BAB I PENDAHULUAN. secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh

dokumen-dokumen yang mirip
warga negara yang memiliki kekhususan dalam pemenuhan kebutuhan pendidikannya. Salah satu usaha yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan khusus

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afektif, maupun psikomotorik. Kenyataannya pendidikan yang dilakukan pada

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suatu masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta

Diajukan Oleh : DAMAR CAHYO JATI J

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersikap tenang dalam menghadapi ujian nasional. Orangtua dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. anak mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan pola asuh yang tepat

KONTRIBUSI KONSEP DIRI DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN SISWA SMA GAMA YOGYAKARTA TAHUN 2009 TESIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tua, lingkungan masyarakat sekitarnya, dan negara. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No 20 Tahun 2003 Bab I Pasal 1

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, sudah seharusnya memberi dampak yang baik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Undang-undang Dasar Negara Republik. yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Oleh : Fistika Sari A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan aktivitas dalam bidang-bidang pendidikan. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu

BAB I PENDAHULUAN. diukur menggunakan instrumen yang relevan. Banyak faktor yang

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas adalah melalui pendidikan. Salah satu upaya membina dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

Kode Etik Guru Indonesia

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. belajar di sekolah. Hal ini sesuai pendapat Ahmadi (2005) yang menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONTRIBUSI PEMANFAATAN WAKTU BELAJAR, INTENSITAS KUNJUNGAN PERPUSTAKAAN, DAN KECERDASAN EMOSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu penggunaan komputer telah menjadi suatu hal yang diperlukan baik di

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara terbuka di era global sehingga dapat meningkatkan

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH TATA TERTIB DAN BIMBINGAN WALI KELAS TERHADAP PENEGAKAN KEDISIPLINAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN KONSEP DIRI SISWA BERPRESTASI TINGGI DENGAN BERPRESTASI RENDAH SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan negara. Pendididkan memiliki peranan yang sangat penting pada

BAB I PENDAHULUAN. Ketrampilan sosial merupakan kemampuan individu untuk bergaul dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang pendidikan tidak lepas dari berbicara tentang hasil

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berbeda dengan orang dewasa, baik secara fisik maupun psikologis. Sementara anak cenderung di dominasi oleh pola pikir yang bersifat egosentrik, maka orang dewasa sudah mampu berpikir empati dan sosial. Begitu juga dalam aspek daya pikir, anak masih sangat terbatas pada hal yang konkret, sedangkan orang dewasa sudah mampu berpikir abstrak dan universal. Pertumbuhan dan perkembangan pada anak berlangsung secara bertahap dan bersifat holistik (menyeluruh), artinya pertumbuhan dan perkembangan itu tidak hanya dalam aspek biologis, kognitif dan psikososial. Karena adanya perbedaan tingkat perkembangan intelektual, karakteristik dan kebutuhan anak yang kemudian juga mengakibatkan adanya perbedaan kebutuhan bimbingan belajar yang diberikan kepada anak. Ketika pendidikan dalam keluarga dianggap belum bisa menjamin seseorang itu berhasil dalam masa depannya dan di masyarakat sekolah menjadi pilihan utama, memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan tentunya semua orang tua mengharapkan anaknya dapat mengukir prestasi di sekolah. Namun, pada kenyataannya tidak semudah yang dibayangkan. Ketika anak keluar darai masyarakat kecil (keluarga), kemudian memasuki lingkungan masyarakat yang agak luas (sekolah) banyak kendala yang harus 1

2 dihadapi anak, mulai dari beradaptasi dengan lingkunagn barunya, temanteman baru, guru, dan mata pelajaran di sekolah. Berbicara masalah pendidikan, salah satu faktor penunjang keberhasilan terletak pada guru sebab guru merupakan ujung tombang di bidang pendidikan formal. Guru sebagai profesi dituntut untuk memiliki kompetensi profesional dan pesonal sebagai prasyarat performannya. Guru yang profesional dalam mengelola pendidikan dan pengajaran diharapkan menghasilkan keluaran/lulusan pendidikan yang berkualitas. Proses penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi berlangsung lebih cepat bila dibandingkan dengan proses pembentukan sikap dan mental manusia. Pendidikan untuk membentuk sikap mental manusia memerlukan waktu yang relatif lama. Oleh karena itu ada keseimbangan alokasi waktu dalam sistem pendidikan, agar jalannya proses pendidikan ilmu pengetahuan dan teknologi seiring dengan proses pembentukan mental melalui Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto (2003: 98) mengatakan tugas guru sebagai berikut: 1. Mendidikan anak dengan titik berat memberikan arah dan motifasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang. 2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai. 3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri dan lebih dari itu bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid, dan dapat merangsang murid untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Lebih lanjut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2001: 109) mengungkapkan bahwa peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar

3 menjadi pembimbing tugas dan tanggung jawab yang ke dalamnya termasuk fungsi guru sebagai perancang pengajaran, pengelola pengajaran, motivator belajar dan sebagai pembimbing. Untuk dapat mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional tersebut, diperlukan penciptaan suasana dan faktor-faktor yang menunjang tercapainya tujuan Pendidikan Nasional tersebut. Salah satu faktor yang sangat menentukan adalah guru. Begitu pentingnya peranan guru dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional karena guru bukan hanya sekedar sebagai sumber ilmu, guru juga sebagai orang tua kedua bagi anak didiknya. Dengan demikian guru ikut pula membentuk sikap dan perilaku anak didiknya, setidaknya di dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di luar sekolah guru harus dapat memberi contoh yang baik kepada anak didiknya. Oleh karena itu, untuk mengurangi atau menekan tingkat penyimpangan perilaku anak hiperaktif, guru hendaknya lebih berhati-hati dan memperhatikan tingkah laku anak didiknya. Karena di dalam lingkunagn sekolah mendidik anak adalah tugas utama dari guru. Oleh karena itu guru harus tahu ke kehidupan yang mana anak akan diarahkan, sehingga guru perlu menguasai prinsip-prinsip psikologi anak, khususnya bagi anak yang mengalami penyimpangan perilaku hiperaktif. National Institute of Mental Health (2003: 17), Gangguan hiperaktif merupakan salah satu kelainan yang sering dijumpai pada kasus-kasus psikiatri anak, yang ditandai dengan: kurangnya perhatian pada satu bentuk kegiatan tertentu, tidak dapat duduk dengan tenang, bergerak tanpa arah dan tujuan, dan tidak pernah menyelesaikan suatu pekerjaan dengan tuntas. Jika

4 tidak tertangani dengan segera akan berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan dalam bersosialisasi serta kemampuan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Dalam perkembangannya seorang anak dengan kelainan ini akan terjadi depresi, rendah diri dan beberapa masalah emosi yang tidak terkendali. Agar perkembangan anak hiperaktif bisa kembali seperti anak normal atau setidaknya bisa berkurang hiperaktifitasnya dan dapat berkomunikasi/ menjalin hubungan baik dengan orang-orang disekitarnya maka anak hiperaktif perlu mendapatkan pendidikan, pengasuhan dan penanganan secara khusus sejak dini, salah satunya adalah dengan terapi. Selama ini pelayanan pendidikan untuk anak hiperaktif atau anak yang berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia lebih cenderung dimasukkan kependidikan anak terbelakang mental/tunagrahita, padahal anak hiperaktif memerlukan pendidikan spesifik, demikian juga dengan kebutuhan gurugurunya. Akibatnya anak hiperaktif yang IQ nya normal atau di atas normalpun tidak mendapat pendidikan yang maksimal atau sesuai dengan kebutuhan, lebih-lebih terhadap anak hiperaktif yang disertai IQ di bawah rata-rata. Menurut penelitian di Virginia University, Amerika Serikat, kemampuan menerima pengetahuan (Cognitive Ability) anak hiperaktif 20% masih menunjukkan kemampuan berpikir yang normal atau di atas normal, sedangkan 80% menunjukkan IQ di bawah rata-rata (ringan, sedang, dan berat). Untuk itu peran pendidik (orang tua, guru, dan orang dewasa lain)

5 sangat diperlukan dalam upaya penyembuhan anak hiperaktif. Walaupun dibutuhkan kesabaran, energi, memakan waktu yang cukup lama dan biaya yang tidak sedikit, namun dengan dilakukannya terapi secara intensif akan membantu penyembuhannya dan secara bertahap hiperaktifitasnya akan berkurang. Dalam hal mendidik anak, disamping aspek spiritual seperti pemberian kasih sayang juga harus ada keseimbangan dengan aspek moral. Dengan pembentukan moral yang mengarah pada penanggulangan kenakalan siswa dapat dilakukan dengan memasukkan anak ke dalam susuan etis yang berlaku dengan jalan membiasakan hidup etis dan tetap, sehingga anak menghayati ukuran dan batas-batas dari perilaku etis. Secara langsung pendidikan etis dicapai dengan pelajaran yang membentuk tanggapan dan fikiran yang memberi motivasi bagi kemajuan etis. Pendidikan dan pembentukan moral anak dewasa ini sangat diperlukan, disamping juga pemberian kasih sayang di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, di mana anak dapat mengaplikasi sikap, tingkah laku, norma dan moral yang telah didapat melalui pendidikan keluarga sebelum anak mengenal dan berkembang dalam pergaulan sosial melalui contoh-contoh yang baik dan konsisten dari lingkungannya. Dari berbagai faktor tersebut, maka penulis ingin menitik beratkan penelitian ini pada faktor individu-individu yang terlibat langsung pada proses belajar di sekolah yaitu siswa sebagai objek langsung yang berkenaan dengan penyimpangan perilaku hiperaktif khususnya yang sering banyak dilakukan oleh siswa.

6 Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat diungkapkan dalam penelitian ini permasalahan yang dihadapi dalam mengatasi penyimpangan perilaku hiperaktif siswa. Atas dasar latar belakang masalah di atas maka penulis mengambil judul skrispsi: Usaha Guru dalam Mengatasi Penyimpangan Perilaku Hiperaktif di Sekolah pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Segorogunung, kecamatan Ngargoyoso Kebupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. B. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut : 1. Penyimpangan perilaku hiperaktif siswa akan dapat menghambat prestasi belajar, maka harus diatasi sejak dini. 2. Penanggunlangan penyimpangan perilaku hiperaktif siswa memerlukan teknik-teknik tertentu yang harus dilakukan dengan penuh hati-hati dan memerlukan kesabaran, pengetahuan dan pengalaman. 3. Tidak semua guru dapat mengatasi perilaku menyimpang yang dilakukan siswanya, karena itu perlu adanya penanganan khusus terhadap siswa yang nakal. 4. Siswa merupakan aset bangsa yang perlu dibina agar dapat menjadi generasi penerus bangsa yang mempunyai kepribadian dan sikap sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat yang berlandaskan jiwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

7 C. Pembatasan Masalah Penelitian ini diharapkan dapat terarah dengan benar dan pembahasannya tidak menyimpang dari judul yang telah ditetapkan. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian ini hanya berfokus pada lingkup guru dalam mengatasi penyimpangan perilaku hiperaktif siswa. 2. Upaya guru dalam penelitian ini terbatas pada usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi penyimpangan perilaku hiperaktif siswa SD Negeri 02 Segorogunung Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. 3. Penyempangan yang dimaksud terbatas pada penyimpangan perilaku hiperaktif dilakukan siswa SD Negeri 02 Segorogunung kecamatan NgargoyosoKabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2011/2011. D. Fokus Masalah Agar pelaksanaan penelitian sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai, maka ditetapkan tujuan sebagai berikut: Bagaimanakah upaya guru dalam mengatasi penyimpangan perilaku hiperaktif anak sekolah pada siswa kelas V SD Negeri 02 Segorogunung Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011?.

8 E. Tujuan Penelitian Menelaah latar belakang maupun permasalahan dalam penelitian ini, maka penelitian yang penulis lakukan bertujuan : Untuk mengetahui upaya guru dalam mengatasi penyimpangan perilaku hiperaktif anak sekolah pada siswa kelas V SD Negeri 02 Segorogunung Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar tahun pelajaran 2010/2011. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini harapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bahan masukan bagi guru akan pentingnya pendidikan moral sehingga siswa memiliki semangat yang tinggi untuk melakukan perbuatan yang baik dan menghindari perbuatan yang kurang baik. 2. Dapat dijadikan sebagai sumbangan/masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan baik untuk Universitas Muhammadiyah Surakarta khususnya maupun masyarakat pada umumnya. G. Sistematika Skripsi Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian. Bab II Landasan teori, berisi tentang tinjauan guru, tinjauan tentang kenakalan, dan tinjauan tentang anak hiperaktif.

9 Bab III Metodologi penelitian, berisi tentang pengertian metodologi penelitian, populasi, sampel dan sampling, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab IV deskripsi data dan analisis data berisi tentang deskripsi data dan analisis data. Bab V Kesimpulan, implikasi dan saran, berisi tentang kesimpukan, implikasi dan saran.

10 H. Daftar Istilah Daftar istilah ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan salah tafsir, maka perlu adanya daftar istilah sebagai berikut: 1. Usaha Menurut Poerwodarminto (2000: 12), usaha adalah kegiatan bekerja dalam rangka menuntut sesuatu. 2. Guru Guru adalah orang yang pekerjaannya, mata pencahariannya, profesinya untuk mengajar (2000: 288). 3. Mengatasi Merupakan usaha atau tindakan yang dilakukan petugas bimbingan konseling dalam menciptakan sikap perilaku siswanya sesuai norma ketertiban yang telah ditetapkan sekolah. 4. Perilaku menyimpang Artinya adalah kelakuan atau perbuatan siswa yang melanggar aturan sekolah, tata krama dan norma-norma serta tata tertib sekolah. 5. Siswa Siswa yang dimaksudkan adalah pelajar pada SD Negeri 02 Ngargoyoso Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar yang duduk di kelas VI Tahun pelajaran 2010/2011.