Galuh Candra P Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
DOSEN PEMBIMBING : PROF. Dr. Ir. DJATMKO INCHANI,M.Eng. oleh: GALUH CANDRA PERMANA

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI COLD STORAGE

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

SKRIPSI APLIKASI PENUKAR KALOR PADA MODIFIKASI SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL IKAN 30 GT

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

PERMASALAHAN. Cara kerja evaporator mesin pendingin absorpsi difusi amonia-air

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB lll METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-399

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

PENGARUH PENAMBAHAN SOLUTION PREHEATER TERHADAP LAJU PRODUKSI UAP REFRIGERAN PADA GENERATOR MESIN REFRIGERASI SIKLUS ABSORPSI

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

OPTIMASI KONDENSOR SHELL AND TUBE BERPENDINGIN AIR PADA SISTEM REFRIGERASI NH 3

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

IV. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

KAJI EKSPERIMENTAL POLA PENDINGINAN IKAN DENGAN ES PADA COLD BOX. Rikhard Ufie *), Stevy Titaley **), Jaconias Nanlohy ***) Abstract

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Tekad Sitepu, Sahala Hadi Putra Silaban Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMILIHAN PERALATAN

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

RANCANG BANGUN KONDENSOR PADA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN SIKLUS ABSORPSI DENGAN PASANGAN REFRIJERAN ABSORBEN AMONIA - AIR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

Gbr. 2.1 Pusat Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU)

VERIFIKASI ULANG ALAT PENUKAR KALOR KAPASITAS 1 kw DENGAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA EVAPORATOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

Studi Variasi Laju Pelepasan Kalor Kondensor High Stage Sistem Refrigerasi Cascade R22 Dan R404a Dengan Heat Exchanger Tipe Concentric Tube

BAB II LANDASAN TEORI

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

ANALISIS PERUBAHAN TEKANAN VAKUM KONDENSOR TERHADAP KINERJA KONDENSOR DI PLTU TANJUNG JATI B UNIT 1

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

PERANCANGAN KONDENSOR MESIN PENGERING PAKAIAN MENGGUNAKAN AIR CONDITIONER ½ PK SIKLUS UDARA TERTUTUP

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

Re-design dan Modifikasi Generator Cooler Heat Exchanger PLTP Kamojang Untuk Meningkatkan Performasi.

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

Termodinamika II FST USD Jogja. TERMODINAMIKA II Semester Genap TA 2007/2008

BAB IV HASIL PENGAMATAN & ANALISA

JURNAL TEKNIK POMITS 1

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN ULANG WATER CHILLER PADA PABRIK KARUNG ROSELLA BARU PTPN XI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIDANG P3 SKRIPSI ME

BAB V TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. No. Turbin Gas Turbin Uap

Unjuk Kerja Pembuat Ice Slurry 350W dengan Air Laut

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

REKAYASA MODEL MESIN PENDINGIN IKAN TANGKAPAN NELAYAN DENGAN MEMANFAATKAN KELEBIHAN DAYA MESIN DIESEL PENGGERAK PROPELER PERAHU

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

Energi dan Ketenagalistrikan

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

STUDI PERENCANAAN JACKETED STORAGE SYSTEM MEMANFAATKAN CO 2 CAIR SEBAGAI REFRIGERAN

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KONDENSER UNTUK MESIN PENDINGIN AIR COOLED CHILLER DENGAN DAYA KOMPRESOR 3 PK. Angga Panji Satria Pratama

ANALISIS KINERJA COOLANT PADA RADIATOR

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (K. Chunnanond S. Aphornratana, 2003)

PERENCANAAN EVAPORATOR PADA FREEZER DENGAN KAPASITAS 8 KG

DESAIN SISTEM PENGATURAN UDARA ALAT PENGERING IKAN TERI UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI IKAN TERI NELAYAN HERYONO HENDHI SAPUTRO

DESAIN DAN ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR TIPE CES

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V PEMILIHAN KOMPONEN MESIN PENDINGIN

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

ANALISIS PENGARUH EFEKTIVITAS PERPINDAHAN PANAS DAN TAHANAN TERMAL TERHADAP RANCANGAN TERMAL ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-198

Transkripsi:

PERANCANGAN DAN ANALISA PERFORMANSI SISTEM KOMPRESI PENDINGIN ABSORPSI MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG MESIN DIESEL PADA KAPAL NELAYAN IKAN DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERANT AMMONIA-WATER (NH 3 -H 2 O) Galuh Candra P Program Sarjana Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya E-mail: gcpmaster@yahoo.co.id Abstrak Kalor sisa yang sejatinya akan dilepaskan kelingkungan tanpa digunakan lebih lanjut merupakan sumber energi yang sangat ekonomis untuk digunakan bagi tujuan tertentu. Misalnya, kalor sisa hasil pembakaran (exhaust gas) mesin diesel kapal nelayan dimanfaatkan para nelayan untuk sistem refrigerasi absorpsi. Pada sistem refrigerasi absorpsi, kerja kompresor diganti dengan absorber, pompa, regenerator dan generator. Dengan cara, uap bertekanan rendah diserap di absorber kemudian tekanannya ditingkatkan dengan pompa. Regenerator digunakan untuk meningkatkan temperature (preheating) sebelum masuk generator. Exhaust gas dari mesin diesel dialirkan masuk ke generator untuk memisahkan refrigerant dari absorbennya. Persoalannya sekarang adalah bagaimana merancang absorber, regenerator dan generator yang sesuai dengan energi panas yang tersedia dari gas buang mesin diesel. Perancangan absorber, regenerator, dan generator sebagai pengganti sistem kompresi ini meliputi: analisa Thermodynamics dan Heat Transfer menggunakan metode LMTD untuk mendapatkan detail dimensi, serta mengetahui performansi dari perancangan tersebut terhadap daya yang dihasilkan oleh mesin diesel. Hasil yang didapatkan pada perancangan kali ini adalah dimensi utama absorber, regenerator, dan generator meliputi effective length sebesar 1.47 m, 0.77 m, dan 1.71 m. Dari uji performansi didapatkan hasil bahwa semakin besar panas yang diserap generator maka semakin kecil COP yang dihasilkan. Laju massa evaporator yang dapat dilepas dari generator dan panas yang dilepas absorber dipengaruhi oleh panas yang diterima generator dari exhaust gas diesel. Kata kunci : : Refrigerasi Absorpsi, Kompresi, Absorpsi, Exhaust Gas I.1 Latar Belakang Kalor sisa yang sejatinya akan dilepaskan kelingkungan tanpa digunakan lebih lanjut merupakan sumber energi yang sangat ekonomis untuk digunakan bagi tujuan tertentu. Contohnya kalor pada exhaust sisa hasil pembakaran mesin diesel yang digunakan para nelayan untuk berlayar. Mengingat Indonesia memiliki luas perairan sebesar 5.8 juta km 2 dengan potensi ikan yang diperkirakan sebanyak 6.26 juta ton per tahun, nelayan merupakan salah satu jenis mata pencaharian pokok penduduk Indonesia. Tetapi dengan potensi alam tersebut, para nelayan belum bisa memanfaatkan dengan optimal hasil tangkapan yang didapat selama ini. Hal ini sangat berkaitan dengan kurangnya pengetahuan para nelayan untuk menjaga kesegaran ikan hasil tangkapannya yang selama ini hanya menggunakan pengawet sederhana dengan pendingin es. Pengetahuan yang minim dan kurangnya modal, merupakan faktor utama bagi para nelayan untuk tidak memperhatikan masalah ini. Oleh karena itu mutu ikan yang dipasarkan masih kurang bagus. Padahal kalor sisa hasil pembakaran (exhaust gas) mesin diesel dapat dimanfaatkan untuk sistem refrigerasi absorpsi. Sistem refrigerasi absorpsi pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan siklus kompresi uap yang membedakan adalah pada sifat dari proses kompresinya. Pada sistem refrigerasi kompresi uap, kompresor digunakan untuk menekan uap refrigerant sehingga temperaturnya lebih tinggi dari temperatur lingkungan. Pada sistem pendingin absorpsi kompresor diganti dengan absorber, pompa,regenerator dan generator. Untuk melakukan proses kompresi tersebut, sistem pendingin absorbsi memerlukan masukan energi panas sedangkan sistem pendingin kompresi uap memerlukan masukan kerja mekanik. Oleh sebab itu sistem refrigerasi kompresi uap membutuhkan daya yang lebih besar dibanding dengan sistem refrigerasi absorpsi. Pemberian panas di generator dengan memanfaatkan kalor exhaust mesin merupakan hal yang efektif, karena kalor exhaust tersebut memiliki temperatur gas buang dari pembakaran yang sangat tinggi, yaitu 350 o C sampai 420 o C. Panas tersebut digunakan oleh generator untuk memisahkan larutan kuat (strongsolution)yang berupa refrigerant (NH 3 ) absorben (H 2 O), sehingga refrigerant menguap dan terpisah dari absorbennya. Absorben yang sudah terpisah tadi dikembalikan ke absorber yang berupa larutan lemah (weak solution). Di dalam absorber ini terjadi proses pendinginan, sehingga uap refrigeran yang datang dari evaporator bisa diserap oleh absorben (proses absorpsi uap refrigerant). Dengan terjadinya penyerapan uap refrigeran oleh absorben, maka di absorber

terbentuklah larutan kuat (strong solution) yang selanjutnya akan dialirkan lagi menuju generator dengan menggunakan pompa. Larutan kuat yang keluar dari pompa mempunyai temperatur lebih rendah dari pada temperatur air (absorben) yang keluar dari generator menuju absorber. Adanya perbedaan temperatur ini, energi panas dari air dapat digunakan untuk pemanasan awal(preheating) larutan kuat dengan menggunakan heat exchanger yang kemudian disebut regenerator. Seluruh proses berkelanjutan dari absorber, pompa, regenerator dan generator pada refrigerasi absorpsi ini dapat sebagai pengganti proses kompresor pada sisitem refrigerasi kompresi uap. II. Tinjauan Pustaka 2.1 S.G. Wang (2004), Recent developments of refrigeration technology in fishing vessels Dalam penelitiannya pengembangan sistem refrigerasi untuk kapal nelayan penangkap ikan yang dahulu masih menggunakan es sebagai pengawet ikan, sekarang telah dikembangkan beberapa teknologi pendinginan. Teknologi pendingin ikan yang dikembangkan sekarang ini meliputi: 1. Sistem pendingin kompresi uap untuk kapal nelayan ikan tuna. Pada sistem ini refrigerant yang digunakan adalah amonia untuk menghasilkan suhu refrigerasi -12 o C. Ukuran cold storage yang digunakan untuk 3 penyimpanan ikan sebesar 50-106 m 2. Sistem pendingin absorpsi Sistem pendingin yang digunakan memanfaatkan panas gas buang dari mesin diesel penggerak kapal yang mempunyai gas buangan dengan temperatur sekitar 350-420 O C. Mesin yang digunakan adalah mesin desel 4-stroke dengan daya total yang dihasilkan 700-1200 KW. Gambar 2.1 Skematik system generator absorpsi Pada Gambar 2.1, dijelaskan bahwa kalor exhaust mesin sebagian diserap oleh ecomizer yang berisi oli. Kemudian oli tersebut meyerap kalor dari exhaust dan disirkulasikan oleh pompa menuju generator. Di dalam generator terjadi perpindahan panas dari oli menuju larutan Amonia-water (strong solution) yang digunakan untuk menguapkan refrigerant Ammonia dari pengikatnya (absorben) yang berupa air. Sehingga refrigerant yang berupa ammonia akan menuju ke condenser dan absorben yang berupa air week solution akan kembali ke absorber. 3. Pembuatan es (ice maker) dengan memanfaatkan exhaust gas mesin diesel DY Generator adalah peralatan pendinginan yang dirancang untuk kapal nelayan dengan tonase 100 ton. Mesin ini dirancang menggunakan refrigerant amoniak dan memanfaatkan panas exhaust gas mesin diesel.. Gambar 2.2 Skema sistem ice maker Sistem ice maker pada Gambar 2.2, terdiri dari mesin untuk membuat es dengan memanfaatkan sea water untuk dibekukan dan generator yang digunakan untuk menguapkan refrigeranent Ammonia. Kapasitas yang dapat dihasilkan dari mesin tersebut untuk ketebalan 1.5 2 mm adalah 33 38 kg/h dengan temperatur es -15 O C. 2.2 Pongsid Srikhirin, Satha Aphornratana, Investigation of a diffusion absorption refrigerator Pongsid dan Satha melakukan studi eksperimental dengan membuat unit pendingin absorpsi yang memiliki kapasitas cukup besar, dengan amonia - air -helium sebagai pasangan refrigeran-absorben-gas inert-nya. Mereka melakukan tes dengan inputan kalor pada generator sebesar 1000-2500W dan didapatkan kapasitas pendinginan sebesar 100-180W.

Gambar 2.3 Grafik Dampak Refrigerasi Fungsi Inputan Kalor pada Generator. Gambar 2.8 Diagram siklus refrigerasi absorpsi efek tunggal Gambar 2.4 Laju Massa Larutan Amonia-Air fungsi Inputan Kalor Generator Didapatkan juga kesimpulan bahwa performa system dipengaruhi oleh perbandingan laju massa amoniak yang diuapkan dengan total amoniak yang tersedia di evaporator (ε). Dan untuk mendapatkan perpindahan panas yang baik diperlukan permukaan perpindahan panas yang cukup. Seperti dapat dilihat pada grafik dalam Gambar 2.3 dan 2.4 bahwa dengan inputan kalor pada generator yang makin besar maka cooling effectnya juga meningkat, yang dikarenakan mass flow dari refrigeran juga meningkat pada evaporator. Namun pada nilai inputan sekitar 1.4kW ke atas nilai dampak refrigerasi mulai konstan ini dapat disebabkan karena besar permukaan perpindahan panas yang tetap sehingga meskipun laju refrigeran naik tetapi tidak terjadi perubahan yang signifikan. 2.3 Cara kerja sistem Refrigerasi Absorpsi Ammonia-Water (NH 3 -H 2 0) Dalam perancangan ini sistem refrigerasi yang digunakan adalah sistem absorpsi dengan menggunakan amonia-air sebagai pasangan refrigeran-absorben. Pada dasarnya komponen mesin yang digunakan dalam siklus absorpsi amonia-air sama dengan yang digunakan pada siklus absorpsi pada umumnya, namun dengan tambahan sebuah komponen yang disebut dengan rectifier yang berfungsi untuk memurnikan uap amonia dari uap air yang ikut terbawa saat proses pemanasan di generator terjadi. III. Metodologi Dalam hal ini study yang dilakuakan bertempat di pelabuhan ikan Juwana, guna mendapatkan pengetahuan dan pemahaman yang jelas tentang mesin kapal ikan yang umum digunakan. Proses perencanaan diperlukan suatu kerangka perancangan sehingga akan membantu dalam pelaksanaannya nanti. Kerangka perancangan tersebut harus disusun secara sistematis dan terarah, berdasarkan permasalahan yang ditinjau. Dengan adanya kerangka perancangan ini, diharapkan proses dan hasil yang diperoleh nantinya sesuai dengan tujuan yang diinginkan. 3.1 Data Pendukung Data-data pendukung yang digunakan dalam perancangan generator dan panas gas mesin kapal penangkap ikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai dasar dalam menentukan langkahlangkah perancangan alat yang diinginkan. Data tersebut diantaranya didapatkan dari wawancara terhadap nelayan ataupun melihat langsung kapal penangkap ikan. Data pendukung lain diambil dari handbook (ASHRAE Systems and Equipment), beberapa textbook (Fundamentals Heat and Mass Transfer oleh Frank P. Incropera dan David P. DeWitt, Fundamental Engineering of Thermodynamics oleh Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro, dan Heat Exchangers Selection, Rating, and Thermal Design oleh Sadik Kakac dan Hongtan Liu) serta sumber-sumber relevan lainnya seperti sistem informasi data statistik kementerian kelautan dan perikanan. 3.2 Identifikasi Kapal Ikan Penjelasan tentang kapal ikan diperlukan untuk memperoleh data-data yang akan diperlukan untuk mengoptimalkan rancangan yang dibuat. Hal ini penting

karena tanpa data-data tentang perilaku nelayan, maka rancangan yang dibuat tidak bisa diterapkan di lapangan. Oleh karena itu untuk memperoleh data-data ini dilakukan survey dan wawancara di lapangan tepatnya pelabuhan Juwana, Pati, Jawa Tengah. Berikut data-data yang menjelaskan perilaku nelayan di lapangan : 1. Lama perjalanan berlayar selama pulang pergi adalah 12 minggu, dengan rata-rata tangkapan ikan sebanyak 8 ton setiap 2 minggu sekali. 2. Pada saat menangkap ikan mesin kapal tidak dimatikan karena digunakan untuk mengangkat jaring setiap ±3 jam penangkapan dan penangkapan ikan biasanya setiap hari dilakukan ± 5 kali tangkapan. Sehingga panas mesin yang digunakan masih bisa dimanfaatkan untuk di absorpsi ke generator. 3. Dimensi lambung kapal yang dipakai nelayan saat survey adalah 21.04 m (panjang) x 7.15 m (lebar) x 2.2 m (kedalaman geladak teratas sampai tengah kapal). Dengan ukuran setiap palka adalah 2.1 m x 3 m x 2.2 m, dengan jumlah palka pada kapal yang di survey adalah 10. Dengan kebutuhan 120 balok es, setiap 2 minggu sekali. Berat 1 balok es adalah 60 kg. 4. Nelayan ikan menganggap penggunaan system refrigerasi lebih menguntungkan mereka dari segi biaya operasional berlayar. Karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya dalam pembelian balok es. Tapi mereka mengakui tidak cukup memadai dari segi financial dalam pembelian satu unit dan pengetahuan tentang pengoperasian system refrigerasi. Nelayan juga mengakui kurang memahami tentang penerapan teknologi tersebut apalagi dengan sistem refrigerasi absorbsi. 5. Jenis-jenis tangkapan ikan yang diperoleh pada saat berlayar adalah jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis antara lain tenggiri, tongkol, remang, kakap dan manyung. Dari seluruh identifikasi perilaku nelayan yang didapatkan maka akan dapat dijadikan referensi perhitungan dalam perancangan generator absorpsi, sehingga rancangan yang dibuat menjadi layak untuk diterapkan dilapangan. 3.3 Konsep Rancangan 3.3.1 Ukuran Kapal Berdasarkan data dari surat ukur internasional yang dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan Republik Indonesia (terlampir), diketahui bahwa dimensi kapal yang di survey mempunyai panjang seluruhnya 25.35 meter dengan ukuran pokok 7.15 m (lebar) x 2.2 m (ukuran dalam terbesar di tengah kapal hingga geladak teratas). Dan Gambar 3.1 merupakan gambaran dari ruang mesin kapan ikan dengan ukuran 4.2 m x 3 m x 2.2 m. 3.3.2 Mesin Kapal Ikan Mesin kapal merupakan peralatan utama dalam kapal ikan. Selain digunakan sebagai motor penggerak untuk berlayar, mesin ini juga digunakan untuk menangkap ikan. Dalam perancangan ini, generator absorpsi di pasangkan pada exhaust mesin kapal memanfaatkan panas dari proses pembakaran pada mesin tersebut. Dan pada kapal yang disurvey, mesin yang digunakan adalah: Type : NISSAN DIESEL Model : RF-8 Max. Output : 340PS at 2200 rpm Cyl. Volume : 16.991 cc 3.3.3 Panas Gas Buang Pada proses pembakaran hanya sebagian dari total energi yang masuk dalam ruang bakar yang diubah dalam kerja mesin. Selain tenaga yang disalurkan pada crank shaft, sebagian akan terbuang melalui: 1. Aliran panas pada mesin yang disalurkan secara radiasi, konveksi, dan konduksi pada lingkungan 2. Saluran gas buang 3. Yang dipandahkan pada air pendingin Pembagian energi yang disuplai dari bahan bakar yang diubah dalam bentuk kerja tergantung pada karakteristik bahan bakar, penggunaan bahan bakar, desain pendingin, dan jenis desain mesin sehingga setiap mesin memiliki efisiensi yang berbeda. Tetapi pada umumnya 30% energi diubah menjadi daya kerja, 30% ikut hilang melalui exhaust, dan 30% ikut hilang melalui air pendingin yang digunakan untuk mendinginkan mesin ketika dijalakan. 3.4 Identifikasi Kalor yang Dilepas Gas Buang Mesin Diesel Dalam identifikasi gas buang, dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan pengukuran dan perhitungan. 1. Pengukuran Dapat dilakukan dengan menggunakan Anemometer. Dari anemometer akan diketahui kecepatan (Vg) gas buang, setelah itu dapat dikonversikan menggunakan rumus: m Gas buang = ρ gas. V g. A 2. Perhitungan Perhitungan ini dapat dilakukan dengan menggunakan reaksi pembakaran yang terjadi pada combustion.

3.6.2 Flow Chart Perancangan Gbr. 3.3 Skema combustion engine Dari Gambar 3.3 dapat kita dapatkan persamaan untuk mencari m yaitu: Gas buang Gas buang m = m bb + m udara 3.5 Pengambilan Data Temperatur Gas Buang di Mesin Kapal ikan Dalam pengambilan data dilakukan pada gas buang mesin kapal. Pengukuran temperatur dengan menggunakan thermocouple infrared. Table 3.3 Data temperatur gas buang pada mesin diesel Jam Temperatur ( o C) 08.05 270.8 08.10 273.1 08.15 272.1 08.20 276.2 08.25 273.3 08.30 279.2 08.35 272.2 08.40 278.8 08.45 275.9 08.50 279.6 08.55 275.6 3.6 Diagram Alir dan Flow Chart Perancangan Generator Absorpsi 3.6.1 Perancangan Absorber, Regenerator, Generator dengan Metode LMTD Diagram alir perancangan absorber, regenerator, generator secara garis besar sebagai berikut : 1. Memasukkan input property fluida kerja (laju perpindahan panas dan temperature). Misalkan yang diketahui laju perpindahan panas (qq gg ), temperature exhaust, temperatur evaporator yang diinginkan, temperature condersor, temperatur absorber. 2. Menganalisa konsentrasi yang terjadi pada absorber, regenerator, generator menggunakan diagram 1/T-log P 3. Mencari laju aliran massa dan LMTD 4. Memasukkan input dimensi, misalkan diameter tube, ketebalan tube, jumlah tube. 5. Mencari koefisien konveksi masing-masing fluida. 6. Mencari koefisien perpindahan panas overall. 7. Mencari pressure drop pada masing-masing sisi fluida. IV. PERANCANGAN DAN ANALISA 4.1. Perhitungan Perancangan Generator Gererator yang dirancang merupakan penukar kalor tertutup dengan dipilih konstruksi shell and tube, atas pertimbangan fluida yang digunakan pada refrigerant adalah Ammonia-Water (NH3-H2O) dan tekanan yang digunakan sekitar 14 bar. Di dalam

gererator terjadi perpindahan kalor dari exhaust yang terdapat pada sisi tube kepada refrigerant (ammoniawater) di dalam shell, dengan data temperatur yang dirancang terlihat pada table dibawah ini : Table 4.2 Data Temperatur pada Perancangan Generator Tube side Shell side Exhaust gas Th in 275 Th out 175 Ammonia-water Tc in 85 Tc out (poor solution) 180 o C 573 K o C 473 K o C 358 K o C 453 K Untuk mencari energi yang dihasilkan oleh exhaust mesin diesel yaitu dapat dicari dengan menggunakan persamaan: qq eeeehaaaaaaaa = mm gg CC PPgg TT hiiii TT hoooooo qq eeeehaaaaaaaa = 2.12 kkkk kkkk 1.061 (548 450)KK ss kkkkkk qq eeeehaaaaaaaa = 225,1 KKKK Perhitungan laju massa pada refrigerant ammonia-water pada sisi shell dapat dicari menggunakan prinsip balance energi yang terdapat pada generator. Laju massa ini dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi pada generator, maka didapatkan hasil: QQ gggggg = mm 5h 5 + mm 3h 3 mm 2h 2, dimana QQ gggggg = qq eeeehaaaaaaaa 225,12 KKKK = (mm 5. 1460 + mm 3. 720 mm 2. 150) mm 2XX 2 = mm 5XX 5 + mm 3XX 3 mm 2. 0,45 = mm 4. 0,98 + mm 3. 0,05 mm 2 = mm 5 + mm 3 Penyelesaian dari 3 persamaan diatas menghasilkan: mm 2 = 0.253 kkkk ss mm 3 = 0.144 kkkk ss mm 5 = 0.109 kkkk ss 4.1.1 Perhitungan laju perpindahan panas generator Dalam perancangan generator ini, laju perpindahan panasnya dibagi menjadi 2 zona yaitu zona heating dan evaporating yang mana dapat dilihat pada grafik distribusi temperatur (Gambar 4.2). 4.1.2 Perancangan Thermal dari Generator Jenis shell and tube Sebelum melakukan perhitungan, ditentukan terlebih dahulu data inputan awal yaitu sebagai berikut : 1. Diketahui dalam perhitungan energy yang dihasilkan oleh exhaust gas adalah 225.12 kw. 2. Refrigerasi dengan menggunakan ammoniawater dan exhaust gas sebagai penghasil energinya. Diasumsikan bahwa fluida pendingin (ammonia-water) keadaan steady masuk pada sisi shell dan exhaust gas masuk pada sisi tube dengan aliran fluidanya cross flow. Pada Perencanaan awal, ditentukan nilai-nilai seperti diameter eksternal tube, tube gauge, jumlah tube, jumlah laluan, diameter shell, square pitch, dan jarak antar baffle. Yang terlihat pada table dibawah ini : Table 4.3 Perencanaan Awal Generator Perancangan Satuan Nilai Diameter Eksternal tube (d o ) Tebal Tube m 0.0254 In 1 m 0.003404 In 0.134 Tube Gauge BWG 10 Jumlah Tube (Nt) Tube 260 Jumlah Laluan (Np) Pass 1 m 0.635 Diameter Shell (Ds) In 25 m 0.03175 Pitch size (Pt) In 1.25 Jarak antar Baffle m 0.254 (B) Perhitungan perpindahan kalor dalam perancangan ini menggunakan metode Log Mean Temperature Difference (LMTD). Metode ini berbasis pada laju (rate) perpindahan kalor dalam penukar kalor (Kakac, 1998). Metode LMTD dipilih karena data yang diperlukan sudah diketahui dan data yang direncanakan adalah temperatur. Data-data tersebut telah mencukupi untuk dilakukannya perencanaan gererator. Didapatkan hasil septi dibawah ini. Item satuan Heating nilai Evaporating Nud, shell 27.42 63.24 shell-side coefficient (ho) W/m2K 366.49 1250.54 Nud, tube 71.29 59.51 tube-side coefficient (hi) W/m2K 99.31 104.66 Clean Surface [U C ] 2 W/m K 60.53 72.00 Grafik 4.1 Distribusi Temperatur T lm o C 98.69 100.71

Ao [c] m 2 24.19 11.12 Panjang tube, L m 1.17 0.54 Press. Drop shell Pa 62.23 0.24 Press. Drop tube Pa 1684.09 2177.55 4.2 Perhitungan Perancangan Absorber Absorber yang dirancang merupakan penukar kalor tertutup, dengan konstruksi shell and tube. Di dalam absorber terjadi perpindahan kalor dari refrigerant (ammonia) dan absorben (water) yang terdapat pada sisi shell kepada coolingwater di dalam tube. Table 4.6 Data Absorber Absorber inlet oulet Ammonia (10) Water (4) Ammonia-Water (1) Ta,in = 268 K Tw, in = 363 K Tmix, out = 308 K mm aa = 0.109 kg/s mm wwwwwwwwww = 0.144 kg/s mm mmmmmm = 0.253 kg/s = 1455 kj/kg h water = 376 kj/kg h mix = -70 kj/kg h g Dasar dari perancangan termal absorber ini adalah mengetahui laju perpindahan kalor pada absorber (q a ) dan berdasarkan pada persamaan balance energy, maka didapatkan: QQ aa = mm 10h 10 + mm 4h 4 mm 1h 1 QQ aa = 0.109 xx 1455 + 0.144 xx 720 (0.253 xx 70) QQ aa = 230.499 KKKK Pada perancangan absorber ini, laju perpindahan panasnya dibagi menjadi 2 zona yaitu zona cooling dan condensing yang mana dapat dilihat pada grafik distribusi temperatur di bawah ini. Item satuan nilai Condensing Cooling Nud, shell 113.798 49.585 shell-side coefficient (ho) W/m2K 1930.156 510.236 Nud, tube 41.976 36.541 tube-side coefficient (hi) W/m2K 1221.818 1024.804 Clean Surface [U C ] T lm 2 W/m K 582.688 295.949 C 68.915 16.831 o Ao [c] m 2 3.439 23.050 Panjang tube, L m 0.191 1.283 Press. Drop shell Pa 1.137 537.037 Press. Drop tube Pa 372.429 959.574 4.3 Perancangan Thermal dari Regenerator Jenis shell and tube Sebelum melakukan perhitungan, ditentukan terlebih dahulu data inputan awal yaitu sebagai berikut : 1. Diketahui temperatur dari fluida mixture (NH 3 - H 2 O) yang dijadikan sebagai fluida sisi tube. Tabel 4.8 Temperatur sisi shell Mixture Tm in 35 o C 308 K Tm out 85 o C 358 K Telah diketahui sebelumnya bahwa laju massa fluida masuk generator adalah 0.254 kg/s. Maka beban regenerator sebesar : qq rrrrrr = mm (h mm,oooooo h mm,iiii ) qq rrrrrr = 0.254 kkkk ss 150 ( 70) kkkk kkkk qq rrrrrr = 55.66 kkkk Dari beban regenerator diatas dan dengan laju massa week solution 0.145 kg/s, temperatur keluar generator 180 o C dengan h w-in = 705 kj/kg maka dapat dilihat besarnya temperatur keluar untuk fluida week solution, yaitu Grafik 4.2 Distribusi Temperatur Absorber Perhitungan perpindahan kalor dalam perancangan ini menggunakan metode Log Mean Temperature Difference (LMTD). Metode ini berbasis pada laju (rate) perpindahan kalor dalam penukar kalor (Kakac, 1998). Metode LMTD dipilih karena data-data yang diperlukan sudah diketahui. Data-data tersebut telah mencukupi untuk dilakukannya perencanaan absorber dan didaptkan hasil qq rrrrrr = mm h ww,iiii h ww,oooooo 55.66 kkkk = 0.254 kkkk ss 705 h ww,oooooo h ww,oooooo = 333 kkkk/kkkk Untuk h w-out = 333 kj/kg, berada pada temperatur 90 o C, maka temperatur keluar dari regenerator melewati sisi shell adalah 90 o C.

Tabel 4.10 Temperatur sisi tube week solution Tw in 180 Tw out 90 o C o C 453 K 363 K 2. Pada perencanaan awal, ditentukan nilai-nilai seperti diameter eksternal tube, tube gauge, jumlah tube, jumlah laluan, diameter shell, square pitch, dan jarak antar baffle. Tabel 4.12 Inputan awal perancangan Perancangan Satuan Nilai Diameter Eksternal tube (d o ) m 0.03175 in 1.25 m 0.004572 Tebal Tube in 0.18 Tube Gauge BWG 7 Jumlah Tube (Nt) tube 31 Jumlah Laluan (Np) pass 8 m 0.38735 Diameter Shell (Ds) in 15.25 m 0.0396875 Pitch size (Pt) in 1.5625 Jarak antar Baffle (B) m 0.1 Dengan menggunakan metode Log Mean Temperature Difference (LMTD) yang berbasis pada laju (rate) perpindahan kalor dalam penukar kalor (Kakac, 1998). Data yang diperlukan sudah diketahui dan data yang direncanakan adalah temperatur. Data-data tersebut telah mencukupi untuk dilakukannya perencanaan regererator. Didapatkan hasil seperti dibawah ini. BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan tugas akhir ini maka setelah melalui beberapa proses perencanaan dan uji performansi dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Panas gas buang yang tersedia dari mesin diesel penggerak kapal 300 o C pada keadaan steady daya yang dihasilkan sebesar 225KW. 2. Hasil design absorber, regenerator dan generator yang memanfaatkan kalor dari exhaust gas dari mesin diesel dengan menggunakan analisa thermodynamics-heat transfer sebuah sistem refrigerasi absorpsi dapat dijelaskan pada tabel dibawah ini Tabel 5.1 Daya design absorber, regenerator dan generator DAYA Generator 225 KW Absorber 230 KW Regenerator 55.7 KW 3. Perancangan thermal dari absorber, regenerator dan generator refrigerasi absorpsi dihasilkan panjang tube yang diperlukan ±1,5 m 4. Dari uji performansi didapatkan hasil bahwa semakin besar panas yang diserap generator maka semakin kecil COP yang dihasilkan. Laju massa evaporator yang dapat dilepas dari generator dan panas yang dilepas absorber dipengaruhi oleh panas yang diterima generator dari exhaust gas diesel. Item satuan nilai Regenerator Nud, shell shell-side coefficient (ho) W/m2K 43.62 Nud, tube 743.06 tube-side coefficient (hi) W/m2K 42.27 Clean Surface [U C ] 2 W/m K 128.76 T lm o C 402.27 Ao [c] m 73.18 Panjang tube, L m 2.36 Press. Drop shell Pa 0.76 Press. Drop tube Pa 24.1