SUMBER-SUMBER BURNOUT DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Tabah Aris Nurjaman Mahasiswa Psikologi Universitas Paramadina.

dokumen-dokumen yang mirip
2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

Hubungan antara Impusiveness dan Perilaku Prokrastinasi pada Mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang Mengerjakan Tugas Akhir (Skripsi)

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

Prokrastinasi dan Task Aversiveness Tugas Makalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

Rhendy Christian Sutjipto Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

MEREDUKSI PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA MELALUI TEKNIK TOKEN ECONOMY

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

Self Efficacy dan Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam 45 Bekasi

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik. Karolina Arif

HUBUNGAN SELF CONTROL DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS PERKULIAHAN SKRIPSI

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

Dahlia Novarianing Asri, Noviyanti Kartika Dewi 1. FakulitasIlmuPendidikan, IKIP PGRI Madiun 2

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... vii. Daftar Bagan... x. Daftar Tabel... xi. Daftar Lampiran... xiii

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

Validasi Alat Ukur Irrational Procrastination Scale (IPS)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SURABAYA

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

Tingkat Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 9 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

Prosiding Psikologi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

A B S T R A K Solomon & Rothblum

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

GAMBARAN DISONANSI KOGNITIF PADA MAHASISWA PELAKU PROKRASTINASI AKADEMIK DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

PROKRASTINASI DAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH. Dessy Nur Utami ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

Rancangan Intervensi Berbasis Cognitive-Behavioral Therapy untuk Menanggulangi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unisba

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

Pengaruh Perfeksionisme Terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa Program Akselerasi

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

EFEKTIVITAS STRATEGI COPING SKILLS UNTUK MENGURANGI KEJENUHAN BELAJAR (BURNOUT) SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

Usnaziqyah Raqfika 1 Awaluddin Tjalla 2 Indira Chanum 3. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ,

Transkripsi:

SUMBER-SUMBER BURNOUT DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Tabah Aris Nurjaman Mahasiswa Psikologi Universitas Paramadina Abstrak Fenomena burnout dan prokrastinasi sudah merambah ke bidang pengajaran, sehingga berdampak buruk terhadap pelajar. Penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai uraian sumber-sumber burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Metode yang digunakan penelitian ini adalah studi literatur, yaitu dengan menguraikan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai burnout dan prokrastinasi akademik. Studi literatur ini menemukan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan munculnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa, yaitu perfeksionis, minat belajar, dan self efficacy. Kata Kunci: Burnout, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa. Daftar Pustaka: 27, 1977-2012. Abstract The phenomenon of burnout and procrastination has penetrated into the field of education, which adversely affects students. This study aims to provide information about the description of the sources of burnout and academic procrastination in college students. The research method used is the study of literature, namely by describing the results of previous studies on burnout and academic procrastination. The literature review found that there are three factors that can lead to the emergence of burnout and academic procrastination in college students: the perfectionist, interest in learning, and self-efficacy. Keywords: Burnout, Academic Procrastination, Students. Bibliography: 27, 1977-2012. 1

Pendahuluan Mahasiswa pada dasarnya tidak dipekerjakan oleh universitas, namun kegiatan mereka terstruktur dan sering koersif, seperti menghadiri kelas perkuliahan dan mengerjakan tugas (Hu dan Schaufeli, 2009). Secara garis besar, tugas-tugas akademik bagi mahasiswa ditentukan oleh Kementrian Pengajaran Nasional, seperti jumlah SKS, batasan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), batasan waktu perkuliahan, pembuatan makalah yang diterbitkan, dan tugas akhir/ skripsi. Pasal 5 pada Keputusan Menteri Pengajaran Nasional, Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pengajaran Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menyebutkan bahwa beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 SKS dan sebanyak-banyaknya 160 SKS yang dijadwalkan untuk 8 semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 8 semester dan selama-lamanya 14 semester. Kemudian pada Pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa syarat kelulusan program pengajaran ditetapkan atas pemenuhan jumlah SKS yang disyaratkan dan IPK minimum 2,00. Jumlah SKS yang harus dipenuhi bergantung pada ketetapan masing-masing perguruan tinggi yang didasarkan pada Pasal 5. Surat Keputusan Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan, Nomor 152/E/T/2012, tanggal 27 Januari 2012 menambahkan bahwa untuk lulusan program sarjana mahasiswa harus menghasilkan makalah yang diterbitkan pada jurnal ilmiah. Jacob dan Dodd (2003) menyebutkan bahwa beban akademik yang berlebihan dapat menimbulkan burnout pada mahasiswa. Rostami, Abedi, dan Schaufeli (2012) mendefinisikan burnout sebagai perasaan lelah karena tuntutan belajar, timbulnya perasaan sinis pada materi perkuliahan, dan merasa canggung sebagai pelajar. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penelitian mengenai burnout bertambah pesat dan meluas ke hampir setiap pekerjaan, dan bahkan bidang non-pekerjaan, seperti pelajar. Meskipun pada umumnya pelajar tidak bekerja dan tidak memiliki pekerjaan, namun perspektif psikologis melihat bahwa inti kegiatan mereka itu bekerja. Hal itu disebabkan karena pada kenyatannya mereka terlibat secara struktural (sebagai pelajar), melakukan kegiatan koersif (seperti mengerjakan tugas) yang berujung pada tujuan tertentu (seperti ujian akhir atau skripsi) (Noushad, 2008). Burnout di bidang pengajaran tergambar dengan adanya tuntutan yang besar dari lingkungan sekolah kepada pelajarnya. Proses belajar yang dapat menyebabkan kelelahan emosional; memunculkan kecenderungan desensitisasi; dan merasa memiliki prestasi yang rendah. Burnout yang terus menerus berlanjut pada akhirnya menyebabkan pelajar bolos sekolah, berkurangnya motivasi untuk bersekolah, hingga berhenti sekolah. Adapun faktor sumber timbulnya burnout menunjukan bahwa pelajar mengalami burnout disebabkan 2

kegiatan sekolah mencapai 24,2%, keluarga 11,95%, ketidakcakapan di sekolah 11,34%, dan kehilangan minat sekolah 11,34% (Aypay, 2011). Maslach (1998 dalam Sianifar dan Mufattahah, 2008) mengungkapkan bahwa secara fisik burnout akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh individu sehingga rentan terhadap penyakit seperti demam dan sakit kepala. Sedangkan dampak psikis menyebabkan individu menilai dirinya rendah dan bila berlanjut dapat menyebabkan depresi. Dari sisi sosialnya, individu akan menarik diri lingkungan dan terlibat dalam penyalahgunaan obatobatan untuk mengatasi masalah. Adapun dari fungsi kognitifnya, individu mengalami penurunan tingkat konsentrasi dan penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah. Qadariah, Manan, dan Ramdhayani (2012) pun menemukan bahwa mahasiswa yang sulit mengambil keputusan akan melakukan prokrastinasi sebagai bentuk penghindaran dari rasa takut akan kegagalan. Rothblum, Solomon, dan Murakami (1986) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai: (a) kecenderungan yang hampir selalu atau selalu ditunjukan individu untuk menunda tugas akademik; (b) pengalaman yang hampir selalu atau selalu menimbulkan kecemasan yang diasosiasikan dengan prokrastinasi. Adapun bentuk prokrastinasi akademik menurut Kachgal, Hansen, dan Nutter (2001, dalam Jiao, Daros-Voseles, Collins, dan Onwuegbuzie, 2011) adalah mengulur waktu dalam tugas membaca materi perkuliahan, melebihi batas waktu yang ditentukan dalam pengerjaan tugas, menunda persiapan ujian, dan menolak masuk kelas perkuliahan. Lebih spesifik, Solomon dan Rothblum (1984) membagi area prokrastinasi akademik pada mahasiswa diantaranya: menulis, belajar, membaca, kegiatan administratif, menghindari pertemuan, dan kegiatan secara keseluruhan. Di Indonesia sendiri, Kartadinata dan Sia (2008) menemukan bahwa 95% dari 60 mahasiswa yang ditelitinya telah melakukan prokrastinasi. Secara spesifik, 42% dari jumlah tersebut beralasan karena rasa malas dalam mengerjakan tugas, 25% disebabkan banyak tugas lain yang harus dikerjakan, dan 28% karena ada hal-hal lain. Fenomena prokrastinasi tersebut berbuntut pada konsekuensi negatif terhadap pelajar yang melakukannya, seperti tugas-tugas menjadi terbengkalai, menghasilkan tugas yang kurang maksimal, waktu menjadi terbuang sia-sia, bahkan berdampak pada penurunan prestasi akademik. Selain itu juga prokrastinasi akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan fisik dan psikologis seperti menimbulkan kecemasan dan tingkat stres yang tinggi (Chu dan Choi, 2005). 3

Paparan tersebut menggambarkan bahwa burnout dan prokrastinasi akadmeik berdampak buruk terhadap mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan sumber-sumber burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa, dengan harapan dapat menjadi bahan informasi dalam pengurangan atau pencegahan timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Pembahasan Hu dan Schaufeli (2009) menyebutkan bahwa tingginya tingkat gejala burnout terjadi di beberapa tingkat pengajaran baik sekolah menengah atas, sekolah keperawatan maupun universitas. Slivar (2001) yang melakukan penelitian dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS) menemukan bahwa pelajar sekolah bahasa di Slovenia mengalami burnout. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa citra diri yang negatif (negative self-image) berhubungan dengan burnout pada pelajar. Kutsal dan Bilge (2012) menemukan bahwa pelajar yang mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat burnout yang rendah. Dukungan guru lebih efektif dirasakan pelajar daripada dukungan keluarga dan temantemannya. Schwenke (2012) menemukan dari hasil penelitiannya bahwa individu yang maladaptif perfeksionis memiliki hubungan yang signifikan dengan burnout, sedangkan individu yang adaptif perfeksionis tidak memiliki hubungan dengan burnout. Lopez, Bolano, Marino, dan Pol (2010) menyebutkan bahwa individu yang merasa tidak puas dengan hasil kinerjanya akan mengalami stres. Kemudian bila stres berlanjut, ia akan mengalami burnout. Stephenson (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa individu dengan level stres lebih tinggi akan lebih mudah burnout daripada individu yang memiliki level stres rendah. Selain itu, individu yang memiliki self efficacy rendah cenderung mengalami burnout daripada individu yang memiliki self efficacy tinggi. Dalam aspek lain, Rostami, Abedi, dan Schaufeli (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara minat belajar dengan burnout. Individu yang memiliki tingkat minat belajar tinggi memiliki burnout rendah dan sebaliknya. Terkait perfeksionis, minat belajar, dan tingkat self efficacy yang berkorelasi dengan burnout, ketiga konstruk itu pun berhubungan dengan prokrastinasi akademik. Egan, Wade, dan Shaufran (2011, dalam Rice, Richardson, dan Clark, 2012) menyatakan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan perfeksionis. Individu yang memiliki kepribadian perfeksionis cenderung menunda-nunda pekerjaannya. Umumnya dilakukan karena individu mempersiapkan bahan-bahan terhadap tugasnya dengan harapan dapat diselesaikan dengan sempurna. Qadariah, Manan, dan Ramdhayani (2012) menambahkan bahwa untuk merasa 4

aman dari rasa takut, cemas, dan gagal; dan untuk melupakan ancaman-ancaman seperti tidak lulus kuliah, tidak menjadi sarjana, dan tidak bisa membanggakan orang tua, mahasiswa menghindari pengerjaan skripsi dengan melakukan prokrastinasi. Mereka merasa lebih baik tidak mengerjakan skripsi daripada gagal, karena merasa bila pengerjaan skripsi harus sempurna. Sehingga, mereka tidak mempedulikan batas waktu yang harus mereka selesaikan dalam pengerjaan skripsi. Milgram, Sroloff, dan Rosenbaum, (1988) mengungkapkan bahwa tanpa adanya minat, individu akan melakukan prokrastinasi karena tugas yang dihadapi tidak memberi rasa nyaman, melainkan penuh pemaksaan dan sulit. Sehingga, mereka memilih kegiatan lain yang lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk dirinya. Steel (2007) menyebutkan bahwa rendahnya self efficacy dan rendahnya self esteem berhubungan dengan prokrastinasi. Individu dengan self efficacy dan self esteem tinggi memiliki nilai prokrastinasi rendah. Sebaliknya, individu dengan self efficacy dan self esteem rendah memiliki nilai prokrastinasi tinggi. Hampton (2005) menemukan korelasi yang signifikan antara prokrastinasi dengan locus of control. Pelajar dengan orientasi eksternal locus of control memiliki nilai prokrastinasi yang tinggi. Sementara pelajar dengan orientasi internal locus of control memiliki nilai prokrastinasi yang rendah. Klingsieck, Fries, Horz dan Hofer (2012) menemukan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan rendahnya tingkat performa akademik, dan rendahnya strategi belajar dan rendahnya kepuasan hidup. Deniz, Tras, dan Aydogan (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara prokrastinasi dan kecemasan. Individu yang memiliki tingkat kecemasan tinggi memiliki nilai prokrastinasi tinggi pula. Sementara individu dengan tingkat kecemasan rendah memiliki nilai prokrastinasi rendah pula. Beberapa penelitian mengenai burnout ditemukan bahwa burnout berhubungan dengan tiga faktor lain yang memiliki hubungan dengan prokrastinasi akademik, yaitu perfeksionis, minat belajar, dan self efficacy. Individu dengan kepribadian perfeksionis cenderung mengalami burnout (Schwenke, 2012); dan cenderung mengalami prokrastinasi akademik (Egan, Wade, dan Shaufran, 2011, dalam Rice, Richardson, dan Clark, 2012; Qadariah, Manan, dan Ramdhayani, 2012). Faktor minat belajar berhubungan dengan burnout (Rostami, Abedi, dan Schaufeli, 2012); dan berhubungan juga dengan prokrastinasi (Milgram, Sroloff, dan Rosenbaum, 1988). Selain itu, individu yang memiliki self efficacy rendah cenderung mengalami burnout (Stephenson, 2012); dan mengalami prokrastinasi pada tugasnya (Steel, 2007). Uraian mengenai beberapa hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa burnout dan prokrastinasi akademik berhubungan dengan tiga faktor yang sama, yaitu perfeksionis, 5

minat belajar, dan self efficacy. Individu dengan perfeksionis tinggi cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Sementara individu dengan kurangnya minat belajar dan rendahnya self efficacy cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Ketiga faktor tersebut dapat dijadikan sebagai dimensi pengurangan atau pencegahan timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Menurut Shafran, Cooper, dan Fairburn (2002, dalam Kearns, Forbes, dan Gardiner, 2007) bahwa untuk mengurangi tingkat perfeksioneis individu dapat dilakukan dengan empat tahapan, yaitu (1) membantu individu dalam mengidentifikasi perfeksionisme yang merupakan masalah, (2) memperluas skema individu untuk mengevaluasi diri dan mengurangi ketergantungannya terhadap kesempurnaan, (3) melakukan eksperimen, seperti trial-error, dan (4) menggunakan metode perilaku kognitif untuk berurusan dengan ketidakakuratan kognitif. Tahapan tersebut membutuhkan individu lain, khususnya pengajar, teman, dan keluarga sehingga proses pengurangan atau pencegaran dapat dilakukan. Untuk meningkatkan daya minat belajar pada mahasiswa dibutuhkan kontribusi dari pengajar. Menurut Abrantes, Seabra, dan Lages (2007), untuk meningkatkan minat belajar pada pelajar dapat dilakukan dengan memberikan pengajaran yang baik. Pengaran yang baik dapat dilakukan dengan (1) menggunakan metode instruksional sehingga pelajar dapat terlibat, (2) menciptakan suanasa menyenangkan dan penuh perhatian kepada pelajar, (3) efisiensi waktu belajar-mengajar, dan (4) menyajikan program yang baik dan terorganisir. Adapun cara meningkatkan self efficacy pada individu dapat dilakukan dengan (1) memberikan apresiasi atau penghargaan, (2) belajar dari pengalaman, (3) persuasi verbal, dan (4) menumbuhkan emosi (Bandura, 1877). Proses ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengajar dalam memberikan penghargaan, persuasi verbal, dan penumbuhan emosi. Proses pengurangan tingkat perfeksionis dan peningkatan daya minat belajar serta self efficacy pada mahasiswa dapat dilakukan baik secara individual maupun dengan intervensi pengajar. Sehingga, ketiga proses tersebut dapat mengurangi atau mencegah timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Kesimpulan Burnout memiliki hubungan dengan citra diri (self-image), dukungan sosial, perfeksionis, stres, self efficacy, dan minat beajar. Sementara prokrastinasi akademik berhubungan dengan perfeksionis, minat belajar, self efficacy, self esteem, locus of control, performa akademik, strategi belajar, kepuasan hidup, dan kecemasan. Aspek-aspek yang 6

berhubungan dengan burnout dan prokrastinasi akademik tersebut dapat dirincikan berdasarkan tabel berikut: Tabel Sumber-sumber Burnout dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Mahasiswa yang memiliki citra diri yang negatif, kurang Burnout mendapatkan dukungan sosial, dan mudah stres cenderung mengalami burnout Mahasiswa yang memiliki external locus of control, mudah cemas, Prokrastinasi rendahnya tingkat performa akademik, rendahnya strategi belajar, dan Akademik kurangnya kepuasan hidup cenderung melakukan prokrastinasi akademik Burnout dan Mahasiswa yang memiliki tingkat perfeksionis tinggi, kurangnya Prokrastinasi minat belajar, dan rendahnya self efficacy cenderung mengalami Akademik burnout dan melakukan prokrastinasi akademik Terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa secara bersamaan, yaitu perfeksionis, minat belajar, dan self efficacy. Mahasiswa dengan perfeksionis tinggi cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Sementara mahasiswa dengan kurangnya minat belajar serta rendahnya self efficacy cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Proses pengurangan atau pencegahan timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat dilakukan dengan mengurangi tingkat perfeksionis, meningkatkan minat belajar, dan menumbuhkan self efficacy. Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah: a. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat mengurangi atau menghindari timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik dengan mengurangi tingkat perfeksionis, seperti mengikuti pelatihan CBC (Cognitive Behavioural Coaching); meningkatkan minat belajar, seperti memilih metode belajar yang menyenangkan; dan menumbuhkan self efficacy, seperti melakukan atau mengikuti pelatihan relaksasi. b. Bagi pengajar, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pengurangan atau penghindaran terhadap timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik dengan mengurangi tingkat perfeksionis pada mahasiswa, seperti menyadarkan mahasiswa bahwa perilaku perfeksionis merupakan masalah; meningkatkan minat belajar pada 7

mahasiswa, seperti melibatkan kontribusi mahasiswa dalam proses belajar-mengajar dengan mengadakan diskusi atas presentasi kelompok; dan menumbuhkan self efficacy pada mahasiswa, seperti memuji kelompok presentasi yang terbaik dalam kelas. c. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan studi litelatur ini dapat menjadi salah satu informasi untuk kepentingan peneitian selanjutnya dalam mengkaji burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Daftar Pustaka Abrantes, J., Seabra, C. and Lages, L. (2007). Pedagogical Affect, Student Interest, and Learning Performance. Journal of Business Research, Vol. 60. 960-964 Aypay, A. (2011). Elementary School Student Burnout Scale for Grades 6-8: A Study of Validity and Reliavility. Educational Science: Theory & Practise, Vol. 11. No. 2. 520-527 Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, Vol. 84. No. 2. 191-215 Chu, A. and Choi, L. (2005). Rethinking Procrastination: Positive Effects of Active Procrastination Behavior on Attitudes and Performance. The Journal of Social Psychology, Vol. 145. No. 3. 245-264 Deniz, E., Tras, Z. and Aydogan, D. (2009). An Investigation of Academic Procrastination, Locus of Control, and Emotional Intelligence. Educational Science: Theory & Practice, Vol. 9. No. 2. 623-632 Hampton, A. (2005). Locus of Control and procrastination. Epistimi, 3-5 Hu, Q. and Schaufeli, W. (2009). The Factorial Validity of the Maslach Burnout Inventory- Student Survey in China. Psychological Report, Vol. 105. 394-408 Jacobs, S. and Dodd, D. (2003). Student Burnout as a Fuction of Personality, Social Support, and Workload. Journal of College Student Development, Vol. 44. No. 3. 291-303 Jiao, Daros-Voseles, Collins, and Onwuegbuzie. (2011). Academic Procrastination and the Performance of Graduate-level Cooperative Groups in Research Methods Courses. Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 11. No. 1. 119-138 Kartadinata dan Sia. (2008). Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu. Anima, Indonesia Psychologycal Journal, Vol. 23. No. 2 8

Kearns, H., Forbes, A. and Gardiner, M. (2007). A Cognitive Behavioural Coaching Intervention For The Treatment Of Perfectionism and Self-Handicapping in a Non- Clinical Population. Behaviour Change, Vol. 24. No. 3. 157-172 Kemdiknas (Kementrian Pendidikan Nasional). (2000). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000. Dalam http://www.dikti.go.id/files/lemkerma/kepmen232-2000.txt. 11 April 2013 ---------------- (2012). Surat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 152/E/T/2012. Dalam www.dikti.go.id/files/atur/skdirjen152-e-t-2012karyailmiah.pdf. 11 April 2013 Klingsieck, K., Fries, S., Horz, C. and Hofer, M. (2012). Procrastination in a Distance University Setting. Distance Education, Vol. 33. No. 3. 295-310 Kutsal, D. and Bilge, F. (2012). A Study on the Burnout and Social Support Levels of High School Students. Education and Science, Vol. 37. No. 164. 243-297 Lopez, J., Bolano, C., Marino, M. and Pol, E. (2010). Exploring Stress, Burnout, and job Dissatisfaction in Secondary School Teachers. International Journal of Psychology and Psychology Therapy, Vol. 10. No. 1. 107-123 Milgram, N., Sroloff, B. and Rosenbaum, M. (1988). The Procrastination of Everyday Life. Journal of Research in Personality, Vol. 22. 197-212 Noursad. (2008). From Teacher Burnout to Student Burnout. Dalam http//www.eric.go.id/from-teacher-burnout-to-student-burnout.pdf. 21 Februari 2013 Qadariah, S., Manan, S. dan Ramdhayani, D. (2012). Gambaran Faktor Penyebab Prokrastinasi pada Mahasiswa Prokrastinator yang Mengontrak Skripsi. Journal Sosial, Ekonomi, dan Humaniora Universitas Islam Bandung, Vol. 3. No. 1. 119-126 Rostami, Z., Abedi, M. and Schaufeli, W. (2012). Does Interest Predicts Academic Burnout?. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 3. No. 9. 877-885 Rothblum, E., Solomon, L. and Murakami, J. (1986). Affective, Cognitive, and Behavioral Differences Between High and Low Procrastinators. Journal of Counseling Prychology, Vol. 33. 387-394 Schwenke, T. (2012). The Relationships Bertween Perfectionism, Stess, Coping Resources, and Burnout among Sigh Language Interpreters. Counseling and Psychological Services Dissertations, Georgia State University Sianipar, A., dan Mufattahah, S. (2008). Burnout on Medical Community Health Centers (Community Health). Universitas Gunadarma 9

Slivar, B. (2001). The Syndrome of Burnout, Self-Image, and Anxiety with Grammar School Students. Horizons of Psychology, Vol. 10. No. 2. 21-32 Solomon, L., and Rothblum, L. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Conseling Psychology, Vol. 31. No. 4. 503-509 Steel, P. (2007). The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic and Theoretical Review of Quintessential Self-Regulatory Failure. Psychological Bulletin Journal, Vol. 133. No. 1. 65-94 Stephenson, T. (2012). A Quantitative Study Examining Teacher Stress, Burnout, and Self- Efficacy. University of Phoenix 10