BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, masyarakat Indonesia yang merupakan bangsa yang multi

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kajian Tentang Keragaman Etnik Terhadap Pemahaman Keagamaan. masuknya ketidak sepakatan pemahaman keagamaan yang tajam atau

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, tiga ratus lebih suku, budaya,

TEORI KONFLIK DAN INTEGRASI SOSIAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I. Pendahuluan UKDW. Tobelo ditetapkan menjadi Ibukota Kabupaten Halmahera Utara. 4

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KONFLIK

Bimbingan dan Konseling Sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

VII KONFLIK DAN INTEGRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tersebut terkadang menimbulkan konflik yang dapat merugikan masyarakat itu. berbeda atau bertentangan maka akan terjadi konflik.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VII SEJARAH PEMEKARAN DAN PENGGABUNGAN WILAYAH Kronologi Pemekaran Wilayah Tiga Kecamatan Sejarah Terbentuknya Tiga Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mudah untuk dicapai. Kemerdekaan Indonesia diperoleh melalui perjuangan yang

TUGAS AKHIR KONFLIK DI INDONESIA DAN MAKNA PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalan lancar jika didukung oleh adanya kondisi yang aman dan tenteraman. Salah satu hal

Matakuliah : O0042 Pengantar Sosiologi Tahun : Ganjil 2007/2008 PERUBAHAN SOSIAL DAN MODERNITAS PERTEMUAN 09

BAB V PENYAJIAN DATA. 5.1 Strategi Komunikasi Tokoh Rekonsiliasi dalam menjaga stabilitas keamanan di Halmahera Utara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

BAB II KERANGKA TEORI. dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YA NG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

DINAMIKA PERUBAHAN & RESOLUSI KONFLIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Bangsa dan negara Indonesia sejak proklamasi pada tanggal 17 Agustus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ide. Fakta sosial menurut Durkheim terdiri atas dua macam yaitu: dan berpengaruh terhadap kehidupan individu.

Makalah Manajemen Konflik

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Konflik oleh beberapa aktor dijadikan sebagai salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. partai politik lokal. partai politik lokal telah menjadi instrumen utama rakyat

PERENCANAAN ANGKUTAN UMUM DI KOTA DAN KABUPATEN BERCIRIKAN KEPULAUAN STUDI KASUS DI PROVINSI MALUKU UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. dari Sabang hingga ke Merauke. Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 09 TAHUN 2007 T E N T A N G

Created by: ASMAUL KHUSNA

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN XI (SEBELAS) SOSIOLOGI STRUKTUR DAN DIFERENSIASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran ditingkat provinsi, kabupaten dan kota di Maluku utara tak

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Desa Setrojenar terletak di Kecamatan Buluspesantren, desa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok-kelompok

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia Demokrasi? MENGAPA HARUS MEKAR. Disusun Oleh : Rita Helbra Tenrini 1

EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. keseharian. Batas-batas teritorial sebuah negara seakan-akan tidak ada lagi. Setiap

Perubahan Sosial Mutia Rahmi Pratiwi Pengantar Sosiologi UDINUS Semarang

I. PENDAHULUAN. Bentrok antara kedua desa, yaitu Desa Balinuraga dengan Desa Agom, di

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada agama dan suku. Di Indonesia mempunyai enam agama yang. buku Bunyamin Molan (2015:29) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Keempat daerah khusus tersebut terdapat masing-masing. kekhususan/keistimewaannya berdasarkan payung hukum sebagai landasan

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

Perubahan Sosial dan Kebudayaan OLEH: LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. elit.(keller, 1995:31) Istilah elit sebenarnya berasal dari kata latin eligere yang

BAB II TEORI KONFLIK DAN KONSENSUS

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

ANALISA PENYEBAB TERJADINYA KONFLIK HORIZONTAL DI KALIMANTAN BARAT. Alwan Hadiyanto Dosen Tetap Program Studi Ilmu Hukum UNRIKA

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Potensi perpustakaan umum dalam menciptakan modal sosial di seluruh

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

Bercumbu Dengan Konflik RUU Penanganan Konflik Sosial Sebagai Solusi Penanggulangan Konflik di Indonesia

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Parson Tentang Perubahan Sosial. Perubahan Sosial dalam soejono soekanto (2003), adalah segala

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Igneus Alganih, 2014 Konflik Poso (Kajian Historis Tahun )

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

B. Refleksi Teoritis, tindaklanjut dan saran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Pemahaman Multikulturalisme untuk Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

KONFLIK SOSIAL Pengertian Konflik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan kebutuhan untuk meredakan ketegangan konflik dari salah satu pihak.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihindari tetapi harus diatasi atau diselesaikan bahkan. memungkinkan konflik yang diatasi dapat melahirkan kerjasama.

BAB I PENDAHULUAN. Pemekaran wilayah pemerintahan merupakan suatu langkah strategis yang

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

BAB I PENDAHULUAN. multikultural yang betul-betul berpijak pada konsep yang kuat dan tidak mudah terombangambing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JANUSITAS IMPLIKASI SOSIAL REFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

POLITIK DAN PERUBAHAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan pemekaran kabupaten Simalungun. Adanya pergantian anggota dewan untuk 5 tahun ke depan pasca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Konflik Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Menurut Karl Marx (Bernard Raho 2007:73) konflik adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Hugh Miall (2000:26) konflik adalah suatu pengejaran tujuan yang saling bertentangan dari kelompok-kelompok yang berbeda. Killman & Thomas (Sutarto. 1993; 4) menjelaskan bahwa konflik merupakan kondisi terjadinya ketidak cocokan antar nilai atau tujuan yang dicapai, baik yang ada didalam diri individu maupun dalam hubungan dengan orang lain. Menurut Webster (Dean & jeffrey,2004:9) konflik merupakan ketidak sepakatan yang tajam atau oposisi atas barbagai kepentingan, ide, dan lain-lain. Dengan kata lain bahwa konflik merupakan suatu benturan atau pertentangan kepentingan, keinginan, pendapat, tujuan dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Konflik sosial tidak hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, dan masalah kekuasaan, tetapi emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik. Menurut Coser (Noer dan Firdaus.2008;425) konflik adalah salah satu komponen penting dalam interaksi sosial. Oleh karena itu, konflik tidak perlu dihindari, sebab konflik tidak selalu negatif atau merusak. Dalam batas tertentu, konflik juga dapat menyumbang bagi kelestarian kehidupan sosial dan mempererat hubungan antar anggota. Beberapa fungsi konflik menurut Coser antara lain: a) Konflik dapat memperkuat solidaritas kelompok atau masyarakat yang agak longgar. Dalam masyarakat yang terancam disintegrasi, konflik dengan masyarakat lain bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan. b) Konflik dengan kelompok atau masyarakat lain dapat menghasilkan solidaritas didalam kelompok tersebut dan solidaritas itu bisa menghantarkan kepada aliansi-aliansi dengan kelompok atau masyarakat yang lain. c) Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota masyarakat yang terisolir menjadi berperan secara aktif. Konflik dapat berperan sebagai pemicu proses menuju pada penciptaan keseimbangan sosial melalui suatu proses tawar menawar. konflik dapat membantu menciptakan tatanan baru dalam proses interaksi sosial sesuai dengan kesepakatan bersama atau dengan proses demokrasi bahkan 1

apabila konflik dapat dikelola dengan baik sampai batas tertentu dapat dipakai sebagai alat perekat dalam kehidupan masyarakat (kehidupan bangsa). Dari beberapa definisi diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa konflik dapat mencangkup segala tindakan atau situasi yang tidak sesuai dengan keinginan, tujuan, sikap, atau perilaku yang dapat menimbulkan perpecahan, atau perkelahian antara kedua bela pihak atau lebih. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan definisi konflik menurut Karl Marx (Bernard Raho 2007:73) konflik adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan aset-aset yang bernilai. Karena pada dasarnya konflik yang terjadi di Maluku Utara disebabkan karena perebutan wilayah, yang kemudian berubah dengan mengatas namakan agama. 2.2 Tipe-tipe Konflik Menurut Abdul Syani(1987;35) ada beberapa tipe pertentangan atau konflik yang terjadi didalam kehidupan masyarakat, yaitu antara lain: a. Konflik individu, artinya konflik atau pertentangan yang hanya terbatas dalam hubungan interaksi antara dua orang. b. Pertentangan atau konflik kesukuan, artinya pertentangan yang terjadi karena adanya perbedaan suku, hal ini memungkinkan karena masing-masing merasa bahwa sukunyalah yang lebih baik. c. Pertentangan atau konflik kelas sosial, artinya pertentangan yang biasanya disebabkan oleh perbedaan-perbedaan pendapat atau kepentingan. Menurut Fisher(2001) ada beberapa tipe-tipe konflik antara lain: a. Tanpa konflik adalah situasi yang menggambarkan hubungan-hubungan antara kelompok relatif stabil dalam artian bisa saling memenuhi dan damai. b. Konflik Laten adalah suatu keadaan yang didalamnya terdapat banyak persoalan, sifatnya tersembunyi dan perlu diangkat kepermukaan agar bisa ditangani. c. Konflik Terbuka adalah situasi ketika konflik sosial telah muncul kepermukaan yang berakar dalam dan sangat nyata, dan memerlukan berbagai tindakan untuk mengatasi akar penyebab dan berbagai efeknya. d. Konflik dipermukaan adalah konflik yang memiliki akar yang dangkal atau tidak berakar dan muncul karena kesalahpahaman mengenai sasaran, yang dapat diatasi dengan meningkatkan komunikasi (dialog terbuka). Untuk kasus konflik di Maluku Utara sendiri termasuk dalam tipe konflik yang ketiga yaitu konflik terbuka. pada konflik jenis ini pihak-pihak yang berkonflik muncul semakin banyak dan aspirasi para pihak yang berkonflik cepat berkembang bagaikan epidemi. Hal ini sesuai dengan 2

penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuniarti, DKK (2004) yang menemukan bahwa konflik di maluku utara pada tahap awal adalah konflik yang bernuansa suku yang kemudian menyebar menjadi konflik yang bernuansa agama serta adanya nilai dan norma budaya yang direduksi dan dipolitisasi untuk kepentingan ekonomi dan politik kelompok. 2.3 Konflik Maluku Utara Menurut Sri Yuniarti, DKK (2004:89) bahwa konflik Maluku Utara bermula dari perkelahian antara warga desa Tahane, dan Matsa (suku Makian) melawan warga desa Sosol dan Wangeotak (suku Kao) pada tangga 19 agustus lebih tepat dianggap sebagai pertikaian antar etnis dari pada konflik agama. pada tahapan konflik berikut konflik terjadi didaerah Tobelo, Galela, Jailolo, dan Tidore sangat terlihat nuansa perpecahan agama (Kristen dan Islam). Dalam penelitiannya Jan Nanere, dkk (2000;54) menemukan sebagian orang berpendapat bahwa pertikaian bernuansa SARA di Halmahera. Bermula dari Malifut, tetepi kalau dilihat dan ditelusuri kembali ternyata pertikaian yang bernuansa SARA di Maluku Utara setelah peristiwa di Ambon, telah terjadi terlebih dahulu di Desa Talaga Kecamatan Ibu Halmahera. Pada pertengahan juni 1999 peristiwa didesa tersebut berlangsung singkat, dan beritanya tidak banyak disebarluaskan, sehingga sebagian masyarakat termasuk yang berada di Halmahera pun tidak mengetahuinya. Sebulan kemudian, pertikaian antara warga kao dan warga makian terjadi di Malifut yang merambat hampir keseluruh pelosok Maluku Utara yang berdampak sangat fatal terhadap kahidupan masyarakat setempat. Menurut Ahmad dan Oesman (2000;126) konflik yang terjadi di Maluku Utara ini telah memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan masyarakat setempat dan infastruktur ekonomi yang esensial selain dari itu masih banyak dampak negatif lain yang ditimbulkan konflik ini seperti dampak psikologis, sosial,pendidikan,dll. 2.4 Pemekaran Wilayah Pemekaran wilayah merupakan merupakan suatu pembentukan wilayah baru yang berupah salah satu organisasi atau perangkat daerah yang memiliki tujuan-tujuan tertentu.. dalam peraturan pemerintah Repoblik Indonesia (PP RI) No. 129 tahun 2000 pasal 1-4 disebutkan bahwa pemekaran daerah adalah pemecahan daerah propinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota menjadi lebih dari satu daerah. Tujuan pemekaran daerah didasarkan atas pemekaran daerah itu sendiri, yang berlandaskan PP 129/2000. Dalam Bab II pasal 2 disebutkan tujuan pemekaran daerah yakni untuk meningkatkan kesejahteraan msyarakat. Menurut HR Makagansa (2008), istilah pemekaran lebih cocok untuk mengekspresikan proses terjadinya daerah-daerah baru yang tidak lain adalah proses pemisahan diri dari suatu bagian wilayah tertentu dari sebuah daerah otonom yang sudah ada dengan niat hendak mewujudkan status administrasi baru daerah otonom. Wasistiono (2002) pemekaran wilayah dibentuk berdasarkan pada pertimbangan 3

kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial, budaya, dan pertimbangan lain yang memungkinkan mendukung terselenggaranya otonomi daerah. Sama halnya dalam peraturan pemerintah No. 129 Tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan wilayah dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan wilayah dinyatakan bahwa daerah dapat dibentuk atau dimekarkan jika memenihu syarat-syarat antaralain; kemampuan ekonomi, potensi daerah, social budaya, social politik, jumblah penduduk, luas daerah, serta pertimbangan lain yang memungkinkan terselenggaranya pemekaran daerah. Tri Ratnawati (2009) menyatakan hasil studi dari tim Bank Dunia menyimpulkan adanya empat faktor utama pemekaran wilayah di masa reformasi, yaitu : a. Motif untuk efektivitas dan efisiensi administrasi pemerintahan mengingat wilayah daerah yang begitu luas, penduduk yang menyebar, dan ketertinggalan pembangunan. b. Kecenderungan untuk homogenitas (etnis, bahasa, agama, tingkat pendapatan, dan lain-lain). c. Adanya kemanjaan fiscal yang dijamin oleh Undang-Undang (disediakannya Dana Alokasi Umum/ DAU, bagi hasil dari sumber daya alam, dan disediakannya Pendapatan Asli Daerah/ PAD). d. Motif pemburu rente (bureaucratic and political rent- seeking) para elit. Disamping itu masih ada satu motif tersembunyi dari pemekaran daerah, yang oleh Ikrar Nusa bhakti disebut sebagai gerrymander, yaitu usaha pembelahan/ pemekaran daerah untuk kepentingan parpol tertentu. 2.5 Perubahan Sosial Menurut kamus besar bahasa Indonesia perubahan berarti hal (keadaan) berubah; peralihan; pertukaran. Sedangkan sosial adalah hal yang berkenaan dengan masyarakat. Perubahan sosial adalah berubahnya struktur atau susunan sosial (kemasyarakatan) dalam suatu masyarakat. Perubahan tersebut merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap tatanan masyarakat, perubahan itu juga terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin berubah dari satu keadaan kepada keadaan lain yang lebih baik. Perubahan social menurut Emile Durkheim (Pip Jones, 2010;66) menurutnya bahwa perubahan social harus kemukakan oleh tiap masyarakat, tidak hanya fungsionalis memperhatikan secara rinci fakta bahwa perubahan benar-benar terjadi dalam masyarakat, tetapi juga gagasan modernitas-ideal modern. ia juga berpendapat bahwa perubahan sosial terjadi bukan karena orang menginginkannya, melainkan karena evolusi. Sugihen, 1996 adalah perubahan perilaku masyarakat dari suatu rekayasa social lewat upaya pembangunan, yang dilambangkan, atau diwujudkan dalam kegiatan menuju masyarakat modern. menurut Selo Soemarjan (Pamerdi,Dkk.2010;55) menyatakan bahwa perubahan social merupakan perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan 4

didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya termasuk didalamnya nila-nilai, sikap, dan pola perilaku antara kelompok dalam masyarakat. Dan bahwa perubahan sosial merupakan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Menurutnya perubahan social dapat dianalisa dari berbagai segi, yaitu: a. kearah mana perubahan tersebut bergerak (direction of change), yang mempertanyakan apakah perubahan tersebut bergerak kearah suatu bentuk yang sebelumnya telah ada b. bagaimana pembentukan perubahan sosial dan kebudayaan terjadi dalam kehidupan masyarakat. Faktor yang mendorong jalannya proses perubahan social: 1. Kontak dengan kebudayaan lain. 2. Pendidikan formal yang maju. 3. Menghargai inovasi. 4. Toleransi terhadap penyimpangan. 5. Sistem pelapisan sosial yang terbuka. 6. Penduduk yang heterogen. dan 7. Selalu berusaha yang pantang menyerah guna meningkatkan taraf hidup ke arah yang lebih baik. (http://alhada-fisip11.web.unair.ac.id) Dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi pada struktur dan fungsi dalam sistem sosial, yang mana termasuk di dalamnya aspek kebudayaan juga nilai-nilai, norma, kebiasaan, kepercayaan, tradisi, sikap, maupun pola tingkah laku dalam suatu masyarakat. Atau jika melihat adanya perbedaan keadaan yang terjadi sekarang dalam suatu masyarakat jika dibandingkan dengan keadaan dahulu, maka hal itu dapat dikatakan bahwa dalam struktur sosial masyarakat tersebut telah berubah. 5

2.6 Kerangka Pikir Desa Bale (sebelum konflik) Agama Islam Konflik (1999) Terpecah menjadi dua Agama Kristen perdamaian Desa Bale (pasca konflik) Perdamaian Desa Ori (100% beragama Islam) pemekaran tahun 2003 Desa Bale (99% beragama Kristen) Ket: 1. Proses pembagian wilayah didesa Bale dan Desa Ori pasca konflik 2 Dampak sosial masyarakat desa Bale dan desa Ori setelah pembagian wilayah pasca konflik Dalam kerangka pikir ini menjelaskan bahwa bagaimana kehidupan masyarakat desa Bale (Islam dan Kristen) sebelum konflik hidup rukun dan damai, kemudian pada akhir tahun 1999 terjadi konflik dengan mengatas namakan agama sehingga masyarakat desa Bale yang terdiri dari agama Kristen dan Islam terbelah berdasarkan agama. Tetapi pada tahun 2000 dengan upaya dari pemerintah untuk mendamaikan masyarakat yang berkonflik sehingga msyarakat desa Bale juga berdamai dan kembali ketempat mereka masing-masing. Seiring berjalannya waktu pada Pada tanggal 31 Mei 2003 terbentuknya Kabupaten Halmahera Utara (Halut) dengan ibukota Tobelo. Sejalan dengan pembentukan kabupaten baru, maka kecamatan dan desa pun dimekarkan. Sehingga desa bale juga ikut dimekarkan menjadi 2 desa yang pembagian seakan berbasis agama ( desa Bale 99% beragama Kristen dan desa Ori 100% beragama Islam). 6