TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING. Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd.

dokumen-dokumen yang mirip
Tipe-tipe Kepribadian. Oleh : Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Pokok Bahasan 12 KEPRIBADIAN. By Hiryanto, M.si.

Etika Profesi Public Relations

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Tentang Proses Bimbingan dan Konseling Islam dengan Terapi

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aset penting bagi

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

Tipologi Kepribadian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

Pengertian Bimbingan dan Konseling? Bimbingan dan Konseling adalah bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada semua siswa baik secara perorang

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Tipe Kepribadian Tipologi Hippocrates-Galenus. Kepribadian merupakan terjemahan dari bahasa inggris personality.

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI REALITAS DALAM MENANGANI KECEMASAN SEORANG AYAH

63 Perpustakaan Unika A. Skala Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

KARAKTERISTIK GURU SEBAGAI PEMBIMBING DI TAMAN KANAK-KANAK

PengantarPsikologiKepribadian OLEH : DRA. RAHAYU GININTASASI, M.SI

BAB I PENDAHULUAN. adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin adolescere (kata

Ciri dan Watak Wirausaha

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

JURNAL STUDI TENTANG CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH SISWA KELAS XI SMKN 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG


KEPRIBADIAN IA KURNIATI

BAB IV ANALISIS TERAPI RASIONAL EMOTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KONFRONTASI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK KORBAN BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN KONSELING ISLAM MELALUI KONSELING KARIR DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR REMAJA DI KELURAHAN SIWALANKERTO SURABAYA

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan BKI (Bimbingan dan Konseling Islam)

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

BAB II LANDASAN TEORI

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

Bernardus Widodo, S.Pd.,M.Pd

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian

BAB IV BKI DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF ANAK YANG TIDAK MENERIMA AYAH TIRINYA

Data Diri TES DISC. M L Baik hati, berhati lembut, manis M L Pintar memperngaruhi orang lain, meyakinkan

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Kedua aspek ini terbagi lagi atas sejumlah sub aspek dengan ciri- ciri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PROSES DAN HASIL PELAKSANAAN TERAPI SABAR UNTUK MENGATASI STRES

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

o Ketika hasil pekerjaan saya yang saya harapkan tidak tercapai, saya malas untuk berusaha lebih keras lagi

Tes Karakteristik Pribadi

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan dalam berkomunikasi itu sangat penting untuk kehidupan kita

BAB I PENDAHULUAN. orang merupakan perpaduan di antara tipe-tipe tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB IV ANALISIS DATA. Setelah diperoleh data dari lapangan melalui wawancara, observasi, dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa terikat dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BERPIKIR POSITIF MINIMALKAN PARANOID Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si., psikolog*

Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

ETIK UMB MENGENALI POTENSI DIRI AHMAD GOZALI,SHI,MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING ISLAM DENGAN TEKNIK BIBLIOTERAPI DALAM MENANGANI FRUSTRASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA

NURDIYANTO F

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Salah satunya adalah kepercayaan diri (Self Confidence). Kepercayaan diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

Psikologi Kepribadian I Psikologi Konstitusi dan Personologi

BAB I PENDAHULUAN. pembeda. Berguna untuk mengatur, mengurus dan memakmurkan bumi. sebagai pribadi yang lebih dewasa dan lebih baik lagi.

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

4 Temperamen Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

Transkripsi:

TIPE TEMPERAMEN KONSELOR & CORAK INTERAKSI KONSELING Oleh: Bernardus Widodo, M.Pd. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai bagian tak terpisahkan dari pendidikan sebagai sebuah sistem. Untuk menjadikan Bimbingan dan Konseling sebagai model pelayanan berkualitas, tak terpisahkan dari tipe temperamen konselor sebagai salah satu unsur dari kepribadian (personality). Para ahli di bidang konseling berpendapat bahwa efektivitas dan keberhasilan dalam interaksi konseling banyak dipengaruhi oleh watak, konselor, temperamen, sikap, minat dan daya penyesuaian diri dari konselor. Belkin dalam bukunya Practical Counseling in the Schools (1981), mengemukakan efektifitas pekerjaan seorang konselor harus ditunjang dengan adanya sejumlah kualitas kepribadian yang dapat ditampung dalam 3 hal, yaitu mengenal diri sendiri, memahami orang lain dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Masing-masing aspek mendapat rincian dengan menyebutkan sejumlah kualitas kepribadian, seperti merasa aman dengan diri sendiri, percaya pada orang lain, dan memiliki keteguhan hati dalam mengenal diri; keterbukaan hati, kebebasan dari cara berpikir yang kaku, kepekaan dan empati dalam memahami orang lain, sejati serta tulen, bebas diri kecenderungan untuk menguasi orang lain, kemampuan mendengarkan dengan baik, penghargaan terhadap orang lain, kejujuran, kesungguhan, dapat diandalkan, dan kemampuan mengungkapkan pikiran serta perasan dalam kata-kata dan isyarat-isyarat dalam kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. A. Pengertian Temperamen. Pemahaman tentang temperamen sering dikacaukan dengan pengertian kepribadian. Namun sebenarnya keduanya diakui adanya perbedaan. Temperamen adalah disposisi yang sangat erat hubungannya dengan faktor-faktor biologis dan fisiologis dan karenanya sangat kecil mengalami modifikasi di dalam perkembangannya. Temperamen merupakan unsur dari kepribadian, bahkan bagi Alport, temperamen adalah bagian khusus dari kepribadian. Dia mendefinisikan: Temperamen adalah gejala karakteristik daripada sifat emosi individu, termasuk juga mudah tidaknya kena rangsangan emosi, kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intesitas suasana hati; gejala ini tergantung kepada faktor konstitusional, dan karenanya terutama berasal dari keturunan (Alport (1951) Kita perhatikan dalam peristiwa hidup sehari-hari, misalnya di tempat kerja, pernahkan anda memperhatikan bahwa rekan-rekan kerja Anda mempunyai watak yang berbeda-beda satu dengan lainnya?. Ada yang selalu gembira, ada yang selalu murung, ada

yang mudah bergaul dan mendapatkan tempat baru, ada yang pendiam dan senang menyendiri, ada yang cepat marah, mudah tersinggung, ada juga yang sangat penyabar. Apa sebenarnya yang membedakan sikap dan perilaku mereka masing-masing? Ternyata temperamen kita menentukan bagaimana kita bersikap dan berperilaku. Memang temperamen bukanlah satu-satunya hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebab semasa kita kecil yang hidup dalam lingkungan keluarga, pendidikan, latihan dan motivasi yang kita terima dari orang tua juga memberikan pengaruh terhadap tingkah laku kita dalam kehidupan. Namun tetap harus diakui bahwa temperamen memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku hidup kita, termasuk cara kita berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya seseorang yang ekstrovet (terbuka) akan tetap ekstrovet selama hidupnya. Demikian juga dengan orang yang introvet (pendiam),mungkin saja ia menjadi lebih agresif, namun akan tetap sebagai seorang yang sifatnya pendiam. Bagi seorang Konselor sekolah, mengenal temperamen sangat penting, sebab dia mempunyai tugas salah satunya adalah memberi bantuan dan bimbingan bagi siswa yang bermasalah. Tidak jarang masalah siswa yang muncul justru sering dilatarbelakangi oleh temperamennya. Misalnya dia mempunyai persoalan dalam hal bergaul, oleh karena dia mempunyai temperamen yang introvet. Bagaimana mungkin seorang Konselor akan dapat membantunya jika dia sendiri mempunyai persoalan yang sama-sama memiliki tempermen yang introvet? Dengan mengenal temperamen setidaknya seorang konselor akan mampu mencari treatment yang tepat bagi dirinya sebelum dia memberi treatment pada siswa yang bermasalah. Adalah temperamen seseoranglah yang membuat dia sangat lincah, atau pemalu, mampu berkomunikasi atau takut bergaul. Temperamen yang dimiliki seorang konselor akan sangat mewarnai bagaimana dia bersikap, berperilaku dan berpenampilan didepan siswa atau klonselinya. Temperamen merupakan bagian dari aspek kepribadian (personality) yang banyak dicermati oleh tokoh-tokoh pedagogik, sosiolog mapun psikolog. Dalam paparan ini penulis mengkaji teori temperamen yang untuk pertama kali diberikan oleh Hippocrates (460-370), bapak ilmu kedokteran. Dia membedakan tipe temperamen seseorang berdasarkan pada dominasi cairan-cairan yang ada dalam tubuh manusia, yaitu: Chole, yang mempunyai sifat kering, melanchole sifat basah, phlegma sifat dingin dan sanguis yang mempunyai sifat panas. Atas dasar dominasi cairan badaniah itulah manusia memiliki empat katagori, yaitu: sanguin, kolerik, melankolik dan flegmatik, yang selanjutnya oleh Galenus disebutnya sebagai temperamen. Selanjutnya Krestchmer, salah seorang tokoh tipologi konstitusional berpendapat bahwa temperamen merupakan bagian kejiwaan yang nampaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Temperamen ini bersifat heriditer dan tak dapat diubah oleh pengaruh dari luar. Dia memiliki pengaruh terhadap dua macam kualitas kejiwaan seseorang, yaitu suasana hati (stimmung) dan tempo psikis. Tiap-tiap tempermen memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing yang berbeda dengan temperamen lainnya. Berikut kelemahan dan keunggulan masing-masing temperamen berdasarkan pada teori temperamen Hippocrates - Galenus.

1). Kolerik. Seorang yang bertipe kolerik mempunyai sifat-sifat khas, sebagai berikut: memiliki semangat hidup yang besar (hidup), optimistis, daya juang besar/memiliki kemauan yang keras., aktif dan cepat bertindak, terbuka, hatinya, memilki daya penyesuaian diri dengan lingkungan secara baik, mudah melakukan penyesuaian, mudah terbakar, pemarah, sehingga sering terjadi emosional yamng muncul sesaat kurang dapat terkonnontrol dengan baik. Kemarahan yang dimiliki oleh seorang kolerik bertahan lama, artinya seorang kolerik tidak mudah menghilangkan kemarahannya dalam waktu singkat. Ia selalu membawa kemarahannya dalam jangka waktu lama. Seorang ayah yang memiliki temperamen kolerik sering berdampak pada gangguan emosioanl pada anak-anaknya. Seorang kolerik juga mempunyai sifat agresif sehingga hal ini sering memberikan kesan bahwa dia seorang yang tidak sabar. Seorang kolerik selalu dipenuhi dengan aktivitas. Ia tidak perlu distimulasi oleh lingkungannya, justru dialah yang akan memberikan stimulasi kepada lingkungannya dengan ide-idenya, perencanaannya, tujuannya dan juga ambisinya yang tidak pernah kunjung habis. Biasanya ia tidak ingin melibatkan kegiatan yang tidak memiliki tujuan, menghendaki kegiatan yang praktis dengan membuat keputusn secara tepat dan logik. Seorang kolerik juga memiliki kesanggupan untuk memberikan motivasi kepada orang lain secara alamaih, memiliki keyakinan diri yang penuh, dengan memiliki kesadaran atas tujuan serta dapat memberikan inspirasi kepada orang lain untuk melihat tujuan tersebut. 2). Melankolik. Seorang yang bertipe melankolikk mempunyai sifat-sifat khas, sebagai berikut: mudah kecewa, daya juang kecil, muram, pesimis. Sifat khas ini yang sering kali membuat seorang melankolik kurang mampu bergaul dengan orang lain, sehingga sedikit sekali mempunyai teman. Ia jarang mendorong dirinya untuk bertemu dengan orang lain, sebaliknya ia membiarkan orang lain datang kepadanya. Secara alamiah ia adalah seorang pendiam, namun sebab perasaannya menguasainya, ia memiliki suasana hati (mood) yang bervariasi atau dengan kata lain keadaanya yang musim-musiman. Kadang-kadang ia mendapat rangsangan yang tinggi yang menyebabkan dia dapat berbicara banyak, menjadi seorang yang sangat ceria seperti seorang sanguin. Namun, kadang-kadang ia menjadi pemurung, penuh depresi dan suka meimisahkan diri. Keadaan depresi sering menyebabkan perasan cemas yang tidak perlu, misalnya yang disebut hypocondria (merasa diri sakit, padahal tidak sakit). Sering sekali seorang melankolik mengatakan, saya sakit.namun setelah diperiksi oleh dokter, tidak memiliki masalah apa-apa. Keadaan yang depresi, cemas atau moody hanya dapat diatasi bila seorang melankolik memberikanpengharapan di dalam Allah. Hanya Dia-lah yang menyebabkan seseorang dapat mengalahkan perasaan depresinya. Terlepas dari sifat lemah di atas, seorang melankolik adalah sahabat yang setia, seorang yang paling dapat dipercaya, sebab sifatnya yang menghendaki kesempurnaan. Dia juga memiliki kerinduan yang sangat besar untuk dicintai. Seorang melankolik juga mempunyai daya kemampuan dalam menganalisis. Ia dapat melihat dengan jelas tantangan atau bahaya-bahaya dari suatu rencana/kegiatan yang akan dilakukan. Hal ini yang menyebabkan seorang melankolik selalu memulai suatu perencanaan kegiatan yang realistis/konkrit, dapat dikerjakan, tidak bertele-tele!

3). Flegmatik. Seorang yang bertipe flegmatik mempunyai sifat khas antara lain: tak suka terburu-buru (kalm,tenang, lamban berfikir). Sifatnya yang dingin dan kepribadiannya yang seperti pemalu, seorang flegmatik memiliki kecenderung untuk menjadi penonton dalam kehidupan atau menjadi pendengar yang baik dalam suatu ceramah atau seminar umum dan mencoba untuk tidak banyak lelibatkan diri dalam kegiatan orang lain. Dia tidak memiliki gairah atau ambisi dan jarang memiliki inisiatif untuk suatu kegiatan Namun bila dia dirangsang untuk mengungkapkan sesuatu pendapat/gagasan, seorang flegmatik akan mampu melakukannya dengan baik dan bahkan dapat memberi pengaruh positif pada orang lain. Sifat khas yang lain, bahwa seorang flegmatik tak mudah dipengaruhi (memiliki temperamen yang konsisten), suka bergaul / disukai orang dan memiliki sifat humor yang alamiah dan tidak pernah akan marah sekalipun dia harus berhadapan dengan seorang yang mempunyai darah mendidih Dia selalu memelihara pendekatan yang positif terhadap kehidupan. (4). Sanguin. Seorang yang bertipe sanguin mempunyai sifat-sifat khas, antara lain hidup, seorang yang selalu periang, hangat dan menyenangkan. Secara alamiah, dia adalah seorang yang terbuka, respek terhadap orang lain, suka berbicara. Dalam suatu rapat pertemuan, misalnya seorang sanguis memiliki kecenderungan untuk mendominasi pembicaraan yang ada. Dari aspek perasaannya, seorang sanguis mudah tergerak perasaannya, tetapi tidak kuat, tidak mendalam dan tidak dapat berlangsung lama. Sehingga perhatiannya mudah berubah/ berganti haluan, kurang konsisten dengan apa yang ucapkan atau diperbuatnya. Sifat ini akan memberikan kesan bahwa seorang sanguin kurang dapat dipercaya. B. Respon Konselor Berdasarkan Temperamen Untuk lebih memahami kekhasan dari masing-masing temperamen, berikut ini disampaikan sebuah contoh bagaimana seorang konselor dengan temperamennya masingmasing memberikan respon atas persoalan siswa/konseli yang tengah dihadapinya. Persoalan Konseli: Ketika sedang istirahat, nampak seorang siswa duduk menyendiri di sudut serambi kelas. Wajahnya menunjukkan seolah sedang menghadapi suatu pesoalan. Tak seorang teman pun mendekat dan menyapanya. Dalam waktu yang bersamaan seorang Konselor berjalan dan persis melintas didepannya. Respon konselor: a). Tipe Sanguin: (Dengan memegang buku, dan tersenyum) Eh, kamu istirahat kok malah menyendiri.!, b) Tipe Kolerik: (Mendekat sambil melihat tajam) Kamu itu bagaimana sih, ini kan jam istirahat ngapain mesti sendirian begitu!, c) Tipe Melankoli: (Mendekat dengan penuh perasaan, seolah ikut dalam kesedihan yang sedang dialami) Kamu kok menyendiri, ada apa sih?, dan d) Tipe Flegmatik: (Santai, tidak peduli, seolah tidak ada sesuatu yang terjadi). Dari contoh persoalan diatas, memperlihatkan dengan jelas bagaimana seseorang /pribadi dengan temperamen tertentu memberikan respon atas persoalan yang tengah dihadapi. Ada perbedaan tanggapan, dan ini jelas dipengaruhi oleh tempermen dari masingmasing pribadi. Tanggapan yang berbeda tentu akan berdampak pada terbentuknya sebuah perilaku baru yang berbeda-beda pula. Demikian dalam proses konseling, respon konselor

terhadap konseli sangat memberikan andil bagi keberhasilan dari proses itu sendiri, yaitu terbentuknya kepribadian yang menyatu (terintegritas). Untuk ini pemahaman terhadap temperamen diri adalah sebuah pra kondisi dari seorang konselor guna menunjang suksesnya sebuah proses konseling. C. Penutup Adanya kecenderungan-kecenderungan tertentu mengapa seseorang melakukan sesuatu tindakan tidak terlepas dari tipe temperamen dari setiap pribadi/individu. Untuk ini dengan memahami kekhasan dari setiap tipe temperamen, akan memudahkan seseorang/konselor mengetahui, apa yang seharusnya saya lakukan dan apa yang seharusnya saya hindari atau tidak boleh saya lakukan. Hal ini penting dalam sebuah interaksi konseling. Jangan sampai bahwa proses konseling menjadi gagal hanya karena munculnya sikap dan perilaku seorang konselor yang kurang pas, bahkan membuat konseli menjadi tidak nyaman.. Dengan kata lain bahwa temperamen sangat memberikan warna yang berbeda ketika interaksi dalam proses konseling terjadi. Kita dapat melihat contoh diatas, bagaimana respon konselor ketika dihadapkan sebuah masalah yang satu dan sama. Masing-masing memberikan respon yang berbeda sesuai dengan tipe temperamennya. Konseling yang didalamnya ada proses komunikasi atau proses interaksi antara seorang konselor dengan seorang konselee, membutuhkan corak interaksi yang bersifat terapitis, yaitu interaksi yang mampu membangun keterbukaan pada diri konseli, sebab melalui dan didalam interaksi inilah proses konseling akan sampai pada tujuan yang diharapkan. Dalam hal ini, temperamen memberikan warna dari setiap proses interaksi konseling yang berdaya dan berhasil guna. Semoga! Catatan: Penulis adalah Dosen Prodi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun.