Oleh Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd. dkk.

dokumen-dokumen yang mirip
PELATIHAN TEKNIK MITIGASI BENCANA GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SMPN 2 BANTUL

PELATIHAN TEKNIK PENYELAMATAN DIRI DARI DAMPAK BENCANA ALAM GEMPABUMI BAGI KOMUNITAS SLB B KARNNA MANOHARA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

MITIGASI BENCANA ALAM TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SDN 1 LENDAH KULON PROGO. Oleh: Yusman Wiyatmo ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

KESIAPSIAGAAN KOMUNITAS SEKOLAH UNTUK MENGANTISIPASI BENCANA ALAM DI KOTA BENGKULU LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI), 2006 BENCANA ALAM

Informasi Umum Pendidikan Bencana Gempabumi di SD

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

No.1087, 2014 BNPB. Badan Penanggulangan Bencana. Daerah. Pembentukan. Pedoman KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di tiga lempeng tektonik dunia, yaitu: Lempeng Indo-

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

MEMAHAMI PERINGATAN DINI TSUNAMI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, yaitu pendidikan melalui sekolah dari tingkat dasar hingga

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

Vulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 83 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

KESIMPULAN RISIKO BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan geodinamik yang sangat aktif, yaitu pada batas-batas pertemuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 mendefinisikan Bencana. kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Powered by TCPDF (

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PELATIHAN PENANGANAN DAN EVAKUASI KORBAN BENCANA BAGI PERSONIL SAR LINMAS Wates, 12 Desember 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN LOKASI. 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Kulon Progo sebagai Wilayah Sasaran Proyek

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 2 TAHUN : 2010 SERI : D PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING DISSASTER AWARENESS TSUNAMI BAGI KOMUNITAS SEKOLAH DASAR DI KAWASAN PESISIR PANTAI SELATAN KABUPATEN KULONPROGO

BAB I PENDAHULUAN. Kepulauan Indonesia secara geografis terletak di 6 LU - 11 LS dan

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BUPATI KULONPROGO. Sambutan Pada Acara PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE -2 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KULONPROGO

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

A. Judul. B. Analisis Situasi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

Regu Kesiapsiagaan dan Kewaspadaan Dini; Regu Pengamanan; Regu Pertolongan Pertama Pada Korban dan Kebakaran;

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang nomor 24 tahun 2007). Australia yang bergerak relative ke Utara dengan lempeng Euro-Asia yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan baik oleh faktor alam dan/ faktor non-alam maupun faktor

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahaya gempabumi cukup tinggi. Tingginya ancaman gempabumi di Kabupaten

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Undang- bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

2017, No Perubahan Ketiga atas Organisasi dan Tata Kerja Badan SAR Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 684); 4. Peratur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang terdapat zona subduksi atau zona pertemuan antara 2 lempeng

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1554, 2014 BNPB. Bantuan Logistik. Peralatan. Penanggulangan Bencana. Distribusi. Pedoman.

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

MITIGASI BENCANA TERHADAP BAHAYA LONGSOR (Studi kasus di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat)

BAB III LANDASAN TEORI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KESADARAN TERHADAP BENCANA ALAM TANAH LONGSOR BAGI KOMUNITAS SEKOLAH DASAR DI WILAYAH LERENG GUNUNG KELIR KABUPATEN KULONPROGO Oleh Rahayu Dwisiwi SR, M.Pd. dkk. PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Wilayah kabupaten Kulonprogo sisi barat dan utara berada di daerah perbukitan Menoreh. Berdasarkan kejadian beberapa tahun terakhir, sering terjadi bencana alam tanah longsor yang mengakibatkan terjadinya korban jiwa/luka, kehilangan harta benda, kerusakan sarana dan prasarana transportasi, komunikasi, penerangan, kerusakan lingkungan, serta terganggunya pembangunan dan ekonomi masyarakat. Untuk menekan jumlah korban akibat tanah longsor, maka masyarakat perlu dibekali untuk melakukan kesiapsiagaan melalui cara yang tepat. Apabila tanah longsor terjadi pada jam belajar di sekolah, maka dibutuhkan suatu tindakan tepat agar dampak terjadinya tanah longsor pada komunitas sekolah dapat diminimalkan. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui pelatihan yang melibatkan komunitas sekolah. Atas dasar pemikiran tersebut maka perlu dilaksanakan kegiatan pelatihan kesadaran terhadap bencana alam tanah longsor. Materi pelatihan tersebut sangat diperlukan bagi komunitas sekolah yang berada di daerah rawan tanah longsor seperti SD-SD yang berada di lereng gunung Kelir, kabupaten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Dari analisis situasi dan kajian pustaka, maka permasalahan yang diangkat dalam pengabdian masyarakat ini adalah: 1

1. Bagaimanakah cara penyampaian/sosialisasi teori tentang pengertian, jenis, penyebab, dampak, dan cara mengurangi dampak tanah longsor di sekolah dasar? 2. Bagaimanakah cara memberikan pertolongan pertama pada korban dan cara evakuasinya, bila ada anggota komunitas sekolah yang mengalami kecelakaan ketika terjadi tanah longsor di sekolah? 3. Bagaimanakah cara guru mengajar tentang bencana alam tanah longsor kepada siswa? C. Tujuan Kegiatan Selain mengetahui cara penyampaian/sosialisasi teori tentang tanah longsor, diharapkan setelah mengikuti pelatihan komunitas sekolah akan: 1. mempunyai latar belakang pengetahuan ilmiah tentang penyebab dan akibat bencana alam tanah longsor secara umum maupun di lingkungan sekolahnya. 2. mampu menyusun kegiatan sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi terjadinya tanah longsor. 3. mampu melakukan kegiatan untuk mengurangi resiko bencana alam tanah longsor. 4. mampu melakukan pertolongan pertama pada korban dan cara evakuasinya, bila ada anggota komunitas sekolah yang mengalami kecelakaan ketika terjadi tanah longsor di sekolah. 5. (guru) mampu mengajar tentang bencana alam tanah longsor kepada siswa. D. Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini diharapkan agar komunitas sekolah sadar akan kemungkinan terjadinya tanah longsor dan sadar akan kemungkinan mereka menjadi korban. Selanjutnya mereka dapat mengurangi dampak jika terjadi tanah longsor. 2

MATERI DAN BENTUK KEGIATAN A. Tempat dan Waktu Kegiatan Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di SD Sokomoyo 2 yang berada di wilayah lereng Gunung Kelir, desa Jajimulyo, kecanatan Girimulyo, kabupaten Kulonprogo. Pelatihan dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 5 dan 6 November 2007. Jadwal pelatihan terlampir. B. Materi Kegiatan Materi pelatihan tepat untuk menumbuhkan kesadaran pada komunitas sekolah akan kemungkinan terjadi tanah longsor dan kemungkinan mereka menjadi korbannya. Sasaran pelatihan berada di wilayah yang memang rawan terjadi tanah longsor. Secara rinci materi kegiatan pelatihan adalah: 1. Teori tentang pengertian bencana alam tanah longsor, jenis tanah longsor, penyebab, dan dampaknya. 2. Pertolongan pertama pada korban tanah longsor yang meliputi: luka pendarahan, patah tulang, gangguan pernapasan, dan cara evakuasi korban. 3. Pembelajaran sebaya materi tanah longsor. C. Bentuk Kegiatan Penyampaian materi pelatihan dengan menggunakan metode andragogi. Oleh karena para peserta berada di daerah rawan longsor, maka setiap materi pelatihan berangkat dari/didahului dengan pengalaman peserta di waktu yang lalu. Adapun rangkaian kegiatannya sebagai berikut: 1. Informasi dan tanya jawab tentang pengertian bencana alam tanah longsor, jenis tanah longsor, penyebab, dan dampaknya. Dilanjutkan diskusi kelompok peserta untuk merencanakan tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana tanah longsor. 2. Teori dan praktek pertolongan pertama pada korban tanah longsor oleh pelatih yang meliputi: luka pendarahan, patah tulang, gangguan pernapasan, 3

dan cara evakuasi korban. Setiap materi pelatihan diikuti praktek oleh peserta untuk menology siswanya. 3. Untuk mengetahui cara pembelajarannya, maka dilakukan pembelajaran sebaya dengan materi tanah longsor, dilanjutkan dengan kritik dan saran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. D. Sasaran Kegiatan Peserta pelatihan adalah komunitas SD Sokomoyo 1 dan SD Sokomoyo 2 yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru Kelas, Guru Penjaskes, Guru Agama, Penjaga Sekolah, siswa kelas 3, 4, 5, 6, dan wakil dari Komite. Daftar hadir peserta terlampir. HASIL KEGIATAN DAN SARAN Hasil kegiatan pelatihan disampaikan menjadi beberapa bagian sebagai berikut: A. Ketersampaian materi Semua materi pelatihan dapat disampaikan dengan baik. Pelatihan dilakukan dengan menggunakan metode andragogi, yaitu: menggunakan sistem pelatihan untuk orang dewasa. Langkah pertama pada setiap materi dilakukan eksplorasi ide dan pendapat dari peserta berdasarkan pengalaman riil yang mereka miliki tentang tanah longsor dan bencana alam lainnya. Dari pengalaman riil peserta tersebut dijadikan dasar/pijakan langkah berikutnya yaitu diskusi dan informasi tentang: pengertian bencana alam tanah longsor, jenis tanah longsor, penyebab, dan dampaknya. Dilanjutkan diskusi kelompok peserta untuk merencanakan tindakan kesiapsiagaan menghadapi bencana tanah longsor dengan dipandu pelatih. Adapun hasil diskusi kelompok peserta tentang rencan kesiapsiagaan menghadapi bencana tanah longsor yang meliputi tindakan sebelum, pada saat, dan sesudah terjadi tanah longsor adalah sebagai berikut: 1. Tindakan Sebelum Terjadi Bencana Tanah Longsor 4

Ada beberapa tindakan yang perlu direncanakan dan disiapkan oleh komunitas sekolah bersama warga sekitar, antara lain: a. Peta daerah rawan bencana tanah longsor b. Jalur aman untuk evakuasi c. Tempat aman untuk tujuan evakuasi/mengungsi d. Sistem/alur informasi jika terjadi bencana tanah longsor e. Mencegah terjadinya tanah longsor f. Cara peringatan dini terjadinya bencana tanah longsor g. Persiapan pribadi, keluarga, dan masyarakat h. Pengamatan tanda-tanda awal terjadinya tanah longsor di lingkungan 2. Tindakan Saat Terjadi Bencana Tanah Longsor a. Tindakan cepat dan tepat untuk menghindar b. Bunyikan tanda bahaya c. Meminta bantuan d. Pencarian dan pertolongan pertama korban e. Evakuasi korban selamat f. Inventarisasi kebutuhan bantuan g. Adakan bantuan kesehatan, penampungan, distribusi bantuan pangan, air bersih, dan sanitasi 3. Tindakan Setelah Terjadi Bencana (Pasca Bencana) Tanah Longsor Ada beberapa kegiatan yang perlu dilakukan pasca bencana tanah longsor, yaitu: a. Evaluasi pelaksanaan evakuasi. b. Penghitungan dan perkiraan jumlah kerugian materi. c. Inventarisasi peralatan pertolongan. d. Evaluasi bantuan yang telah dan akan datang. e. Pencarian alternatif relokasi bagi penduduk di lokasi bencana. f. Evaluasi dan identifikasi daerah sekitar yang rentan terhadap longsor susulan. 5

Kegiatan berikutnya adalah informasi dan tanya jawab tentang kemungkinan jenis/macam korban yang dapat diakibatkan adanya tanah longsor, prosedur, dan alat yang diperlukan untuk pertolongan pertama pada korban tanah longsor. Dari pengalaman peserta, ada kemungkinan terjadi korban orang yang luka pendarahan dan patah tulang ketika terjadi tanah longsor, serta permasalahan cara evakuasi korban. Oleh karena itu, maka difokuskan pada cara pembalutan luka pendarahan dan patah tulang, serta cara evakuasi korban. Pelatih memberi teori dan contoh cara memberikan pertolongan pertama, para peserta mempraktekkannya pada siswa. Dikarenakan sebagian materi pelatihan merupakan keterampilan, maka untuk mencapai tingkat terampil belumlah tercapai. Misalnya pada penyampaian materi pertolongan pertama dirasakan kurang waktu. Ketika para peserta praktek pertolongan pertama dengan siswa, banyak hal yang masih harus dibenahi. Hal ini menunjukkan sebagian peserta kurang terampil dalam melakukan pertolongan pertama. Salah satu tindak lanjut dalam kegiatan ini adalah para guru mengajarkan materi tanah longsor kepada para siswanya. Materi ini dapat diintegrasikan dalam mata pelajaran IPA. Agar para guru dapat mengajarkan materi ini, maka kegiatan dilanjutkan dengan pembelajaran sebaya yang dilakukan oleh peserta. Contoh Rencana Pembelajaran seperti terlampir. Kegiatan pembelajaran sebaya dapat berlangsung dengan aktivitas peserta yang tinggi. Di akhir pembelajaran, disampaikan kritik dan saran dari peserta dan pelatih guna meningkatkan kualitas pembelajaran tanah longsor yang akan datang. B. Respon peserta Respon peserta pelatihan sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan oleh seluruh peserta pelatihan dan murid-murid yang selalu antusias dalam mengikuti semua kegiatan pelatihan. Banyak dari peserta aktif menyampaikan informasi yang merupakan pengalaman pribadi, keluarga, tetangga mereka saat proses penyelamatan diri mereka ketika terjadi tanah longsor. 6

C. Rekomendasi/Saran Selama pelatihan berlangsung, terjadi beberapa peristiwa tanah longsor di wilayah itu yang dipicu oleh hujan lebat beberapa hari. Selain itu masih banyak gedung SD yang berada di daerah rawan tanah longsor karena berada di bawah tebing Gunung Kelir yang mengalami retak karena gempabumi 27 Mei 2006. Bahkan SD Sokomoyo 2 dan TK ABA Branti telah siap pindah ke kampus gedeg sampai gedung untuk relokasi selesai dibangun. Banyak rumah penduduk (27 Kepala Keluarga) yang siap direlokasi. Komunitas SD yang berada di daerah rawan tanah longsor sangat penting untuk mengetahui informasi yang ada dalam materi pelatihan ini. Demikian juga dengan warga desa di daerah rawan tanah longsor. Dengan informasi tersebut mereka akan merencanakan tindakan sebagai wujud kesiapsiagaan menghadapi terjadinya tanah longsor sehingga dampaknya dapat diminimalkan. Dengan demikian pelatihan tanah longsor hendaknya dapat dilaksanakan lagi di lingkungan SD lain yang berada di daerah rawan tanah longsor, yaitu di kecamatan Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, dan Kokap. 7

PESERTA MENGIKUTI PELATIHAN PESERTA MENGIKUTI PELATIHAN 8

KAMPUS GEDEK SD SOKOMOYO 2 SD SOKOMOYO 2 9

CONTOH PERTOLONGAN PERTAMA OLEH PELATIH PESERTA MENGIKUTI PELATIHAN 10

PESERTA MENGIKUTI PELATIHAN CONTOH CARA EVAKUASI KORBAN 11

PRAKTEK EVAKUASI OLEH PESERTA PEMBELAJARAN SEBAYA OLEH PESERTA 12

Surat Kebrangan Menialankan Tugas No.:... Yang bertanda tangan di bawatr ini,.gaant>/p Nama./s05{6,9d/ NIP Jabatan Menerangkan bah{ra, : Ka sd. -?a/uz4sn F Nama NIP : Rahayu Dwisiwi S& M-Pd' :131453201 Jabatan : Stafdoeen di Jurdik Fisika FMIPA UNY Telah melaksanakan Kegiatan Pelatihan Kesadaran terhadap Bencaua AIam Tanah Longsor di sekolah kami pda tanggal fd&2 6 "A'ta*a'cE ' Demikian surat keterangan ini kami sampaikan dengan sebenar-benarnya. Kulonprogq 6 rtwsneary'