS SEKOLAH PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 7 KEDIRI

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN BERINTERAKSI SOSIAL DENGAN HASIL BELAJAR

NELLA OKTARIMA NPM:

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

Available online at Jurnal KOPASTA. Jurnal KOPASTA, 4 (1), (2017) 22-27

USAHA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS IX D SMP PGRI KASIHAN BANTUL TAHUN AJARAN 2016/2017

Dian Gusfita Putri* *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya kurikulum 1975 yang menyatakan bawa bimbingan dan penyuluhan

PROSIDING Seminar Nasional Bimbingan dan Konseling dan Konsorsium Keilmuan BK di PTKI Batusangkar, November 2015

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU BK DALAM MENYELENGGARAKAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING (Studi di SMP Negeri 23 Padang) JURNAL

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI BIDANG PENGEMBANGAN KARIER DI KELAS XI SMA N 2 BAYANG

CONTEXT INPUT PROCESS PRODUCT (CIPP): MODEL EVALUASI LAYANAN INFORMASI

Kegiatan Ekstrakurikuler Sanggar Konsultasi Remaja (SKR) di

MASALAH-MASALAH INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Jurnal Konseling dan Pendidikan

PERMASALAHAN YANG DIALAMI PESERTA DIDIK UNDERACHIEVER DAN IMPLIKASINYA DALAM PELAYANAN BK (Studi Deskriptif Pada Kelas X di SMA Adabiah 2 Padang)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB II KERANGKA TEORI. 1. Aplikasi Instrumentasi Bimbingan dan Konseling

ARTIKEL. Oleh: PRIMA EKA PUTRA NPM:

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG KEADAAN LINGKUNGAN FISIK SEKOLAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal sekarang sudah merupakan bagian yang integral dan tidak

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

Oleh: Eldawati. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. Pada Pasal

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ARAH PILIHAN KARIR ANAK DI KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL

Transkripsi:

Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 62-70 Info Artikel: Diterima21/02/2013 Direvisi25/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN Ilya Rahmi Risno 1), Asmidir Ilyas 2), Syahniar 3) Abstract Individual counseling services are in guidance and counseling services that provide benefits to the students to alleviate personal problems. Various problems faced by students with respect to the acquisition of the students after attending individual counseling services. This study aims to determine student gains after attending individual counseling services. The study was descriptive, subject students who have completed individual counseling services in SMP Negeri Padang 26 students totaling 35 people. In general it was found that most students have gotten gains after attending individual counseling services both in terms of understanding, the form of the acquisition or expectation after attending individual counseling services. Keywords: Acquisition, Individual Counseling Services PENDAHULUAN Layanan konseling sangat penting guna membantu siswa agar terjadinya perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik dan terentaskannya masalah yang dialami siswa, yang dapat menggangu perkembangan siswa, baik yang berhubungan dengan diri pribadi, sosial, karir dan belajar. Pernyataan tersebut diperjelas oleh Prayitno dan Erman Amti (1994:296) konseling dianggap sebagai layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien (siswa). Sejalan dengan itu, Prayitno (2004:1) mengungkapkan layanan konseling merupakan layanan konseling yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien (siswa) dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien dalam interaksi langsung atau tatap muka. Artinya, sangat penting dalam membantu pengentasan masalah siswa di samping layanan yang lainnya, dan diharapkan melalui ini dapat memungkinkan siswa menentukan arah hidupnya sehingga dapat mengambil keputusan untuk kepentingan siswa itu sendiri. 1 Ilya Rahmi Risno (1), Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang, email: dhelia_scoda@yahoo.com 2 Asmidir Ilyas (2), Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang, email: asmidir_ilyas56@yahoo.com 3 Syahniar (3), Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang, email: Syahniar9@gmail.com 62 2013 oleh Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

63 Pernyataan tersebut diperjelas lagi oleh Prayitno (2004:4) di mana tujuan dari layanan konseling ada dua, yaitu: 1) Tujuan umum: terentaskannya masalah yang dialami klien 2) Tujuan khusus: tujuan khusus layanan konseling terkait dengan fungsi-fungsi konseling di antarannya adalah klien memahami seluk beluk masalah yang dialami secara mendalam, komprehensif dan dinamis sebagai fungsi pemahaman, pemahaman itu mengarah kepada dikembangkannya persepsi dan sikap serta kegiatan demi terentaskannya secara spesifik masalah yang dialami klien sebagai fungsi pengentasan, pengembangan dan pemeliharaan potensi klien dan berbagai fungsi positif yang ada pada klien merupakan latar belakang pemahaman dan pengentasan masalah klien dapat dicapai sebagai fungsi pengembangan dan dapat melayani sasaran bersifat advokasi sebagai fungsi advokasi. Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa pemberian bantuan dalam mengentaskan masalah yang dialami siswa melalui menjadi sangat penting, karena dapat merubah tingkah laku siswa ke arah yang lebih baik, dengan terentaskannya masalah yang dialami siswa, siswa juga dapat ikut serta dalam meningkatkan prestasi belajar, mengembangkan cita-cita, menyelenggara kan kehidupan seharihari dan mengambil keputusan sehingga siswa mampu mengembangkan dirinya secara efektif. Kenyataan di lapangan, khususnya di SMPN 26 Padang ada lima orang siswa yang berpendapat: (1) tidak selalu jika siswa ada masalah harus diselesaikan melalui layanan konseling yang diberikan oleh guru BK di sekolah. Hal ini disebabkan karena siswa merasa malu untuk terbuka mengungkapkan masalahnya kepada guru BK dan takut masalahnya tidak dirahasiakan oleh guru BK (2) Siswa menganggap pelayanan BK hanya untuk siswa yang nakal, kondisi ini membuat siswa menjadi kurang tertarik untuk mengikuti layanan konseling (3) siswa merasa kecewa karena ia sangat berharap dengan mengikuti konseling masalahnya dapat terentaskan namun kenyataannya konseling yang dilakukan tidak dapat memenuhi harapan itu sehingga membuat siswa tidak datang lagi pada proses konseling berikutnya. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian dari Purwantiningsih (2009) terungkap sebagian besar siswa berpersepsi negatif tentang pelaksanaan asas kesukarelaan karena kehadiran orang lain sewaktu konseling, merasa malu menceritakan masalah pribadi kepada guru BK dan masih ada peserta didik yang berpersepsi negatif tentang tempat konseling yang dianggap kurang rahasia. Selanjutnya, hasil penelitian Emilia Tresia (2010) mengungkapkan siswa memiliki minat yang kurang dalam mengikuti. Faktor penyebab kurangnya minat siswa dalam mengikuti layanan konseling adalah karena kurangnya pemahaman siswa tentang manfaat layanan konseling, siswa tidak mengalami sebagaimana semestinya proses konseling, tidak menemukan kepribadian konselor yang sesuai dengan yang diharapkan dan kondisi fisik lingkungan untuk melaksanakan layanan konseling kurang mendukung. SMPN 26 Padang merupakan tempat peneliti melaksanakan Praktik Lapangan Konseling Pendidikan di Sekolah (PLKP-S) pada semester Januari-Juni 2012. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan empat orang guru BK di sana tanggal 24 Februari 2012 terungkap bahwa: (1) guru BK sudah memasyarakatkan BK kepada siswa, dengan cara menyediakan waktu satu jam untuk menginformasikan apa, mengapa

64 dan bagaimana BK di sekolah, guru BK menyediakan waktu khusus bagi siswa yang ingin mengkonsultasikan masalahnya sehingga ketika siswa membutuhkan siswa dapat memperolehnya secara langsung (2) pelaksanaan di SMPN 26 Padang sudah dijalankan oleh guru BK. Sedangkan dari pihak sekolah sudah menyediakan fasilitas ruangan dan sarana prasarana memadai dan menyediakan fasilitas teknis untuk ruang BK seperti Alat Ungkap Masalah Umum (AUM UMUM), Alat Ungkap Masalah Prasyarat penguasaan materi pelajaran, Keterampilan belajar, Sarana belajar, Keadaan diri pribadi, Lingkungan belajar dan sosio-emosional (AUM PTSDL), dan Sosiometri, dan perangkat lainnya seperti struktur organisasi BK, Kerangka kerja utuh BK SMPN 26 Padang, janji konselor, asas-asas BK, namun dalam kenyataan pelaksanaannya masih ada siswa yang kurang tertarik untuk mengikuti. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 12 orang siswa pada tanggal 1 sampai 3 Maret 2012 di SMP yang sama terungkap bahwa (1) tiga dari 12 orang siswa yang diwawancarai mengatakan merasa kurang percaya diri untuk mengungkapkan masalah pribadi yang mereka alami kepada guru BK (2) tiga dari 12 orang siswa yang diwawancarai mengatakan bahwa ketika dirinya bermasalah ia tidak langsung menemui guru BK untuk mengikuti konseling agar masalahnya dapat terentaskan melainkan lebih memilih untuk menceritakan masalahnya kepada teman sebaya (3) enam dari 12 orang siswa yang diwawancarai mengungkapkan setelah mengikuti, siswa sudah merasa senang dan lega karena permasalahan yang menjadi beban pikirannya selama ini menjadi teratasi, sehingga siswa dapat menjalankan kehidupannya ke arah yang lebih baik. Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan maka fokus dalam penelitian ini adalah perolehan siswa setelah mengikuti layanan konseling terhadap siswa di SMP Negeri 26 Padang dilihat dari segi pemahaman siswa, bentuk perolehan siswa, dan harapan siswa setelah mengikuti. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan perolehan siswa setelah mengikuti terhadap siswa di SMP Negeri 26 Padang dilihat dari segi: (1) pemahaman siswa, (2) bentuk perolehan siswa, dan (3) harapan siswa setelah mengikuti layanan konseling. Subyek penelitian ini adalah siswa yang sudah pernah mengikuti di SMP Negeri 26 Padang yang berjumlah 35 orang. Instrument yang digunakan adalah angket yang diolah dengan teknik persentase. HASIL Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut: Tabel 1 Rekapitulasi Rata-rata Persentase Pemahaman Siswa tentang Layanan Konseling Perorangan

65 n = 35 Berdasarkan pada tabel 1 terlihat gambaran rata-rata persentase mengenai perolehan siswa setelah mengikuti dalam hal pemahaman siswa tentang. Jika dilihat dari jawaban SS+S (sangat sesuai+sesuai) secara keseluruhan terungkap sebagian besar (77,93%) siswa telah memiliki pemahaman tentang tentang dalam hal pengertian, tujuan dan manfaat bagi dirinya, dan pada jawaban KS+TS (kurang sesuai+tidak sesuai) sebagian kecil (22,06%) siswa belum memiliki pemahaman tentang tentang dalam hal pengertian, tujuan dan manfaat bagi dirinya. Jawaban NO Jenis Pemahaman SS+S KS+T S % % 1 Pemahaman siswa 74,28 25,71 tentang pengertian 2 Pemahaman siswa 76,43 23,57 tentang tujuan 3 Pemahaman siswa 83,1 16,92 tentang manfaat bagi dirinya RATA-RATA 77,93 22,06 Tabel 2 Rekapitulasi Rata-rata Persentase Bentuk Perolehan Siswa Setelah Mengikuti Layanan Konseling Perorangan n = 35 Jawaban NO Jenis Perolehan SS+S KS+TS % % 1 Pemahaman siswa 84,76 15,21 setelah mengikuti 2 Kompetensi siswa 80,8 19,14 setelah mengikuti 3 Usaha yang 84,4 15,54 dilakukan siswa terhadap masalahnya setelah mengikuti layanan konseling 4 Perasaan siswa 75,77 22,28 setelah mengikuti RATA-RATA 81,43 18,04 Berdasarkan pada tabel 2 terlihat gambaran rata-rata persentase mengenai perolehan siswa setelah mengikuti dalam hal bentuk perolehan siswa setelah mengikuti. Dilihat dari jawaban SS+S (sangat sesuai+sesuai) secara keseluruhan terungkap sebagian besar (81,43%) siswa telah mendapatkan bentuk perolehan dalam hal pemahaman, kompetensi, usaha dan perasaan setelah mengikuti layanan konseling, dan pada jawaban KS+TS (kurang sesuai+tidak sesuai) sebagian kecil (18,04%) siswa belum mendapatkan bentuk perolehan dalam hal pemahaman, kompetensi,

66 usaha dan perasaan setelah mengikuti layanan konseling. Tabel 3 Rekapitulasi Rata-rata Persentase Harapan Siswa Setelah Mengikuti Layanan Konseling Perorangan n = 35 Jawaban NO Jenis Harapan SS+S KS+TS % % 1 Siswa mengalami 94,3 5,72 KES (kehidupan efektif sehari-hari) 2 Siswa memperoleh 80 20 informasi dan pemahaman baru 3 Dicapainya 81,43 18,57 keringanan beban perasaan 4 Siswa 88,6 11,42 melaksanakan komitmennya setelah mengikuti RATA-RATA 86,08 13,92 Berdasarkan pada tabel 3 terlihat gambaran rata-rata persentase mengenai perolehan siswa setelah mengikuti dalam hal harapan siswa setelah mengikuti. Jika dilihat dari jawaban SS+S (sangat sesuai+sesuai) secara keseluruhan terungkap bahwa sebagian besar (86,08%) siswa telah memperoleh harapan dalam hal siswa mengalami KES (kehidupan efektif sehari-hari), siswa memperoleh informasi dan pemahaman baru, dicapainya keringanan beban perasaan dan siswa melaksanakan komitmennya setelah mengikuti konseling, dan pada jawaban KS+TS (kurang sesuai+tidak sesuai) sebagian kecil 13,92% siswa belum memperoleh harapan dalam hal siswa mengalami KES (kehidupan efektif sehari-hari), informasi dan pemahaman baru, dicapainya keringanan beban perasaan dan siswa melaksanakan komitmennya setelah mengikuti konseling. PEMBAHASAN Pembahasan ini berdasarkan pada pertanyaan penelitian yaitu bagaimanakah pemahaman siswa tentang, bentuk perolehan siswa dan harapan siswa setelah mengikuti : 1. Pemahaman Siswa Tentang Layanan Konseling Perorangan Berdasarkan hasil penelitian ditemui pada aspek pemahaman siswa tentang layanan konseling dalam hal pemahaman siswa tentang pengertian jika dirata-ratakan ditemui sebagian besar (77,93%) siswa sudah memiliki pemahaman. Sebelum mengikuti siswa harus memahami terlebih dahulu apa itu, bagaimana tujuannya dan apa manfaat bagi dirinya sehingga proses konseling bisa berjalan dengan lancar dan masalah siswa dapat terentaskan, kenyataan ini sesuai dengan pendapat Prayitno (2004:1) mengungkapkan merupakan yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien (siswa) dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien dalam interaksi langsung atau tatap muka. Selanjutnya Winkel (1997) bahwa orang yang dilayani dalam konseling hendaknya berhasil mengembangkan sikap serta tingkah laku yang memuaskan bagi dirinya sendiri

67 dan bagi lingkungannya serta berhasil mengatur kehidupannya sendiri secara bertanggung jawab. Selanjutnya Dewa Ketut Sukardi dan Nila Kusmawati (2008:168) menjelaskan bahwa konseling adalah hubungan timbal balik antara dua orang individu yang mana yang seorang adalah konselor berusaha membantu yang lain (klien) untuk mencapai atau mewujudkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan kaitanya dengan masalah atau kesulitan yang dihadapinya pada saat sekarang dan masa yang akan datang. Maka jelaslah sangat penting dalam membantu pengentasan masalah siswa di samping layanan yang lainnya, oleh karena itu siswa yang sudah memperoleh pemahaman tentang pengertian, tujuan dan manfaat bagi dirinya ini diharapkan jika ada masalah dapat langsung memanfaatkan dengan menemui guru BK untuk mengikuti agar masalahnya dapat terentaskan. Sementara itu masih ada sebagian kecil siswa yang belum memahami tentang pengertian, tujuan dan manfaat bagi dirinya jika dirata-ratakan ditemui sebanyak (22,06%). Ini terjadi mungkin karena siswa beranggapan bahwa yang mengikuti layanan konseling ini hanya siswa-siswa yang nakal saja sehingga membuat siswa menjadi kurang tertarik untuk mengikuti, mungkin karena masih ada siswa yang merasa belum puas terhadap hasil konseling, mungkin anggapan siswa guru BK belum bisa sepenuhnya meyakinkan siswa untuk merubah keyakinan-keyakinan siswa yang tadinya salah terhadap dirinya menjadi benar sehingga ia belum bisa menerima keadan dirinya secara positif dan dinamis dan mungkin karena masih ada siswa yang belum memahami manfaat itu sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan Prayitno (2004:1) dimana merupakan yang diselenggarakan oleh seorang konselor terhadap seorang klien (siswa) dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien dalam interaksi langsung atau tatap muka. Oleh karena itu, bagi siswa yang belum memahami diharapkan agar dapat mencari informasi lebih banyak lagi dari guru BK tentang konseling dan secara tidak langsung menghilangkan anggapan negatif siswa terhadap dan sekaligus menumbuhkan ketertarikan/minat siswa untuk memanfaatkan dalam pengentasan masalah yang dialami. 2. Bentuk Perolehan Siswa Setela Mengikuti Layanan Konseling Perorangan Berdasarkan hasil penelitian ditemui pada aspek bentuk perolehan siswa setelah mengikuti dalam hal pemahaman, kompetensi, usaha dan perasaan siswa setelah mengikuti jika dirata-ratakan ditemui sebagian besar (81,43%) siswa sudah mendapatkan perolehan dalam hal pemahaman, kompetensi, usaha dan perasaan setelah mengikuti layanan konseling. Kenyataan ini sesuai dengan pendapat Prayitno dan Erman Amti (2004:200) mengungkapkan bahwa klien sangat perlu untuk memahami masalah yang dialaminya, sebab dengan memahami masalahnya itu ia memiliki dasar bagi upaya yang akan ditempuh untuk mengatasi masalahnya itu. Selanjutnya Prayitno (2009:26) menjelaskan bahwa keberhasilan juga ditinjau dari sisi kondisi rasa yang ada pada diri siswa yang dilayani, yaitu

68 rasa diri (fisikal, intelektual, emosional dan teknikal), rasa sosial, rasa nilai/moral dan rasa spiritual. Kondisi rasa yang dimaksudkan itu terkait dengan rasa diri yang terjadi pada subjek yang dilayani diujung proses layanan, misalnya rasa senang, rasa lega, dan terbebas dari beban. Maka jelaslah bahwa pemahaman masalah oleh siswa (klien) sendiri merupakan modal dasar bagi pemecahan masalah tersebut, oleh karena itu siswa yang sudah memperoleh pemahaman tentang pemahaman, kompetensi, usaha dan perasaan setelah mengikuti layanan konseling ini diharapkan untuk terus memanfaatkan jika ada masalah agar masalahnya dapat terentaskan sehingga tercapainya KES (kehidupan efektif sehari-hari). Sementara itu masih ada sebagian kecil siswa yang belum mendapatkan perolehan dalam hal pemahaman, kompetensi, usaha dan perasaan siswa setelah mengikuti jika dirata-ratakan ditemui sebanyak (18,04%). Ini terjadi mungkin masih ada siswa yang belum memahami kenapa masalah yang dialaminya bisa terjadi dan binggung kemana arah pemecahan masalah yang harus dijalani sehingga siswa masih mengalami KES-T (kehidupan efektif sehari-hari terganggu), mungkin karena masih ada siswa yang belum puas dengan konseling yang dijalani dengan guru BK, mungkin pada pendalaman masalahnya, siswa beranggapan bahwa guru BK belum mendalami betul masalahnya secara keseluruhan dan terkesan terburu-buru untuk menyuruh siswa untuk mengambil keputusan, sehingga siswa merasa ragu/bimbang dengan keputusan yang diambil, mungkin karena masih ada siswa yang merasa kurang peduli terhadap masalahnya dan tidak terlalu penting untuk menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari setelah apa yang di dapat setelah mengikuti biasanya ini dialami oleh siswa-siswa yang nakal yang mengikuti reveral dari wali kelas nya, masih ada siswa yang merasa kurang senang dengan guru BK nya mungkin dari sikapnya sehingga siswa merasa kurang nyaman mengikuti. Munro, Manthei, Small (1983:37) mengatakan dasar etika konseling yaitu kerahasiaan, kesukarelaan, dan keputusan yang diambil oleh klien sendiri. Dengan kemampuan siswa dalam mengambil keputusan sendiri, berarti siswa bisa menanggung resiko yang mungkin ada sebagai akibat keputusan tersebut dan guru BK diharapkan dapat mendorong siswa untuk berani mengambil keputusan sendiri Oleh karena itu, bagi siswa yang belum mendapatkan perolehan diharapkan lebih banyak bertanya dan tidak malu-malu untuk terbuka terhadap masalah yang dialaminya pada guru BK saat konseling, kepada guru BK hendaknya memiliki kepribadian yang menyenangkan dan menciptakan suasana yang kondusif agar siswa merasa senang dan nyaman mengikuti layanan konseling, memberikan keyakinankeyakinan lebih kepada siswa agar keyakinankeyakinan siswa yang tadinya salah terhadap masalahnya misalnya menganggap masalahanya tidak begitu penting untuk dientaskan menjadi lebih yakin bahwa setiap masalah yang dialami harus dientaskan sehingga tercapainya KES (kehidupan efektif sehari-hari). 3. Harapan Siswa Setelah Mengikuti Layanan Konseling Perorangan Berdasarkan hasil penelitian ditemui pada aspek harapan siswa setelah mengikuti layanan konseling dalam hal siswa mengalami KES, diperolehnya informasi dan pemahaman baru, dicapainya keringanan beban perasaan dan

69 melaksanakan komitmen setelah mengikuti jika dirata-ratakan ditemui sebagian besar (86,08%) siswa sudah memperoleh harapan setelah mengikuti layanan konseling. Kenyataan ini diperjelas oleh pendapat Prayitno (2004:29) mengungkapkan bahwa keberhasilan salah satunya dilihat dari penilaian setelah dilakukanya konseling tersebut. salah satu fokus penilaian diarahkan pada harapan siswa diantaranya siswa mengalami kehidupan efektif sehari-hari, diperolehnya informasi dan pemahaman baru (Understanding) setelah mengikuti layanan konseling, dicapainya keringanan beban perasaan dan melaksanakan komitmen yang telah disepakati setelah mengikuti layanan konseling. Dengan diperolehnya harapan siswa maka secara langsung masalah siswa dapat terentaskan, dan siswa dapat mengambil keputusan dengan tepat, oleh karena itu siswa yang sudah memiliki harapan setelah mengikuti ini diharapkan untuk mempertahankannya dan jika setiap ada masalah selalu memanfaatkan untuk pengentasan masalahnya sehingga tercapainya KES (kehidupan efektif sehari-hari). Sementara itu masih ada sebagian kecil siswa yang belum memperoleh harapan setelah mengikuti jika dirata-ratakan ditemui sebanyak 13,92%. Ini terjadi mungkin karena masih ada siswa yang merasa guru BK belum bisa membantunya mengentaskan masalahnya, karena setelah mengikuti siswa masih merasa belum puas terhadap hasil konseling sehingga ia masih merasa cemas terhadap masalahnya karena belum terentaskan. Oleh karena itu, bagi siswa yang belum memperoleh harapan setelah mengikuti diharapkan kepada guru BK agar lebih mendalam untuk memahami masalah yang dialami siswa dan memberikan solusi yang tepat sehingga dapat menghilangkan kecemasan yang dirasakan siswa terhadap masalahnya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai sebagian besar (77,93%) siswa sudah mendapatkan perolehan dalam hal memahami menyangkut dengan pengertian, tujuan dan manfaat bagi dirinya. Sebagian kecil (22,06%) siswa masih belum mendapatkan perolehan dalam hal memahami. Sebagian besar (81,43%) siswa sudah mendapatkan perolehan setelah mengikuti layanan konseling dalam hal pemahaman, kompetensi, usaha dan perasaan terhadap masalah yang dialami. Sebagian kecil (18,04%) siswa masih belum mendapatkan perolehan setelah mengikuti. Sebagian besar (86,08%) siswa sudah memperoleh hal-hal yang mereka harapkan setelah mengikuti yaitu dapat menjalani kehidupan efektif sehari-hari (KES), memperoleh informasi dan pemahaman baru, dicapainya keringanan beban perasaan dan melaksanakan komitmen setelah mengikuti. Sebagian kecil (13,92%) siswa masih belum memperoleh sesuatu sesuai dengan harapannya setelah mengikuti, yaitu memperoleh informasi dan pemahaman baru, dicapainya keringanan beban perasaan dan melaksanakan komitmen. SARAN

70 Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka dapat diberikan saran-saran yaitu kepada siswa, setelah memahami layanan konseling disarankan kepada siswa untuk selanjutnya selalu memanfaatkan layanan konseling dalam pengentasan masalahnya sehingga tercapainya kehidupan efektif sehari-hari (KES) dan secara tidak langsung dapat membantu menghilangkan kehidupan efektif sehari-hari terganggu (KES-T). Kepada guru BK, hendaknya dapat meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap (WPKNS) dan mensosialisasikan melalui suasana yang lebih kondusif lagi agar siswa lebih terbuka dalam menyampaikan masalahnya sehingga tercapainya kehidupan efektif sehari-hari (KES), dan dalam memberikan kepada siswa guru BK disarankan memberikan layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, jika terdapat siswa yang belum mendapatkan perolehan, maka perlu tindak lanjut atau analisis terhadap layanan yang diberikan. Kepada Pihak Jurusan Bimbingan dan Konseling, bagi pimpinan dan dosen jurusan bimbingan dan konseling, untuk meningkatkan mutu mahasiswa sebagai calon konselor melalui berbagai kegiatan pembinaan mahasiswa yang mengarah kepada keprofesionalannya dalam pelayanan BK di sekolah. Konseling Perorangan (Skripsi). BK FIP UNP. Munro, E., dkk. 1983. Penyuluhan Suatu Pendekatan Berdasarkan Keterampilan (Terjemahan). Jakarta: Ghalia Indonesia. Prayitno. 2004. Layanan L1-L9. Padang: BK FIP UNP. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta Prayitno & Erman Amti. 1994. Dasar dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Purwantiningsih. 2009. Persepsi Peserta Didik Tentang Pelaksanaan Etika Dasar dalam Konseling Perorangan di SMA N 10 Padang (skripsi). BK FIP UNP. W.S Winkel. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Grasindo DAFTAR RUJUKAN Dewa Ketut Sukardi. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Emilia Tresia. 2010. Faktor-faktor Penyebab Kurangnya Minat Siswa dalam Layanan