BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES KIMIA. Materi : Disusun oleh: Ainun Khoiriyah Anisa Dien R

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PROSES KIMIA. Materi : ABSORBSI CO 2 DENGAN LARUTAN NaOH

B T A CH C H R EAC EA T C OR

LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN

PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

ALAT TRANSFER MASSA ABSORBER DAN STRIPPER

TITRASI PENETRALAN (asidi-alkalimetri) DAN APLIKASI TITRASI PENETRALAN

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

MAKALAH ALAT INDUSTRI KIMIA ABSORPSI

TRANSFER MASSA ANTAR FASE. Kode Mata Kuliah :

KAJIAN HIDRODINAMIKA DAN TRANSFER MASSA PROSES ABSORBSI PADA VALVE TRAY DENGAN MENINJAU PENGARUH VISKOSITAS CAIRAN

BERKAS SOAL BIDANG STUDI: KIMIA PRAKTIKUM MODUL I KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.3.Manfaat Percobaan 1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh variabel laju alir gas terhadap hold up gas (ε).

PENGETAHUAN PROSES PADA UNIT SINTESIS UREA

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II MODUL 7 WETTED WALL COLUMN

(Ahmadi, 2008) Pada larutan K2CO 3 ditambahkan promotor asam borat, mekanisme yang terjadi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

PERCOBAAN I PENENTUAN KADAR KARBONAT DAN HIDROGEN KARBONAT MELALUI TITRASI ASAM BASA

PROSES DESORPSI GAS KHLOR DALAM LARUTAN SODIUM HYPOKHLORIT DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR TRICKLE BED

MODEL ABSORPSI MULTIKOMPONEN GAS ASAM DALAM LARUTAN K 2 CO 3 DENGAN PROMOTOR MDEA PADA PACKED COLUMN

PENGARUH PENCAMPURAN TERHADAP REAKSI HIDROLISA AlCl 3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 ANALISIS 6.2. Analisis Perhitungan dan Hasil Perhitungan Absorpsi CO2 dengan Air Menggunakan Analisis Gas

Seminar Skripsi LABORATORIUM THERMODINAMIKA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2011

Before UTS. Kode Mata Kuliah :

Kata kunci : Absorber, Konsentrasi Benfield, Laju Alir Gas Proses, Kadar CO 2, Reboiler Duty, Aspen Plus

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I DISTILASI BATCH

HIDRODINAMIKA UNGGUN DIAM (MODUL: HUD) disusun oleh: Joko Waluyo ST, MT

ATK I DASAR-DASAR NERACA MASSA ASEP MUHAMAD SAMSUDIN, S.T.,M.T.

ABSORPSI GAS CO2 BERPROMOTOR MSG DALAM LARUTAN

PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

Penurunan Bikarbonat Dalam Air Umpan Boiler Dengan Degasifier

PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

BAB I PENDAHULUAN I.1.

LARUTAN. Zat terlarut merupakan komponen yang jumlahnya sedikit, sedangkan pelarut adalah komponen yang terdapat dalam jumlah banyak.

Fenomena dan Kecepatan Minimum (Umf) Fluidisasi

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

MODEL SIMULASI ABSORBSI GAS CO 2 DALAM LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) BERPROMOTOR PIPERAZINE (PZ) DALAM PACKED COLUMN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SAPONIFIKASI ETHYL ASETAT DALAM REAKTOR TUBULAR NON IDEAL

KOLOM BERPACKING ( H E T P )

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses

PERANCANGAN PACKED TOWER. Asep Muhamad Samsudin

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

Jason Mandela's Lab Report

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Wusana Agung Wibowo. Prof. Dr. Herri Susanto

DISTILASI BERTAHAP BATCH (DBB)

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

PENUNTUN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNIK KIMIA II

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

PENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR

Diagram Fasa Zat Murni. Pertemuan ke-1

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

UJIAN PRAKTIK KIMIA SMA NEGERI 4 MATARAM TAHUN 2013

MATERI DAN METODE. Prosedur

Sintesis partikel Fe 0. % degradasi. Kondisi. Uji kinetika reaksi

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan Alat Bahan 3.3 Prosedur Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

8. ASIDI-ALKALINITAS

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian

PENGARUH PENAMBAHAN ASAM BORAT (H 3 BO 3 ) TERHADAP SOLUBILITAS CO 2 DALAM LARUTAN K 2 CO 3 Pembimbing : Dr. Ir. Kuswandi, DEA Ir.

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

ZAHRA NURI NADA YUDHO JATI PRASETYO

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

ANALISA PROSES ABSORBSI LARUTAN COSORB SEBAGAI UPAYA OPTIMALISASI PEMURNIAN GAS CO. Fahriya P.S, Shofi M.S, Hadiyanto

BAB V EKSTRAKSI CAIR-CAIR

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

Pabrik Asam Oksalat dari Kulit Pisang dengan Proses Oksidasi Asam Nitrat X - 1. BAB X Kesimpulan BAB X KESIMPULAN

BAB I PRAKTIKUM ASIDI AL-KALIMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

KUMPULAN SOAL-SOAL KIMIA LAJU REAKSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSTRAKSI CAIR-CAIR. BAHAN YANG DIGUNAKAN Aquades Indikator PP NaOH 0,1 N Asam asetat pekat Trikloroetan (TCE)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK PANGAN

ABSORPSI CO2 PADA BIOGAS DENGAN LARUTAN METHYLDIETHANOLAMINE (MDEA) MENGGUNAKAN KOLOM BAHAN ISIAN

STUDI ABSORPSI CO2 MENGGUNAKAN KOLOM GELEMBUNG BERPANCARAN JET (JET BUBBLE COLUMN)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah penduduk. Namun demikian, hal ini tidak diiringi dengan

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

III. METODOLOGI PENELITIAN

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

Pengaruh Posisi Masukan dan Laju Alir Gas CO 2 Pada Tahap Pembentukan Aluminium Hidroksida Dari Spent Catalyst

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

3 Percobaan. Untuk menentukan berat jenis zeolit digunakan larutan benzena (C 6 H 6 ).

PEMBUATAN PUPUK KALIUM DARI EKSTRAK ABU PELEPAH BATANG PISANG, BELERANG DAN UDARA

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Haris Dianto Darwindra BAB V PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN Na 2 CO 3 PADA SINTESIS KATALIS CaOMgO DARI SERBUK KAPUR DAN AKTIVITASNYA PADA TRANSESTERIFIKASI MINYAK KEMIRI SUNAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

BAB II DESKRIPSI PROSES. adalah sistem reaksi serta sistem pemisahan dan pemurnian.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Hampir semua reaksi kimia yang diterapkan dalam industri kimia melibatkan bahan baku yang berbeda wujudnya, baik berupa padatan, gas maupun cairan. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda atau heterogen, misalnya biner atau bahkan tersier (Coulson, 1996). Walaupun terdapat perbedaan wujud pada bahan-bahan baku yang direaksikan, namun terdapat satu fenomena yang selalu terjadi. Sebelum reaksi kimia berlangsung. Maka salah satu atau lebih bahan baku (reaktan) akan berpindah dari aliran utamanya menuju ke lapisan antarfase/batas atau menuju aliran utama bahan baku yang lain yang berada di fase yang berbeda. Absorpsi gas-cair merupakan proses heterogen yang melibatkan perpindahan komponen gas yang dapat larut menuju penyerap yang biasanya berupa cairan yang tidak mudah menguap (Franks, 1967). Reaksi kimia dalam proses absorpsi dapat terjadi di lapisan gas, lapisan antarfase, lapisan cairan atau bahkan badan utama cairan, tergantung pada konsentrasi dan reaktifitas bahan-bahan yang direaksikan. Untuk memfasilitasi berlangsungnya tahapan-tahapan proses tersebut, biasanya proses absorpsi dijalankan dalam reaktor tangki berpengaduk bersparger, kolom gelembung (bubble column) atau kolom yang berisi tumpukan partikel inert (packed bed column). Proses absorpsi gas-cair dapat diterapkan pada pemurnian gas sintesis, recovery beberapa gas yang masih bermanfaat dalam gas buang atau bahkan pada industri yang melibatkan pelarutan gas dalam cairan, seperti H 2 SO 4, HCl, HNO 3, formadehid dll (Coulson, 1996). Absorpsi gas CO 2 dengan larutan hidroksid yang kuat merupakan proses absorpsi yang disertai dengan reaksi kimia order 2 antara CO 2 dan ion OH - 2- membentuk ion CO 3 dan H 2 O. Sedangkan reaksi antara CO 2 dengan CO 2-3 membentuk ion HCO 3- biasanya diabaikan (Danckwerts, 1970; Juvekardan Sharma, 1972). Namun, menurut Rehm et al. (1963) proses ini juga biasa dianggap mengikuti reaksi order 1 jika konsentrasi larutan NaOH cukup rendah (encer). Perancangan reaktor kimia dilakukan berdasarkan pada permodelan hidrodinamika reaktor dan reaksi kimia yang terjadi di dalamnya. Suatu model matematika merupakan bentuk penyederhanaan dari proses sesungguhnya di dalam sebuah reaktor yang biasanya

sangat rumit (Levenspiel, 1972). Reaksi kimia biasanya dikaji dalam suatu proses batch berskala laboratorium dengan mempertimbangkan kebutuhan reaktan, kemudahan pengendalian reaksi, peralatan, kemudahan menjalankan reaksi dan analisis, dan ketelitian. I.2 Perumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh variabel terhadap jumlah CO 2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi? 2. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase gas (k G a)? 3. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase cair (k L a)? 4. Bagaimana pengaruh variabel terhadap nilai tetapan reaksi antara CO 2 dan NaOH (k 2 )? I.3 Tujuan Percobaan Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa mampu menjelaskan mengenai beberapa hal berikut: 1. Pengaruh variabel terhadap jumlah CO 2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi. 2. Pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase gas (k G a). 3. Pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase cair (k L a). 4. Pengaruh variabel terhadap nilai tetapan reaksi antara CO 2 dan NaOH (k 2 ). I.4 Manfaat Percobaan 1. Mengetahui pengaruh variabel terhadap jumlah CO 2 yang terserap pada berbagai waktu reaksi. 2. Mengetahui pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase gas (k G a). 3. Mengetahui pengaruh variabel terhadap nilai tetapan perpindahan massa CO 2 fase cair (k L a). 4. Mengetahui pengaruh variabel terhadap nilai tetapan reaksi antara CO 2 dan NaOH (k 2 ).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Absorbsi Absorbsi merupakan salah satu proses separasi dalam industri kimia dimana suatu campuran gas dikontakkan dengan suatu cairan penyerap tertentu sehingga satu atau lebih komponen gas tersebut larut dalam cairannya. Absorbsi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu absorbsi fisik dan absorbsi kimia. Absorbsi fisik merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan penyerap, namun tidak disertai dengan reaksi kimia. Contoh proses ini adalah absorbsi gas H 2 S dengan air, methanol, propilen karbonat. Penyerapan gas oleh larutan penyerap terjadi karena adanya interaksi fisik. Mekanisme proses absorbsi fisik dapat dijelaskan dengan beberapa model, yaitu: teori dua lapisan (two films theory) oleh Whiteman (1923), teori penetrasi oleh Dankcwerts dan teori permukaan terbaharui. Absorbsi kimia merupakan suatu proses yang melibatkan peristiwa pelarutan gas dalam larutan penyerap yang disertai dengan reaksi kimia. Contoh peristiwa ini adalah absorbsi gas CO 2 dengan larutan MEA, NaOH, K 2 CO 3 dan sebagainya. Aplikasi dari absorbsi kimia dapat dijumpai pada proses penyerapan gas CO 2 pada pabrik amonia seperti yang terlihat pada gambar II.1. Gambar II.1. Proses absorpsi dan desorpsi CO 2 dengan pelarut MEA di pabrik Ammonia. Proses absorpsi gas dengan fase cair dapat dilakukan dalam tangki berpengaduk yang dilengkapi dengan sparger, kolom gelembung (bubble column), atau dengan kolom yang berisi packing yang inert (packed column), atau piringan (tray column). Pemilihan

Pemilihan peralatan proses absorpsi biasanya didasarkan pada reaktifitas reaktan (gas dan cairan), suhu, tekanan, kapasitas, dan ekonomi. II.2 Analisis Perpindahan Massa dan Reaksi dalam Proses Absorpsi Gas oleh Larutan Cairan Secara umum, proses absorpsi gas CO 2 kedalam larutan NaOH yang disertai reaksi kimia berlangsung melalui empat tahap, yaitu perpindahan massa CO 2 melalui lapisan gas menuju lapisan antarfase gas-cairan, kesetimbangan antara CO 2 dalam fase gas dan dalam fase larutan, perpindahan massa CO 2 dari lapisan gas kebadan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO 2 terlarut dengan gugus hidroksil (OH - ). Skema proses tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2. Gambar II.2. Mekanisme absorpsi gas CO 2 dalam larutan NaOH. Laju perpindahan massa CO 2 melalui lapisan gas: Ra = kga(pg pai) (1) Kesetimbangan antara CO 2 dalam fase gas dan dalam fase larutan : A = h. pai(2) (2) dengan H pada suhu 30 o C = 2,88 x 10-5 g mole/cm 3. atm. Laju perpindahan massa CO 2 dari lapisan gas ke badan utama larutan NaOH dan reaksi antara CO 2 terlarut dengan gugus hidroksil: Ra = A a D A. k 2. OH (3)

Keadaan batas: (a) D A.k 2. OH k L >>> 1 (b) D A.k 2. OH k L <<< OH z.a D A D B dengan z adalah koefisien reaksi kimia antara CO 2 dan [OH - }, yaitu = 2. Di fase cair, reaksi antara CO 2 dengan larutan NaOH terjadi melalui beberapa tahapan proses: NaOH (s) Na + (l) + OH - (l) (a) CO 2(g) CO 2(l) (b) CO 2(l) + OH - (l) - HCO 3 (l) (c) - HCO 3 (l) + OH - (l) 2- H 2 O (l) + CO 3 (l) (d) 2- CO 3 (l) + Na + (l) Na 2 CO 3(l) (e) Langkah d dan e biasanya berlangsung dengan sangat cepat, sehingga proses absorpsi biasanya dikendalikan oleh peristiwa pelarutan CO 2 ke dalam larutan NaOH terutama jika CO 2 diumpankan dalam bentuk campuran dengan gas lain atau dikendalikan bersama-sama dengan reaksi kimia pada langkah c (Juvekar dan Sharma, 1973). Eliminasi A* dari persamaan 1, 2 dan 3 menghasilkan : Ra = a.h.pg. D A.k 2. OH 1+ a.h. D A.k 2. OH k Ga (4) Jika nilai kl sangat besar, maka: D A.k 2. OH k L 1, sehingga persamaan di atas menjadi Ra = a.h.pg. D A.k 2. OH +k 2 L (5) a.h. D A.k2. OH +k 2 L 1+ k Ga Jika keadaan batas (b) tidak dipenuhi, berarti terjadi pelucutan [OH - ] dalam larutan. Hal ini berakibat: D A.k 2. OH k L OH z.a D A D B (6) Dengan demikian, maka laju absorpsi gas CO 2 ke dalam larutan NaOH akan mengikuti persamaan: Ra = a.h.pg..k L 1+ a.h..k L k Ga (7)

Dengan adalah enhancement faktor yang merupakan rasio antara koefisien transfer massa CO 2 pada fase cair jika absorpsi disertai reaksi kimia dan tidak disertai reaksi kimia seperti dirumuskan oleh Juvekar dan Sharma (1973): = D A.k 2. OH OH 1+ D 1/2 B z.a. D A k OH D L B z.a D A Nilai diffusivitas efektif (DA) CO 2 dalam larutan NaOH pada suhu 30 o C adalah 2.1 x 10-5 cm 2 /det (Juvekardan Sharma, 1973). Nilai k G a dapat dihitung berdasarkan pada absorbsi fisik dengan meninjau perpindahan massa total CO 2 ke dalam larutan NaOH yang terjadi pada selang waktu tertentu di dalam alat absorpsi. Dalam bentuk bilangan tak berdimensi, k G a dapat dihitung menurut persamaan (Kumoro dan Hadiyanto, 2000): k Ga.dp 2 = 4.0777 ρ CO 2Q CO 2 D A μ CO 2.a Dengana = 6(1 ε) dp dan ε = V void V r 1.4003 x μ CO 2 ρ CO 2.D A 1/3 Secara teoritik, nilai k Ga harus memenuhi persamaan: k Ga = mol CO 2,liq = mol CO 2 3 (10) A.Z.εp lm A.Z.ε,p lm Jika tekanan operasi cukup rendah, maka p lm dapat didekati dengan p = p in -p out. Sedangkan nilai k la dapat dihitung secara empirik dengan persamaan (Zheng dan and Xu, 1992): k Ga.dp D A = 0.2258 ρ NaOH Q NaOH μ.a 0.3 x μ ρ.d A 0.5 (8) (9) (11) Jika laju reaksi pembentukan Na 2 CO 3 jauh lebih besar dibandingkan dengan laju difusi CO 2 ke dalam larutan NaOH, maka konsentrasi CO 2 pada batas film cairan dengan badan cairan adalah nol. Hal ini disebabkan oleh konsumsi CO 2 yang sangat cepat selama reaksi sepanjang film. Adapun, tebal film (x) dapat ditentukan persamaan: x = D A. p in p out mol CO 3 2.R.T (12)

BAB III PELAKSANAAN PERCOBAAN III.1 Bahan dan Alat yang Digunakan 1. Bahan yang digunakan a. Kristal Natrium Hidroksida (NaOH) b. CairanGas Karbondioksida (CO 2 ) yang disimpan di tabung bertekanan c. Udara d. Aquadest (H 2 O) e. Reagent untuk analisis yaitu larutan HCl 0,1 N dan indikator PP dan MO 2. Alat yang digunakan Rangkaian alat praktikum absorbsi terlihat pada gambar III.1 Gambar III.1 Rangkaian Alat Utama III.2 Variabel Operasi a. Variabel Tetap b. Variabel Berubah

III.3 Respon Uji Hasil Konsentrasi ion CO 3 2- dalam larutan sampel dan CO 2 yang terserap III.4 Prosedur Percobaan 1. Membuat larutan induk NaOH dengan konsentrasi sesuai variabel Menimbang massa NaOH sesuai variabel. Dilarutkan dalam aquadest sebanyak 15 L. Larutan NaOH ditampung dalam tangki untuk dioperasikan. 2. Menentukan fraksi ruang kosong pada kolom absorpsi Pastikan kran di bawah kolom absorpsi dalam posisi tertutup. Alirkan larutan NaOH dari bak penampung 2 ke dalam kolom absorpsi. Hentikan jika tinggi cairan di dalam kolom tepat setinggi tumpukan packing. Keluarkan cairan dalam kolom dengan membuka kran di bawah kolom, tampung cairan tersebut dan segera tutup kran jika cairan dalam kolom tepat berada pada packing bagian paling bawah. Catat volume cairans ebagai volume ruang kosong dalam kolom absorpsi = Vvoid. Tentukan volume total kolom absorpsi, yaitu dengan mengkur diameter kolom (D) dan tinggi tumpukan packing (H), V T = π.d2.h Fraksi ruang kosong kolom absorpsi = ε = V void V T 3. Operasi Absorbsi NaOH dengan konsentrasi tertentu (sesuai variabel) dipompa dan diumpankan ke dalam kolom melalui bagian atas kolom pada laju alir 3 ml/s hingga keadaan mantap tercapai. Mengalirkan gas CO 2 melalui bagian bawah kolom. Ukur beda ketinggian cairan dalam manometer 1 dan manometer 2 jika aliran gas sudah steady. Mengambil 10 ml sampel cairan dari dasar kolom absorpsi tiap 1 menit selama 10 menit dan dianalisis kadar ion karbonat atau kandungan NaOH bebasnya. Mengulangi percobaan untuk nilai variabel kajian yang berbeda. 4. Menganalisis sampel Sebanyak 10 ml sampel cairan ditempatkan dalam erlenmeyer 100 ml. 4

Menambahkan indicator fenolfthalein (PP) sampai merah jambu, dan titrasi sampel dengan larutan HCl 0.25 N sampaiwarna merah hampir hilang (kebutuhan titran = a ml), maka mol HCl = a x 0,1 mmol. Menambahkan 2-3 tetes indicator metil jingga (MO), dan titrasi dilanjutkan lagi sampai warna jingga berubah menjadi merah (kebutuhan titran=b ml), atau kebutuhan HCl = b x 0.1 mmol. Jumlah NaOH bebas = (2a-b) x 0.1 mmol di dalam 10 ml sampel. Konsentrasi NaOH bebas = (2a-b) x 0.01 mol/l.

DAFTAR PUSTAKA Coulson, J. M., & Richardson, J. F. (1996). Chemical Engineering: Volume 1: Fluid flow, heat transfer and mass transfer (5th ed.). London: Butterworth Heinemann. Danckwerts, P. V. (1970). Gas Liquid Reactions (5th ed.). New York: McGraw-Hill Book Company, Inc. Danckwerts, P. V., & Kennedy, B. E. (1954). Kinetics of liquid-film process in gas absorption. Part I: Models of the absorption process. Transaction of the Institution of Chemical Engineers, 32, S49 S52. Franks, R. G. E. (1967). Mathematical modeling in chemical engineering. New York: John Wiley and Sons, Inc. Juvekar, V. A., & Sharma, M.. (1972). Absorption of CO, in suspension of lime. Chemical Engineering Science, 28, 825 837. Kumoro, & Hadiyanto. (2000). Absorpsi Gas Karbondioksid dengan Larutan Soda Api dalam Ungun Tetap, 24(2), 186 195. Levenspiel, O. (1972). Chemical Reaction Engineering. Chemical Engineering Science (2nd ed., Vol. 19). New York: John Wiley and Sons, Inc. http://doi.org/10.1016/0009-2509(64)85017-x Rehm, T. R., Moll, A. J., & Babb, A. L. (1963). Unsteady State Absorption ofcarbon Dioxide by Dilute Sodium Hydroxide Solutions. American Institute of Chemical Engineers Journal, 9(5), 760 765. Zheng, Y. and Xu, X. (1992), Study on catalytic distillation processes. Part I. Mass transfer characteristics in catalyst bed within the column, Transaction of the Institution of Chemical Engineers, (Part A) 70, 459 464.