1 PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

b. Meningkatnya hak-hak masyarakat terhadap pelayanan public Konsep E-Government (Electronic Government) dalam Pelayanan

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

Penataan Tata Laksana Dalam Rangka Penerapan e-government

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI PENERAPAN E-GOVERNMENT PADA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI RIAU MENGGUNAKAN PENDEKATAN METODE PEGI

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU UNTUK MEMPERKUAT PEMBANGUNAN DAERAH KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Fenomena ini membuat masyarakat

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. membuat masyarakat dapat ikut berpartisipasi aktif dalam mengontrol setiap

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

2015, No Pengaduan Masyarakat di Badan Koordinasi Penanaman Modal; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Le

Analisis E-Government pada Kabupaten/Kota di Indonesia

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Repub

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

PEDOMAN DAN TATACARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. merumuskan kebijakan pemerintah di bidang penanaman modal, baik dari dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 25 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. kehidupan yang baru dengan potensi pemanfaatannya secara luas, yaitu membuka

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING

PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

E-Government di Indonesia. E-Government Hubungan Internasional

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGISIAN PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL

BAB II BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM)

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

2013, No.94 A. Latar Belakang

PEDOMAN PENGISIAN PENILAIAN STANDAR KUALIFIKASI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP

I. PENDAHULUAN. Dalam menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks dan tuntutan

BAB II PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL DAN PENGATURANNYA DI INDONESIA. A. Pedoman dan Tata Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar

PENDAHULUAN. umum.amanat tersebut, antara lain, telah dijabarkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator. Kinerja Utama

TATA NASKAH DINAS ELEKTRONIK (TNDE) Oleh : Dra. ANY INDRI HASTUTI, MM ASISTEN PEMERINTAHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Prosedur.

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yaitu organizing dan actuating yang berkesinambungan (secara terus

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Menuju Akuntabilitas Publik dengan e-government Seminar ICT for Good Governance Paramadina Graduate School Universitas Paramadina 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Indikator Kinerja Utama. Penetapan.

LAMPIRAN I FORMULIR "SELF ASSESSMENT /PENILAIAN MANDIRI" PENYELENGGARAAN FUNGSI PTSP BIDANG PENANAMAN MODAL*) A. IDENTITAS

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP) SEBAGAI IMPLEMENTASI PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI DI BIDANG PELAYANAN PUBLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. E-Government (e-gov) merupakan program pemerintah dalam upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya

PERKA BKPM No. 5 Tahun 2013

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Kebijakan. RPJMD (1 of 3) Arah Kebijakan (tahun)

Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Komputer Dan Pemerintahan. Universitas Gunadarma Sistem Informasi 2013/2014

INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 11 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Evaluasi kualitas..., Agus Joko Saptono, FE UI, 2010.

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal 2012 KATA PENGANTAR

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK KEMENTERIAN LUAR NEGERI

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan salah satu instansi pemerintah yang mempunyai peranan penting dalam memberikan pelayanan publik terkait dengan penanaman modal. Tugas BKPM yaitu melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. BKPM memberikan layanan publik kepada investor domestik dan investor asing. Khusus pelayanan publik kepada investor asing hal ini dapat menjadi gambaran kemudahan berusaha di Indonesia di mata negara lain. Saat ini peranan teknologi informasi yang digunakan dalam pelayanan publik suatu organisasi bukan suatu pilihan melainkan suatu kebutuhan dan pemanfaatanya perlu didukung oleh pimpinan dari organisasi. e-government (e-gov) merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik. Pengembangan e-gov di Indonesia semakin bergulir dan berjalan sejak dikeluarkannya Instruksi Presiden (inpres) RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-gov, kemudian dilanjutkan dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) dan Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) serta Peraturan Pemerintah RI nomor 82 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. BKPM telah menerapkan e-gov sejak tahun 2000. Peranan teknologi informasi sebagai pendukung baik pada tataran layanan operasional maupun sebagai pendukung dalam rangka pengambilan keputusan dirasakan mempunyai peran yang sangat penting. Berkenaan dengan hal tersebut saat ini sudah dibangun beberapa aplikasi antara lain : Aplikasi Keuangan, Aplikasi Kepegawaian, Aplikasi Penggajian, e-office BKPM, Website BKPM yang didalamnya berisikan layanan informasi terkait penanaman modal Geographical Information System, Sistem Informasi Potensi Daerah, pengelolaan email, data warehouse, business intelligence, sistem pusat pendidikan dan pelatihan serta sistem pendukung service desk. Hal ini perlu adanya pengelolaan sistem dengan baik, fokus dan perencanaan yang baik. Selain sistem yang dijelaskan di atas, terdapat sistem yang sangat kritikal karena sistem yang berjalan ini berhubungan langsung dengan pelayanan publik kepada investor yaitu Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik yang disingkat SPIPISE. BKPM telah menerapkan e- Gov pada layanan perizinannya di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) BKPM. e-gov yang dilakukan di BKPM merupakan langkah pemanfataan dan pendayagunaan Teknologi Informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dengan investor. Proses pelayanan perizinan ini didukung SPIPISE sejak tahun 2010. Implementasi SPIPISE diamanatkan dalam Peraturan Presiden nomor 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bidang Penanaman Modal. Penyelenggaraan PTSP di bidang Penanaman Modal yang didukung oleh

2 SPIPISE tertuang dalam Peraturan Presiden nomor 27 tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu dibidang Penanaman Modal pasal 23 dan tata caranya dijelaskan dalam Peraturan Kepala BKPM nomor 14 tahun 2009 tentang Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik. Jenis pelayanan perizinan dan nonperizinan di bidang penanaman modal yang dilakukan di PTSP BKPM meliputi Izin Prinsip Penanaman Modal, Izin Prinsip Perluasan Penanaman Modal, Izin Prinsip Perubahan Penanaman Modal, Izin Usaha, Izin Usaha Perluasan, Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal (merger) dan Izin Usaha Perubahan. Sedangkan pelayanan nonperizinan di bidang penanaman modal mencakup fasilitas bea masuk atas impor mesin, fasilitas bea masuk atas impor barang dan bahan, usulan untuk mendapatkan fasilitas Pajak Penghasilan (PPh) badan. Dalam memberikan pelayanan perizinan dan nonperizinan penanaman modal, BKPM mengacu pada Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang diatur dalam Peraturan Kepala BKPM nomor 12 tentang Pedoman Tata Cara Permohonan Penanaman Modal yang telah digantikan dengan Peraturan Kepala BKPM nomor 5 tahun 2013 tentang Pedoman dan Tata Cara Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Penanaman Modal. NSPK tersebut dijadikan pedoman atau Standard Operation Procedure (SOP) dalam menyelesaikan permohonan perizinan dan nonperizinan bidang penanaman modal yang diajukan oleh pengguna jasa pelayanan di BKPM. Seluruh proses permohonan perizinan dan nonperizinan tersebut diproses dengan adanya dukungan SPIPISE sesuai ketentuan proses kerja (business process) yang berlaku. SPIPISE adalah sistem yang terintegrasi antara PTSP di BKPM dan PTSP di Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berbasis web. Sistem dibuat sesuai alur proses permohonan yang diawali dari investor mengajukan permohonan sampai dengan diterbitkannya surat perizinan dan nonperizinan secara otomasi, investor dapat secara transparan mengetahui bagaimana proses perizinan yang dimohonkan, berapa lama perizinan dan kapan perkiraan surat persetujuan yang dimohonkan selesai. Hal ini dapat diakses oleh investor dengan menggunakan tracking system pada SPIPISE. PTSP BKPM merupakan layanan perizinan satu pintu yang dari awal proses perizinan sampai selesainya proses dilaksanakan dalam satu tempat dengan SOP yang telah ditentukan. PTSP BKPM merupakan pintu gerbang bertemunya investor dengan petugas BKPM dalam penyelesaian perizinannya. Banyaknya jumlah perizinan yang diberikan kepada investor, baik dari sisi jumlah perizinan maupun jenis perizinannya dapat dimonitor secara transparan penyelesaian perizinan melalui tracking system. Adanya perubahan regulasi yang dinamis mempengaruhi perubahan kebijakan dimana tugas BKPM sebagai koordinator penanaman modal berdasarkan pelimpahan kewenangan dari kementerian teknis, menyebabkan SPIPISE harus menyesuaikan proses bisnis sesuai dengan kementerian teknis dengan cepat. Dengan kendala waktu yang cepat dan terbatasnya jumlah personil baik bagi pengelola sistem dan pengguna sistem serta banyaknya jenis perizinan yg tidak boleh berhenti dengan service level agreement (SLA) maka tidak boleh ada down time system karena menyangkut pelayanan publik. Saat ini sistem yang bejalan masih belum stabil, hal ini menyebabkan banyaknya keluhan serta complain dari pengguna sistem dalam melayani pelayanan perizinan.

Dalam rangka menunjang implementasi berbagai program aplikasi sebagaimana tersebut di atas, BKPM juga menyiapkan sejumlah perangkat keras dan jaringan komunikasi untuk mendukung berjalannya sistem, diantaranya : Data Centre, Disaster Recovery Centre, Komputer, Server, Gateway, komputer terminal, notebook, jaringan lokal dan internet. Berbagai asset teknologi informasi yang dimiliki BKPM sebagaimana tersebut di atas tentunya tidak akan memberikan dampak yang positif dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja organisasi apabila tidak dilaksanakan tata kelola yang baik. Sampai saat ini investasi yang telah dikeluarkan BKPM baik perangkat keras, perangkat lunak, perangkat komunikasi data dan peningkatan sumber daya manusia di bidang teknologi informasi belum pernah dilakukan pengukuran untuk melihat sampai sejauh mana tingkat keberhasilan tata kelola teknologi informasi di BKPM. Berdasarkan hal tersebut dan mengingat fungsi sistem dalam mendukung pelayanan publik sangat vital dan merupakan jantung dari pelayanan yang menjadi core BKPM dimana sistem tersebut tidak boleh terhenti dengan SLA tidak boleh ada downtime karena dapat berpengaruh kepada dunia usaha serta gambaran kemudahan berusaha di Indonesia bagi negara lain maka sangat perlu dilakukan evaluasi tingkat kematangan implementasi e-gov di BKPM secara keseluruhan. Untuk mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan tata kelola teknologi informasi di BKPM, diperlukan suatu model yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menghasilkan output berupa informasi yang akan merepresentasikan tingkat keberhasilan tata kelola TI di BKPM. Berkenaan dengan hal tersebut peneliti akan menganalisis sejauhmana tingkat pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di BKPM dengan menggunakan metode Pemeringkatan e-government Indonesia (PeGI). Selain itu perlu dilakukan investigasi terhadap Sumber Daya Sistem Informasi (sumber daya manusia, hardware, software, dataware dan netware) yang digunakan serta pengukuran kualitas sistem dan kualitas informasi pada SPIPISE untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan penggunanya secara berkesinambungan dan mengetahui bagaimana real implementasi SPIPISE sehingga untuk meningkatkan pelayanan kepada investor, evaluasi implementasi e-gov di BKPM dalam rangka penerapan SPIPISE di seluruh Indonesia perlu dilakukan. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah : 1. Bagaimana Kondisi Sumber Daya Sistem Informasi dalam rangka mendukung e-gov di BKPM. 2. Bagaimana kematangan implementasi e-gov di BKPM. 3. Bagaimana kualitas sistem dan kualitas informasi pada SPIPISE sebagai salah satu e-gov di BKPM. Hal tersebut diperlukan dalam rangka perencanaan pengembangan dan perbaikan implementasi e-gov di BKPM. 3

4 Tujuan Penelitian 1. Menginvestigasi Sumber Daya Sistem Informasi sebagai pendukung e-gov di BKPM. 2. Menganalisis tingkat kematangan implementasi e-gov di BKPM 3. Menganalisis kualitas sistem dan kualitas informasi pada SPIPISE Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Dapat Mengetahui Sumber Daya Sistem Informasi untuk mendukung implementasi e-gov di BKPM 2. Dapat mengetahui level tingkat kematangan implementasi e-gov di BKPM 3. Dapat mengetahui kualitas sistem dan kualitas informasi SPIPISE sebagai salah satu e-gov di BKPM Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada investigasi Sumber Daya Sistem Informasi di BKPM, pengukukuran tingkat kematangan e-gov di BKPM serta pengukuran kualitas sistem dan kualitas informasi pada SPIPISE tahun 2010 sampai dengan Mei 2014. 2 TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Pemikiran Teoritis Definisi e-gov e-gov merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dengan menggunakan Teknologi Informasi (TI) untuk memberikan layanan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan. Menurut menurut heeks hampir semua lembaga pemerintahan di dunia ini mengalami ketidakefisienan, terutama di negara yang sedang berkembang (Heeks, 1999; dalam Hasibuan 2002). Bank Dunia (The World Bank Groups, www.worldbank.org) memberikan pengertian yang hampir sama bahwa e-government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Network, the Internet and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizen, businesses and other arms of government. Melalui implementasi teknologi informasi dalam layanan publik diharapkan akan meningkatkan kualitas layanan terhadap masyarakat, meningkatkan interaksi dengan bisnis dan industri, pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, dan manajemen pemerintahan yang lebih efisien. Sehingga pada akhirnya penerapan e-gov akan dapat mengurangi korupsi, meningkatkan transparansi dan kualitas layanan, kenyamanan yang lebih besar, serta mengurangi pembiayaan.

Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB