BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lastarina Andanawari, 2013

BINA GERAK DISAMPAIKAN DALAM DIKLAT PENDIDIKAN LATIHAN PROFESI GURU 2009 OLEH: NIA SUTISNA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. KONSEP DASAR GERAK 1. PENGERTIAN GERAK MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelainan berupa kecacatan bentuk dan atau fungsi tubuh. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan otot-ototnya untuk bergerak. Perubahan pada perilaku motorik

SISTEM PENDIDIKAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) D YPAC BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

INTERVENSI PADA ANAK DENGAN GANGGUAN MOTORIK. Oleh: Dra. Sri Widati, M.Pd.

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

DRA. SRI WIDATI, M.Pd. NIP JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2009

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan sesuai kebutuhan masing-masing, dimana retardasi mental itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK LOW VISION SEKOLAH DASAR KELAS IV DI SLB NEGERI A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang berusia 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut WHO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millatulhaq, 2014

UKDW BAB Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (PP No. 72 Tahun 1991). Klasifikasi yang digunakan di Indonesia saat ini dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bina Diri Anak Tunagrahita

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental (Maramis, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan mempunyai fitrah sebagai makhluk yang. berguna bagi agama, berbangsa dan bernegara.

BAHAN KULIAH PERKEMBANGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KE 5 PPS-PLB. Dr.Mumpuniarti, M Pd

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP ANAK TUNADAKSA. Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si

IKRIMA RAHMASARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I BINA DIRI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) Oleh: Drs. Mamad Widya, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

METODE PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU (SLB/B) MELALUI ALAT PERAGA UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

Meningkatkan Kemampuan Berjalan Melalui Latihan Menendang Bola Bagi Anak Cerebral Palsy Kelas Dasar IV di SLB Hikmah Miftahul Jannah Padang

KOMPENSATORIS ANAK AUTIS

Rehabilitasi pada perdarahan otak

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ini tercantum dalam Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 ayat 2. Begitupun pada anak cerebral palsy, yang juga berhak atas pendidikan dan layanan khusus. Penyebab anak cerebral palsy membutuhkan pendidikan dan layanan khusus ialah karena anak cerebral palsy memiliki hambatan-hambatan yang cukup kompleks, diantaranya hambatan dari segi fisik, motorik, emosi, sosial, bahasa, psikologis dan aktivitas sehari-hari yang diakibatkan terjadinya suatu kerusakan pada otak. Diharapkan dengan diberikannya pelayanan pendidikan khusus tunadaksa, hak pendidikan anak cerebral palsy dapat terpenuhi serta mampu membantu anak cerebral palsy dalam mengatasi berbagai hambatan yang dimilikinya. Salah satu hambatan utama anak cerebral palsy ialah hambatan pada aspek fisik dan motoriknya yang mempengaruhi hambatan pada aspek lainnya yakni pada aspek intelektual, bahasa, sosial, emosi, psikologis dan pada kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berdasarkan pendapat yang dikeluarkan oleh The National Academy for Child Development (2012) pada http://nacd.org/labels/cerebral_palsy.php yang menyatakan bahwa: Cerebral palsy adalah istilah yang digunakan untuk sekelompok individu yang memiliki hambatan terutama pada fisik, sebagai lawan mental. Anakanak ini, sebagai sebuah kelompok, masalah pameran yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mendapatkan mobilitas (merangkak, merayap, 1

2 berjalan), menggunakan tangan mereka (makan, menulis, berpakaian), dan verbalisasi atau berbicara. Upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, perlu disesuaikan dengan kebutuhan anak cerebral palsy itu sendiri. Salah satu kebutuhan belajar anak cerebral palsy yakni kebutuhan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Mengingat kebutuhan dalam melakukan aktivitas sehari-hari adalah kebutuhan dasar setiap individu. Kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari ini disebut juga activity of daily living (ADL) yang terdiri dari kemampuan untuk makan, minum, merawat kebersihan diri (mandi, gosok gigi, toilet training), mobilisasi, dll. Pada anak cerebral palsy yang memiliki hambatan utama pada fisik dan motoriknya, melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tentu bukanlah suatu hal yang mudah. Dari hasil penelitian Unanah (2003:72) dinyatakan bahwa kemampuan pindah diri anak cerebral palsy belum berkembang secara optimal, hal ini disebabkan karena selain kecacatannya yang kompleks atau bervariasi juga pengajaran bina gerak yang dilaksanakan oleh guru belum optimal. Perlu penanganan khusus terlebih dahulu bagi anak cerebral palsy agar kelak mampu memelihara diri sendiri. Penanganan khusus tersebut ditujukan untuk penanganan pada aspek fisik dan motorik yang mengakibatkan anak cerebral palsy kesulitan dalam menggerakkan seluruh atau beberapa anggota geraknya. Salah satu upaya pendidikan dalam memberikan penanganan khusus bagi anak cerebral palsy yaitu melalui dilaksanakannya pembelajaran bina diri dan bina gerak. Pembelajaran yang diberikan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan belajar anak yang didasari kemampuan awal anak. Pembelajaran bina diri dan bina gerak diharapkan dapat membantu mengembangkan kemampuan motorik anak sehingga ia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya secara mandiri. Salah satu tujuan pendidikan bagi anak tunadaksa yang termasuk anak cerebral palsy, yakni guru berperan dalam merehabilitasi aspek fisik dan motorik anak yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran bina diri dan bina gerak. Berdasarkan buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

3 Program Khusus Bina Diri dan Bina Gerak yang telah disusun oleh Depdiknas (2007:1), dinyatakan bahwa: Program khusus bina diri dan bina gerak merupakan upaya pendidikan yang diberikan secara khusus bagi siswa tunadaksa untuk menumbuhkembangkan kemampuan motorik serta sikap percaya diri yang mendasari untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Program tersebut merupakan serangkaian kegiatan dan latihan yang dilakukan secara terus menerus dan bukan sebagai mata pelajaran di SLB-D. Adapun tujuan dari program bina diri dan bina gerak menurut Depdiknas (2007:1), yaitu: (1) Agar gerak otot serasi, seimbang, sehat, dan kuat, sehingga mampu melakukan gerakan sesuai dengan fungsinya. (2) Agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Agar siswa memiliki pengetahuan, sikap, nilai dan kemampuan senso-motorik sebagai bekal agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ruang lingkup materi bina diri dan bina gerak pun memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain meski merupakan dua hal yang berbeda. Pada bagian bina diri, materi yang diberikan difokuskan dalam hal mengurus diri, menolong dan merawat diri. Sedangkan untuk bina gerak, materi yang diberikan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fisik dan motorik anak untuk menunjang gerakannya dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari, sehingga ada keterkaitan antara materi bina diri dan bina gerak yang saling berkesinambungan antara satu dengan yang lainnya. Beberapa kegiatan rutin harian yang perlu diajarkan meliputi kegiatan atau keterampilan mandi, makan, minum, menggosok gigi dan berkaitan dengan tempat toilet, merupakan kegiatan yang sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan seseorang. Selain itu kegiatan atau keterampilan bermobilisasi (mobilitas), berpakaian dan merias diri (grooming), selain berkaitan dengan aspek kesehatan juga berkaitan dengan aspek sosial budaya sebab dengan pakaian mencirikan kepribadian seorang individu.

4 Salah satu sekolah yang menyelenggarakan program khusus bina diri dan bina gerak bagi anak tunadaksa, ialah SLB Negeri Cileunyi yang terletak di Kabupaten Bandung. Di sekolah ini, menangani berbagai jenis anak berkebutuhan khusus, termasuk diantaranya yakni anak cerebral palsy. Bahkan sebagian besar anak tunadaksa yang bersekolah di SLBN Cileunyi, termasuk anak cerebral palsy. Anak cerebral palsy yang mengenyam pendidikan di SLBN Cileunyi sangat beragam mulai dari kondisi yang tergolong ringan hingga sedang. Hampir semua tipe anak cerebral palsy ada di SLBN Cileunyi antara lain spastik, athetoid, ataxia, rigid dan campuran (mixed). Namun kelainan dan hambatan yang dialami tiap anak tentu berbeda meski memiliki tipe cerebral palsy yang sama. Sekitar 8 dari 13 anak cerebral palsy yang ada di SLBN Cileunyi termasuk tipe spastik, sedangkan sisanya mengalami tipe cerebral palsy yang lain. Spastik yang terjadi pada anggota geraknya pun berbeda, ada yang mengalami kekakuan hanya pada tangannya ada pula yang mengalami kekakuan pada seluruh anggota geraknya. Ketika anggota gerak pada tubuh menjadi kaku, gerakan tubuh akan menjadi terbatas dan sulit dilakukan tidak seperti gerakan tubuh pada umumnya. Untuk tipe cerebral palsy yang lain yaitu seperti tipe ataxia, anak masih berjalan menggunting (scissors gate) dan konsep ruang masih kesulitan. Sementara untuk tipe athetoid, anak masih kesulitan dalam berjalan karena telapak kakinya tidak semua menyentuh lantai sehingga dalam berjalan anak masih menggunakan alat bantu walker. Ketika anak cerebral palsy tipe athetoid ingin mengambil atau meraih benda juga masih amat kesulitan karena tidak terkontrolnya gerakangerakan pada anggota gerak tubuh anak. Hal-hal ini menunjukkan bahwa akibat cerebral palsy yang terjadi, gerakan-gerakan tubuh anak menjadi terbatas dan tidak seluas gerakan tubuh pada umumnya. Apabila gerakan tubuh anak terbatas, tentu menyebabkan banyak kegiatan anak menjadi terhambat termasuk kemampuannya dalam kegiatan seharihari. Kebutuhan belajar tiap anakpun menjadi berbeda tiap individunya, meski fasilitas serta prasarana yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program khusus bina diri dan bina gerak di SLBN Cileunyi sudah cukup memadai. Alat-alat yang

5 digunakan untuk latihan gerak bagi anak cerebral palsy yang tersedia di SLBN Cileunyi diantaranya kruk, walker, parallel bar, wall bar, exercise mat, incline mat, standing table, straight, bola karet, sepeda statis, papan titian, dll. Akan tetapi, fasilitas yang memadai juga bukan sebagai tolak ukur utama dalam keberhasilan sebuah pembelajaran yang dilaksanakan. Perkembangan anak cerebral palsy yang menerima pembelajaran bina diri dan bina gerak di SLBN Cileunyi masih belum optimal terutama pada perkembangan fisik dan motoriknya yang menunjang dalam kecakapannya untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari. Apabila ditinjau dari segi jumlah pengajar dengan jumlah siswa juga kurang seimbang, meski memang kemampuan tiap anak dalam menerima pembelajaran tidak dapat diukur dengan cara yang sama. Atas dasar hal tersebutlah mengapa masalah ini perlu diteliti. Hambatan pada anak cerebral palsy sangat kompleks dan beragam, namun salah satu hambatan yang paling utama yakni hambatan pada aspek fisik dan motoriknya. Sementara kebutuhan dasar tiap individu ialah agar mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Agar anak cerebral palsy mampu mencapai kebutuhan dasar tersebut, maka disinilah pembelajaran bina diri dan bina gerak memiliki peranan yang amat penting. Karena pada hakikatnya gerakan tubuh anak cerebral palsy terbatas sehingga perlu pembelajaran bina gerak terlebih dahulu agar nantinya mampu menunjang anak cerebral palsy dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang dilatih melalui kegiatan bina diri. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan penelitian secara lebih deskriptif mengenai pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi. Penelitian juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran mengenai penyusunan program hingga evaluasi pembelajaran bina diri dan bina gerak serta kesulitan yang dialami pengajar selama memberikan pembelajaran bina diri dan bina gerak dan upaya dalam mengatasi kesulitan tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, permasalahan yang ingin ditinjau oleh peneliti adalah Pelaksanaan

6 Pembelajaran Bina Diri dan Bina Gerak Bagi Anak Cerebral Palsy di SLB Negeri. B. FOKUS MASALAH PENELITIAN Adapun fokus masalah penelitian yang akan diteliti yakni Bagaimana pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN?. Fokus masalah ini dijabarkan melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana penyusunan program pembelajaran bina diri dan bina gerak yang akan diberikan kepada anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi? 2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi? 3. Apa saja hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi? 4. Apa upaya yang dilakukan oleh guru dalam mengatasi hambatan selama pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi? 5. Bagaimanakah evaluasi pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dilaksanakannya penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus, diantaranya sebagai berikut: a. Tujuan Umum Untuk mengkaji tentang pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak pada anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi. Selain itu penelitian ini juga memberikan kontribusi pada pihak-pihak pelaksana program khusus bina diri dan bina gerak bagi anak

7 cerebral palsy, khususnya bagi pihak SLBN Cileunyi Kabupaten Bandung. b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengkaji penyusunan program pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi. 2) Untuk memperoleh gambaran tentang proses pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi. 3) Untuk memperoleh gambaran tentang hambatan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran bina diri dan bina gerak untuk anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi. 4) Untuk memperoleh gambaran tentang tentang upaya dalam mengatasi hambatan yang terjadi selama pembelajaran bina diri dan bina gerak berlangsung. 5) Untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy di SLBN Cileunyi. 2. KEGUNAAN PENELITIAN a. Manfaat Teoritis 1) Sebagai salah satu karya ilmiah dalam pengembangan keilmuan pendidikan khusus terutama untuk program khusus bina diri dan bina gerak. 2) Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pembelajaran bina diri dan bina gerak bagi anak cerebral palsy. b. Manfaat Praktis 1) Bagi guru Sebagai evaluasi kepada guru ketika memberikan pembelajaran bina diri dan bina gerak pada anak cerebral palsy, sehingga diharapkan nantinya ketika melaksanakan pembelajaran bina diri dan bina gerak bisa lebih baik lagi.

8 2) Bagi pihak sekolah Dapat menjadi awal dari tindak lanjut yang dapat diberlakukan dalam memberikan pengelolaan program sekolah dalam hal ini penyelenggaran program pembelajaran bina diri dan bina gerak. Serta dapat menjadi masukan bagi pihak sekolah untuk mempertahankan yang sudah baik dan meningkatkan aspekaspek yang belum optimal. 3) Bagi peneliti dan akademisi Untuk memperkaya pengetahuan peneliti tentang pembelajaran bina diri dan bina gerak pada anak cerebral palsy, sehingga memiliki gambaran dan pengalaman jika suatu saat mengajar tentang bina diri dan bina gerak. Sedangkan untuk para akademisi atau peneliti selanjutnya, penelitian ini bisa menjadi bahan acuan yang relevan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pendidikan khusus.