I. PENDAHULUAN. tayangan yang mistik, tampaknya sudah jadi kewajiban untuk ditonton, siapa pun, tua,

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK NEGATIF MENONTON SINETRON KEKERASAN (JIRAN) TERHADAP PERILAKU ANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu media elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di

BAB I PENDAHULUAN. keluarga. Hampir setiap rumah memiliki televisi. Tidak jarang kegiatan lainnya

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang pesat, yang pada masanya

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan film terhadap masyarakat, hubungan antara televisi, film dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang potensial sekali, tidak saja untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, terutama media televisi yang selalu menayangkan berbagai acara seperti,

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

2 orang tua mempunyai pengaruh lebih positif dari pada pengaruh televisi (Wong, 2000) Pada kenyataanya anak-anak meluangkan lebih banyak waktu untuk m

PENGARUH PROGRAM SINETRON TELEVISI TERHADAP PERILAKU SISWA JURUSAN IPS DI SMA NEGERI 1 GEGESIK KABUPATEN CIREBON SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa baik cetak maupun eletronik yang salah satunya yaitu televisi.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun Children s Television Act of 1990 telah membatasi program televisi

BAB I PENDAHULUAN. elektronik yang hampir selalu ada di setiap rumah adalah televisi. Televisi

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

BAB I PENDAHULUAN. kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis,

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang sering terjadi di tengah-tengah masyarakat. Banyak hal yang menjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini, televisi merupakan media elektronik yang mampu menyebarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

BAB VI PENUTUP. Bagian ini memaparkan tentang kesimpulan secara keseluruhan pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, sehingga munculah berbagai alat sebagai hasil pemanfaatan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, mereka seolah-olah tak pernah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa televisi swasta seperti:an-tv,indosiar,transtv,mnc TV, Raja

MODUL 9 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

BAB V KESIMPULAN DISKUSI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu


HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. televisi sebagai audio visual menjadikan pemirsa mampu menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi dan Tingkat Pengawasan Orang Tua (Parental Mediation) dengan Perilaku Kekerasan Oleh Anak

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat secara social pada anak-anak dan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia Maya sedang dihebohkan dengan fenomena PPAP (Pen Pineaple

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, yang juga mengubah normanorma,

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN SINETRON KEPOMPONG DI TELEVISI DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA PUTERI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. manusia berinteraksi dengan lingkungannya (Tirtarahardja &Sula, 2000: 105).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di dalamnya baik itu pendidikan dasar maupun pendidikan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mendorong semua lapisan masyarakat untuk masuk kedalam

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kabar, menonton berita, mendengarkan radio, mengakses berita melalui internet.

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pengaruh Tayangan Kekerasan Dalam Film Kartun Terhadap. Perilaku Agresif Anak Di SDN 108 Bukit Raya Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan Teknologi diiringi dengan semakin

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. muatan ilmu pengetahuan, tetapi secara negatif juga bermuatan materi pornografi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak usia 5-10 tahun Orangtua Bijak

Pengaruh Intensitas Menonton Sinetron terhadap Perilaku Bullying di Kalangan Remaja

MODUL 10 SOSIOLOGI KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa, terutama televisi, harus diakui kini memiliki pengaruh luar biasa terhadap masyarakat.aneka tayangan yang dihadirkan kepada masyarakat, informasi, hiburan, hingga tayangan yang mistik, tampaknya sudah jadi kewajiban untuk ditonton, siapa pun, tua, muda, hingga anak-anak menjadikan televisi bagian dari hidup keseharian rasa hampa jika sehari tidak menonton televisi. Apalagi, pada zaman serba instant, masyarakat kita yang rentan karena himpitan hidupnya yang berat, media televisi adalah salah satu hiburan dari beratnya beban hidup. Selain itu televisi merupakan bagian integral untuk menginformasikan tayangan yang normatif, media ini mempunyai tanggung jawab menjaga sekaligus meningkatkan nilai dan norma yang ada dimasyarakat, termasuk mendidik anak-anak. Televisi sebagai media pendidikan, pelayanan, serta hiburan, langsung dapat menyentuh ke dalam kehidupan masyarakat. Selain itu, televisi juga merupakan sarana komunikasi utama di sebagian besar masyarakat kita, tidak terkecuali di masyarakat barat. Tidak ada media lain yang dapat menandingi televisi dalam hal volume teks budaya yang diproduksinya dan banyaknya penonton. Gencarnya acara televisi yang dapat dilihat oleh anak-anak yang meniru dapat membuat kekhawatiran orang tua, ketakutan tersebut merupakan suatu hal yang wajar karena anakanak adalah juga manusia yang punya sifat imitatif dan sensitive. Perilaku imitatif inilah yang menonjol pada anak-anak. Kekhawatiran orang tua juga disebabkan oleh kemampuan berfikir anak masih relatif sederhana, anak-anak cenderung menganggap segala sesuatu yang

ditampilkan televisi sesuai dengan yang sebenarnya. Anak-anak cenderung masih sulit untuk membedakan mana perilaku tayangan yang fiktif dan mana yang memang non fiktif. Anakanak juga masih sulit memilih tayangan yang berperilaku baik sesuai dengan norma-norma agama dan mencerminkan budaya bangsa Indonesia. Adegan kekerasan, kejahatan, komsumtif, termasuk perilaku seksual di layar televisi diduga kuat berpengaruh terhadap pembentukan perilaku anak. Selain itu kegagalan keluarga dalam meredam kekerasan terjadi akibat erosi nilai-nilai keluarga, padahal sejatinya, dalam teori Sosiologi, institusi keluarga tidak lagi dipahami sekedar fenomena sosial tetapi memiliki signifikansi internal dan eksternal. Secara internal, keluarga menjadi tempat pendidikan nilai dan pembekalan kultural yang paling dini dan ampuh. Secara eksternal, keluarga merupakan sumber utama dari social capital yang sangat penting bagi penciptaan kesehatan civil society, suatu prasyarat utama bagi bertumbuhnya demokratisasi di suatu negara Para ahli psikologi menegaskan bahwa perilaku manusia hakekatnya merupakan proses interaksi individu dengan lingkungannya sebagai manivestasi bahwa ia mahluk hidup. Sikap dan perilaku ini menurut pandangan behavioristik dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan lingkungan, bertolak dengan pengukuhan ini, pembiasaan dan pengukuhan anak dapat dibentuk melalui tayangan televisi yang sesuai dengan nilai, norma, dan kepribadian bangsa, karena saat ini tayangan televisi setiap saat dapat ditonton anak-anak.

Sementara itu, meski masih simpang siur, ada peneliti menyimpulkan ada korelasi untuk tidak menyebut penyebab antara tayangan kekerasan dengan perilaku anak. Survai Christian Science (monitor, tahun 1996) terhadap 1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2-17 tahun, menanyakan seberapa jauh kekerasan di televisi mempengaruhi anak. Sebanyak 56% responden menjawab sangat mempengaruhi. Sebagaimana dikutip intisari, juli 1999, sisanya 26% mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi. Masalahnya adalah sejauh mana dampak tayangan televisi dan film berpengaruh terhadap perilaku masyarakat khususnya anak-anak. Untuk pembuktiannya memang relatif sulit, karena perilaku anak-anak adalah sangat kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Hasil studi yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1972 dikeluarkan laporan berjudul Television and Growing Up; The Impact of Televisid Violence (Dedi Supriadi, 1997) menunjukkan gambaran koeralasi antara tayangan tindakan kekerasan ditelevisi dengan perilaku agresif pemirsa yang umumnya anak muda ditemukan taraf signifikannya hanya 0,20 sampai 0,30 tingkat signifikasinya yang sangat rendah ini, tidak cukup untuk menarik kesimpulan yang meyakinkan mengenai adanya hubungan langsung keduanya, ini berarti tayangan tindakan kekerasan bisa saja berpengaruh terhadap sebagian penonton dan dapat juga netral atau tidak mempunyai pengaruh sekali pun. Keberadan media massa ini, menurut pengamatan Herbert Marcuse, teknologi di masyarakat (salah satunya televisi), sebagai faktor yang menentukan dan kebutuhan primer. Televisi sudah jadi ungkapan kepentingan pribadi/golongan yang dipaksakan kepada massa. Hal ini lah menurut Marcuse, menyebabkan potensi pembebasan yang ada dalam teknologi itu tenggelam dan sebaliknya muncul sebagai alat perbudakan baru, tapi Marcuse mengingatkan segala sesuatu berkaitan teknologi (termasuk tayangan televisi yang menjangkau seluruh

lapisan masyarakat), perlu dilihat dalam rangka keseluruhan kehidupan masyarakat yang terdiri dari manusia-manusia yang mengembangkan nilai manusia secara utuh. Kemajuan teknologi dalam konteksi tayangan televisi, perlu ditinjau ulang apakah membawa perbaikan dilain bidang seperti moral, kebudayaan, dan lainnya, ataukah sebaliknya justru membawa korban.oleh sebab itu, perlu ditinjau ulang tentang tayangan televisi, dan ditanyakan apakah motifasi perkembangan yang terjadi sekarang ini. Bagaimana proses itu menjadi faktor akibat negatif yang mungkin ditimbulkan. Ketika televisi sekedar menyediakan fakta dan tidak menaruhnya dalam sebuah frame, seperti umumnya terjadi sekarang televisi sebenarnya punya andil dalam pelapukan generasi penerus secara tidak langsung tontonan yang ditayangkan tanpa frame atau batasan itu di konsumsi oleh anak-anak. Disusul dengan jenis pelanggaran berupa kekerasan fisik (23.2%), sesualitas(15.8%), horrormistik (14.6%), serta gaya hidup hedonis (5.5). pekatnya adegan kekerasan melalui sinetron ini dapat dikatakan sudah menjadi kecenderungan global tayangan media khususnya televisi. Pada saat peluncuran buku hasil kerjasama Inter Parliamentary Union (IPU) dengan badan PBB untuk masalah anak dan pendidikan (UNICEF), berjudul Buku Panduan Eliminating Violence Againts Children (Jawa Pos, 3 Mei 2007). Dalam buku panduan ditegaskan, kekerasan terhadap penonton (khususnya anak) bisa terjadi di mana saja. Mulai dari lingkungan sekitar, sekolah, hingga di rumah. Pelakunya juga tidak selalu orang dewasa. Banyak juga anak-anak yang melakukan kekerasan terhadap teman sebaya. Kondisi itu potensial terjadi jika anak sering mengkonsumsi tayangan kekerasan di media. Kekerasan di media membentang mulai televisi hingga berbagai permainan yang bisa diambil (download) secara mudah dari internet.

Salah satu contoh akibat dari buruknya sinetron kekerasan terhadap perilaku anak yaitu : Muhammad Arif, umur 11, siswa kelas 5 di salah satu SD Di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi terpaksa dioperasi di RS Theresia Kota Jambi karena tulang bahu bagian kiri lepas akibat diplintir dan dibanting teman sekolahnya, meniru adegan kekerasan pada sinetron (Media Indonesia, 1/12). Kejadian ini akibat pengaruh tayangan televisi yang mempertontonkan adegan berbahaya dengan unsur kekerasan, yang membuat anak-anak berimajinasi seakan-akan menjadi kuat dan tangguh seperti idolanya saat melakukan tindak kekerasan terhadap temannya. Resiko dan dampak akan kejadian terhadap tubuh mereka tidak akan pernah terlintas karena kurang daya tangkap akibat masih kurangnya pemikiranpemikiran yang baik sebatas usianya. Makna orang tua bagi anak adalah tempat ia mendapatkan limpahan kasih saying dan perlindungan serta membentuk jati diri yang sesungguhnya. Dalam pengertian psikologi, keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling memperhatikan dan saling menyerahkan diri (Soelaeman, 1994:5-10). Orang tua dengan sewajarnya memberikan perhatian dan pengasuhan yang baik untuk anakanaknya, karena didalam keluarga anak-anak mendapat kasih sayang dan pengarahan yang baik untuk perkembangan perilakunya. Salah satu tugas orang tua untuk menemukan hal-hal baru dalam anak sehingga bakat yang menonjol dapat dikembangkan sesuai usianya, mulai dari perilaku, cara berfikirnya, perasaan serta pemahaman tentang hal-hal yang dialami dengan pendekatan yang baik, maka orang tua lebih mampu membentuk kepribadian anak. Abu ahmadi (1991:98).

Idealnya, para orang tua selalu menjadi pendamping anak dalam menonton televisi. Acaraacara mana yang pantas ditonton anak-anak dan bagaimana penjelasan bahwa sinetron yang mereka pertontonkan tidak baik untuk ditonton. Mengenai adegan atau peristiwa dalam sinetron termasuk adegan kekerasan perkelahian saat ini, para aktor dan aktris pemain sinetron yang melakukan adegan perkelahian yang menyebabkan anak-anak berimajinasi tinggi untuk menjadi idolanya dan mampu mempratekkan segala gaya dan bentuk kekerasan tersebut terhadap teman-temannya. Berdasarkan adanya uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh mengenai dampak menonton sinetron kekerasan (Jiran, di Indosiar) terhadap sikap dan perilaku anak berinteraksi dirumah dan lingkungan, di Kelurahan Liman Benawi Kecamatan Trimurjo. Alasan dilakukan penelitian ini adalah karena adanya perilaku anak yang tidak baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan bermainnya. Adapun anak-anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar dengan rentang umur 6-12 tahun. Adapun alasan penentuan anak usia sekolah dasar sebagai objek penelitian mengingat terdapatnya ciri-ciri anak usia 6-12 tahun, yakni anak 6-12 tahun sudah dapat mengenal logika, simbol dan komunikasi yang memungkinkan mereka menyerap dan

memahami simbol-simbol komunikasi yang diperoleh langsung/melalui media, yaitu tayangan sinetron. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: bagaimanakah dampak negatif menonton sinetron kekerasan terhadap perilaku anak? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk menguji dampak negatif akibat menonton sinetron kekerasan terhadap perilaku anak. D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis Penelitian ini dapat memberi masukan bagi orang tua mendampingi buah hatinya dalam menonton tayangan televisi dan pengarahan yang baik terhadap perkembangan mental anak. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan pada orang tua agar lebih memperhatikan dan membimbing anak-anaknya dalam pencarian jati dirinya dan mengajarkan dampak sinetron kekerasan tidak baik untuk dipertontonkan karena akan memberikan dampak yang tidak baik akan sikap dan perilaku anak. Dorongan dan motivasi serta perhatian yang baik dapat menghantarkan anak-anaknya menuju disiplin dan pengembangan diri yang baik.