BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pernikahan dini banyak terjadi pada kelompok masyarakat miskin yang

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

Kata Kunci: Pendidikan Ibu, Pengetahuan Ibu, Pernikahan Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), jumlah penduduk Indonesia akan

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khususnya bila menghadapi ketidakpastian dan ancaman dari luar dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Sebuah pernikahan akan membuat individu memperoleh keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, perempuan usia 15-19

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk diperlukan adanya program Keluarga Berencana dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan manusia lain untuk saling berinteraksi dan saling melengkapi, di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan fisik. Persiapan mental seseorang dilihat dari faktor usia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah remaja, dan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB I PENDAHULUAN. 18 tahun. Di Indonesia BPS (2008) mencatat bahwa sekitar 34,5% anak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB 5 PENUTUP. Determinan unmet..., Muhammad Isa, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. seperti Negara Indonesia akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi Negara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA DINI DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia menikah ideal untuk perempuan adalah tahun dan tahun untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. pekerjaan, dan tingkat penghasilan keluarga. Indikator status sosial adalah kasta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

menikah di usia muda di Indonesia dengan usia tahun pada tahun 2010 lebih dari wanita muda berusia tahun di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki ciri-ciri salah satunya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makluk sosial (zoonpoliticoon), sehingga tidak bisa hidup

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

I. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mencitrakan (to describe), menerangkan sifat bumi, serta menganalisa gejalagejala

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun dengan lawan jenis merupakan salah satu tugas perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Data Demografi menunjukkan bahwa penduduk di dunia jumlah populasi remaja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan sebuah perkawinan maka dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya akan terpenuhi. Kematangan emosi dan kedewasaan merupakan aspek sangat penting untuk menjaga kelangsungan perkawinanya. Keberhasilan rumah tangga sangat banyak ditentukan oleh kematangan emosi baik suami atau istri. Batas usia yang terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Mangunprasodjo, 2004). Usia ideal menikah pada perempuan yaitu 21-25 tahun dan pada lakilaki 25-28 tahun karena diusia itu organ reproduksi perempuan secara psikologis sudah berkembang secara baik dan kuat serta siap melahirkan begitu pula pada laki-laki pada umur 25-28 akan siap untuk menopang kehidupan keluarganya. Melakukan pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan maka dari satu sisi dapat mengindikasikan sikap tidak memahami terhadap makna pernikahan dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap sebuah pernikahan. Sebagian besar masyarakat yang melakukan pernikahan usia dini banyak dipengaruhi dari

beberapa faktor. Pernikahan usia dini merupakan sebuah perkawinan dibawah umur yang target persiapanya belum dikatakan maksimal dari persiapan fisik maupun persiapan mental. Pernikahan pada usia dini meinimbulkan persoalaan hukum, melanggar undang-undang tentang pernikahan, perlindungan anak dan Hak Asasi Manusia (Dlori, 2005). Pernikahan pada usia dini masih banyak dijumpai di negara berkembang salah satunya Indonesia. Masyarakat sebagaian besar belum menyadari bahaya kehamilan atau melahirkan pada ibu yang berumur kurang dari 20 tahun. Pernikahan usia dini memiliki dampak pada kesehatan, karena pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu pada saat melahirkan maupun kematian bayi yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan ibu dan anak. Fenomena pernikahan usia dini masih banyak dijumpai pada masyarakat Timur Tengah dan asia Selatan dan pada beberapa kelompok masyarakat di Sub-Sahara Afrika. Di Asia Selatan terdapat 9,7 juta anak perempuan 48% menikah dibawah 18 tahun, Afrika sebesar 42% dan Amerika Latin sebesar 29%. Penelitian di Bangladesh terdapat 3.362 remaja putri 25,9% menikah pada usia muda. Penelitian di Jeddah Saudi Arabia tentang menikah usia muda dan konsekukuensi kehamilan menunjukan 27,2% remaja menikah sebelum 16 tahun (Rafidah, dkk. 2009). Data survei demografi kesehatan yang dilakukan di negara berkembang dari tahun 1985-1994 pada wanita yang berusia antara 20-24 tahun median usia pertama kali menikah di Bangladesh pada tahun 1993-1994 (14,1 tahun), di India pada tahun 1992-1993 (16,1 tahun), penelitian di Indonesia pada 2

tahun 1991 (17,1 tahun), penelitian di Pakistan pada tahun 1990-1991 (18,6 tahun), penelitian di Philippina pada tahun 1993 (21,4 tahun), penelitian di Sri Langka pada tahun 1987 (22,4 tahun), penelitian di Thailand pada tahun 1987 (20,5 tahun) (Singh dan Samara, 1996). Dari data tersebut diketahui median pertama kali menikah paling rendah terjadi di Bangladesh dengan median sebesar 14,1 tahun dan tertinggi median pertama kali menikah berasal dari Sri Langka sebesar 22,4 tahun. Sedangkan di Indonesia median pertama kali menikah sebesar 17,1 tahun yang masih di bawah usia 20 tahun. Indonesia masih masuk dalam kategori penduduk yang mempunyai usia kawin muda. Berdasarkan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 (BPS dkk, 2013) pada tahun 1991 memiliki median pertama kali menikah berusia 17,7 tahun, pada tahun 1994 (18,1 tahun), pada tahun 1997 (18,1 tahun), pada tahun 2003 (19,2 tahun), pada tahun 2007 (19,8 tahun), dan pada tahun 2012 (20,7 tahun). Berdasarkan data tersebut hingga tahun 2007, Indonesia sudah mengalami peningkatan, tetapi peningkatan yang terjadi masih belum signifikan. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 dan 2012 (BPS dkk, 2008 dan 2013), pada tiga provinsi di Pulau Jawa diketahui perbandingan nilai median pertama kali menikah yaitu di Jawa Timur diketahui pada tahun 1994 memiliki nilai median pertama kali menikah yakni 16,7 tahun, pada tahun 1997 (17,8 tahun), pada tahun 2002-2003 (18,8 tahun), pada tahun 2007 (18,8 tahun) dan pada tahun 2012 (19,9 tahun). Sedangkan di Provinsi Jawa Barat diketahui pada tahun 1994 memiliki nilai 3

median pertama kali menikah yakni 17,0 tahun, pada tahun 1997 (17,4 tahun), pada tahun 2002-2003 (17,8 tahun), pada tahun 2007 (18,8 tahun) dan pada tahun 2012 (19,9 tahun). Dan untuk Provinsi Jawa Tengah nilai median pertama kali, menikah pada tahun 1994 yaitu 19,9 tahun, pada tahun 1997 (18,5 tahun), pada tahun 2002-2003 (18,8 tahun), pada tahun 2007 (19,6 tahun) dan untuk tahun 2012 sudah tidak ditemukan median pertama kali menikah pada usia < 20 tahun. Berdasarkan data di atas, median pertama kali menikah pada Provinsi Jawa Timur masih menunjukkan angka pernikahan pada usia <20 tahun. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur menyimpulkan bahwa jumlah pernikahan yang berusia <20 tahun pada tahun 2009 sebanyak 35 pasang, pada tahun 2010 sebanyak 18 pasang, pada tahun 2011 sebanyak 14 pasang, pada tahun 2012 sebanyak 864 pasang, pada tahun 2013 sebanyak 472 pasang, pada tahun 2014 sebanyak 365 pasang (BKKBN Kab Magetan, 2014). Berdasarkan data di atas diketahui jumlah pasangan suami istri yang istrinya masih berusia < 20 tahun masih banyak terjadi dan cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Masyarakat masih banyak yang belum mengetahui bahaya kehamilan atau melahirkan pada ibu yang berusia <20 tahun. Berdasarkan data dari BKKBN Kabupaten Magetan (2014) diketahui jumlah pernikahan yang usia istri <20 tahun diantara 17 kecamatan yang lain paling banyak terjadi di Kecamatan Plaosan. Diketahui pada tahun 2009 sebanyak 5 pasangan suami 4

istri (pasutri). Dan pada tahun 2010 sebanyak 5 pasutri, pada tahun 2011 sebanyak 1 pasutri, pada tahun 2012 sebanyak 289 pasutri, pada tahun 2013 sebanyak 197 pasutri, pada tahun 2014 sampai dengan bulan September sebanyak 86 pasutri. Penelitian yang dilakukan Walgito (2002), sosial ekonomi perlu dipertimbangkan secara matang, karena ini akan berperan sebagai penyangga dalam kehidupan berkeluarga yang bersangkutan. Anak yang masih muda, berusia 19 tahun pada umumnya belum mempunyai sumber penghasilan atau penghidupan sendiri. Jika pada usia yang demikian muda telah melangsungkan perkawinan, maka dapat diperkirakan bahwa kesulitankesulitan yang berkaitan dengan sosial-ekonomi akan segera muncul, yang dapat membawa akibat yang cukup rumit. Di negara berkembang seperti Indonesia salah satu faktor yang menyebabkan orang tua menikahkan anak usia dini karena kemiskinan. Orang tua beranggapan bahwa anak perempuan merupakan beban ekonomi dan perkawinan merupakan usaha untuk mempertahankan kehidupan keluarga (UNICEF, 2005). Berdasarkan penelitian Royston (1989) di Bangladesh terhadap 3.362 remaja putri terdapat 25,9% menikah pada usia muda dan faktor yang menyebabkan pernikahan muda merupakan pendidikan. Berbagai konsekuensi negatif menjadi orang tua pada usia dini (teenage parenthood) dibuktikan melalui beberapa penelitian, diantaranya penelitian terhadap masyarakat kulit hitam dan putih melaporkan bahwa perkawinan dan kehamilan pada usia muda signifikan berhubungan dengan rendahnya tingkat 5

pendidikan wanita, rendahnya tingkat partisipasi kerja wanita dan pendapatan keluarga muda yang rendah. Penelitian Aryal (2006) menyatakan pada wanita yang tidak berpendidikan diketahui median pertama menikah sebesar 16 dan 17 tahun dengan p value <0,01 dan pada wanita yang berpendidikan sebesar 19 dan 21 tahun dengan p value <0,01. Begitu juga berdasarkan pendidikan ayah diketahui wanita dengan ayah yang berpendidikan rendah median pertama kali menikah berusia 17,9 tahun, pada ayah yang berpendidikan menengah 17,7 tahun, ayah yang berpendidikan menengah tinggi 17,7 tahun dengan p value <0,01. Pekerjaan ayah juga memiliki keputusan yang besar untuk menikahkan anaknya, ayah yang memiliki pekerjaan sebagai pegawai pemerintahan menunda untuk menikahkan anaknya pada usia muda. Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, pernikahan usia dini yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun memiliki dampak terhadap status kesehatan ibu dan anak, serta sosial ekonomi keluarga muda yang akan muncul. Tingginya angka pernikahan usia dini terjadi di Kabupaten Magetan khususnya di Kecamatan Plaosan, maka peneliti tertarik untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Jawa Timur Tahun 2014, yang meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendidikan orangtua, status ekonomi, pekerjaan orangtua dan pengetahuan. 6

B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan karakteristik responden. b. Mendeskripsikan tingkat pendidikan ayah responden. c. Mendeskripsikan tingkat pendidikan ibu responden. d. Mendeskripsikan status ekonomi responden. e. Mendeskripsikan pekerjaan ayah responden. f. Mendeskripsikan pekerjaan ibu responden. g. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan responden. h. Menganalisis hubungan antara pendidikan responden dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. i. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ayah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. j. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. 7

k. Menganalisis hubungan status ekonomi keluarga dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. l. Menganalisis hubungan pekerjaan ayah dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. m. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. n. Menganalisis hubungan tingkat pengetahuan responden dengan pernikahan usia dini di Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna bagi masyarakat khususnya bagi kalangan remaja dan orang tua sebagai bahan pertimbangan usia saat melakukan pernikahan. 2. Bagi BKKBN Kabupaten Magetan khususnya UPTD Kec. Plaosan Bahan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dalam pengembangan kebijakan Keluarga Berencana. 3. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. 8