periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011).

dokumen-dokumen yang mirip
Pemberian obat secara bukal adalah pemberian obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa pipi. Pemberian sediaan melalui

diperlukan pemberian secara berulang. Metabolit aktif dari propranolol HCl adalah 4-hidroksi propranolol yang mempunyai aktifitas sebagai β-bloker.

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

enzim dan ph rendah dalam lambung), mengontrol pelepasan obat dengan mengubah struktur gel dalam respon terhadap lingkungan, seperti ph, suhu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

bioavailabilitasnya meningkat hingga mencapai F relsl = 63 ± 22 %

sehingga mebutuhkan frekuensi pemberian dosis yang cukup tinggi. Penelitian sebelumnya oleh Chien (1989) mengenai perbandingan antara nilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. telah sangat berkembang, salah satunya adalah sediaan transdermal. Dimana sediaan

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

waktu tinggal sediaan dalam lambung dan memiliki densitas yang lebih kecil dari cairan lambung sehingga obat tetap mengapung di dalam lambung tanpa

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

dapat digunakan pada krisis hipertensi seperti kaptopril (Author, 2007). Kaptopril mempunyai waktu paruh biologis satu sampai tiga jam dengan dosis

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

molekul yang kecil (< 500 Dalton), dan tidak menyebabkan iritasi kulit pada pemakaian topikal (Garala et al, 2009; Ansel, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

anti-inflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak. Obat golongan ini mempunyai efek

Penghantaran obat secara transdermal dibuat dalam bentuk patch. Dimana patch terdiri dari berbagai komponen, namun komponen yang paling penting dari

BAB I PENDAHULUAN. Aspirin mencegah sintesis tromboksan A 2 (TXA 2 ) di dalam trombosit dan

mudah ditelan serta praktis dalam hal transportasi dan penyimpanan (Voigt, 1995). Ibuprofen merupakan obat analgetik antipiretik dan anti inflamasi

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

banyak digunakan dalam pengobatan akut dan jangka panjang dari asma bronkial, bronkitis kronis, emfisema dan penyakit paru obstruktif kronik dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

Effervescent system digunakan pada penelitian ini. Pada sistem ini formula tablet mengandung komponen polimer dengan kemampuan mengembang seperti

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

(AIS) dan golongan antiinflamasi non steroidal (AINS). Contoh obat golongan AINS adalah ibuprofen, piroksikam, dan natrium diklofenak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ketoprofen [(3-benzophenyl)-propionic acid] adalah turunan asam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan, ditentukan lima formula

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

I. PENDAHULUAN. Ketoprofen secara luas telah digunakan sebagai obat analgetika antiinflamasi

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

DESAIN SEDIAAN FARMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Rute pemberian oral merupakan rute yang paling digemari dibandingkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

merupakan masalah umum yang menimpa hampir 35% dari populasi umum, khususnya pediatri, geriatri, pasien stroke, penyakit parkinson, gangguan

sediaan tablet cukup kecil dan wujudnya padat sehingga memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya (Siregar, 1992). Telah diketahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tinggal obat dalam saluran cerna merupakan faktor yang dapat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. al., 2005). Hampir 80% obat-obatan diberikan melalui oral diantaranya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

terbatas, modifikasi yang sesuai hendaknya dilakukan pada desain formula untuk meningkatkan kelarutannya (Karmarkar et al., 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. per oral sangat dipengaruhi banyak faktor, salah satunya berkorelasi dengan

SISTEM PENGHANTARAN OBAT MELALUI VAGINA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

obat tersebut cenderung mempunyai tingkat absorbsi yang tidak sempurna atau tidak menentu dan seringkali menghasilkan respon terapeutik yang minimum

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

FORMULASI DAN EVALUASI TABLET BUCCOADHESIVE PROPRANOLOL HCI DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KARBOPOL 940 DAN CMC-Na

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, hipotesis dan manfaat penelitian.

PENGGUNAAN ETIL SELULOSA SEBAGAI MATRIKS TABLET LEPAS LAMBAT TRAMADOL HCL : STUDI EVALUASI SIFAT FISIK DAN PROFIL DISOLUSINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Granul merupakan sediaan multiunit berbentuk agglomerat dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

MUCOADHESIVE DRUG DELIVERY SYSTEMS. Prepared By : Adi Yugatama, S.Farm., Apt. Jurusan Farmasi FKIK UNSOED 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

NASIB OBAT DALAM TUBUH (FARMAKOKINETIKA) REZQI HANDAYANI S.Farm, M.P.H., Apt

Oleh: Dhadhang Wahyu Kurniawan 4/16/2013 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan. Tablet ODT merupakan tablet yang larut dimulut, dengan bantuan saliva sampai terdispersi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di RSGM UMY dengan tujuan untuk melihat adanya

Pengantar Farmakologi

Kinetik= pergerakan farmakokinetik= mempelajari pergerakan obat sepanjang tubuh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana obat menembus ke dalam kulit menghasilkan efek lokal dan efek sistemik.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

zat alc.if dari tablet dapat diatur mtuk tujuan tertentu (Banker &

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

I. PENDAHULUAN. sumber pemenuhan kebutuhan tubuh untuk melakukan metabolisme hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

5.2. Alur Penelitian Selanjutnya Dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap sediaan buccoadhesive atenolol dengan menggunakan penurunan konsentrasi

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB II SISTEM MENGAPUNG (FLOATING SYSTEM)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk terapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil uji formula pendahuluan (Lampiran 9), maka dipilih

BAB I PENDAHULUAN. memiliki beberapa masalah fisiologis, termasuk waktu retensi lambung yang

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan hayati obat. Kelarutan merupakan salah satu sifat fisikokimia

Disolusi merupakan salah satu parameter penting dalam formulasi obat. Uji disolusi in vitro adalah salah satu persyaratan untuk menjamin kontrol

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN Obat dapat diberikan kepada pasien melalui sejumlah rute pemberian yang berbeda. Rute pemberian obat dapat dilakukan secara peroral, parenteral, topikal, rektal, intranasal, intraokular, konjungtival, intrarespiratori, vaginal, uretral (Ansel, 1985). Rute pemberian obat secara peroral adalah rute yang paling disukai, karena rute pemberian ini mudah untuk digunakan, menjamin kepatuhan pasien, batasan untuk sterilitas kecil dan desain dosis bentuk sediaan lebih fleksibel (Thapa et al., 2005). Akan tetapi rute pemberian obat secara oral memiliki kelemahan, yaitu obat yang diberikan secara per oral akan mengalami metabolisme lintas pertama di hati dan degaradasi enzimatik dalam saluran cerna. Sehingga pemberian obat secara transmukosa dipilih untuk mengatasi kelemahan dari sediaan oral tersebut. Rute pemberian obat secara transmukosa (diantaranya pada lapisan mukosa hidung, rektal, vagina, mata, dan rongga mulut) memiliki keuntungan yang berbeda terhadap pemberian secara oral dalam hal efek sistemik yang dihasilkannya (Shojaei, 1998). Penghantaran obat secara bukal merupakan penghantaran obat secara transmukosa yang dilakukan melalui mukosa bukal yang terletak pada lapisan epithelial dari pipi, gusi dan juga bagian atas dan bawah dari bibir (Hoogstraate et al., 2001). Mukosa bukal menjadi tempat pilihan yang sesuai jika diinginkan penghantaran obat yang lama, karena tempat penghantaran untuk bukal kurang permeabel jika dibandingkan dengan sublingual (Patel et al., 2011). Karakteristik sediaan bioadhesif bukal adalah sediaan harus dapat kontak dengan mukosa dan melepaskan obat dalam 1

2 periode waktu yang terkendali, selain itu sediaan juga harus dapat diangkat dengan mudah setiap saat selama masa pengobatan (Patel et al., 2011). -1, yang dapat memberikan efek anti-hipertensi pada dosis 50 mg/hari (Katzung, 2001). Kadar terapeutik dari atenolol adalah 0,20- (Winek, 2001). Atenolol merupakan senyawa yang bersifat hidrofilik, memiliki koefisien partisi (log p) = 0,23, dengan t 1/2 = 6-7 jam. Obat ini jika diberikan secara per oral tidak sepenuhnya diabsorbsi (hanya 50%), tetapi sebagian besar dosis yang terabsorbsi telah mencapai sirkulasi sistemik (Wander et al., 2009). Oleh karena itu, untuk mengatasi absorpsi obat yang tidak sempurna dari atenolol dan bioavailabilitas yang rendah dikarenakan koefisien partisi yang kecil, maka perlu dilakukan adanya perubahan bentuk sediaan atenolol dari per oral menjadi bukal agar dapat terjadi peningkatan absorpsi obat dalam tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Panner et al., (2011) atenolol diformulasikan kedalam bentuk tablet bukal bilayer dengan menggunakan campuran polimer natrium alginat dan karbopol 971 serta penambahan HPMC K100M dan perlitol sebagai peningkat pelepasan obat dari matriks, serta penggunaan etil selulosa sebagai backing layer menunjukkan pelepasan yang maksimal pada perbandingan polimer natrium alginat : karbopol 971 (5:1) dimana konsentrasi natrium alginat adalah 22% sedangkan konsentrasi karbopol adalah 3%. Polimer yang digunakan untuk mukoadhesif hendaknya memiliki sifat tidak terabsorbsi, tidak toksik, terikat dengan cepat pada jaringan, tidak spesifik hanya pada lokasi tertentu, dapat bercampur dengan obat, dan tidak mengalami peruraian selama penyimpanan (Dhawan et al., 2004). Natrium alginat adalah polimer alam yang memiliki daya buccoadhesive, mudah untuk diperoleh dan harganya murah. Natrium

3 alginat memiliki pelepasan secara in vitro yang baik pada sediaan labetolol HCl yang diformulasikan secara bukal dengan bantuan polimer HPMC K4M selama 8 jam (Silva et al., 2011). Karbopol merupakan salah satu polimer sintesis, berasal dari asam akrilat yang memiliki daya bioadhesif dan dapat digunakan sebagai pengontrol dalam pelapasan obat dari sediaannya (Rowe et al., 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Velmurugan et al., (2011) pada sediaan tablet bukal Metoprolol tartrat menunjukkan kekuatan buccoadhesive dan pelepasan sediaan obat secara in vitro yang baik pada kombinasi matriks HPMC 4M dengan karbopol 934 (1:1,5). Natrium alginat dan karbopol 940 merupakan kombinasi matriks yang memiliki ikatan buccoadhesive yang baik berdasarkan faktor polimer (berat molekul, kelenturan, kapasitas ikatan hidrogen, rapat jenis tautan silang, muatan, hidrasi, dan konsentrasi) dan faktor lingkungan (Bhalodia et al., 2010). Pada penelitian yang dilakukan oleh Derle (2009) menggunakan Propanolol HCl yang diformulasikan kedalam bentuk tablet bukal bilayer dengan menggunakan matriks natrium alginat dan karbopol 971 P didapatkan pelepasan sediaan tablet yang maksimal dengan perbandingan polimer natrium alginat : karbopol 971 (5:1) secara in vitro. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa adanya penambahan natrium alginat dalam suatu formulasi sediaan dapat meningkatkan pelepasan obat dari sediaan, akan tetapi natrium alginat memiliki sifat bioadhesif yang kurang baik sehingga perlu ditambahkan karbopol untuk meningkatkan sifat bioadhesif dari sediaan. Pada penelitian terdahulu untuk membantu pelepasan obat dari matriks digunakan HPMC, perlitol, dan etil selulosa sebagai backing layer sedangkan pada penelitian ini digunakan PVP, manitol, dan tanpa backing layer. Dengan tidak adanya backing layer, diharapkan sediaan dapat kontak dengan mukosa bukal,

4 sehingga obat mudah larut dan dapat menembus mukosa dalam jangka waktu yang lebih cepat jika dibandingkan dengan adanya backing layer. Berdasarkan dari penelitian terdahulu tentang sifat dan karakteristik dari kedua polimer, maka pada penelitian ini menggunakan natrium alginat dan karbopol 940 sebagai kombinasi matriks sehingga kombinasi kedua matriks tersebut diharapkan mampu meningkatkan absorbsi dan bioavailabilitas dari atenolol. Pada penelitian ini menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor yaitu konsentrasi dari natrium alginat dan konsentrasi dari karbopol 940, dan dua level yaitu level rendah dan level tinggi. Dari desain faktorial tersebut didapatkan 4 formula modifikasi dengan kombinasi polimer mulai dari tingkat yang rendah sampai tingkat yang tinggi berdasarkan pada dua faktor tersebut. Parameter penelitian yang diamati adalah sifat fisik tablet, indeks pengembangan, lamanya tablet merekat pada mukosa, dan uji pelepasan secara in vitro. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsentrasi dari kombinasi polimer natrium alginat dan karbopol 940 terhadap mutu fisik tablet buccoadhesive dan pelepasan atenolol dalam sediaan tablet buccoadhesive, dan berapa konsentrasi dari kombinasi polimer natrium alginat dan karbopol yang memberikan hasil mutu fisik dan pelepasan atenolol yang optimum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dari kombinasi polimer natrium alginat dan karbopol 940 terhadap mutu fisik tablet buccoadhesive dan pelepasan atenolol dalam sediaan tablet buccoadhesive, dan untuk mendapatkan rancangan formula yang optimal dari kombinasi polimer natrium alginat dan karbopol terhadap mutu fisik tablet dan pelepasan atenolol dalam sediaan tablet buccoadhesive.

5 Hipotesis dari penelitian ini adalah ada pengaruh konsentrasi dari kombinasi polimer natrium alginat dan karbopol 940 terhadap mutu fisik tablet buccoadhesive dan pelepasan atenolol dalam sediaan tablet buccoadhesive, dan diperoleh rancangan formula yang optimal dari kombinasi polimer natrium alginat dan karbopol terhadap mutu fisik tablet dan pelepasan atenolol dalam sediaan tablet buccoadhesive. Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan natrium alginat dan karbopol 940 sebagai kombinasi polimer terhadap mutu fisik tablet dan pelepasan atenolol dalam sediaan buccoadhesive. Dan hendaknya hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat untuk penelitian selanjutnya, mengenai kombinasi polimer yang dapat digunakan dalam sediaan buccoadhesive.