BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

BAB II LANDASAN TEORI. melakukan kerja atau usaha. Daya memiliki satuan Watt, yang merupakan

BAB II. Dasar Teori. = muatan elektron dalam C (coulombs) = nilai kapasitansi dalam F (farad) = besar tegangan dalam V (volt)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

PEMBAHASAN. R= ρ l A. Secara matematis :

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

atau pengaman pada pelanggan.

Gambar 3. (a) Diagram fasor arus (b) Diagram fasor tegangan

MODUL FISIKA. TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK (AC) DISUSUN OLEH : NENIH, S.Pd SMA ISLAM PB. SOEDIRMAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK-BALIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

MODUL 1 PRINSIP DASAR LISTRIK

KOREKTOR FAKTOR DAYA OTOMATIS PADA INSTALASI LISTRIK RUMAH TANGGA

Prinsip Pengukuran Besaran Listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

RANCANG BANGUN MODUL POWER FACTOR CONTROL UNIT

Bahan Ajar Ke 1 Mata Kuliah Analisa Sistem Tenaga Listrik. Diagram Satu Garis

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. pemasangan atau pembuatan barang-barang elektronika dan listrik.

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

[Listrik Dinamis] Lembar Kerja Siswa (LKS) Fisika Kelas X Semester 2 Waktu : 48 x 45 menit UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA NAMA ANGGOTA :

Analisis Pemasangan Kapasitior Daya

BAB II SISTEM DAYA LISTRIK TIGA FASA

Transformator (trafo)

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

FASOR DAN impedansi pada ELEMEN-elemen DASAR RANGKAIAN LISTRIK

BAB III CAPACITOR BANK. Daya Semu (S, VA, Volt Ampere) Daya Aktif (P, W, Watt) Daya Reaktif (Q, VAR, Volt Ampere Reactive)

BAB II TRANSFORMATOR. sistem ketenagalistrikan. Transformator adalah suatu peralatan listrik. dan berbanding terbalik dengan perbandingan arusnya.

ANALISIS KEBUTUHAN CAPACITOR BANK BESERTA IMPLEMENTASINYA UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA LISTRIK DI POLITEKNIK KOTA MALANG

Antiremed Kelas 12 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 12 Fisika

Koreksi Faktor Daya. PDF created with FinePrint pdffactory trial version

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR


ARUS BOLAK-BALIK Pertemuan 13/14 Fisika 2

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

Dari Gambar 1 tersebut diperoleh bahwa perbandingan daya aktif (kw) dengan daya nyata (kva) dapat didefinisikan sebagai faktor daya (pf) atau cos r.

BAB II TRANSFORMATOR

Arus Bolak Balik. Arus Bolak Balik. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

INDUKSI EM DAN HUKUM FARADAY; RANGKAIAN ARUS BOLAK BALIK

Tarif dan Koreksi Faktor Daya

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

Politeknik Negeri Sriwijaya

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

SOAL DAN PEMBAHASAN ARUS BOLAK BALIK

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBAIKAN FAKTOR DAYA MOTOR INDUKSI 3 FASE

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

BAB II ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

RESONANSI PADA RANGKAIAN RLC

20 kv TRAFO DISTRIBUSI

ARUS BOLAK BALIK. I m v. Gambar 1. Diagram Fasor (a) arus, (b) tegangan. ωt X(0 o )

BAB IV ANALISA PERANCANGAN INSTALASI DAN EFEK EKONOMIS YANG DIDAPAT

ANALISA PERBAIKAN FAKTOR DAYA UNTUK PENGHEMATAN BIAYA LISTRIK DI KUD TANI MULYO LAMONGAN

Politeknik Negeri Sriwijaya

Daya Rangkaian AC [2]

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

Rangkuman Materi Teori Kejuruan

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

ANALISA PERBANDINGAN PENGARUH HUBUNGAN SHORT-SHUNT DAN LONG-SHUNT TERHADAP REGULASI TEGANGAN DAN EFISIENSI GENERATOR INDUKSI PENGUATAN SENDIRI

Berikut ini rumus untuk menghitung reaktansi kapasitif dan raktansi induktif

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI. listrik, dan tegangan listrik (V). Gaya bertanggung jawab terhadap adanya

OPTIMISASI Minimisasi Rugi-rugi Daya pada Saluran

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TRANSFORMATOR. magnet dan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB 1. RANGKAIAN LISTRIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

Rangkaian Arus Bolak Balik. Rudi Susanto

BAB IV ARUS BOLAK BALIK. Vef = 2. Vrt = Vsb = tegangan sumber B = induksi magnet

DAYA AKTIF, REAKTIF & NYATA

DAYA LISTRIK ARUS BOLAK BALIK

DAYA PADA RANGKAIAN BOLAK-BALIK.

TOPIK 7 RANGKAIAN AC. Perbedaan Arus AC and DC

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor induksi tiga fasa rotor belitan merupakan salah satu mesin ac yang

PERTEMUAN II KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN RANGKAIAN LISTRIK

Jenis-jenis Komponen Elektronika, Fungsi dan Simbolnya

Perkuliahan PLPG Fisika tahun D.E Tarigan Drs MSi Jurusan Fisika FPMIPA UPI 1

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Daya 2.1.1 Pengertian Daya Daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam sistem tenaga listrik, daya merupakan jumlah energi yang digunakan untuk melakukan kerja atau usaha dari definisi ini, maka daya listrik (P) dapat dirumuskan: Daya = P =.. a. Daya Pada Hambatan (Resistor) Ketika sebuah tegangan (V) dikenakan pada sebuah hambatan/ Resistor (R) seperti terlihat gambar dibawah I (Arus) + - V I (Arus) Beban/ Hambatan (resistor) Gambar 2.1. Daya Pada Hambatan (Resistor) 10 10

11 Maka besarnya arus yang mengalir adalah : I = Dan daya yang diberikan sebesar : P = V.i P = i² R P = ² (dalam satuan volt-ampere, VA) b. Satuan daya listrik Watt (W) = Kilowatt (kw) : 1 kw = 1000 W. Dari satuan daya listrik maka muncul satuan energi lain yaitu satuan energi yang menyatakan daya dalam kilowatt (kw) dan waktu dalam jam, maka satuan energi adalah kilowatt jam atau kilowatt-hour (kwh) tsb : 1 kwh = 36 x 105 joule Dalam satuan internasional (SI), satuan daya adalah watt (W) atau setara joule per detik (J/sec). Daya listrik juga diekspresikan dalam watt (W) atau kilowatt (kw). Konversi antara satuan HP dan watt, dinyatakan dengan formula sebagai berikut 1 HP = 746 W = 0,746 kw 1kW = 1,34 HP

12 Sedangkan menurut standar Amerika (US standard), daya dinyatakan dalam satuan Hourse Power (HP) atau ().() atau. 2.1.2 Daya Aktif (P, watt) Daya aktif ( Active Power ) adalah daya yang terpakai untuk melakukan energi yang sebenarnya. Satuan daya aktif adalah watt. P = V p. I p. Cos φ (1 phasa ).(2;1) Untuk daya aktif/ daya kerja pada sistem tegangan tiga phasa, adalah : P = 3 V L. I L. Cos φ ( 3 phasa )...(2;2) Dimana : P = Daya Aktif/ Daya Kerja ( watt) V L = Tegangan Line (volt) V p = Tegangan phasa (volt) I L = Arus Line (A) I P = Arus phasa (A) Cos φ = Faktor Daya Daya ini digunakan secara umum oleh konsumen dan dikonversikan dalam bentuk kerja. 2.1.3 Daya Reaktif / Daya Komplek Daya Reaktif/ Daya Komplek adalah daya yang disebabkan karena beda fase antara arus dan tegangan. Definisi yang umum lainnya dari Daya reaktif adalah jumlah daya yang diperlukan untuk pembentukan medan

13 magnet. Dari pembentukan medan magnet akan terbentuk fluks medan magnet. Contoh daya yang menimbulkan daya reaktif adalah ; Heater, transformator, motor, lampu neon yang menggunakan ballast dll. Satuan daya reaktif adalah VAR. Persamaan daya Reaktif pada sistem tegangan satu fase, adalah : Q = V p. I p. Sin φ. (2;3) Untuk daya Reaktif pada sistem tegangan tiga fase, adalah : Q = 3 V L. I L. Sin φ... (2;4) Atau Q = P. Tan φ..(2;5) Dimana : Q = Daya Reaktif (VAR) P = Daya Aktif (Watt) Tan φ = Tangen sudut beda phasa antara arus dan tegangan 2.1.4 Daya Nyata Daya Nyata (Apparent Power) adalah daya yang dihasilkan oleh perkalian antara tegangan rms dan arus rms dalam suatu jaringan (penghantar) atau daya yang merupakan hasil penjumlahan trigonometri daya aktif dan daya reaktif. Dengan kata lain Daya Nyata (Apparent Power) adalah daya listrik yang melalui suatu penghantar transmisi atau distribusi. Satuan daya nyata adalah VA, untuk daya nyata pada sistem 1 phasa S = V p. I p.........(2;6) Untuk Daya Nyata pada sistem tegangan tiga phasa, adalah :

14 S = 3 V L. I L (VA)........(2;7) Dimana : S = Daya Nyata (VA) V L = Tegangan Listrik (volt) I L = Arus Listrik (ampere) 2.1.5 Segitiga Daya Segitiga daya merupakan segitiga yang menggambarkan hubungan matematis antara tipe daya yang berbeda (Apparent Power, Active Power, dan Reaktive Power) berdasarkan prinsip Trigonometri. Hubungan ketiga daya tersebut dapat dijelaskan melalui segitiga daya seperti pada gambar 2.2 berikut : S = V. I (kva) Q = V.I Sin φ (kvar) φ P = V. I Cos φ (kw) Gambar 2.2. Penjumlahan Trigonometri daya aktif, daya reaktif dan daya semu Dimana : S = P + jq S = S φ mempunyai nilai/ besar dan sudut S = P² + Q² φ.......(2;8)

15 Untuk mendapatkan daya satu phasa, maka dapat diturunkan persamaannya seperti dibawah ini : S = P + JQ.....(2;9) Dari gambar 2.2 terlihat bahwa : P = V. I. Cos φ... (2;10) Q = V.I. Sin φ....(2;11) P =......(2;12) Q =..........(2;13) Diagram daya dari hubungan antara ketiga daya tersebut digambarkan sebagai berikut : VAR ( Kapasitif ) S (VA) Q (VAR) φ P (watt) watt VAR ( Induktif ) Gambar 2.3 Diagram Daya

16 2.2 Sifat Beban Listrik Dalam suatu rangkaian listrik kita kenal sumber dan beban, bila sumber listrik DC, maka sifat beban hanya bersifat resistif murni, karena frekuensi sumber DC adalah nol. Reaktansi Induktansi (X L ) akan menjadi nol yang berarti bahwa induktor tersebut akan short circuit. Sedangkan Reaktansi kapasitif (Xc) akan menjadi tak terhingga yang berarti bahwa kapasitif tersebut akan open circuit. Jadi sumber DC akan mengakibatkan beban induktif dan beban kapasitif tidak akan berpengaruh pada rangkaian. Untuk sistem listrik menggunakan sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni (AC) dan beban linier, yaitu beban yang menghasilkan bentuk arus sama dengan bentuk tegangan. Pada kasus sumber tegangan berbentuk sinusoidal murni, beban linier mengakibatkan arus yang mengalir pada jaringan berbentuk sinusoidal murni. Menurut BL Theraja, A Text Book Of Electrical Technology hal 330-335 bab 12-28. ~ 12-32, beban linier dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam sebagai berikut : 2.2.1 Beban Resistif Beban resisitf yang merupakan suatu resistor murni, contoh : Lampu pijar, pemanas, dinyatakan dengan tegangan dan arus yang sefasa. Disini beban (resistor) ini hanya menyerap daya aktif dan tidak menyerap daya reaktif sama sekali.

17 Sebuah rangkaian beban resistor murni digambarkan sebagai berikut i V R V R ~ v = Vm sin ωt Gambar 2.4 Beban Resistif Murni Dari gambar terserbut diatas dapat dijelaskan bahwa ketika sebuah tegangan ( V ) dinyatakan dengan : V = V m sin ωt V = I. R maka arus ( i ) yang melalui rangkaian tersebut diatas dinyatakan dengan : i = I m sin ωt I m = Ketika beban resistif murni dinyatakan dalam Tegangan dan Arus yang sefasa, maka karakteristik beban dan vektorial arus dan tegangan ditunjukkan pada gambar 2.5 dibawah ini :

18 Tegangan (v) i v Arus (i) t a). Karakeristik beban Resistif b) Vektor arus (i) dan Tegangan (v) pada beban resistif Gambar 2.5 Arus dan Tegangan pada Beban Resistif 2.2.2 Beban Induktif Beban Induktif, dinyatakan dengan arus yang tertinggal terhadap tegangan sebesar 90 (Lagging). Dalam sebuah rangkaian dengan beban induktif murni, jika diberikan tegangan sebesar v = V m sin ωt maka arus ( i ) yang melalui rangkaian : i = I m sin ( ωt - π/2 ) dimana I m = dan ωl = Reaktansi yang ditimbulkan oleh coil/ lilitan Disini ωl adalah bagian dari resistansi yang disebut raktansi (Induktif) yang dinyatakan dengan Ohm. Sedangkan L dinyatakan dengan Henry dan ω dalam radian/detik. Untuk menghitung reaktansi induktif X L digunakan persamaan sebagai berikut : X L = ωl = 2πfL (2;14)

19 Rangkaian sederhana beban induktif murni, ditunjukkan dalam gambar 2.6 berikut ini : i L ~ V = V m sin ωt Gambar 2.6. Rangkaian Beban Induktif Ketika beban Induktif murni dinyatakan dalam Arus yang tertinggal dari Tegangan sebesar 90 o, maka karakteristik beban ditunjukkan pada gambar 2.7 dibawah ini : v i a). Karakeristik beban induktif b) Vektor arus (i) dan Tegangan (v) pada beban Induktif Gambar 2.7 Arus dan Tegangan pada Beban Induktif

20 2.2.3 Beban Kapasitif Beban kapasitif adalah beban yang mengandung suatu rangkaian kapasitor, dimana arus mendahului terhadap tegangan sebesar 90 (Leading). Beban ini menyerap daya aktif (kw) dan mengeluarkan daya reaktif (kvar). Rangkaian sederhana beban Kapasitif murni,ditunjukkan dalam gambar 2.8 berikut ini i C ~ V = V m sin ωt Gambar 2.8. Rangkaian Beban Kapasitif Jika tegangan v = V m sin ωt maka arus ( i ) dinyatakan i = Im sin (ωt + π/2) Dimana I m = / dan = reaktansi Disini ωc adalah bagian dari resistansi yang disebut raktansi (Kapasitif) yang dinyatakan dengan Ohm. Sedangkan C dinyatakan dengan Farad dan ω dalam radian/detik.

21 Karakterisitik beban Kapasitif, dimana Arus mendahului tegangan (Leading) digambarkan sebagai berikut : i v a). Karakeristik beban Kapsitif b) Vektor arus (i) dan Tegangan (v) pada beban Kapasitif Gambar 2.9 Arus Tegangan pada beban kapasitif 2.3 Faktor Daya 2.3.1. Pengertian Faktor Daya Faktor daya (Cos φ) dapat didefiniskan sebagai rasio/ perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam circuit AC atau beda sudut fasa antara V dan I yang biasanya dinyatakan dalam Cos φ Faktor Daya = = () (). = Cos φ

22 Faktor daya bisa dikatakan sebagai besaran yang menunjukkan seberapa efisien jaringan yang kita miliki dalam menyalurkan daya yang bisa kita manfaatkan. Faktor daya yang bagus apabila bernilai mendekati 1, sebaliknya semakin rendah faktor daya ( mendekati 0) maka semakin sedikit daya yang bisa kita manfaatkan dari sejumlah daya nyata yang sama. Tan φ = () () Karena komponen daya aktif umumnya konstan, komponen kva dan kvar berubah sesuai dengan faktor daya), maka dapat ditulis seperti berikut : Daya Reaktif (Q) = Daya Aktif (P) x Tan φ...(2;15) Untuk memperbaiki faktor daya sebagai berikut : Daya Reaktif pada pf awal = Daya Aktif (P) x Tan φ 1 Daya Reaktif pada pf diperbaiki = Daya Aktif (P) x Tan φ 2 Sehingga rating kapasitor yang diperlukan : Daya Reaktif (kvar) = Daya Aktif (kw) x (Tan φ 1 Tan φ 2 ) Qc = P. [ Tan φ 1 - Tan φ 2 ]....(2;16) Faktor daya juga menunjukkan besar pemanfaatan dari peralatan listrik di jaringan terhadap investasi yang dibayarkan. Sebagaimana kita tahu semua peralatan listrik memiliki kapasitas maksimum penyaluran arus, apabila faktor daya rendah maka walaupun arus yang mengalir di jaringan sudah maksimum

23 namun kenyataannya hanya porsi kecil saja yang bermanfaat bagi pemilik jaringan Baik penyedia layanan maupun konsumen berupaya untuk membuat jaringannya memiliki faktor daya yang bagus. Bagi penyedia layanan, jaringan dengan faktor daya yang jelek mengakibatkan dia harus menghasilkan daya yang lebih besar untuk memenuhi daya aktif yang diminta oleh para konsumen. Pada konsumen skala besar atau industri, faktor daya yang baik menjadi keharusan karena beberapa penyedia layanan kadang membebankan pemakaian daya aktif dan daya reaktif, tentu saja konsumen merasa berat untuk membayar mahal untuk daya yang tidak bermanfaat bagi mereka. 2.3.2. Faktor Daya Terdahulu ( Leading ) Faktor daya leading atau lagging akan tergantung kepada macam bebannya. Dimana tegangan diambil sebagai referensi untuk menentukan keadaan leading atau lagging, Faktor daya dikatakan leading jika arus mendahului tegangan sebesar φ. Faktor daya menyerap daya reaktif (kw) dan memberikan daya reaktif (kvar). S = Daya Nyata Q = Daya Reaktif φ P = Daya Aktif Gambar 2.10 Vektor Arus dan Tegangan Pada Faktor daya leading

24 2.3.3. Faktor Daya Terbelakang ( Lagging ) Keadaan lagging adalah keadaan dimana arus tertinggal terhadap tegangan Gambar 2.11. Menggambarkan diagram vektor arus dan tegangan pada faktor daya lagging. Faktor daya terbelakang (Lagging) terjadi bila beban memerlukan atau menyerap daya reaktif dari jaringan. Motor induksi juga mempunyai faktor daya terbelakang karena memerlukan arus reaktif dari jaringan atau sumber P = Daya Aktif φ S = Daya Nyata Q = Daya Reaktif Gambar 2.11 Vektor arus dan tegangan pada beban Induktif (lagging) 2.3.4. Penyebab Rendahnya Faktor Daya Faktor daya yang rendah dihasilkan oleh peralatan seperti motor induksi, terutama pada beban rendah, unit-unit balas lampu yang memerlukan arus magnetisasi reaktif. Alat-alat las busur listrik juga mempunyai faktor daya yang rendah. Medan magnet dari peralatan seperti ini memerlukan arus yang melakukan kerja yang bermanfaat dan tidak mengakibatkan panas atau daya mekanis, tetapi yang diperlukan hanyalah untuk membangkitkan medan. Faktor daya sangat mempengaruhi besar kecilnya komponen arus reaktif, sehingga daya tersebut tentu akan mempengaruhi jatuh tegangan. Dengan

25 faktor daya rendah, maka akan sulit untuk mendapatkan kestabilan tegangan sisi beban, dengan kata lain akan menyebabkan jatuh tegangan pada sisi penerima. Sedangkan faktor daya yang tinggi akan memperbaiki nlai komponen reaktif sehingga jatuh tegangan dapat diminimalisir. Ada beberapa penyebab rendahnya faktor daya, diantaranya penggunaan beban induktif berupa : 1) Pemakaian motor induksi Faktor daya pada motor induksi bervariasi, terantung pada pembebanannya. Untuk motor induksi tana beban atau dengan beban ringan menunjukkan faktor daya yang rendah 2) Transformator Faktor daya pada transformator sangat bervariasi sebagai fungsi dari beban. Transformator tanpa beban akan sangat induktif dan menunjukan faktor daya yang rendah 3) Peralatan lain, yang memerlukan daya reaktif seperti generator induksi 2.3.5. Akibat rendahnya faktor daya 1. Arus yang mengalir akan lebih besar, pada daya yang sama sehingga memerlukan penghantar (kabel) yang lebih besar. Dengan demikian biaya/ investasi yang dikeluarkan akan lebih besar 2. Pada busbar dan switching, bertambahnya arus akan membutuhkan penampang busbar serta kapasitas switch yang lebih besar

26 3. Arus yang besar mengakibatkan umur pemakaian peralatan semakin pendek 4. Menurunnya kapasitas daya nyata (kva) transformer 5. Arus yang mengalir pada saluran semakin besar sehingga terjadi jatuh tegangan (drop voltage, ΔV) yang besar. Hal ini menyebabkan beban serta peralatan lainnya bekerja dibawah tegangan nominal 6. Daya yang terpakai (daya aktif) yang dipergunakan semakin kecil, dengan demikian efisiensi sistem semakin rendah. 7. Untuk menghindari kerugian-kerugian tersebut diatas, menjadi sangat penting untuk memperbaiki/ menaikkan faktor daya 2.3.6 Keuntungan Perbaikan Faktor daya Seperti pada bahasan terdahulu Faktor Daya/ faktor kerja menggambarkan sudut phasa antara daya aktif dan daya reaktif. Beberapa keuntungan dilakukan perbaikan faktor daya adalah : 1. Untuk mengurangi arus beban yang tinggi karena adanya faktor daya yang rendah, sehingga penampang dan pengaman yang dipasang relatif lebih kecil dan lebih ekonomis 2. Untuk memaksimalkan pemakaian daya yang terpasang dari PLN (VA) 3. Pada skala besar (Industri) dapat mengurangi cost akibat denda dari kvrh yang digunakan

27 4. Memperbaiki daya yang disalurkan oleh PLN karena daya reaktifnya kecil 5. Mengurangi besarnya tegangan jatuh yang biasa disebabkan pada saat transmisi daya Jika power factor lebih kecil dari 0.85 maka kapasitas daya aktif (kw) yang digunakan akan berkurang. Kapasitas ini akan terus menurun seiring dengan menurunnya power factor sistem kelistrikan. Denda atau biaya kelebihan daya reaktif dikenakan apabila jumlah pemakaian kvarh yang tercatat dalam sebulan. 2.4 Kapasitor 2.4.1 Teori dasar Kapasitor adalah komponen listrik pasif yang bersifat menyimpan muatan listrik dan dilambangkan dengan huruf C. Ditemukan oleh Michael Faraday pada tahun (1791 1867 ). Satuan kapasitor disebut farad ( F ) atau 1 farad setara dengan 9 x 1011 cm², yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Dielektrik Electroda Electroda Gambar 2.12 Prinsip Dasar kapasitor

28 Seperti terlihat pada gambar diatas, struktur dasar sebuah kapasitor terdiri dari dua pelat yang dipisahkan oleh bahan isolasi/ dielektrik, biasanya digunakan kertas diimpregnasi dengan minyak sedangkan konduktornya digunakan aluminium atau semprotan logam. 2.4.2. Kapasitansi Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat menampung muatan electron. coulomb pada abad ke-18 menghitung bahwa 1 coulombs = 6.25 x 10 18. Kemudian Michael Faraday menyatakan bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan tegangan 1 volt dapat memuat elektron sebanyak 1 coulombs, besar kapasitansinya dinyatakan dengan besarnya muatan yang disimpan dibagi tegangan yang diterapkan pada kapasitor tersebut Dengan rumus dapat ditulis : C = V = E.d Dimana : C = Kapsitansi kapasitor (farad) Q = Muatan yang tersimpan pada kapasitor ( coulomb ) E = Kuat Medan listrik (Volt/meter) V = Tegangan pada terminal kapasitor (volt) d = adalah jarak antar pelat kapasitor

29 2.4.3 Proses Kerja Kapasitor Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan arus searah, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatanmuatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Namun bila kapasitor diberi tegangan arus bolak-balik/ AC, maka elektron akan mengalir masuk ke kapasitor. Muatan elektron yang terkumpul diantara konduktornya tidak akan pernah mencapai keseimbangan. Artinya belum sampai terisi penuh muatannya harus dilepaskan kembali sehingga arus akan selalu mengalir dalam rangkaian yang memerlukannya dengan demikian pada saat itu kapasitor membangkitkan daya reaktif. Semakin tinggi frekuensinya makin sedikit muatan yang terisi dalam kapasitor sehingga maki kecil pula hambatan terhadap arus yang mengalir. 2.4.4 Reaktansi kapasitif (Tahanan Kapasitif) Reaktansi merupakan tahanan yang bersifat reaksi terhadap perubahan tegangan atau perubahan arus. Dimana nilai tahanannya berubah sehubungan dengan perbedaan fase dari tegangan dan arus.

30 Reaktansi kapasitif dinotasikan dengan X C didefinisikan sebagai sebuah tahanan yang bersifat reaksi pada sebuah kapasitor jika dihubungkan dengan arus bolak-balik/ AC seperti pada gambar berikut Xc Ic C E Gambar 2.13 Rangkaian kapasitor sederhana Reaktansi kapasitif (X C ), secara matematis dinyatakan : X C = (2;17) Dimana : Xc = reaktansi kapasitif (Ohm) f = frekuensi system (Hz) C = Nilai kapasitasni (farad) Besarnya nilai raktansi kapasitif tersebut tergantung dari besarnya nilai kapasitansi sebuah kapasitor ( F ) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik. Gambar 2.14 berikut memperlihatkan hubungan antara reaktansi kapasitif terhadap frekuensi ( Hz) :

31 X C C = Konstan H Z Gambar 2.14 Hubungan reaktansi kapasitif terhadap frekuensi Besarnya raktansi kapasitif berbanding terbalik dengan perubahan frekuensi dan kapasitansi suatu kapasitor, semakin kecil frekuensi dan nilai kapasitansi sebuah kapasitor, maka semakin besar nilai reaktansi kapasitif (X C ) pada sebuah kapasitor. 2.4.4 Energi pada kapasitor Muatan listrik menimbulkan potensial listrik dan untuk memindahkannya diperlukan usaha. Untuk memberi muatan pada suatu kapasitor diperlukan usaha listrik, dan usaha listrik ini disimpan di dalam kapasitor sebagai energi. Pemberian muatan dimulai dari nol sampai dengan q coulomb. Persamaan Energi pada kapasitor dapat ditulis : W cap = ½CV² ( joule )

32 2.5 Arus dan Daya Kapasitor 2.5.1 Arus Pada kapasitor Arus pada kapasitor selalu bersifat mendahului/ leading sebesar 90. Perbedaan sudut phasa antara arus ( I ) dan tegangan ( V ) pada kapasitor sebesar - 90 berada pada kuadran 4. Gambar 2.15 memperlihatkan hubungan antara arus dan tegangan pada kapasitor i v φ = 90 Gambar 2.15 Hubungan arus dan tegangan pada kapasitor Untuk sistem tiga Phasa persamaannya : Xc = C = ² (ohm)...(2;18) (farad)...(2;19) Ic =. ( A)...(2;20)

33 Dimana : Xc = reaktansi kapasitif kapasitor bank (ohm) Qc = Daya reaktif kapasitif kapasitor bank (kvar) Ic Arus pada kapasitor bank (A) C = kapasitansi kapasitor bank (farad) 2.5.2 Daya pada kapasitor Daya pada kapasitor bersifat reaktif kapasitif ( Qc ) Qc = Vc. Ic ( VAR ) S = P² + Qc² ( VA ) Tan φ = Sifat ini akan berlawanan dengan reaktif induktif dan akan menghilangkan/ mengkompenisir jika terpasang secara seri atau paralel. P = S Cos φ ( watt ) Q = S Sin φ ( VAR ) S = P + jq = P² + Qc² ( VA ) Cos φ = Sin φ = Tan φ =

34 2.6 Jenis Rangkaian Kapasitor Fungsi utama dari pemakaian kapasitor seri maupun kapasitor shunt adalah untuk mengatur tegangan dan aliran daya reaktif dimana kapasitor tersebut dipasang. Berikut jenis pemasangan kapasitor shunt : 2.6.1 Kapasitor Hubung Delta Kapasitor hubung delta pada jaringan digambarkan berikut : R S T V I 1 I C I C I C Gambar 2.16 Kapasitor hubung delta Impedansi dan kapasitansi dari kapasitor shunt dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Z = I 1 = 3. I C Ic = 2πfC.V

35 Atau I 1 = 3. 2πfC.V...(2;21) Qc = 3. 3. πfc.v.v.2 Qc = 6πfcV² C Δ = Qc 6πfV²...( 2;22 ) Dimana : Z = Impedansi Kapasitor Ic = Arus kapasitor Qc = Daya reaktif kapasitor CΔ = Kapasitansi kapasitor hubung delta 2.6.2 Kapasitor Hubung Bintang Kapasitor dihubung bintang pada jaringan seperti gambar berikut : R S T V I 1 = I C I C I C I C Gambar 2.17 Kapasitor Hubung bintang

36 Jika kapasitor tersebut dihubung bintang, maka tegangan dari kapasitor tersebut adalah : Tegangan jala-jala = V = 3. V ph Maka kapasitansi kapasitor tersebut dapat ditientukan malaui persamaan : Q C = 3. I C. V I C = ( ) dimana X C = Ic = ( ) ) ( = Qc =... Qc = 2πfCyV²...(2;23 ) Sehingga : C Y = ² Dimana : V ph = Tegangan tiap phasa Cy = Kapasitansi kapasitor hubung bintang 2.7 Capacitor Bank Capasitor bank disebut juga kapasitor daya karena digunakan untuk daya yang besar, pemasangan kapasitor bank dimaksudkan untuk memperbaiki faktor daya. Kebutuhan kompensasi daya reaktif (Qc) yang dibutuhkan untuk mencapai power factor/ factor daya dapat dihitung berdasarkan formula ( 2;16) :

37 Dimana : Qc (kvar) = P. ( tan φ 1 - tan φ 2 ) Qc = Kompensasi reactive power yang dibutuhkan (kvar) P φ 1 φ 2 = Active Power (kw) = Daya reaktif pada Power Factor (pf ) awal = Daya reaktif pada Power Factor (pf) diperbaiki kvar kvar P kw P kw φ 1 φ 1 φ 2 φ Total = φ 2 - φ 1 Q Q φ 1 = Daya reaktif pf awal φ 2 = daya reaktif pf diperbaiki a. Sebelum Pemasangan Kapasitor Bank b. Sesudah Pemasangan Kapasitor Bank Gambar 2.18. Segitiga Daya Kompensasi kvar