INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN UNTUK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Stabilitas Hasil Tujuh Populasi Jagung Manis Menggunakan Metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI)

Daya Hasil 15 Galur Cabai IPB dan Ketahanannya terhadap Penyakit Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum

Ketahanan Penyakit Antraknosa terhadap Cabai Lokal dan Cabai Introduksi. Resistance to Anthracnose on Local and Introduction Chilies

MODEL AMMI PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K

7/18/2010 UJI MULTILOKASI TAHUN II HIBRIDA CABAI UNGGULAN IPB UNTUK PELEPASAN VARIETAS PENDAHULUAN

ANALISIS VARIAN PERCOBAAN FAKTORIAL DUA FAKTOR RAKL DENGAN METODE FIXED ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION SKRIPSI

(Bogor Agricultural University), Jl. Kamper, Kampus IPB Darmaga 16680, Indonesia. Diterima 10 Agustus 2009/Disetujui 16 November 2009 ABSTRACT

Interaksi Genotipe x Lingkungan Hasil dan Komponen Hasil 14 Genotipe Tomat di Empat Lingkungan Dataran Rendah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan

ANALISIS GENETIK DAN STUDI PEWARISAN SIFAT KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

Pewarisan Ketahanan Cabai (Capsicum annuum L.) terhadap Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum

Keywords: Factorial Experiment, CRBD, AMMI, Analysis of Variance, PCA, Biplot

Forum Statistika dan Komputasi : Indonesian Journal of Statistics. journal.ipb.ac.id/index.php/statistika

PENERAPAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA UNTUK PEREDUKSIAN PEUBAH PADA ADDITIVE MAIN EFFECT AND MULTIPLICATIVE INTERACTION GERI ZANUAR FADLI

Radiosensitivitas dan Heritabilitas Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa pada Tiga Populasi Cabai yang Diinduksi Iradiasi Sinar Gamma

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS KETAHANAN TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) TERHADAP ANTRAKNOSA

Evaluasi Daya Hasil Cabai Hibrida dan Daya Adaptasinya di Empat Lokasi dalam Dua Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan untuk inferensi statistika. Metode bootstrap mengesampingkan

Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI), Agustus 2013 ISSN

ANALISIS STABILITAS DAYA HASIL VARIETAS KEDELAI DI LAHAN SAWAH KABUPATEN MADIUN, JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan luas pertanaman dan hasil biji kedelai. Salah satu faktor pembatas bagi

Fadjry Djufry 1 ) dan Martina S. Lestari 2 ) ABSTRAK. G1009 berpeluang diusulkan sebagai varietas unggul jagung hibrida berdaya hasil tinggi.

PENGAMATAN PENCILAN PADA ANALISIS KESTABILAN GENOTIPE: ANTARA MODEL AMMI DAN METODE HUEHN

E-Jurnal Matematika Vol. 4 (3), Agustus 2015, pp ISSN:

Pendugaan Parameter Genetika Ketahanan Tanaman Cabai terhadap Penyakit Antraknosa

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE CABAI

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

Fadjry Djufry 1 dan Martina S. Lestari 2

EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

PENANGANAN KETIDAKHOMOGENAN RAGAM AKIBAT KEBERADAAN DATA EKSTRIM MELALUI PENDEKATAN EM-AMMI NADA TSURAYYA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode

STUDI PEWARISAN KARAKTER KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum) IZMI YULIANAH

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

Forum Statistika dan Komputasi, April 2010 p : ISSN :

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

KORELASI ANTARA KANDUNGAN KLOROFIL, KETAHANAN TERHADAP PENYAKIT BERCAK DAUN DAN DAYA HASIL PADA KACANG TANAH ABSTRAK

ARSYAD DAN NUR: STABILITAS HASIL GALUR KEDELAI DI LAHAN MASAM. Analisis AMMI untuk Stabilitas Hasil Galur-galur Kedelai di Lahan Kering Masam

Evaluasi Keragaan Tujuh Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) di Lahan Gambut. Mico Saputra 1, Idwar 2 dan Deviona 2 ABSTRACT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian Metode Penelitian Isolasi dan Identifikasi Cendawan Patogen

VII. PEMBAHASAN UMUM

ustabilitas Hasil Umbi Segar 15 Genotipe Ubi Kayu Menggunakan Metode AMMI Kartika Noerwijati, Nasrullah, Taryono, dan Djoko Prajitno ABSTRACT

Metode Procrustes Dalam untuk Pendugaan Heritabilitas dari Karakter Agronomik Beberapa Galur Kacang Hijau

il-iap (Cucumis melo L.) HASIL RAKITAN PUSAT KAJIAN BUAH-BUAHAN TROPIKA (PKBT) IPB PADA DUA MUSIM

ANALISIS KEUNGGULAN DAN STABILITAS GALUR MUTAN KACANG TANAH DENGAN METODE TAI DAN AMMI MOHAMAD DJ. PAKAYA

EVALUASI DAYA HASIL 11 HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI BOYOLALI. Oleh Wahyu Kaharjanti A

EVALUASI KETAHANAN 14 GENOTIPE CABAI TERHADAP INFEKSI CHIVMV (CHILLI VEINAL MOTTLE VIRUS) 1)

Pembentukan dan Evaluasi Inbrida Jagung Tahan Penyakit Bulai

STABILITAS DAN ADAPTABILITAS SEPULUH GENOTIPE KEDELAI PADA DUA BELAS SERI PERCOBAAN DENGAN METODE PERKINS & JINKS

Arya Widura Ritonga et al. (2016) J. Floratek 11 (2):

MODEL ADDITIVE MAIN EFFECTS AND MULTIPLICATIVE INTERACTION (AMMI) PERCOBAAN LOKASI GANDA PEMUPUKAN N, P, K NIKEN DYAH SEPTIASTUTI

PENERAPAN AMMI RESPON GANDA DENGAN PEMBOBOTAN KOMPONEN UTAMA PADA UJI STABILITAS TANAMAN KUMIS KUCING ANNISA

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Rancangan Penelitian

Edisi Juli 2012 Volume VI No. 1-2 ISSN

IDENTIFIKASI GEN PENANDA MOLEKULER KADAR ISOFLAVON KEDELAI HITAM ADAPTIF PERUBAHAN IKLIM

IDENTIFIKASI INTERAKSI GENOTIPE X LINGKUNGAN PADA PADI HIBRIDA BERDASARKAN RESPON GABUNGAN SUCI TIARA

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE-LINGKUNGAN DENGAN METODE AMMI PADA DATA MULTIRESPON PUNGKAS EMARANI

Daya Gabung dan Heterosis Ketahanan Pepaya (Carica papaya L) terhadap Penyakit Antraknosa *)

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

APLIKASI GGE BIPLOT UNTUK EVALUASI STABILITAS DAN ADAPTASI GENOTIPA-GENOTIPA DENGAN DATA PERCOBAAN LINGKUNGAN GANDA. E. Jambormias dan J.

EVALUASI DAYA HASIL EMPAT HIBRIDA CABAI

BAHAN DAN METODE. Bahan

UJI MULTILOKASI MELALUI ANALISIS AMMI MULTIRESPON (Studi Kasus : Penelitian Galur Tanaman Tembakau Madura)

SIMULASI RANCANGAN ACAK KELOMPOK TAK LENGKAP SEIMBANG DAN EFISIENSINYA

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI CABAI F4 DAN EVALUASI DAYA HASILNYA MENGGUNAKAN RANCANGAN PERBESARAN (AUGMENTED DESIGN)

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA

Yuni Widyastuti, Satoto, dan I.A. Rumanti

UJI KETAHANAN 14 GALUR CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum spp) DAN LAYU BAKTERI (Ralstonia solanacearum)

Pendugaan Parameter Genetik Populasi Cabai (Capsicum annuum L.) Melalui Pengujian F1 Hasil Persilangan Secara Diallel ABSTRACT

EVALUASI VIGOR DAYA SIMPAN BENIH PADA BERBAGAI GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) DENGAN METODE PENGUSANGAN CEPAT

ANALISIS GENETIK DAN STUDI PEWARISAN SIFAT KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum

Adaptasi dan Stabilitas Hasil Galur-Galur Padi Beras Merah pada Tiga Lingkungan Tumbuh

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat. Tabel 1. Keterangan mutu label pada setiap lot benih cabai merah

DAN CABANG PADA ENAM KLON KARET ABSTRACT

ANALISIS INTERAKSI GENOTIPE u LINGKUNGAN MENGGUNAKAN MODEL PERSAMAAN STRUKTURAL I GEDE NYOMAN MINDRA JAYA

Pewarisan Sifat Beberapa Karakter Kualitatif pada Tiga Kelompok Cabai

KOREKSI METODE CONNECTED AMMI DALAM PENDUGAAN DATA TIDAK LENGKAP ABSTRAK

Agrivet (2015) 19: 30-35

INTENSITAS SERANGAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum sp) PADA VARIETAS/GALUR DAN HASIL SORGUM

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

IDENTIFIKASI KETAHANAN TUJUH GENOTIP CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) TERHADAP Phytophthora capsici (PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BATANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan sebagai rujukan ada dua penelitian. Rujukan penelitian pertama yaitu penelitian Lavoranti et al.

PENDUGAAN RAGAM GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER KOMPONEN HASIL BEBERAPA GENOTIPE CABAI

PENAMPILAN MORFOFISIOLOGI AKAR BEBERAPA HASIL PERSILANGAN (F1) JAGUNG (Zea mays L.) PADA DUA MEDIA TANAM DI RHIZOTRON SKRIPSI OLEH:

Varietas Non Hibrida Cabai Besar Anies IPB. Non Hybrid Variety of Big Pepper Anies IPB

EVALUASI DAYA HASIL SEMBILAN HIBRIDA CABAI BESAR IPB DI REMBANG OLEH DIMAS PURWO ANGGORO A

STABILITAS KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU BERDASARKAN HASIL PATI

UJI KETAHANAN BEBERAPA GENOTIPE TANAMAN KARET TERHADAP PENYAKIT Corynespora cassiicola DAN Colletotrichum gloeosporioides DI KEBUN ENTRES SEI PUTIH

PRAKTIKUM RANCANGAN PERCOBAAN KATA PENGANTAR

EFETIVITAS EKSTRAK DAUN SIRIH TERHADAP INFEKSI Colletotrichum capsici PADA BUAH CABAI. Nurhayati

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

The Selection Criteria for the Improvement Chili Varieties Resistance to Phytophthora capsici Leonian

Transkripsi:

INTERAKSI GENETIK X LINGKUNGAN UNTUK KETAHANAN CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP ANTRAKNOSA YANG DISEBABKAN OLEH Colletotrichum acutatum The Genetic x Environmental Interaction for Resistance of Pepper (Capsicum annuum L.) to Anthracnose caused by Colletotrichum acutatum Muhamad Syukur1*, Sriani Sujiprihati1, Jajah Koswara1, dan Widodo2 1 Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Faperta IPB. 2 Staf Pengajar Departemen Proteksi Tanaman, Faperta IPB. ABSTRACT Appearance of a plant is determined by genetic factors, environmental factors and interactions between them. The genetic x environment interactions become an important concern for breeders, in addition to genetic factors. Purpose of this study was to examine the genetic x environment interactions for resistance of pepper to anthracnose. Materials used were 16 hybrids that were planted at three locations. Complete randomized block design (RCBD) was used with three replications. Replicates nested within location. Twenty of hot pepper that has been worn but is still green from each replication was inoculated with C. acutatum, PYK 04 isolate. Disease incidence was observed five days after inoculation. The results showed that the genotype x location interaction was significant different to resistance resistance caused by Colletotrichum acutatum PYK 04 isolate. Pepper genotypes stable in anthracnose resistant character in three selection environments was IPB CH3, IPB CH6, and IPB CH25. The genotypes were suitable for selection environment Ciherang, Leuwikopo and Tajur. Genotype IPB CH50 and IPB CH51 were suitable for selection environment Tajur. Imperial genotypes was suitable for the environment selection Ciherang. IPB CH5 and IPB CH4 CH5 were suitable for Lewikopo environment. Keywords: genetic x environmental Colletotrichum acutatum interaction, anthracnose, resistance, pepper, PENDAHULUAN Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas cabai adalah melalui program pemuliaan (Kusandriani, 1996). Pemuliaan tanaman bertujuan untuk memperbaiki karakter tanaman sesuai dengan kebutuhan manusia dengan memanfaatkan potensi genetik dan interaksi genotipe x lingkungan. Penampilan suatu tanaman ditentukan oleh faktor genetik, faktor lingkungan dan interaksi antara keduanya (Roy, 2000). Faktor genetik menjadi perhatian utama bagi para pemulia, karena faktor ini diwariskan dari tetua kepada turunannya. Oleh karena itu pengetahuan tentang genetik perlu dipahami untuk dapat memanipulasi tanaman menjadi lebih baik. Sementara itu, 25

faktor lingkungan menjadi perhatian bagi para Ekologist, dengan memanipulasi lingkungan agar tanaman dapat tumbuh seoptimal mungkin. Interaksi genetik x lingkungan menjadi perhatian penting bagi pemulia (Baihaki, 2000). Pentingnya interaksi genetik dan lingkungan digarisbawahi oleh Gauch dan Zobel (1996), bahwa jika tidak ada interaksi genetik x lingkungan, suatu varietas gandum atau padi atau tanaman lain akan dapat tumbuh dan berproduksi sama dimanapun tempat di dunia ini. Suatu percobaan hanya perlu dilakukan pada satu lokasi saja untuk mendapatkan hasil yang universal. Dengan demikian, hasil penelitian di satu tempat akan diaplikasikan di berbagai tempat. Segera setelah dapat diidentifikasi yang terbaik, tidak ada kesalahan (error), sehingga tidak diperlukan lagi ulangan. Sehingga satu ulangan saja sudah cukup untuk dapat mengidentifikasi yang terbaik yang kemudian dapat ditanam di seluruh dunia. Pentingnya interaksi genetik dan lingkungan dapat dilihat pada distribusi varietas baru pada berbagai lokasi dan perbaikan manajemen untuk meningkatkan hasil dan membandingkan hasil antara varietas lama dan varietas baru dalam satu percobaan tunggal (Mattjik, 2005). Analisis interaksi genetik dan lingkungan dapat digunakan untuk seleksi ketahanan terhadap hama dan penyakit. Jika ada interaksi antara varietas dan patogen, maka perlu untuk mengidentifikasi suatu varietas yang memiliki resistensi umum dan resistensi khusus. Jika setiap galur memiliki tingkat resistensi yang sama terhadap cekaman lingkungan (biotik atau abiotik), maka interaksi genetik x lingkungan akan berkurang. Sebaliknya, jika galur memiliki tingkat perbedaan pada lingkungan yang berbeda maka interaksi genetik x lingkungan akan tinggi (Matjjik, 2005). Interaksi genetik x lingkungan dapat digunakan untuk mendapatkan lingkungan yang cocok dalam seleksi ketahanan terhadap antraknosa pada cabai. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari interaksi genetik x lingkungan untuk ketahanan cabai terhadap antraknosa yang disebabkan oleh Colletotrichum acutatum. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2006 sampai bulan Mei 2007. Kegiatan pemurnian, perbanyakan dan pemeliharaan biakan cendawan dilakukan di Laboratorium Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman IPB. Penanaman dilakukan di kebun petani Ciherang, Kebun Percobaan IPB Leuwikopo dan Kebun Percobaan IPB Tajur II. 26

Kegiatan skrining ketahanan cabai terhadap C. acutatum dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Bahan tanaman yang digunakan adalah IPB CH1, IPB CH2, IPB CH3, IPB CH4, IPB CH5, IPB CH6, IPB CH19, IPB CH25, IPB CH28, IPB CH50, IPB CH51, Adipati, Biola, Gada, Hot Beauty, dan Imperial. Inokulum yang digunakan berasal dari biakan murni cendawan C. acutatum koleksi Laboratorium Fitopatologi Departemen Proteksi Tanaman IPB (isolat PYK 04, berasal dari Payakumbuh, Sumatera Barat). Persiapan inokulum dan inkubasi setelah inokulasi mengikuti prosedur Yoon (2003). Isolat cendawan C. acutatum ditumbuhkan pada media PDA. Setelah tujuh hari, media PDA disiram aquades dan konidia diambil dari cawan. Kepadatan inokulum diatur mencapai 5.0 x 105 konidia/ml dengan hemasitometer. Dua puluh buah cabai yang sudah tua tetapi masih hijau dari masing-masing genotipe diinokulasi dengan inokulum C. acutatum. Buah yang akan diinokulasi dicuci menggunakan akuades. Inokulasi dilakukan dengan cara menyuntikkan 2 l suspensi konidia sebanyak dua suntikan pada daerah yang berbeda (untuk buah yang berukuran < 4 cm hanya satu suntikan per buah). Buah ditempatkan di atas kawat dalam bak plastik. Untuk menjaga kelembaban, bak plastik diisi tisue basah. Bak kemudian ditutup dengan plastik hitam dan diinkubasi pada suhu 25oC selama lima hari. Kejadian penyakit diamati lima hari setelah inokulasi. Skor dan kriteria ketahanan terhadap penyakit antraknosa berdasarkan kejadian penyakit diduga menggunakan metode Yoon (2003) yang dimodifikasi (Tabel 1). Kejadian penyakit (DI) dihitung dengan rumus: DI = Keterangan : DI = n = N = n --- x 100% N kejadian penyakit jumlah buah yang terserang, yaitu jika diameter serangan > 4 mm jumlah buah yang diinokulasi Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktor tunggal dengan tiga ulangan. Ulangan tersarang dalam lokasi. Setiap genotipe pada masing-masing ulangan ditanam 24 tanaman. Untuk mengetahui bahwa genotipe dan interaksi genotipe x lingkungan berbeda nyata, maka dapat dilihat nilai F hitungnya. Jika nilai F hitung > nilai F tabel pada taraf α0.01 atau α0.05 maka perlakuan tersebut dinyatakan berbeda sangat nyata atau nyata. Untuk mengetahui lingkungan spesifik ketahanan terhadap penyakit pada populasi hibrida dilakukan analisis 27

stabilitas menggunakan Metode AMMI. Analisis ragam dan stabilitas menggunakan software SAS versi 9. Tabel 1. Skor dan kriteria ketahanan cabai merah terhadap penyakit antraknosa berdasarkan kejadian penyakit Skor Kejadian Penyakit (%) Kriteria 1 0 X < 10 Sangat Tahan 2 10 < X < 20 Tahan 3 20 < X < 40 Moderat 4 40 < X < 70 Rentan 5 X > 70 Sangat Rentan HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil analisis ragam gabungan pada populasi hibrida terlihat bahwa lokasi, genotipe dan interaksi genotipe x lokasi berpengaruh sangat nyata terhadap ketahanan penyakit antraknosa isolat PYK 04 (Tabel 2). Hal tersebut memungkinkan dilakukan analisis AMMI untuk ketahanan cabai terhadap penyakit antraknosa isolat PYK 04. Tabel 2. Analisis Ragam Ketahanan 16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PYK 04 di Tiga Lokasi Sumber Keragaman Lokasi Ulangan (lokasi) Genotipe Genotipe x Lokasi Galat db 2 6 15 30 90 Kuadrat Tengah 0.804 ** 0.250 0.073 ** 0.045 * 0.025 Keterangan: ** = berbeda nyata pada taraf 1% Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat ketahanan cabai terhadap antraknosa isolat PYK 04 sangat dipengaruhi oleh faktor lokasi, genotipe dan interaksi antara genotipe dan lokasi. Jika dilihat dari sumbangan keragaman yang diberikan oleh masing-masing sumber keragaman terlihat bahwa pengaruh lokasi merupakan penyumbang terbesar, kemudian disusul oleh pengaruh genotipe dan pengaruh interaksi genotipe dan lingkungan (Tabel 2). Dengan demikian tingkat ketahanan cabai terhadap antraknosa isolat PYK 04 akan sangat tergantung pada kondisi lingkungan dimana cabai tersebut ditanam, juga ditentukan oleh jenis genotipe yang ditanam. 28

Rata-rata ketahanan cabai Imperial terhadap antraknosa isolat PYK 04 relatif lebih baik dibandingkan genotipe lain yang diuji di lokasi Ciherang. Di lokasi Leuwikopo, genotipe yang paling tahan terhadap antraknosa isolat PYK 04 adalah IPB CH4 (Tabel 3). Menurut Vargas et al. (1998) interaksi genotipe dan lingkungan yang nyata akan mempengaruhi ekspresi tanaman. Ini artinya genotipe yang sama akan memberikan respon yang berbeda pada lingkungan yang berbeda. Tabel 3. Ketahanan *) 16 Cabai Hibrida terhadap Penyakit Antraknosa Isolat PYK 04 di Tiga Lokasi Ciherang Leuwikopo Tajur Genotipe Ketahanan Kriteria Ketahanan Kriteria Ketahanan Kriteria IPB CH1 0.667 M 0.423 R 0.433 R IPB CH2 0.717 M 0.333 R 0.567 R IPB CH3 0.567 R 0.337 R 0.433 R IPB CH4 0.683 M 0.617 M 0.300 R IPB CH5 0.433 R 0.377 R 0.033 SR IPB CH6 0.483 R 0.227 SR 0.333 R IPB CH19 0.500 R 0.470 R 0.500 R IPB CH25 0.633 M 0.353 R 0.467 R IPB CH28 0.600 M 0.240 SR 0.433 R IPB CH50 0.467 R 0.183 SR 0.467 R IPB CH51 0.317 R 0.000 SR 0.500 R Adipati 0.767 M 0.250 SR 0.533 R Biola 0.417 R 0.340 R 0.400 R Gada 0.533 R 0.350 R 0.433 R Hot SR R Beauty 0.517 R 0.200 0.367 Imperial 0.867 T 0.363 R 0.433 R Keterangan: *) = 1 KP/100. ST = sangat tahan, T = tahan, M = moderat, R = rentan, SR = sangat rentan Hasil penguraian bilinier terhadap matriks pengaruh interaksi dari data ketahanan terhadap antraknosa isolat PYK 04 diperoleh nilai singular (vektor ciri) sebagai berikut: 0.5688, 0.3608 dan 0.000. Dari nilai singular tersebut terlihat bahwa banyaknya komponen yang dapat dipertimbangkan untuk model AMMI adalah komponen ke-1 sampai komponen ke-2. Kontribusi ragam yang dapat diterangkan oleh masing-masing KUI berturut-turut adalah 71.30% dan 28.70% Berdasarkan nilai kontribusi keragaman tersebut terlihat bahwa dua komponen menerangkan keragaman pengaruh interaksi, yaitu sebesar 100%. Berdasarkan metode postdictive succes ketahanan cabai terhadap antraknosa isolat PYK 04 diperoleh satu KUI yang nyata yaitu dengan nilai F sebesar 2.440 serta nilai 29

peluang nyata sebesar 0.004 (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa ketahanan cabai terhadap antraknosa isolat PYK 04 dapat diterangkan dengan menggunakan model AMMI1, akan tetapi untuk memudahkan visualisasi digunakan dua komponen (AMMI2). Tabel 4. Analisis Ragam AMMI2 16 Genotipe Cabai Hibrida Karakter Ketahanan terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 pada Tiga Lokasi Sumber Keragaman db JK KT Lokasi 2 1.610 0.800 Ulangan (Lokasi) 6 1.500 0.250 Genotipe 15 1.100 0.070 Genotipe*Lokasi 30 1.360 0.050 IAKU1 16 0.970 0.060 IAKU2 14 0.390 0.030 Galat 90 2.240 0.020 Total 143 7.810 Keterangan: IAKU = interaksi antar komponen utama F-Hitung 3.220 10.040 2.940 1.820 2.440 1.120 Nilai P 0.112 0.000 0.001 0.016 0.004 0.351 Dalam menyajikan pola tebaran titik-titik genotipe dengan kedudukan relatifnya pada lokasi maka hasil penguraian nilai singular diplotkan antara satu komponen genotipe dengan komponen lokasi secara simultan. Penyajian dalam bentuk plot yang demikian disebut biplot. Biplot AMMI meringkas pola hubungan antar galur, antar lingkungan, dan antara galur dan lingkungan. Biplot tersebut menyajikan nilai komponen utama pertama dan rataan. Biplot antara nilai komponen utama kedua dan nilai komponen utama pertama bisa ditambahkan jika komponen utama kedua tersebut nyata (Gauch, 1992; Sumertajaya, 1998). Biplot AMMI2 sebagai alat visualisasi dari analisis AMMI dapat digunakan untuk melihat genotipe-genotipe stabil pada seluruh lokasi uji atau spesifik pada lokasi tertentu. Genotipe dikatakan stabil jika berada dekat dengan sumbu, sedangkan genotipe yang spesifik lokasi adalah genotipe yang berada jauh dari sumbu utama tapi letaknya berdekatan dengan garis lokasi (Mattjik dan Sumertajaya, 2002; Sujiprihati et al, 2006a). Dengan demikian genotipe-genotipe cabai stabil pada karakter ketahanan terhadap antraknosa isolat PYK 04 di tiga lingkungan seleksi adalah genotipe IPB CH3, IPB CH6, dan IPB CH25. Genotipe genotipe tersebut cocok untuk lingkungan seleksi Ciherang, Leuwikopo dan Tajur. Genotipe IPB CH50 dan IPB CH51 cocok untuk lingkungan seleksi Tajur, genotipe Imperial cocok untuk lingkungan seleksi Ciherang dan Genotipe IPB CH4 dan IPB CH5 cocok untuk lingkungan seleksi Lewikopo (Gambar 1). 30

Gambar 1. Biplot Pengaruh Interaksi Model AMMI2 untuk Ketahanan Cabai Terhadap Antraknosa Isolat PYK 04 Respon genotipe tanaman berbeda-beda terhadap lingkungan yang berbeda. Ada empat respon tanaman terhadap lingkungan yang berbeda yaitu (1) tidak responsif terhadap perubahan lingkungan, (2) toleran, (3) stabil dan (4) adaptasi tinggi (Sujiprihati et al, 2006b). Pada penelitian ini, respon tanaman akan berbeda terhadap lingkungan yang berbeda. Sebagai contoh, IPB CH-2 sangat tahan terhadap antraknosa yang disebabkan oleh C. acutatum isolat PYK 04 jika ditanam di Ciherang, sangat rentan jika ditanam di Leuwikopo dan moderat jika ditanam di Tajur. Ciherang mewakili lahan sawah beririgasi, Leuwikopo mewakili lahan marjinal dan Tajur mewakili lahan subur bukan sawah. Penanaman pada beberapa lokasi dapat menduga ragam interaksi genotipe x lingkungan, sehingga pendugaan ragam genetik akan lebih baik dibandingkan jika ditanam hanya pada satu lokasi. Akan tetapi pendugaan ragam genetik akan lebih baik lagi jika populasi uji ditanam pada minimal dua lokasi dan dua musim, sehingga interaksi genotipe x lingkungan, genotipe x musim dan genotipe x musim x lingkungan dapat dipisahkan (Baihaki, 2000). KESIMPULAN Lokasi, genotipe serta interaksi genotipe dengan lokasi berpengaruh sangat nyata terhadap ketahanan penyakit antraknosa isolat PYK 04 dan PSG 07. Genotipe-genotipe cabai stabil pada karakter ketahanan terhadap antraknosa isolat PYK 04 di tiga lingkungan seleksi adalah genotipe IPB CH3, IPB CH6, dan IPB CH25. Genotipe genotipe tersebut cocok untuk lingkungan seleksi Ciherang, Leuwikopo dan Tajur. Genotipe IPB CH50 dan IPB CH51 cocok untuk lingkungan seleksi Tajur, genotipe Imperial cocok untuk lingkungan seleksi Ciherang dan Genotipe IPB CH4 dan IPB CH5 cocok untuk lingkungan seleksi Lewikopo. 31

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada : (1) Tim Program Penelitian Fundamental yang dibiayai oleh Direktorat Pendidikan Tinggi, Depdiknas dengan kontrak No. 317/SP3/PP/DP2M/II/2006 a.n Sriani Sujiprihati, (2) Tim Program Penelitian Kerjasama Faperta-AVRDC 2006. DAFTAR PUSTAKA Baihaki, A. 2000. Teknik rancang dan analisis penelitian pemuliaan [Diktat Kuliah]. Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran, Bandung. 91 hal. Gauch, H.G Jr and R.W. Zobel. 1996. AMMI analysis of yield trials. Di dalam: Kang MS, Gauch HG Jr. Editor. Genotype by environment interaction. CRC Press, Florida. hlm 85-122. Gauch, H.G Jr. 1992. Statistical analysis of regional yield trials: AMMI analysis of factorial designs. Elsevier science publisher C.V., Amsterdam. 278 hal. Mattjik, A.A. 2005. Interaksi Genotipe dan Lingkungan dalam Penyediaan Sumberdaya Unggul [Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Biometrika]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 124 hal. Mattjik, A.A. dan I.M. Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan dengan aplikasi SAS dan Minitab. Ed ke-2. IPB Press, Bogor. 225 hal. Roy, D. 2000. Plant breeding, analysis and exploitation of variation. Narosa Publishing House, New Delhi. 701 hal. Sujiprihati, S., M. Syukur, R. Yunianti. 2006a. Analisis stabilitas hasil tujuh populasi jagung manis menggunakan metode Additive Main Effect Multiplicative Interaction (AMMI). Bul. Agron. 34(2): 93-97. Sujiprihati, S., M. Syukur, R. Yunianti. 2006b. Penampilan karakter kuantitatif dan stabilitas hasil tujuh genotipe jagung manis di empat lokasi. Gakuryoku, 12(2): 143-146. Sumertajaya, I.M. 1998. Perbandingan model AMMI dan regresi linier untuk menerangkan pengaruh interaksi percobaan lokasi ganda [Tesis]. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Vargas, M., J. Crossa, K. Sayre, M. Reynolds, M. E. Ramirez, and M. Talbot. 1998. Interpreting Genotype x Environment Interaction in Wheat by Partial Least Square Regression. Crop Sci. 38 (3) : 379 689. Yoon, J.B. 2003. Identification of genetic resources, interspecific hybridization, and inheritance analysis for breeding pepper (Capsicum annuum) resistant to anthracnose. [PhD]. Seoul Natl Univ., Seoul. 137 hal. 32