mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI Kerangka Pemikiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

Mengubah Sampah Organik Menjadi Kompos Melalui Resapan Lubang Biopori Oleh Dwi Sayekti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pustekom, 2005 bahwa Indonesia merupakan daerah yang mempunyai curah hujan yang relatif tinggi yaitu

PENENTUAN LAJU RESAPAN BIOPORI (LRB) BERDASARKAN UMUR DAN JENIS SAMPAH YANG DIBENAMKAN DALAM LUBANG RESAPAN BIOPORI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan disekolah merupakan salah satu tempat yang dapat. digunakan sebagai komunikasi dan menularkan ilmu-ilmu pengetahuan

TEKNOLOGI BIOPORI UNTUK MENGURANGI BANJIR DAN TUMPUKAN SAMPAH ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

KATA PENGANTAR. Manfaat dalam melakukan kegiatan pembuatan lubang biopori antara lain :

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

PENGARUH JENIS SAMPAH, VARIASI UMUR SAMPAH TERHADAP LAJU INFILTRASI LUBANG RESAPAN BIOPORI (LRB)

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOPORI TANAH SEBAGAI RESAPAN AIR DI DESA BUKIT RATA DUSUN MELUR KUALA SIMPANG: ACEH TAMIANG

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu tempat ke tempat lain. Pada kajian ini yang akan diangkat adalah

BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT. Diusulkan oleh: Rizki Muzammil Asnawati Angga Wiranda Rizqi Via Utami

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI SEBAGAI ALTERNATIF PENANGGULANGAN BANJIR DI KELURAHAN MAHARATU KECAMATAN MARPOYAN DAMAI PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.3

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

PEMBUATAN LUBANG BIOPORI DI TAMAN PEMBIBITAN TEBET

Oleh: Irawan Yulva Dinata*, Erna Juita**, Farida**

Studi Campuran Tanah dan Kompos sebagai Media Resapan pada Daerah Genangan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lubang Resapan Biopori

Tabel 1. Deskripsi Profil di Lokasi Penelitian Horison Kedalaman Uraian

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Nelayan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu nelayan buruh, nelayan

IBM KELOMPOK IBU-IBU PKK : PENERAPAN TEKNOLOGI BIOPORI YANG DIPERKAYA INOKULAN MIKROBA DI PERUMAHAN BANYUMANIK SEMARANG

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Dr. Zulkifli Rangkuti, MM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MAKALAH REKAYASA DRAINASE DRAINASE PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (2006) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

LAPORAN KEGIATAN SOSIALISASI PEMBUATAN BIOPORI DI BANJAR BUKIAN DAN KIADAN, PLAGA PELAGA AGUSTUS Oleh: I GDE SUARJA Koordinator JANMA

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah penyangga seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi dari tahun ke tahun

Analisa Penerapan Resapan Biopori Pada Kawasan Rawan Banjir Di Kecamatan Telaga Biru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

BAB II PENERAPAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

PENGGUNAAN LUBANG RESAPAN BIOPORI UNTUK MINIMALISASI DAMPAK BAHAYA BANJIR PADA KECAMATAN SUKAJADI KELURAHAN SUKAWARNA RW004 BANDUNG (035L)

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tentang genangan atau banjir sudah sangat umum terjadi di kawasan

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkotaan merupakan pusat segala kegiatan manusia, pusat produsen, pusat

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

Pencegahan Banjir dengan Penerapan Teknologi Biopori pada SDN 07 dan SDN 13 Pagi Cawang

PEMANFAATAN BAK RESAPAN DAN BIOPORI SISTEM GUNA MENGATASI MASALAH GENANGAN AIR

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

STUDI LAJU INFILTRASI KAWASAN DENGAN MENGGUNAKAN LUBANG BIOPORI SEBAGAI UPAYA PENURUNAN TINGGI GENANGAN DAN UPAYA KONSERVASI AIR TANAH

KUALITAS LINGKUNGAN MELALUI PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Letak tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara beriklim tropis yang kaya

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGUKURAN LAJU INFILTRASI LUBANG RESAPAN BIOPORI DENGAN PEMILIHAN JENIS DAN KOMPOSISI SAMPAH DI KAMPUS I UKRIDA TANJUNG DUREN JAKARTA

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

BAB VII DAMPAK KONVERSI LAHAN TERHADAP KEBERLANJUTAN EKOLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

PENGARUH PENAMBAHAN KOMPOS PADA TANAH UNTUK MENGURANGI GENANGAN DI KELURAHAN BULAK, KECAMATAN KENJERAN, KOTA SURABAYA

BENTUK PENDIDIKAN KESIAPSIAGAAN BENCANA BANJIR PADA SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA ARTIKEL PUBLIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir selalu menjadi musuh bagi warga di berbgai daerah. Saat pembangunan pemukiman dan prasarana lainnya sebagian permukaan lahan dipadatkan akibat perataan tanah. Hal ini mengakibatkan sebagian air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah tetapi mengalir ke permukaan tanah dan dibuang melalui saluran pembuangan air (drainase). Buruknya saluran pembuangan air serta menurunnya daya serap tanah akibat pembangunan mengakibatkan banjir (Terunajaya, 2012). Warga Desa Toluaya, Kecamatan Bolaang Uki, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, seakan sudah terbiasa dalam menghadapi musibah banjir pada musim penghujan. Banjir yang paling buruk pernah terjadi tingginya mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang bermukim didekat sungai yang merasakan musibah banjir, mereka juga rata rata membuang sampah ditepian sungai yang jika curah hujan tinggi, air sungai naik dan meluap sehingga sampah-sampah tersebut tergenang terbawa arus air. Setelah Bolaang Mongondow Selatan resmi menjadi kabupaten pada tahun pertengahan tahun 2008, yang otomatis mendatangkan warga-warga pindahan yang mengadu nasib sebagai Pegawai Negeri Sipil didaerah itu, mereka membangun pemukiman untuk ditinggali. Seakan sudah tahu kondisi lingkungan sekitar, mereka membangun tempat tinggal dengan meninggikan pondasi rumahnya, dengan begitu rumah mereka tidak akan digenangi banjir, sehingga warga lama yang

tempat tinggalnya selama ini tidak pernah tegenang banjir, sekarang ikut merasakan akibatnya. Curah hujan yang tinggi dimana air hujan tersebut tidak terserap/tertampung pada tempat air hujan itu jatuh sehingga air menggenang tinggi dilingkungan sekitar rumah warga. Adapun saluran penampung air hujan yang dibuat tidak terlalu efektif, hanya sekedar menggali tanah sedangkal mungkin sampai menuju selokan didekat jalan raya, dimana diselokan juga terdapat sampah yang dibuang begitu saja. Air hujan yang tertampung dalam selokan pun dapat meluap ke jalan raya, begitu juga dengan air sungai yang meluap akibat curah hujan yang tinggi. Sampah-sampah yang dibuang tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu oleh warga sekitar ikut terbawa arus air sungai yang meluap. Hal ini terlihat ketika banjir mulai reda sampah-sampah tersebut berserakan dijalan raya dan banyak juga yang masuk kerumah warga yang tergenang banjir. Adapun upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meminimalisir terjadinya banjir adalah dengan memperluas saluran pembuangan (selokan/got) yang ada dipinggiran jalan raya, namun upaya tersebut belum terlalu maksimal dalam mencegah banjir pada musim penghujan yang curah hujannya tinggi. Dalam meminimalisir terjadinya banjir akibat curah hujan yang tinggi didaerah tersebut, maka diperlukan adanya upaya untuk meresapkan air hujan yang efektif ke dalam tanah, salah satunya dengan menggunakan metode Lubang Resapan Biopori (LRB) (Yuli, Yulianur dan Sugianto 2014). LRB adalah salah satu metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah. Metode ini dicetuskan

oleh Dr. Kamir R Brata, salah satu peneliti dari Institut Pertanian Bogor ( Arifin dan Orizanto, 2012). Dengan adanya biopori, maka tanah akan mampu memperbesar daya tampungnya terhadap air hujan yang masuk ke dalam tanah, mengurangi genangan air dipermukaan tanah dan pada akhirnya mengurangi volume limpahan dan aliran air hujan ke saluran atau sungai (Terunajaya, 2012). Biopori terbentuk akibat adanya aktivitas organisme dalam tanah dengan memasukan sampah organik seperti sayuran, kulit buah, dedaunan dan lain-lain ke dalam LRB. Sampah organik ini dijadikan sumber energi bagi organisme tersebut untuk hidup dan berkembang biak yang secara otomatis sampah organik terurai dan menghasilkan pupuk yang berguna bagi nutrisi tanaman dan kesuburan tanah serta air genangan dapat diresap dengan cepat ke dalam tanah. Biopori tersebut berisi udara dan akan menjadi tempat berlalunya air kedalam tanah. Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah banyak, maka kemampuan sebidang tanah untuk meresap air akan meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah untuk meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air dipermukaan tanah. Hal ini akan mengurangi bahaya banjir yang mungkin terjadi. Lubang sebaiknya dibuat dibagian tanah yang tidak terendam air. Jika lubang tersebut terendam air maka fauna tanah akan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan hilangnya kemampuan meresapnya air karena sudah jenuh (Hilwatullisan, 2011). Hasil penelitian oleh Yulia, Alfiansyah Yulianur, Sugianto (2014), tentang studi laju infiltrasi kawasan dengan menggunakan biopori sebagai upaya

penurunan tinggi genangan dan upaya konversi air tanah di Kopelma Darussalam, Banda Aceh, yang bertujuan untuk mengukur besarnya laju infiltrasi sebelum dan sesudah menggunakan LRB, menghitung jumlah LRB yang dibutuhkan serta mengetahui perbedaan tinggi genangan akibat hujan maksimum rencana periode ulang 2, 5 dan 10 tahun dan mengetahui jumlah air yang terinfiltrasi. Untuk menghitung tinggi genangan maka digunakan data curah hujan harian maksimum tahunan, luas tanah menurut tutupan dan teksturnya, serta laju infiltrasi. Sedangkan untuk menghitung volume air yang terinfiltrasi maka digunakan data curah hujan bulanan, luas tanah menurut tutupan dan teksturnya, serta laju infiltrasi. Tinggi genangan akibat hujan maksimum periode ulang 2, 5 dan 10 tahun dengan menggunakan 100, 160 dan 400 LRB per 100 m 2 adalah lebih rendah mulai dari 9,01 % hingga 77,43% dibandingkan dengan tidak menggunakan LRB. Selain itu, volume air yang terinfiltrasi dengan menggunakan pada setiap bulannya meningkat hingga 4120 m 3 jika dibandingkan dengan tidak menggunakan LRB. Adapun LRB yang dibuat menggunakan pupuk tanaman dengan komposisi campuran sampah organik berupa jerami padi dan kotoran sapi. Dari uraian latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Jenis Sampah Organik Terhadap Laju Resapan Air Dengan Menggunakan Metode Lubang Resapan Biopori. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Perubahan tata guna lahan untuk pemukiman penduduk mengakibatkan berkurangnya areal resapan air.

2. Curah hujan yang tinggi menyebabkan genangan air meningkat disekitar rumah warga sehingga mengakibatkan banjir. 3. Saluran penampung air hujan yang tidak terlalu efektif. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Laju Resapan Air pada Setiap Jenis Sampah dalam Lubang Resapan Biopori? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk mengetahui perbandingan jenis sampah organik terhadap laju resapan air dengan metode Lubang Resapan Biopori. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk menganalisis laju resapan air pada LRB dengan menggunakan sampah organik kotoran sapi. 2. Untuk menganalisis laju resapan air pada LRB dengan menggunakan sampah organik sisa makanan. 3. Untuk menganalisis laju resapan air pada LRB dengan menggunakan sampah organik jerami padi. 4. Untuk menganalisis LRB yang paling efektif dalam menyerap air berdasarkan jenis sampah. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terkait dengan LRB untuk menurunkan tinggi genangan air hujan

yang dapat mengakibatkan banjir, dan dapat dijadikan saran dalam pembuatan LRB yang efektif untuk menurunkan tinggi genangan air hujan. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Sebagai bahan pertimbangan bagi para warga yang sering membuang sampah sembarangan tanpa di olah terlebih dahulu. 2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang jenis sampah yang lebih efektif meningkatkan jumlah biopori dalam lubang resapan.