GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. jumlah kepala keluarga dan jumlah jiwa orang. 1

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

GAMBARAN UMUM KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PROVINSI RIAU

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. KONDISI SUB-SEKTOR PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN ROKAN HILIR

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. Malaka terletak antara Lintang Selatan Lintang Utara atau antara 100

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Lampung Selatan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2012 SEBESAR 4,30 PERSEN

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH Bujur Timur dan Lintang Utara, dengan batas. Utara : Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pulau Jawa, dan sebaliknya. Provinsi Lampung memiliki 12 kabupaten dan 2

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Sejarah Berdirinya Pemerintah Provinsi Riau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

PERSEDIAAN KARBOHIDRAT DI KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu dari 14 Kabupaten/Kota yang ada di

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sulawesi barat. Kabupaten Mamuju memiliki luas Ha Secara administrasi,

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan data monografi Desa Sukorejo (2013) menunjukkan keadaan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

BAB III MONOGRAFI KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

NO KATALOG :

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

KONDISI SOSIAL EKONOMI

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Kersana mempunyai 13

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

BAB II GAMBARAN UMUM. berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan ialah unit pemerintahan terkecil

KEMBALI KE PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI RIAU (Upaya Mengembalikan Kemandirian Masyarakat Pedesaan)

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Posisi wilayah Kota Metro berada di tengah Provinsi Lampung, secara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. yang diambil dari buku dan literatur serta hasil-hasil penelitian terdahulu.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. wilayah ± KM2. Terbentuknya Kecamatan Tampan ini terdiri dari beberapa

POTRET LUAS LAHAN SEKADAU TAHUN 2014

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI RIAU PADA AGUSTUS 2014 SEBESAR 6,56 PERSEN

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sekitar 4 Km dari Kabupaten Gunungkidul dan berjarak 43 km, dari ibu kota

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB V GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Banjararum terletak sekitar 26 km dari Puasat Pemerintahan Kabupaten Kulon

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Barat. mempunyai luas wilayah 4.951,28 km 2 atau 13,99 persen dari luas

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu terletak 37 kilometer sebelah

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan kota Pekanbaru dan kabupaten Siak, Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Kuantan Singingi, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Propinsi Sumatera Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak (BPS Kampar, 2006) Luas wilayah Kabupaten Kampar tahun 2005 mencapai 10.983,46 atau ± 11,61 persen dari luas wilayah Propinsi Riau. Secara fisiografis sebahagian besar (68,02 %) wilayah Kabupaten Kampar merupakan daerah perbukitan yang berada di sepanjang Bukit Barisan yang berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dengan ketinggian 0 500 meter dari permukaan laut. Pada tahun 2005 kabupaten Kampar memiliki 12 Kecamatan yang terdiri dari 205 desa/kelurahan, sebanyak 126 desa (61,46 %) merupakan desa swasembada dan 79 desa (38,54 %) merupakan desa swakarsa. Kecamatan Kampar Kiri memiliki luas wilayah yang terbesar, yakni dengan luas 2.194,38 Km² atau 19,98 % dari total luas kabupaten Kampar, diikuti kecamatan XIII Koto Kampar dan Tapung Hulu. Sedangkan kecamatan Bangkinang mempunyai luas wilayah paling kecil (2,34 %). Jumlah desa terbanyak berada di kecamatan Kampar Kiri yakni sebanyak 31 desa, kemudian diikuti oleh kecamatan Kampar dengan 30 desa dan kecamatan Tapung dengan 23 desa. Jumlah desa terkecil terdapat di kecamatan Kampar Kiri Hulu.

4.1.2. Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk kabupaten Kampar pada akhir tahun 2005 adalah 544.543 jiwa, yang terdiri atas laki-laki 274.818 jiwa (50,47 %) dan 267.725 jiwa (49,53 %), dengan jumlah rumah tangga 124.242 RT, dengan rata kepadatan penduduk per km 2 sebanyak 50 jiwa. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Kampar yang mencapai 86.471 jiwa, dan yang terkecil di kecamatan Kampar Kiri Hulu, dengan jumlah penduduk 11.032 jiwa. Penyebaran penduduk di kabupaten Kampar tidak merata, sehingga kepadatan penduduk per kilometer bervariasi disetiap kecamatan. Penduduk yang terpadat terdapat di kecamatan Bangkinang yang mencapai 244 per km² sedangkan penduduk yang masih jarang terdapat di kecamatan Kampar Kiri Hulu yakni 13 jiwa per km². Sedangkan rata-rata jiwa setiap rumah tangga berkisar antara 4 dan 5 jiwa setiap rumah tangga. Rata-rata jiwa setiap rumah tangga di kecamatan Kampar dan Bangkinang relatif sama yakni 5 jiwa untuk setiap rumah tangga, sedangakan rata-rata kabupaten 4 jiwa untuk setiap rumah tangga. Apabila jumlah penduduk dilihat dari kelompok umur, maka di kabupaten Kampar pada tahun 2005 penduduk yang berada kelompok umur 0 14 tahun berjumlah 34,78 persen, 15 64 tahun mencapai 62,74 persen dan lebih dari 65 tahun 2,48 persen. Hal ini berarti tersedia cukup banyak tenaga kerja yang dapat diandalkan untuk meningkatkan produksi pangan, yang akhirnya meningkatkan pula jumlah pangan yang tersedia. Bidang pertanian merupakan mata pencaharian utama penduduk di Kabupaten Kampar. Pada tahun 2005 jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian (pertanian/perkebunan/kehutanan) mencapai 67,22 persen. Bila dilihat

dari sisi prosentase penduduk umur 10 tahun keatas yang bekerja di sektor pertanian tersebut, ternyata 21,9 persen bekerja sebagai petani tanaman pangan, 33,81 persen perkebunan, 2,6 persen peternak dan 0,73 persen perikanan. 4.1.3. Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan Kualitas penduduk dapat dicirikan oleh tingkat pendidikanya, baik pendidikan formal maupun non formal. Kondisi sumber daya manusia di Kabupaten Kampar pada umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat dari komposisi tingkat pendidikan masyarakat dimana 61,27 persen berpendidikan tingkat SD kebawah. Sementara yang memiliki pendidikan SLTP 17,15 persen, SLTA 16,11 persen dan Diploma/Perguruan Tinggi 5,47 persen. Tingkat kesejahteraan masyarakat, dapat diukur dari kesejahteraan keluarga yang ada. Tingkat kesejahteraan penduduk di Kabupaten Kampar relatif rendah, hal ini dapat dilihat masih tingginya persentase keluarga miskin di Kabupaten Kampar yakni mencapai 26,88 persen, prevalensi balita yang berstatus gizi buruk dan kurang mencapai 13,6 persen. 4.1.4. Penggunaan Tanah dan Produktivitas Pertanian Dari 1.092.820 Ha luas Kabupaten Kampar, pada tahun 2006 diantaranya 11.542 Ha atau 1,06 persen digunakan untuk tanah sawah dan 1.081.278 Ha atau 98,93 persen merupakan lahan kering (Tabel 9). Lahan sawah di Kabupaten Kampar, merupakan sawah irigasi ½ teknis, sederhana, desa dan tadah hujan. Luas lahan sawah yang ditanami padi, dua kali dalam setahun baru mencapai 1.423 Ha atau 12,33 persen dari total lahan sawah. Sedangkan tanah sawah yang dimanfaatkan satu kali satu tahun mencapai 4.711 Ha atau 40.82 persen. Terdapat pada tahun 2006, tanah sawah yang tidak ditanami seluas 2.243 Ha, dan

tanah sawah yang sementara tidak dimanfaatkan seluas 3.165 ha atau 27,42 persen (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Riau, 2007). Penggunaan tanah kering di kabupaten Kampar, persentase terbesar digunakan untuk perkebunan (kecuali hutan) yakni sebesar 311.775 atau 28,53 persen, diikuti lahan yang ditanami kayu-kayuan seluas 262.589 Ha atau 24,03 persen. Disamping itu masih terdapat lahan yang tidak ditanami seluas 71.788 atau 6,57 persen. Tabel 9. Penggunaan Tanah di Kabupaten Kampar Tahun 2006 No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) (%) 1 Lahan sawah 1.1542 1,06 2 Pekarangan, lahan bangunan 50.000 4,58 3 Tegal atau kebun 64.060 5,86 4 Ladang atau huma 13.419 1,23 5 Penggembalaan padang rumput 6.141 0,56 6 Rawa-rawa yang tidak ditanami 5.845 0,53 7 Tambak 12.638 1,16 8 Kolam atau empang 1.133 0,10 9 Lahan kering sementara tidak ditanami 71.788 6,57 10 Lahan yang ditanami kayu-kayuan 262.589 24,03 11 Hutan negara 174.991 16,01 12 Perkebunan 311.775 28,53 13 Lain-lain 106.899 9,78 J u m l a h 1.092.820 100,00 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulturan Provinsi Riau, 2007 Kondisi penggunaan tanah di kabupaten menunjukkan, bahwa masih terdapat potensi dan peluang untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Mengingat produktivitas tanaman pangan yaitu produktivitas tanaman padi di kabupaten Kampar pada tahun 2006 mencapai 28,48 kw/ha. Bila dibanding kan dengan produktivitas pada tahun 2001, belum menunjukkan peningkatan yang berarti karena hanya mengalami peningkatan sebesar 0,33 persen setiap tahunnya. Produktivitas jagung dan ubikayu, menunjukkan perkembangan yang kurang baik, karena terjadi penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2006,

produktivitas jagung mencapai 21,94 kw/ha, bila dibanding produktivitas tahun 2001, ternyata mengalami penurunan 0,07 persen setiap tahunnya. Begitu juga dengan produktivitas ubikayu yang mengalami penurunan 0,42 persen setiap tahunnya (Tabel 10). Tabel 10. Perkembangan Produktivitas Padi, Jagung dan Ubi Kayu di Kabupaten KamparTahun 2001-2006 (Kw/Ha) No. Tahun Padi Jagung Ubi Kayu 1. 2001 28.01 22.02 11.06 2 2002 28.63 21.53 10.52 3 2003 28.39 21.67 10.68 4 2004 28.35 21.96 10.79 5 2005 28.50 21.53 10,79 6 2006 28.48 21.94 10.83 Gr (%) 0.33-0.07-0.42 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulturan Provinsi Riau, 2007 4.1.5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki beberapa perbedaan dengan Kabupaten / Kota lainnya di Propinsi Riau. Di Kabupaten Kampar terdapat institusi lingkup pertanian yang relatif lengkap, yaitu, Dinas Pertanian Holtikultura dan Pengairan, Badan Ketahanan Pangan dan Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian (KIPP), yang merupakan wadah kegiatan Penyuluhan di Kabupaten Kampar. Di Tingkat Kecamatan selain Kantor Cabang masing-asing Dinas, masih terdapat Balai Informasi Penyuluhan Pertanian (BIP) sama dengan BPP pada waktu sebelum otonomi bergulir. Struktur kelembagaan sudah diatur oleh Perda secara keseluruhan baik dari tingkat Kabupaten sampai tingkat kecamatan. Perubahan kebijakan yang terjadi membawa pengaruh dalam penetapan anggaran dan pelaksanaan program.

Yang dulunya wilayah kerja PPL sangat luas sekarang lebih sempit sehingga penyuluh dapat memberikan perhatian lebih kepada petani Jumlah Penyuluh di Kabupaten Kampar sebnyak 210 orang yang terdiri dari 111 orang sarjana dan 99 orang non Sarjana yang didukung oleh 19 Orang kontak tani. Penyuluh Pertanian yang sarjananya jumlahnya cukup banyak dibanding Kabupaten lainnya. Hal ini antara lain disebabkan karena adanya kualifikasi penyuluh yang menghendaki pendidikan dasar sarjana dan ini segera dimanfaatkan oleh penyuluh di Kabupaten Kampar karena mobilitas dan aksesibilitas mereka cukup tinggi untuk mengikuti pendidikan ke Kota Pekanbaru. 4.2. Kabupaten Pelalawan 4.2.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Pelalawan merupakan kabupaten hasil pemekaran dari kabupaten Kampar. Kabupaten Pelalawan terletak di pesisir timur pulau Sumatera, dengan wilayah daratan yang membentang di sepanjang bagian hilir sungai kampar serta berdekatan dengan selat malaka. Secara geografis kabupaten Pelalawan terletak antara antara 1º 25' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 42' - 103º28' Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan kabupaten Siak, Sebelah Selatan berbatasan dengan kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir, sebelah Barat berbatasan dengan kota Pekanbaru dan kabupaten Kampar, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Riau (BPS Pelalawan, 2006) Luas wilayah kabupaten Pelalawan tahun 2005 mencapai 12.490,43 Km2, yang terdiri dari 12 kecamatan, yang terbagi menjadi 93 desa dan 12 kelurahan. Kecamatan Kuala Kampar merupakan kecamatan mempunyai daerah paling luas dibanding kecamatan lainnya.

4.2.2. Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk kabupaten Pelalawan pada akhir tahun 2005 adalah 241.512 jiwa, dengan jumlah rumah tangga 55.987 RT, dibanding dengan jumlah penduduk tahun 2004, ternyata mengalami peningkatan 9.34 persen. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Pangkalan Kerinci yang mencapai 63.917 jiwa, dan yang terkecil di kecamatan Pelalawan, dengan jumlah penduduk 11.674 jiwa. Mata pencarian penduduk di Kabupaten Pelalawan masih relatif besar tergantung kepada sektor pertanian. Hingga tahun 2006 penduduk yang mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian mencapai 68.5 %. Jumlah rumah tangga petani terbanyak terdapat dikecamatan Kuala Kampar. 4.2.3. Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan Kualitas sumberdaya manusia dapat didekati dari tingkat pendidikan yang diikuti oleh penduduk. Kondisi sumber daya manusia di Kabupaten Pelalawan pada umumnya masih rendah, hal ini dapat dilihat dari komposisi tingkat pendidikan masyarakat dimana 65,77 % berpendidikan tingkat SD kebawah. Sementara yang memiliki pendidikan SLTP 15,65 %, SLTA 14,61% dan Diploma/Perguruan Tinggi 3,97%. Tingkat kesejahteraan masyarakat, dapat diukur dari kesejahteraan keluarga yang ada. Pada tahun 2005, persentase penduduk miskin di kabupaten Pelalawan mencapai 20,83 persen. Persentase penduduk miskin terbanyak terkonsentrasi di kecamatan Kuala Kampar dan Teluk Meranti. Artinya dengan lebih memfokuskan pembangunan pertanian, maka jumlah penduduk miskin dapat

dikurangi dari tahun ke tahun, mengingat persentase penduduk yang bekerja disektor pertanian masih dominan di Kabupaten Pelalawan. 4.2.4. Penggunaan Tanah dan Produktivitas Pertanian Dari 1.240.414 Ha luas Kabupaten Pelalawan, pada tahun 2006 diantaranya 4.14 persen digunakan untuk tanah sawah (49.285 Ha), yang didominasi sawah pasang surut. Masih terdapat 72.68 persen tanah sawah yang sementara tidak diusahakan, dan 7.72 persen tidak ditanami. Sedangkan luas lahan kering mencapai 95.86 persen dari total sumberdaya lahan yang ada (1.191.129 Ha) (Tabel 4.3) Penggunaan tanah kering di kabupaten Kampar, persentase digunakan untuk perkebunan (kecuali hutan) yakni sebesar 297.079 Ha atau 23.95 persen, diikuti lahan yang diperuntukan untuk hutan mencapai 49.65 persen. Disamping itu masih terdapat lahan yang tidak ditanami seluas 66.301 (5.31 %). Tabel 11. Penggunaan Tanah di Kabupaten Pelalawan Tahun 2006 No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) (%) 1 Lahan sawah 49285 3.97 2 Pekarangan, lahan bangunan 29131 2.35 3 Tegal atau kebun 47819 3.86 4 Ladang atau huma 18237 1.47 5 Penggembalaan padang rumput 17766 1.43 6 Rawa-rawa yang tidak ditanami 27167 2.19 7 Tambak 75 0.01 8 Kolam atau empang 216 0.02 9 Lahan kering sementara tidak ditanami 39134 3.15 10 Lahan yang ditanami kayu-kayuan 42138 3.40 11 Hutan negara 615907 49.65 12 Perkebunan 297079 23.95 13 Lain-lain 56460 4.55 J u m l a h 1240414 100.00 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulturan Provinsi Riau, 2007

Kondisi penggunaan tanah di kabupaten Pelalwan, menunjukkan bahwa masih terdapat potensi dan peluang untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Mengingat produktivitas tanaman pangan relatif masih rendah, dan selama 5 tahun mengalami peningkatan yang kurang baik. Produktivitas tanaman padi di kabupaten Pelalawan pada tahun 2006 mencapai 31.11 kw/ha. Bila dibanding kan dengan produktivitas pada tahun 2001, belum menunjukkan peningkatan yang berarti karena hanya mengalami peningkatan sebesar 0,14 persen setiap tahunnya. Produktivitas jagung mencapai 22.65 kw/ha atau hanya mengalami peningkatan 1.05 persen setiap tahunnya, sedangkan produktivitas ubikayu menunjukkan perkembangan yang kurang baik, karena terjadi penurunan setiap tahunnya sebesar 0,22 persen setiap tahunnya. (Tabel 11). 4.2.5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian di Kabupaten Pelalawan berada dibawah institusi Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, khususnya Subdin Penyuluhan. Segala urusan Administrasi Penyuluh berada dibawah dinas tersebut. Dinilai dari sistem kerjanya Penyuluhan di Kabupaten Pelalawan sudah lebih baik mengingat masing-masing penyuluh sudah terfokus atau spesisifik tugasnya pada komoditi Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk penyelenggaraan penyuluhan ditingkat kecamatan dilakukan oleh Cabang dinas Pertanian yang dipimpin oleh seorang Kepala Cabang/Kacab. Jumlah Penyuluh pertanian di Kabupaten Pelalawan sebanyak 83 orang, dengan sebaran jumlah penyuluh PNS sebanyak 6 orang dan honorer 47 orang, dikaitkan dengan jumlah kelompk tani yang harus dibina sebanyak 448 Kelopmpok Tani.

Tabel 12. Perkembangan Produktivitas Padi, Jagung dan Ubi Kayu di Kabupaten Pelalawan Tahun 2001-2006 (Kw/Ha) No. Tahun Padi Jagung Ubi Kayu 1. 2001 30.90 21.5 10.81 2 2002 27.82 21.86 10.64 3 2003 28.77 21.63 10.58 4 2004 30.38 21.85 10.71 5 2005 31.06 22.05 10.56 6 2006 31.11 22.65 10.69 Gr (%) 0.14 1.05-0.22 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulturan Provinsi Riau, 2007 4.3. Kota Pekanbaru 4.3.1. Letak dan Luas Wilayah. Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau yang terletak antara 101º14-101 º34 bujur timur dan 0 º25-0 º45 lintang utara. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak, sebelah selatan dengan Kabupaten Kampar dan Pelalawan, sebelah timur dengan kabupaten Siak dan Pelalawan dan sebelah Barat dengan Kabupaten Kampar. Kota Pekanbaru mempunyai luas wilayah 632,26 km² atau 0,78 persen dari luas provinsi Riau, dengan 12 kecamatan dan 50 kelurahan/desa (BPS Riau, 2006). Kecamatan Tenayan Raya merupakan kecamatan yang terluas atau sekitar 27 persen total luas kota Pekanbaru. Sedangkan kecamatan yang paling kecil wilayahnya adalah kecamatan Pekanbaru Kota yaitu seluas 2,26 km² atau hanya 0,36 % dari luas kota Pekanbaru (BPS Kota Pekanbaru, 2006) 4.3.2. Penduduk dan Mata Pencaharian Jumlah penduduk kota pada tahun 2005 berjumlah 689.834 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 350.662 jiwa (50,89 %) dan perempuan 339.211 jiwa (49.11

%). Dengan kelompok umur terbesar 20 54 tahun yakni sebesar 55.26 persen. yang merupakan angkatan kerja yang produktif. Lapangan kerja yang paling banyak diminati oleh penduduk adalah sektor perdagangan (34,42 %) dan jasa (26,24 %). Sedangkan jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian pada sektor pertanian mencapai 2,75 %. Sektor pertanian yang dominan dikembangkan adalah komoditi palawija, sayuran dan tanaman hias, peternakan dan perikanan darat. 4.3.3. Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan Pendidikan merupakan sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh sebab itu berhasil atau tidaknya pembangunan suatu daerah banyak dipengaruhi oleh tingka pendidikan penduduknya. Dan tingkat pendidikan suatu daerah menggambarkan kualitas sumberdaya manusia yang ada didaerah tersebut. Tingkat pendidikan penduduk di kota Pekanbaru relatif sudah baik, hal ini mengingat 42,08 persen penduduk telah menamatkan tingkat pendidikan SLTA, dan 20,89 persen tamat SLTP dan 10,16 persen menamatkan akademi dan perguruan tinggi. Tingkat kesejahteraan penduduk daerah dapat pula digambarkan dari jumlah penduduk miskin yang ada didaerah tersebut. Jumlah penduduk miskin di kota Pekanbaru pada tahun 2005 mencapai 7.33 %. Jumlah penduduk miskin tersebut relatif rendah dibanding rata-rata Provinsi Riau yang mencapai 20,96 %. Bila dilihat pada tingkat kecamatan, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin tertinggi berada di Kecamatan Tenayan Raya (13,07 %) dan kecamatan Rumbai (12,39 %). Kedua kecamatan tersebut merupakan daerah-daerah sentra produksi pertanian di kota Pekanbaru. Sehingga dengan lebih memperhatikan

pembangunan pertanian di kota pekanbaru, akan mendorong terwujudya pengentasan kemiskinan di kota Pekanbaru. 4.3.4. Penggunaan Tanah/Lahan dan Produktivitas Pertanian Penggunaan tanah merupakan campur tangan manusia secara menetap maupun berkala untuk memenuhi kebutuhan hidup baik materil maupun spiritual, terhadap kompleks sumberdaya tanah (Vink, 1975 dalam Sargo 2002). Tata guna tanah atau pola penggunaan tanah berkaitan dengan penggunaan tanah suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu, sebagai interaksi antara ketersediaan sumberdaya tanah dan kebutuhan manusia. Selain itu penggunaan tanah yang ada pada suatu daerah, mempengaruhi terhadap jumlah produksi pangan didaerah tersebut. Tabel 13. Penggunaan Tanah di Kota Pekanbaru Tahun 2006 No. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) (%) 1 Lahan sawah 0 0 2 Pekarangan, lahan bangunan 14.437 22,83 3 Tegal atau kebun 4.076 6,45 4 Ladang atau huma 8.510 13,46 5 Penggembalaan padang rumput 28 0,04 6 Rawa-rawa yang tidak ditanami 1.338 2,12 7 Tambak 0 0,00 8 Kolam atau empang 199 0,31 9 Lahan kering sementara tidak ditanami 4.133 6,54 10 Lahan yang ditanami kayu-kayuan 1.402 2,22 11 Hutan negara 4.321 6,83 12 Perkebunan 7.510 11,88 13 Lain-lain 17.272 27,32 J u m l a h 63.226 100,00 Sumber : Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau, 2007 Dari 63.226 Ha luas kota Pekanbaru diantaranya 22,88 persen digunakan untuk pekarangan, lahan bangunan dan lahan sekitarnya. Penggunaan tegal atau kebun mencapai 6,48 persen. Sedangkan penggunaan tanah untuk perkebunan mencapai 11,88 persen dari total penggunaan tanah yang ada. Hutan negara

mencapai 6,83 persen, kolam dan empang mencapai 0,31 persen. Namun demikian pengembangan sektor pertanian di kota Pekanbaru masih terbuka, hal ini mengingat masih belumoptimalnya pemanfaatan tanah yang ada, serta masih terdapatnya lahan-lahan yang belum dimanfaatkan, seperti lahan kering sementara yang tidak ditanami mencapai 4.133 Ha atau 6,54 persen (Tabel 13) Produktivitas tanaman pangan dan hortikultura di kota Pekanbaru sejak tahun 2001 hingga 2006 memperlihatkan perkembangan yang relatif kurang menggembirakan, dengan kata lain tidak terdapat peningkatan yang diharapkan. Produktivitas jagung pada tahun 2006 sebesar 21.41 kw/ha, bila dibandingkan dengan produktivitas pada tahun 2001, menunjukkan hanya mengalami peningkatan 0,39 persen setiap tahunnya. Produktivitas ubikayu mengalami penurunan setiap tahunnya sebesar 0,07 persen, dimana pada tahun 2006 produktivitas ubi kayu sebesar 10.85 kw/ha sedangkan pada tahun 2001 yang mencapai 10,89 kw/ha. Produktivitas kangkung menunjukkan penurunan mencapai 16.02 persen setiap tahunnya (Tabel 14). Tabel 14. Perkembangan Produktivitas Jagung, Ubi Kayu Di Kota Pekanbaru Tahun 2001-2006 (Kw/Ha) No. Tahun Jagung Ubi Kayu Kangkung 1. 2001 21.00 10.89 78.05 2 2002 19.10 10.44 82.12 3 2003 20.17 10.36 32.12 4 2004 20.00 10.55 21.07 5 2005 20.96 10.45 44.12 6 2006 21.41 10.85 32.60 Gr (%) 0.39-0.07-16.02 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulturan Provinsi Riau, 2007 Kondisi tersebut diatas memperlihatkan, bahwa perkembangan sektor pertanian di kota Pekanbaru perlu mendapatkan perhatian yang lebih serius oleh

pemerintah daerah, baik dari aspek usaha tani maupun kelembagaan pendukungnya. 4.3.5. Kelembagaan Penyuluhan Pertanian Penyelenggaraan penyuluh pertanian di Kota pekanbaru berada di bawah institusi yang khusus menangani penyuluh yang di beri nama kantor penyuluh informasi pertanian terpadu (KPIPT). KPIPT Kota Pekanbaru memiliki 6 balai penyuluh pertanian (BPP) yang membawahi 12 kecamatan. Untuk penyelenggaraan penyuluhan ditingkat kecamatan dilakukan oleh BPP yang dipimpin oleh seorang Kepala. Jumlah penyuluh pertanian di Kota pekanbaru sebanyak 43 orang dan tingkat pendidikan sarjana 10 orang atau 23,3 persen dan non sarjana 33 orang.