STUDI LAJU INFILTRASI KAWASAN DENGAN MENGGUNAKAN LUBANG BIOPORI SEBAGAI UPAYA PENURUNAN TINGGI GENANGAN DAN UPAYA KONSERVASI AIR TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI LAJU INFILTRASI KAWASAN DENGAN MENGGUNAKAN LUBANG BIOPORI SEBAGAI UPAYA PENURUNAN TINGGI GENANGAN DAN UPAYA KONSERVASI AIR TANAH"

Transkripsi

1 ISSN Pages pp STUDI LAJU INFILTRASI KAWASAN DENGAN MENGGUNAKAN LUBANG BIOPORI SEBAGAI UPAYA PENURUNAN TINGGI GENANGAN DAN UPAYA KONSERVASI AIR TANAH Yulia 1, Alfiansyah Yulianur 2, Sugianto 3 1) Magister Teknik Sipil Program Banda Aceh 2,3) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Abstract: The expansion of land development for settlement and other infrastructure has impact for lessen of green open space that serves to absorp rainwater. Accordingly to that, there is a need of effort to increase the absorbtion rate of rainwater into the ground, one of the method is using biopori holes. The area that uses as a sample to observe the infiltration rate using biopori holes is Kopelma Darussalam, Banda Aceh. The aim of this study is to measure the infiltration rate before and after the application of biopori holes, find out the number the amount of holes that required, discover the differences of ground water level every 2, 5, and 10 years return period, and find out the amount of water that absorbed to ground water. The data which uses to calculate the water level is the annual maximum daily rainfall, land area under forest cover and texture, and infiltration rate. Meanwhile, the data which uses in order to calculate the volume of water infiltrated into the soil in each month is monthly rainfall data, land area which classified by the cover and texture, and infiltration rate. Inunndation height at annual maximum rainfall plan for 2, 5, and 10 years return period with using 100, 160 and 400 holes per 100m 2 is lower from 9,01% to 77,43% compared to not using biopori holes. In addition, the amount of water that infiltrated after using biopori holes is increasing up to 4120 m 3 for each month, compared to not using biopori holes. Keywords : infiltration, biopori, water level (direct runoff), groundwater conservation Abstrak: Perluasan lahan untuk pemukiman penduduk dan infrastruktur lainnya menyebabkan berkurangnya lahan terbuka hijau yang semula berfungsi untuk meresapkan air hujan. Maka, diperlukan upaya untuk meresapkan air hujan yang efektif ke dalam tanah, salah satunya menggunakan lubang biopori. Salah satu tempat yang ingin diketahui besarnya laju infiltrasi kawasan dengan menggunakan lubang biopori adalah Kopelma Darussalam, Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur besarnya laju infiltrasi sebelum dan sesudah menggunakan lubang biopori, menghitung jumlah lubang biopori yang dibutuhkan serta mengetahui perbedaan tinggi genangan akibat hujan maksimum periode ulang 2, 5, dan 10 tahun dan mengetahui jumlah air yang terinfiltrasi. Untuk menghitung tinggi genangan maka digunakan data hujan harian maksimum tahunan, luas tanah menurut tutupan dan teksturnya, serta laju infiltrasi. Sedangkan untuk menghitung volume air yang terinfiltrasi maka digunakan data curah hujan bulanan, luas tanah menurut tutupan dan teksturnya, serta laju infiltrasi. Tinggi genangan akibat hujan maksimum periode ulang 2, 5, dan 10 tahun dengan menggunakan 100, 160 dan 400 lubang biopori per 100 m 2 adalah lebih rendah mulai dari 9,01% hingga 77,43% dibandingkan dengan tidak menggunakan lubang biopori. Selain itu, volume air yang terinfiltrasi dengan menggunakan lubang biopori pada setiap bulannya meningkat hingga 4120 m 3 jika dibandingkan dengan tidak menggunakan lubang biopori. Kata kunci : infiltrasi, biopori, tinggi genangan, konservasi air tanah PENDAHULUAN Perkembangan kehidupan yang terus berlangsung menuntut terjadinya perubahan penggunaan lahan yang terus meluas. Perluasan lahan untuk pemukiman penduduk dan infrastruktur lainnya menyebabkan Volume 3, No. 3, Agustus

2 berkurangnya lahan terbuka hijau yang semula berfungsi untuk meresapkan air hujan. Kondisi ini mengakibatkan genangan akibat air hujan membesar dan jumlah air hujan yang terinfiltrasi mengecil. Mengingat kebutuhan air terus meningkat dan sumber air utama berasal dari curah hujan, diperlukan adanya upaya untuk meresapkan air hujan yang efektif ke dalam tanah. Beberapa teknologi peresapan air ke dalam tanah seperti kolam resapan (infiltration basin), parit resapan (infiltration trench), dan sumur resapan (french drain) telah lama diperkenalkan kepada masyarakat. Namun teknologi peresapan air tersebut belum dapat diterapkan secara meluas karena berbagai alasan, antara lain memerlukan tempat yang relatif luas, waktu yang relatif lama, dan biaya yang tidak ekonomis. Dengan demikian, masih perlu dikembangkan lagi alternatif teknologi peresapan air yang lebih tepat guna, dipelihara dengan biaya lebih ekonomis, dan ramah lingkungan yaitu dengan menggunakan lubang biopori. Tujuan penelitian ini adalah mengukur jumlah lubang biopori yang dibutuhkan serta besarnya laju infiltrasi dengan lubang biopori dan tanpa lubang biopori, mengetahui perbedaan tinggi genangan akibat hujan maksimum periode ulang 2, 5, dan 10 tahun serta mengetahui jumlah air yang terinfiltrasi mengisi air tanah. Kopelma Darussalam merupakan pusat aktivitas pendidikan/akademik yang ada di Banda Aceh. Selain itu, pertumbuhan penduduk di kawasan ini dari tahun ke tahun juga cukup meningkat. Oleh karena itu, perlu diketahui besarnya laju infiltrasi kawasan dengan menggunakan lubang biopori dan tanpa lubang biopori di Kopelma Darussalam, sehingga nantinya akan diketahui berapa perbedaan laju infiltrasi yang didapat dari kedua kondisi tersebut. Sebelum melakukan pengukuran dilapangan tanpa menggunakan lubang biopori dan dengan menggunakan lubang biopori, maka terlebih dulu dilakukan analisis spasial wilayah untuk menentukan letak titik biopori yang akan diukur sesuai dengan tekstur tanah dan tutupan lahan di kawasan Kopelma Darussalam. Tekstur tanah pada Kopelma Darussalam berdasarkan Peta Tekstur Tanah untuk kawasan tersebut adalah sand dan silt. Sedangkan tutupan lahan yang diteliti yaitu tanah tanpa penutup, tanah berumput dan tanah berilalang. Setelah pembatasan unit lahan dilakukan, maka akan diadakan pengukuran dilapangan sesuai dengan karakteristik tekstur tanah dan tutupan lahan tanpa menggunakan lubang biopori dan dengan menggunakan lubang biopori. KAJIAN KEPUSTAKAAN Infiltrasi Infiltrasi adalah proses masuknya air dari atas (surface) kedalam tanah. Di dalam tanah air mengalir dalam arah lateral, sebagai aliran antara (interflow) menuju mata air danau dan sungai, atau secara vertikal, yang dikenal dengan perkolasi (percolation) menuju air tanah. Metode yang biasa digunakan untuk menentukan kapasitas infiltrasi adalah Volume 3, No.3, Agustus 2014

3 pengukuran dengan infiltrometer dan analisis hidrograf. Infiltrometer dibedakan menjadi infiltrometer genangan dan simulator hujan (rainfall simulators), (Triatmodjo 2008). Lubang Biopori Lubang biopori berbentuk silindris yang dibuat secara vertikal kedalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman sekitar cm, atau dalam kasus tanah dengan permukaan air tanah dangkal, tidak sampai melebihi kedalaman muka air tanah. Jarak antar lubang biopori berkisar 50 cm 100 cm. Lubang diisi sampah organik. Limpasan permukaan akan masuk kedalam lubang dan meresap ke segala arah melalui biopori sekitar lubang (Brata 2008) Curah hujan rencana (R T ) Perhitungan besarnya curah hujan dilakukan berdasarkan rumus statistik sebagai berikut (Suripin 2004): R T = R + K S d (2.1) dengan: R T = curah hujan rencana untuk periode ulang R T tahunan (mm); = curah hujan rata-rata (mm); K = faktor frekuensi yang tergantung pada tipe Sd sebaran data curah hujan; = standar deviasi. Curah Hujan Lebihan Curah hujan lebihan (excess rainfall) adalah hujan yang tidak tertahan pada permukaan lahan ataupun terserap kedalam tanah. Curah hujan lebihan adalah sama dengan hujan total yang jatuh di permukan tanah dikurangi dengan kelebihan air. Untuk menghitung volume curah hujan lebihan yaitu (Chow 1988): Curah hujan lebihan (m 3 )= curah hujan observasi (mm) abstraksi (mm) (2.2) Selanjutnya dihitung kedalaman aliran, yaitu volume total dibagi dengan luas DAS (Triatmodjo 2008): Kedalaman hujan mm = Volume limpasan (m 3 ) Luas area (m ) Konservasi Air Tanah..(2.3) Curah hujan yang berlebihan pada musim hujan tidak dibiarkan mengalir ke laut tetapi ditampung dalam suatu wadah yang memungkinkan air kembali meresap ke dalam tanah (groundwater recharge) melalui pemanfaatan air hujan dengan cara membuat kolam pengumpul air hujan, sumur resapan dangkal, sumur resapan dalam dan lubang biopori. Dalam memperkirakan debit aliran yang ditimbulkan oleh hujan lebat, evaporasi dan evapotranspirasi yang terjadi dalam periode waktu singkat adalah kecil dan dapat diabaikan, sehingga Persamaan menjadi (Triatmodjo 2008): dengan: Q P I Q = P I = debit aliran (m 3 /detik); = presipitasi (mm); = infiltrasi (mm/detik). Volume 3, No. 3, Agustus

4 Analisis Spasial Wilayah dengan Menggunakan SIG Budianto (dikutip dari Syahrizal 2011) menyebutkan bahwa Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Data spasial adalah gambaran nyata suatu wilayah yang terdapat di permukaan bumi. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain bor biopori; penggaris stainless 20 cm dan 30 cm; meteran; pipa paralon berdiameter ±10 cm dengan ukuran tinggi 25 cm untuk pengukuran tanpa lubang biopori dan 100 cm untuk pengukuran lubang biopori; kaleng berdiameter ±15,5 cm dan tinggi 16 cm dilubangi bagian bawahnya dan atasnya; alat pengukur waktu (stopwatch); dan alat tulis. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk tanaman dengan komposisi campuran 1:1:1 (tanah:sekam padi:kotoran sapi) dimana pupuk tanaman ini digunakan sebagai bahan pengisi pada lubang lubang biopori; dan air secukupnya. Gambar 1: Bagan alir penelitian Peta Darussalam; Data Curah Hujan Harian Peta yang digunakan untuk penelitian ini Maksimum Tahunan Stasiun BMKG Blang antara lain peta citra tahun 2011; Peta Bintang, Aceh Besar; dan Data Curah Hujan Administrasi; Peta Tekstur Tanah Kopelma Volume 3, No.3, Agustus 2014

5 Bulanan Stasiun BMKG Blang Bintang, Aceh Besar. Tahapan Penelitian Analisis Spasial Wilayah Analisis spasial wilayah studi dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi. Input data termasuk dari data citra satelit. Pembatasan Unit Lahan Pembatasan unit lahan dilakukan melalui penafsiran citra satelit. Penafsiran klasifikasi citra satelit pada tahap persiapan dititikberatkan untuk membatasi satuan lahan yang mempunyai karakteristik fisik yang sama. Pengukuran Laju Infiltrasi Kawasan Kopelma Darussalam Tanpa Menggunakan Lubang Biopori Untuk pelaksanaan pengukuran infiltrasi dengan menggunakan pipa paralon dan kaleng sebagai pengganti ring infiltrometer. Langkah yang dilakukan yaitu menentukan dan membersihkan lahan lahan yang akan diukur, serta mempersiapkan alat alat pada lokasi pengukuran; kaleng di tekan kedalam permukaan tanah ±5 cm; pipa paralon berukuran tinggi 25 cm dan berdiameter 10 cm ditekan kedalam permukaan tanah ±5 cm, sehingga tinggi yang tersisa adalah 20 cm; pipa yang sudah diletakkan ±5 cm kedalam permukaan tanah, pada bagian dalamnya diletakkan penggaris stainless berukuran 30 cm secara vertikal dan air dituangkan kedalam pipa hingga penuh. Setelah air penuh, stopwatch dinyalakan dan setiap interval waktu 2 menit penurunan muka air yang terlihat pada penggaris dicatat; apabila air habis, namun penurunan muka air belum menunjukkan laju infiltrasi yang konstan maka air dapat ditambahkan dengan memperhatikan atau mencatat posisi penunjuk waktu dalam pemberian air ke dalam pipa tersebut. Pada percobaan tanpa Lubang Biopori ini dilakukan dengan 3 (tiga) macam penutup lahan yaitu, tanah tanpa penutup, tanah berumput dan tanah berilalang dengan tekstur tanah sand (pasir) dan silt (debu). Pengukuran Laju Infiltrasi Kawasan Kopelma Darussalam Menggunakan Lubang Biopori Langkah yang dilakukan yaitu menentukan lahan yang akan diukur dan mempersiapkan alat alat pada lokasi pengukuran; buat lubang silindris dengan menggunakan bor biopori secara vertikal kedalam tanah dengan diameter ±10 cm, kedalaman lubang ±70 cm atau tidak melampaui muka air tanah bila air tanahnya dangkal; masukkan pipa paralon berukuran tinggi ±100 cm dan berdiameter ±10 cm kedalam tanah, sehingga ketinggian pipa di permukaan tanah tersisa 30 cm; isi lubang dengan pupuk tanaman sampai ke batas permukaan tanah; rekatkan penggaris berukuran 30 cm yang telah diberi double tape ke bagian dalam pipa secara vertikal; air dituangkan kedalam pipa hingga penuh; setelah air penuh, stopwatch dinyalakan dan setiap interval waktu Volume 3, No. 3, Agustus

6 30 detik penurunan muka air yang terlihat pada penggaris dicatat; apabila air habis, namun penurunan muka air belum menunjukkan laju infiltrasi yang konstan maka air dapat ditambahkan dengan memperhatikan atau mencatat posisi penunjuk waktu dalam pemberian air ke dalam pipa tersebut. Curah Hujan Rencana Data hujan yang diperoleh dari stasiun hujan merupakan data curah hujan harian. Data curah hujan yang diperoleh mencapai 53 tahun. Data hujan yang tidak mengikuti sebaran normal dan log normal, maka diperkirakan mengikuti sebaran Gumbel. Perkiraan tersebut dibuktikan dengan uji Smirnov-Kolmogorov. Tinggi Genangan Perhitungan curah hujan lebihan/tinggi genangan pada kawasan Kopelma Darussalam ini, maka tiap luasan dibagi dalam beberapa bagian, dimana bagian-bagian ini dipisahkan berdasarkan tekstur tanah dan penutup lahannya. Dalam menghitung volume dan tinggi genangan dengan menggunakan lubang biopori, untuk jarak antar lubang 50 cm maka didapat 100 lubang tiap 100 m 2, untuk jarak antar lubang 75 cm maka didapat 160 lubang tiap 100 m 2, dan untuk jarak antar lubang 100 cm maka didapat 400 lubang tiap 100 m 2. Untuk menghitung volume dan tinggi genangan digunakan Persamaan 2.2 dan Persamaan 2.3. Langkah-langkah nya sebagai berikut: Tanpa Menggunakan Lubang Biopori Langkah perhitungan untuk mengetahui tinggi genangan yaitu hitung curah hujan rencana periode ulang 2, 5, 10 tahun; hitung laju infiltrasi tanpa lubang biopori (tanah tanpa penutup, tanah berumput, dan tanah berilalang) dengan 2 tekstur tanah; hitung luas masingmasing penutup lahan dengan 2 macam tekstur tanah. Dalam hal ini, untuk memudahkan perhitungan maka setiap tekstur tanah dibagi kedalam beberapa bagian atau segmen penutup lahan. (misal sand dengan tanah berumput, dan sebagainya); jenis tutupan lahan dan tekstur tanah yang sudah dikelompokkan, dihitung dengan mencari selisih antara luas lahan dengan curah hujan terhadap luas lahan dengan laju infiltrasinya, dengan periode ulang 2, 5, 10 tahun; lalu volume genangan yang berada di tanah tanpa penutup, tanah berumput, dan tanah berilalang dijumlahkan bersama dengan volume genangan yang berasal dari hujan yang jatuh di atas bangunan. Maka di peroleh volume genangan total untuk setiap segmen; setelah volume total diperoleh, maka dihitung tinggi genangan setiap segmen yaitu dengan membagi volume genangan dengan luas total lahan tiap segmen; lakukan hal ini sehingga semua lahan selesai dihitung volume dan tinggi genangannya total keseluruhan dengan berbagai periode ulang curah hujan. Menggunakan Lubang Biopori Langkah perhitungan untuk mengetahui tinggi genangan yaitu hitung hujan rencana periode ulang 2, 5, 10 tahun; hitung laju Volume 3, No. 3, Agustus 2014

7 infiltrasi dengan lubang biopori (tanah tanpa penutup, tanah berumput, dan tanah berilalang) dengan 2 tekstur tanah dan laju infiltrasi tanpa lubang biopori; hitung terlebih dahulu luas lahan yang akan menggunakan lubang biopori (tanah tanpa penutup, tanah berumput, dan tanah berilalang) dengan 2 tekstur tanah. Dihitung juga menurut pembagian segmen. Pertama, untuk 80 lubang biopori tiap 100 m 2, maka dihitung jumlah lubang yang akan mengisi lahan-lahan tersebut menurut luas lahan yang ada pada segmen tersebut; setelah jumlah lubang pada lahan tersebut diperoleh, maka akan diketahui berapa luas lahan pada segmen tersebut yang menggunakan lubang biopori, dengan berbagai tipe penutup lahan dan tektur tanahnya. Dan lahan yang tidak menggunakan lubang biopori dihitung luasannya dengan mengurangi luas lahan yang sudah diberikan lubang biopori; pada perhitungan volume genangan dengan lubang biopori, jenis tutupan lahan dan tekstur tanah yang sudah dikelompokkan, dihitung dengan mencari selisih antara luas lahan dengan curah hujan terhadap luas lahan dengan laju infiltrasinya, dengan periode ulang 2, 5, 10 tahun. Lalu volume genangan yang berada di tanah tanpa penutup, tanah berumput, dan tanah berilalang yang tidak menggunakan lubang biopori dan lahan yang menggunakan lubang biopori dijumlahkan bersama dengan volume genangan yang berasal dari hujan yang jatuh di atas bangunan. Maka di peroleh volume genangan total untuk setiap segmen; setelah volume total diperoleh, maka dihitung tinggi genangan setiap segmen yaitu dengan membagi volume genangan dengan luas total lahan tiap segmen; lakukan hal ini untuk semua lahan hingga selesai dihitung volume dan tinggi genangannya total keseluruhan dengan berbagai periode ulang curah hujan. Maka didapatlah tinggi genangan keseluruhan untuk lahan tersebut dengan periode ulang 2, 5, 10 tahun. Konservasi Air Tanah Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung volume air yang masuk kedalam tanah (infiltrasi) dengan menggunakan lubang biopori dan tanpa menggunakan lubang biopori adalah sebagai berikut, hitung curah hujan bulanan R90; hitung laju infilitrasi tiap tekstur tanah dengan berbagai macam penutup lahannya; klasifikasikan luas lahan sebelum menggunakan lubang biopori berdasarkan tekstur tanah dan penutup lahannya; klasifikasikan luas lahan sesudah menggunakan lubang biopori berdasarkan tekstur tanah dan penutup lahannya; lahan dengan mengggunakan lubang biopori dihitung luasnya berdasarkan jarak antar lubang mulai dari 50 cm 100 cm; untuk mengetahui volume air yang masuk kedalam tanah sebelum menggunakan lubang biopori, maka pada tiap-tiap bulan dihitung luas lahan yang telah diklasifikasikan perbagian tadi dengan laju infiltrasinya masing-masing atau pun curah hujan perbulan, kemudian hitung volume keseluruhannya pada suatu kawasan Kopelma Darussalam, Banda Aceh; untuk mengetahui volume air yang masuk kedalam tanah sesudah menggunakan lubang biopori (dengan variasi jumlah lubang biopori tiap 100 Volume 3, No. 3, Agustus

8 m 2 dengan jarak antar lubang 50 cm 100 cm), maka pada tiap-tiap bulan dihitung luas lahan yang telah diklasifikasikan perbagian tadi dengan laju infiltrasinya masing-masing atau pun curah hujan perbulan, termasuk lahan yang dibuat lubang biopori, kemudian hitung volume keseluruhannya pada suatu kawasan Kopelma Darussalam, Banda Aceh; perhitungan volume air yang masuk kedalam tanah sebelum dan sesudah menggunakan Lubang Biopori dimasukkan ke dalam grafik pada tiap bulan. HASIL PEMBAHASAN Laju Infiltrasi Kawasan dengan Menggunakan Lubang Biopori dan Tanpa Menggunakan Lubang Biopori Pengukuran laju infiltrasi yang dilakukan pada kawasan Kopelma Darussalam, Banda Aceh ini menunjukkan bahwa laju infiltrasi untuk tekstur tanah berpasir (sand) lebih cepat dibandingkan dengan tanah yang bertekstur debu (silt), dengan berbagai variasi tutupan lahan. Lahan yang tidak terdapat penutup diatasnya lebih lambat dalam meresapkan air dibandingkan tanah yang memiliki tutupan lahan seperti tanah yang berumput dan berilalang. Selain itu, dengan menggunakan lubang biopori kemampuan tanah dalam meresapkan air jauh lebih cepat jika tidak menggunakan lubang biopori. Hal ini dikarenakan pada Lubang Biopori telah diisi pupuk tanaman yang memiliki rongga sehingga memungkinkan air untuk dapat dengan cepat meresap kedalam tanah dalam waktu yang lebih cepat. Tabel 4.1 Gambar 2: Laju Infiltrasi Laju infiltrasi pada berbagai penutup lahan dan tekstur tanah No Variasi Laju Infiltrasi (mm/menit) Tutupan Lahan Sand Silt 1 tanah tanpa tutupan rumput ilalang lubang biopori 8 1 Curah Hujan Rencana Hasil perhitungan menunjukkan bahwa data curah hujan Stasiun BMKG Blang Bintang, Aceh Besar tidak mengikuti distribusi Normal dan LogNormal. Berdasarkan uji Smirnov- Kolmogorov, data hujan tersebut mengikuti distribusi Gumbel. Curah hujan rencana periode ulang 2, 5, 10 tahun pada Stasiun BMKG Blang Bintang, Aceh Besar sebesar 114,86 mm; 172,34 mm; dan 210,40 mm. Tinggi Genangan Untuk menentukan tinggi genangan pada kawasan Kopelma Darussalam, Banda Aceh dengan periode ulang 2, 5, dan 10 tahun pada suatu kawasan maka dihitung terlebih dahulu Volume 3, No. 3, Agustus 2014

9 volume genangan, baik dengan menggunakan lubang biopori dan tanpa menggunakan lubang biopori. Volume genangan sebelum dan sesudah menggunakan lubang biopori ditentukan pada curah hujan periode ulang 2, 5, dan 10 tahun yaitu 114,86 mm; mm; dan 210,40 mm. Sebelum menggunakan lubang biopori, volume genangan akibat hujan maksimum dengan periode ulang 2, 5, dan 10 tahun cukup besar. Sementara itu, volume genangan sangat berkurang sesudah menggunakan Lubang Biopori dengan variasi lubang tiap meter persegi menurut jarak antar lubang yang disarankan cm adalah 100, 160 dan 400 lubang. Tinggi genangan didapatkan dengan membagi volume genangan dengan total luas lahan. Tinggi genangan dihitung baik dengan Lubang Biopori dan tanpa Lubang Biopori. Dengan berbagai variasi jumlah lubang tersebut, semakin banyak jumlah lubang yang digunakan maka semakin rendah genangan yang dihasilkan. Untuk mengetahui volume genangan pada tutupan lahan yaitu tanah tanpa penutup, yaitu dengan menghitung selisih antara perkalian luas tanah dengan curah hujan periode ulang 2 tahun dan perkalian luas tanah dengan laju infiltrasi tanah tanpa penutup tersebut. Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk tanah dengan penutup rumput dan tanah dengan penutup ilalang, dengan menyesuaikan luas tanah berpenutup tersebut dan laju infiltrasinya masing-masing. Untuk tanah yang ditutupi oleh bangunan, maka yang dihitung adalah perkalian curah hujan periode ulang 2 tahun dengan luas bangunan yang menutupi tanah tersebut. Untuk mengetahui tinggi genangan pada tiap-tiap lahan tersebut, maka volume genangan dibagi dengan luas lahan. Tabel 1. Tinggi genangan pada periode ulang 2, 5, dan 10 tahun No Periode Ulang Curah Hujan Tanpa Biopori 100 Biopori 160 Biopori 400 Biopori (Tahun) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) Konservasi Air Tanah Untuk mengetahui volume air hujan yang masuk kedalam tanah, maka dihitung terlebih dahulu curah hujan bulanan R90 dalam mm/bulan mulai tahun dan laju infiltrasi pada masing-masing tekstur tanah dengan berbagai tutupan. Apabila curah hujan yang terjadi pada bulan tersebut lebih besar daripada laju infiltrasi, maka untuk menghitung volume air yang masuk ke dalam tanah digunakan nilai laju infiltrasi untuk masingmasing tutupan dan tekstur tanah pada kawasan tersebut. Pada Tabel 4.3 menunjukkan hasil perhitungan volume air yang masuk kedalam tanah per bulan dengan variasi jumlah lubang biopori dan tanpa lubang biopori. Semakin banyak lubang biopori yang digunakan maka, semakin banyak pula volume air yang masuk kedalam tanah. Volume 3, No. 3, Agustus

10 Tabel 2. Volume air per bulan dengan variasi jumlah lubang biopori Variasi Jumlah Volume Air yg masuk kedalam tanah per bulan (m3) Lubang Biopori JUL AGT SEPT OKT NOV DES Tanpa Lubang Lubang Lubang Lubang Variasi Jumlah Volume Air yg masuk kedalam tanah per bulan (m3) Lubang Biopori JAN FEB MAR APR MEI JUN Tanpa Lubang Lubang Lubang Lubang KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Laju infiltrasi tanpa lubang biopori: Tanah tanpa penutup untuk tekstur tanah sand adalah 0,07 mm/menit dan silt adalah 0,025 mm/menit. Tanah dengan penutup rumput untuk tanah bertekstur sand adalah 0,09 mm/menit dan silt adalah 0,033 mm/menit. Tanah dengan penutup ilalang untuk tanah bertekstur sand adalah 0,1 mm/menit dan silt adalah 0,0416 mm/menit. 2. Laju infiltrasi dengan menggunakan lubang biopori: Untuk tanah bertekstur sand adalah 8 mm/menit dan silt adalah 1 mm/menit. 3. Tinggi genangan akibat hujan maksimum periode ulang 2, 5, dan 10 tahun dengan menggunakan 100, 160 dan 400 lubang biopori per 100 m 2 adalah lebih rendah mulai dari 9,01% hingga 77,43% dibandingkan dengan tidak menggunakan lubang biopori. Selain itu, volume air yang terinfiltrasi dengan menggunakan lubang biopori pada setiap bulannya meningkat Saran hingga 4120 m 3 jika dibandingkan dengan tidak menggunakan lubang biopori. 1. Untuk penelitian selanjutnya pada pengukuran kapasitas infiltrasi dengan menggunakan lubang biopori, dinding pipa paralon yang digunakan sebaiknya dilubangi, agar air juga dapat mengalir secara lateral. 2. Perlu juga ditinjau pengisian bahan lubang biopori dalam bentuk yang lain seperti sampah pepohonan, limbah rumah tangga dan bahan organik lainnya. DAFTAR KEPUSTAKAAN Ahmad, Saiful, 2010, Analisis Ketersediaan Lahan dan Kesesuaian Tanaman Untuk Reboisasi, Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Anonim, 2010, Buku Panduan Penulisan Tesis, Magister Teknik Sipil Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Brata, R.Kamir., 2008, Lubang Resapan Biopori, Penebar Swadaya, Jakarta. Chow, Ven Te, 1988, Applied Hydrology, McGraw- Hill International Edition, Singapura. Suripin, 2004, Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi Offset, Yogyakarta. Syahrizal, 2011, Penggunaan Citra SPOT dan SIG Untuk Menentukan Lahan Kritis di DAS Krueng Tripa Bagian Hulu Kabupaten Gayo Lues, Program Studi Magister Konservasi Sumberdaya Lahan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Triatmodjo, B., 2009, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta Volume 3, No. 3, Agustus 2014

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Seperti yang telah dijelaskan pada bab I dan II bahwa penelitian studi kapasitas infiltrasi menggunakan metode Horton hal ini disebabkan karena data

Lebih terperinci

Seva Darwia, Ichwana, Mustafril Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Seva Darwia, Ichwana, Mustafril Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Laju Infiltrasi Lubang Resapan Biopori (LRB) Berdasarkan Jenis Bahan Organik Sebagai Upaya Konservasi Air dan Tanah (Infiltration Rate of Absorption Holes Biopore Based on Type of Organic Material as Water

Lebih terperinci

ANALISIS RESAPAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN LUBANG BIOPORI DAN KOLAM RETENSI DI FAKULTAS TEKNIK UNS SKRIPSI

ANALISIS RESAPAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN LUBANG BIOPORI DAN KOLAM RETENSI DI FAKULTAS TEKNIK UNS SKRIPSI ANALISIS RESAPAN LIMPASAN PERMUKAAN DENGAN LUBANG BIOPORI DAN KOLAM RETENSI DI FAKULTAS TEKNIK UNS Analysis of surface runoff infiltration with biopori hole and retention pool in the Faculty of Engineering

Lebih terperinci

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 12 Tahun 2009 Tanggal : 15 April 2009 TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN I. Pendahuluan Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi,

Lebih terperinci

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN Sugeng Sutikno 1, Mutia Sophiani 2 1 Staf Pengajar pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Subang 2 Alumni

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peil Banjir Peil Banjir adalah acuan ketinggian tanah untuk pembangunan perumahan/ pemukiman yang umumnya di daerah pedataran dan dipakai sebagai pedoman pembuatan jaringan drainase

Lebih terperinci

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO Arkham Fajar Yulian, Teguh Marhendi, Amris Azizi* Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa air hujan merupakan sumber air yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI

EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI Siswanto *, Lita Darmayanti *, Polo Tarigan** Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru 28293 Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang

mencapai pinggang orang dewasa, kira-kira 110 cm. Awalnya hanya warga yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir selalu menjadi musuh bagi warga di berbgai daerah. Saat pembangunan pemukiman dan prasarana lainnya sebagian permukaan lahan dipadatkan akibat perataan tanah.

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Resapan Air Hujan

Unjuk Kerja Resapan Air Hujan JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 15, No. 2, 133-142, November 2012 133 Unjuk Kerja Resapan Air Hujan (Performance Recharge Rain Water) BURHAN BARID, PRASETYO ADI NUGROHO, ASRI LUTFI HUDA ABSTRACT Nowadays,

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF) DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN MENGGUNAKAN METODE SCS

ANALISIS POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF) DI KAWASAN INDUSTRI MEDAN MENGGUNAKAN METODE SCS Hanova Reviews in Civil Engineering, v.0, n., p.47-5, Maret 8 P-ISSN 64-3 E-ISSN 64-39 jurnal.untidar.ac.id/index.php/civilengineering/ ANALISIS POTENSI LIMPASAN PERMUKAAN (RUN OFF) DI KAWASAN INDUSTRI

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA Ronaldo Toar Palar L. Kawet, E.M. Wuisan, H. Tangkudung Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis data dan perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Leachate Tempat Pembuangan Akhir Piyungan Yogyakarta, dapat diambil beberapa kesimpulan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman sedangkan

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Resapan Biopori Pada Kawasan Rawan Banjir Di Kecamatan Telaga Biru

Analisa Penerapan Resapan Biopori Pada Kawasan Rawan Banjir Di Kecamatan Telaga Biru Analisa Penerapan Resapan Biopori Pada Kawasan Rawan Banjir Di Kecamatan Telaga Biru Ilyas Ichsan 1) dan Zulkifli S. Hulalata 2) 1) Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Gorontalo e-mail : ilyasichsan10@gmail.com

Lebih terperinci

PENGOPERASIAN WADUK MELALUI MODEL OPTIMASI LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Waduk Keuliling Aceh Besar)

PENGOPERASIAN WADUK MELALUI MODEL OPTIMASI LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Waduk Keuliling Aceh Besar) PENGOPERASIAN WADUK MELALUI MODEL OPTIMASI LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus Waduk Keuliling Aceh Besar) Wesli Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh Email: ir_wesli@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genangan merupakan dampak dari ketidakmampuan saluran drainase menampung limpasan hujan. Tingginya limpasan hujan sangat dipengaruhi oleh jenis tutupan lahan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar masuk ke sungai dan

Lebih terperinci

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Jurnal Rancang Bangun 3(1) STUDI KELAYAKAN KAPASITAS TAMPUNG DRAINASE JALAN FRANS KAISEPO KELURAHAN MALAINGKEDI KOTA SORONG Ahmad Fauzan 1), Hendrik Pristianto ) 1) Mahasiswa Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Sorong

Lebih terperinci

PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI AIR OLEH TANAH DENGAN METODE SINGLE RING INFILTROMETER. ABSTRACT

PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI AIR OLEH TANAH DENGAN METODE SINGLE RING INFILTROMETER. ABSTRACT PENENTUAN BESARNYA LAJU INFILTRASI AIR OLEH TANAH DENGAN METODE SINGLE RING INFILTROMETER Widia Wati 1, Juandi 2, G. Moriza 3 1Mahasiswa Program Studi S1Fisika 2Dosen Jurusan Fisika 3Staf Dinas Pertambangan

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI.

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI. ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PULAU-PULAU KECIL DI DAERAH CAT DAN NON-CAT DENGAN CARA PERHITUNGAN METODE MOCK YANG DIMODIFIKASI Happy Mulya Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang,

Lebih terperinci

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir

Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 16, No. 1, 57-64, Mei 2013 57 Pengaruh Hujan terhadap Perubahan Elevasi Muka Air Tanah pada Model Unit Resapan dengan Media Tanah Pasir (The Effect of Rain to the Change

Lebih terperinci

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN

RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN RANCANGAN SUMUR RESAPAN SEBAGAI UPAYA PENGENDALIAN ALIRAN LIMPASAN DI PERUMAHAN GRIYA TAMAN ASRI KABUPATEN SLEMAN Agung Hidayat agunghidayat@mail.com Slamet Suprayogi ssuprayogi@mail.ugm.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa

MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE USLEa JIMT Vol. 0 No. Juni 203 (Hal. ) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MENENTUKAN PUNCAK EROSI POTENSIAL YANG TERJADI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LOLI TASIBURI DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Lebih terperinci

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN KONSERVASI AIR TANAH MELALUI SUMUR RESAPAN DAN LUBANG RESAPAN BIOPORI Menimbang DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY

Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus UMY Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 3 No.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2017 Pengukuran Nilai Infiltrasi Lapangan dalam Upaya Penerapan Sistem Drainase Berkelanjutan di Kampus

Lebih terperinci

DocuCom PDF Trial. ANALISIS TINGGI LIMPASAN UNTUK KETERSEDIAAN AIR PADA DAS MANIKIN KOTA/KABUPATEN KUPANG

DocuCom PDF Trial.  ANALISIS TINGGI LIMPASAN UNTUK KETERSEDIAAN AIR PADA DAS MANIKIN KOTA/KABUPATEN KUPANG Judi K. Nasjono & enik S. Krisnayanti, Analisis Tinggi Limpasan.. ANALISIS TINGGI LIMPASAN UNTUK KETERSEIAAN AIR PAA AS MANIKIN KOTA/KABUPATEN KUPANG Judi K. Nasjono dan enik S. Krisnayanti osen Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan sumber air yang dapat dipakai untuk keperluan makhluk hidup. Dalam siklus tersebut, secara

Lebih terperinci

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU. S.H Hasibuan. Abstrak Analisa Debit Banjir Sungai Bonai Kabupaten Rokan Hulu ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BONAI KABUPATEN ROKAN HULU MENGGUNAKAN PENDEKATAN HIDROGRAF SATUAN NAKAYASU S.H Hasibuan Abstrak Tujuan utama dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya, mengakibatkan makin berkurangnya daerah resapan air hujan, karena meningkatnya luas daerah yang ditutupi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi 2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN BAB II METODOLOGI PENELITIAN Flow Chart Pengerjaan Tugas Akhir PERMASALAHAN Perlunya kajian mengenai permasalahan terkait dengan perubahan tata guna lahan, berkurangnya volume air tanah dan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut (Triatmodjo, 2008:1).Hidrologi merupakan ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya. Penerapan ilmu hidrologi

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMANFAATAN AIR HUJAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS 217 ISBN: 978 62 361 72-3 PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA Esa Bagus Nugrahanto Balai Penelitian dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan,

BAB I PENDAHULUAN. masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam siklus hidrologi, air hujan jatuh ke permukaan bumi, sebagian masuk ke dalam tanah, sebagian menjadi aliran permukaan, yang sebagian besar masuk ke sungai dan

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM DRAINASE PATUKANGAN-PEGULON KABUPATEN KENDAL

KAJIAN SISTEM DRAINASE PATUKANGAN-PEGULON KABUPATEN KENDAL JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 6, Nomor 2 Tahun 2017, Halaman 276 285 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts KAJIAN SISTEM DRAINASE PATUKANGAN-PEGULON KABUPATEN KENDAL Bustan Fadhilsyah

Lebih terperinci

KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI KEDALAMAN DAN PERILAKU RESAPANNYA

KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI KEDALAMAN DAN PERILAKU RESAPANNYA Kajian Kapasitas Serap Biopori Dengan Variasi Kedalaman Dan Perilaku Resapannya (Umar Abdul) KAJIAN KAPASITAS SERAP BIOPORI DENGAN VARIASI KEDALAMAN DAN PERILAKU RESAPANNYA Umar Abdul Aziz Dosen Jurusan

Lebih terperinci

RANCANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI SALAH SATU USAHA KONSERVASI AIR TANAH DI PERUMAHAN DAYU BARU KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

RANCANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI SALAH SATU USAHA KONSERVASI AIR TANAH DI PERUMAHAN DAYU BARU KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI SALAH SATU USAHA KONSERVASI AIR TANAH DI PERUMAHAN DAYU BARU KABUPATEN SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Eka Ayu Indramaya indramaya.eka@gmail.com Ig. L. Setyawan

Lebih terperinci

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1)

ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO. Maya Amalia 1) 35 INFO TEKNIK, Volume 12 No. 2, Desember 2011 ANALISA PENINGKATAN NILAI CURVE NUMBER TERHADAP DEBIT BANJIR DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO Maya Amalia 1) Abstrak Besaran debit banjir akhir-akhir ini mengalami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Daerah aliran sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh punggungpunggung gunung atau pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp PENGARUH LUBANG RESAPAN BIOPORI PADA TANAH BERPENUTUP RUMPUT GAJAH MINI (Pennisetum Purpureum Schumach. 1827) TERHADAP REDUKSI LIMPASAN PERMUKAAN Rizki Putro Kurniawan 1), Siti Qomariyah 2), Sobriyah 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di bumi terdapat kira-kira 1,3 1,4 milyar km³ air : 97,5% adalah air laut, 1,75% berbentuk es dan 0,73% berada di daratan sebagai air sungai, air danau, air tanah,

Lebih terperinci

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU

ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU ANALISA DEBIT BANJIR SUNGAI BATANG LUBUH KABUPATEN ROKAN HULU PROPINSI RIAU Rismalinda Prodi Teknik Sipil Universitas Pasir Pengaraian Email : rismalindarisdick@gmailcom Abstrak Kabupaten Rokan Hulu terletak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Lokasi Studi Sungai Banjaran merupakan anak sungai Logawa yang mengalir dari arah Utara ke arah Selatan dan bermuara pada sungai Serayu di daerah Patikraja dengan

Lebih terperinci

ANALISA LAJU INFILTRASI SUMUR PERESAPAN DI PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE HORTON

ANALISA LAJU INFILTRASI SUMUR PERESAPAN DI PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE HORTON Media Teknik Sipil, Volume XI, Juli 211 ISSN 1412-976 ANALISA LAJU INFILTRASI SUMUR PERESAPAN DI PEKANBARU MENGGUNAKAN METODE HORTON Elizar 1), Yolly Adriati 2) 1), 2)Universitas Islam Riau, Jln.Kaharuddin

Lebih terperinci

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...) Disampaikan pada PELATIHAN PENGELOLAAN DAS (25 November 2013) KERJASAMA : FORUM

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian ini menggunakan data curah hujan, data evapotranspirasi, dan peta DAS Bah Bolon. Data curah hujan yang digunakan yaitu data curah hujan tahun 2000-2012.

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY

Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Analisis Ketersediaan Air Embung Tambakboyo Sleman DIY Agung Purwanto 1, Edy Sriyono 1, Sardi 2 Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra Yogyakarta 1 Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (013) 1-6 1 Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya Tjia An Bing, Mahendra Andiek M, Fifi Sofia Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB.

ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. ASSALAMU'ALAIKUM WR. WB. PERENCANAAN DRAINASE KAWASAN STADION SURAJAYA KABUPATEN LAMONGAN OLEH: MAHASISWA : BRANI BIJAKSONO NRP: 3111 105 028 DOSEN PEMBIMBING : UMBORO LASMINTO, ST.MSc.Dr.Techn NIP: 19721202

Lebih terperinci

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran Jurnal Vokasi 2010, Vol.6. No. 3 304-310 Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran HARI WIBOWO Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Jalan Ahmad Yani Pontianak

Lebih terperinci

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado

Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Analisis Debit Banjir Di Sungai Tondano Berdasarkan Simulasi Tommy Tiny Mananoma, Lambertus Tanudjaja Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:tommy11091992@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi

Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Tabel 4.31 Kebutuhan Air Tanaman Padi Kebutuhan Tanaman Padi UNIT JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Evapotranspirasi (Eto) mm/hr 3,53 3,42 3,55 3,42 3,46 2,91 2,94 3,33 3,57 3,75 3,51

Lebih terperinci

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) Artikel OPINI Harian Joglosemar 1 MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011) ŀ Turunnya hujan di beberapa daerah yang mengalami kekeringan hari-hari ini membuat

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN

JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan 19(2) (2017) hal 136-142 JURNAL TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jtsp/index Kajian Jaringan Drainase Kampus UNNES Menuju Sistem Drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir dan genangan air dapat mengganggu aktifitas suatu kawasan, sehingga mengurangi tingkat kenyamaan penghuninya. Dalam kondisi yang lebih parah, banjir dan genangan

Lebih terperinci

STUDI KAPASITAS INFILTRASI METODE HORTON UNTUK PEMAKAIAN BIOPORI DI KAMPUS UNIVERSITAS BINA NUSANTARA BERDASARKAN DEBIT LIMPASAN PERMUKAAN

STUDI KAPASITAS INFILTRASI METODE HORTON UNTUK PEMAKAIAN BIOPORI DI KAMPUS UNIVERSITAS BINA NUSANTARA BERDASARKAN DEBIT LIMPASAN PERMUKAAN STUDI KAPASITAS INFILTRASI METODE HORTON UNTUK PEMAKAIAN BIOPORI DI KAMPUS UNIVERSITAS BINA NUSANTARA BERDASARKAN DEBIT LIMPASAN PERMUKAAN Juliastuti; Andryan Suhendra Civil Engineering Department, Faculty

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG Titik Poerwati Leonardus F. Dhari Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Nasional Malang ABSTRAKSI

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE TL 4001 Rekayasa Lingkungan 2009 Program Studi Teknik Lingkungan ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah

Lebih terperinci

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE MI 3205 Pengetahuan Lingkungan 2013 D3 Metrologi ITB Pendahuluan o Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah o Air limbah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat-sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan

Lebih terperinci

RANCANGAN DIMENSI SUMUR RESAPAN DI KELURAHAN MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN. Nur Wiryanti Sih Antomo

RANCANGAN DIMENSI SUMUR RESAPAN DI KELURAHAN MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN. Nur Wiryanti Sih Antomo RANCANGAN DIMENSI SUMUR RESAPAN DI KELURAHAN MINOMARTANI, KECAMATAN NGAGLIK, KABUPATEN SLEMAN Nur Wiryanti Sih Antomo nurwiryantigeo@gmail.com Slamet Suprayogi slametsuprayogi@yahoo.com Abstract The purpose

Lebih terperinci

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR ISSN 2407-733X E-ISSN 2407-9200 pp. 35-42 Jurnal Teknik Sipil Unaya ANALISIS KETERSEDIAAN AIR PADA DAERAH IRIGASI BLANG KARAM KECAMATAN DARUSSALAM KEBUPATEN ACEH BESAR Ichsan Syahputra 1, Cut Rahmawati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB III METODOLOGI 3.1 METODE ANALISIS DAN PENGOLAHAN DATA Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah untuk menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai. 3.1.1 Permasalahan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Sub DAS Cikapundung yang merupakan salah satu Sub DAS yang berada di DAS Citarum Hulu. Wilayah Sub DAS ini meliputi sebagian Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE SISTEM BIOPORI DI KELURAHAN TANJUNGREJO KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

KAJIAN DRAINASE SISTEM BIOPORI DI KELURAHAN TANJUNGREJO KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG Kajian Drainase Sistem Biopori I Wayan Mundra Sriliani Surbakti KAJIAN DRAINASE SISTEM BIOPORI DI KELURAHAN TANJUNGREJO KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG I Wayan Mudra 1) ; Sriliani Surbakti 1) 1) Dosen Prodi.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 77 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta batasan masalah yang ada pada lingkup penelitian potensi resapan daerah aliran Sungai Tambakbayan Hulu dengan

Lebih terperinci

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN Bambang Sudarmanto Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Semarang (USM) Jl. Soekarno-Hatta Semarang Abstrak Sistem Drainase Perkotaan yang Berwawasan

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR

STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR STUDI EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN AW.SYAHRANI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR Syupri Riyanto Program Studi Teknik Sipil FTS, Universitas Narotama Surabaya e-mail: pyansebuku@gmail.com ABSTRAK Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Soemarto (1999) infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) <satu spasi> Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2

KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) <satu spasi> Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2 Prosiding SNTT FGDT 2015 KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang Dika Aristia Prabowo, Abdullah Hidayat dan Edijatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui :

Bab 3 Metodologi. Setelah mengetahui permasalahan yang ada, dilakukan survey langsung ke lapangan yang bertujuan untuk mengetahui : Bab 3 Metodologi 3.1 Metode Analisis dan Pengolahan Data Dalam penyusunan Tugas Akhir ini ada beberapa langkah-langkah penulis dalam menganalisis dan mengolah data dari awal perencanaan sampai selesai.

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.6 Analisa Debit Limpasan Permukaan Analisa ini bertujuan untuk mengetahui debit air pada kawasan kampus Kijang, Universitas Bina Nusantara, Kemanggisan, Jakarta Barat, pada

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA

ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA ANALISA KETERSEDIAAN AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI BARITO HULU DENGAN MENGGUNAKAN DEBIT HASIL PERHITUNGAN METODE NRECA Salmani (1), Fakhrurrazi (1), dan M. Wahyudi (2) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II 1

Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi II 1 Kuliah : Rekayasa Hidrologi II TA : Genap 2015/2016 Dosen : 1. Novrianti.,MT 1 Materi : 1.Limpasan: Limpasan Metoda Rasional 2. Unit Hidrograf & Hidrograf Satuan Metoda SCS Statistik Hidrologi Metode Gumbel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung pada bulan Juli - September 2011. 3.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang

Lebih terperinci

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK Pertumbuhan kota semakin meningkat dengan adanya perumahan,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo

Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (04) -6 Perencanaan Sistem Drainase Stadion Batoro Katong Kabupaten Ponorogo Yusman Rusyda Habibie, Umboro Lasminto, Yang Ratri Savitri Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dalam Perencanaan Embung Memanjang dengan metode yang telah ditentukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifatsifatnya dan hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut (Soemarto,1999). Infiltrasi adalah peristiwa masuknya air ke dalam tanah, umumnya (tetapi tidak pasti), melalui permukaan dan secara vertikal. Setelah beberapa waktu kemudian,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya, peredaran dan penyebarannya, sifat sifatnya dan hubungan dengan lingkungannya terutama

Lebih terperinci

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang

Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 D-82 Perencanaan Embung Gunung Rancak 2, Kecamatan Robatal, Kabupaten Sampang Dika Aristia Prabowo dan Edijatno Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN Kristanto Wibisono 1, Antonius C 2, Herry P. Chandra 3, Cilcia K. 4 ABSTRAK : Seiring dengan bertambahnya

Lebih terperinci

Penerapan Beton Porous Untuk Resapan Air Injeksi Dalam Pengendalian Genangan Perkampungan Padat

Penerapan Beton Porous Untuk Resapan Air Injeksi Dalam Pengendalian Genangan Perkampungan Padat Penerapan Beton Porous Untuk Resapan Air Injeksi Dalam Pengendalian Genangan Perkampungan Padat Kuntjoro dan Hendra Wahyudi Staft Pengajar Diploma Teknik Sipil ITS e-mail : kuntjoro@ce.its.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI. Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT. Nohanamian Tambun TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DEBIT ANDALAN SEBAGAI SUMBER AIR BERSIH PDAM JAYAPURA Dosen Pembimbing : Dr. Ali Masduqi, ST. MT Nohanamian Tambun 3306 100 018 Latar Belakang Pembangunan yang semakin berkembang

Lebih terperinci

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI SISTEM SANITASI DAN DRAINASI Pendahuluan O Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah O Air limbah ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di

BAB I PENDAHULUAN. 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. URAIAN UMUM Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran luas 100 km x 31 km di atas area seluas 1145 km² di Sumatera Utara, Sumatera, Indonesia. Di tengah danau terdapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Hujan Curah hujan adalah volume air yang jatuh pada suatu areal tertentu (Arsyad, 2010). Menurut Tjasyono (2004), curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF

PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP KOEFISIEN RUNOFF DI DAS KEMONING KABUPATEN SAMPANG Agus Eko Kurniawan (1), Suripin (2), Hartuti Purnaweni (3) (1) Mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan, UNDIP,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daerah Aliran Sungai Dalam konteksnya sebagai sistem hidrologi, Daerah Aliran Sungai didefinisikan sebagai kawasan yang terletak di atas suatu titik pada suatu sungai yang oleh

Lebih terperinci