BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap jenis pembedahan akan menimbulkan nyeri. Penanganan nyeri pascaoperasi yang tidak adekuat dan ditangani dengan baik akan menyebabkan perubahan klinis dan psikologis sehingga meningkatkan morbiditas, mortalitas, dan dapat menurunkan kualitas hidup pascaoperasi (Harsoor, 2011; Ramsay 2000; Seeling 1993). Nyeri yang tertangani dengan baik meningkatkan mobilisasi awal pada pasien, dan meningkatkan kenyamanan pada pasien (Kodali, 2015). Jika dibandingkan sekilas, nampak lebih mahal, namun jika di total secara keseluruhan biaa rumah sakit, maka penggunaan TAP block jauh lebih murah. Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa nyeri akut pascaoperasi dialami sekitar 80% pasien. Dari jumlah tersebut, 86% mengalami nyeri hebat atau ekstrim, dan dialami setelah keluar dari rumah sakit (Apfelbaum, 2003). Nyeri akut pascaoperasi yang tidak tertangani dengan baik merupakan faktor resiko utama untuk nyeri kronik (Crombie, 1998; Katz, 2009). Sebuah laporan pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sebanyak 40% dari 5130 pasien yang mengalami nyeri kronik di Inggris berasal dari nyeri yang tidak tertangani dengan baik setelah trauma atau pembedahan (Ballantyne, 2011). Angka kejadian nyeri kronik setelah pembedahan mayor diperkirakan berkisar antara 20% sampai 50% (Macrae, 2008; Pan, 2007). 1
2 Nyeri pascaoperasi merupakan hal yang sering dikeluhkan pada operasi seksio sesarea (Kuczkowski, 2011). Meskipun operasi seksio sesarea memiliki karakteristik yang sama dengan pembedahan abdomen bawah lainnya, manajemen nyeri pascaoperasi seksio sesarea berbeda dengan nyeri pada pembedahan lainnya, terutama karena wanita memerlukan waktu sembuh yang lebih cepat karena harus segera merawat bayi. Pilihan tehnik dan obat analgetik pascaoperasi seksio sesarea harus tepat sehingga tidak menurunkan kesadaran dan kemampuan untuk berjalan. Selain itu obat yang digunakan juga dapat mempengaruhi janin dan bayi melalui sirkulasi plasenta atau menyusui (Cancado, 2012; Lavand homme 2006; Orbach-Zinger, 2014). Data yang didapatkan dari tim Acute Pain Service (APS) RSUP Sanglah pada bulan Januari sampai bulan Juni 2015, dari 292 pasien pascaoperasi seksio sesarea membuktikan bahwa pasien yang pada hari pertama diberikan analgetik opioid kuat kontinyu intravena, memiliki kualitas hidup yang lebih baik dan angka visual analogue scale (VAS) yang jauh lebih rendah pada hari kedua apabila dibandingkan dengan pasien yang pada hari pertama hanya menggunakan bolus analgetik pascaoperasi menggunakan opioid lemah intravena intermiten Pendekatan multimodal sebagai analgetik perioperatif menunjukkan hasil output yang jauh lebih baik, jika dibandingkan dengan modalitas analgetik tunggal (Miller, 2010; Morgan, 2012). Transversus Abdominis Plane (TAP) block, sebagai komponen regimen analgetik multimodal, memberikan analgesia yang sangat baik dibandingkan dengan blok plasebo hingga 48 jam pascaoperasi setelah operasi elektif histerektomi abdominal total (Baaj, 2010; Carney, 2008). TAP
3 block merupakan tehnik anestesia regional yang baru dan cepat berkembang, tehnik ini dilakukan dengan memberikan injeksi bolus tunggal anestesi lokal dengan volume yang banyak untuk menghambat saraf aferen somatik sebelum keluar dari TAP menuju ke dinding abdomen anterior dari dermatom T7 hingga L1 (Jankovic, 2008; Mukhtar, 2009). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa TAP block efektif sebagai analgetik pascaoperasi, menurunkan konsumsi morfin, dan memperbaiki kenyamanan pasien (Baaj, 2010; Ismail, 2012; Kelly, 2011; McDonnell, 2008; Onishi, 2013; Singh, 2013). Bupivakain merupakan obat anestesi lokal yang dipakai secara luas di dunia dan merupakan analgetik lokal pilihan pada TAP block. (Cox, 1998; Miller 2010; Morgan, 2012; Longnecker, 2008; Stoelting 2008; Webb, 2009). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan diatas, maka timbul suatu permasalahan sebagai berikut: - Apakah tindakan tranversus abdominis plane block menggunakan bupivakain dapat mengurangi nyeri pascaoperasi seksio sesarea? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas TAP block untuk mengurangi nyeri pascaoperasi seksio sesarea. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
4 - Mengetahui tindakan transversus abdominis plane (TAP) block dapat mengurangi nyeri pascaoperasi seksio sesarea, yang diukur menggunakan visual analogue score (VAS). - Mengetahui konsumsi opioid morfin pada jam ke 6, 12, 18, dan 24 sehingga dapat digunakan sebagai panduan pemberian analgetik yang baik bagi pasien pascaoperasi seksio sesarea. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diambil adalah sebagai berikut: - Untuk mengetahui apakah tindakan transversus abdominis plane block dapat mengurangi nyeri pascaoperasi seksio sesarea yang diukur menggunakan visual analogue score (VAS). - Mengetahui konsumsi opioid morfin pada pasien pascaoperasi seksio sesarea. - Sebagai acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.4.1 Manfaat teoritis - Dapat memberikan sumbangan kepada dunia kedokteran khususnya anestesi dalam menggunakan transversus abdominis plane block untuk pasien pascaoperasi seksio sesarea - Sumber informasi dalam menjelaskan tehnik transversus abdominis plane block
5 1.4.2 Manfaat praktis Masyarakat terutama pasien dengan operasi seksio sesarea dapat diberikan pilihan untuk dilakukan transversus abdominis plane block apabila penelitian menunjukkan hasil yang berarti secara statistik. Bagi peneliti, penelitian ini dapat membantu meningkatkan kemampuan dan pemahaman tindakan transversus abdominis plane block. Membantu memberikan penanganan nyeri pascaoperasi.