BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap independen, menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat menghasilkan audit yang dapat diandalkan bagi pihak yang membutuhkan. Agar dapat meningkatkan sikap profesionalisme didalam melaksanakan audit atas laporan keuangan. Kebutuhan pemakaian laporan keuangan atas informasi keuangan yang bebas dari resiko informasi hanya dapat terpenuhi melalui audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh akuntan publik yang independen. Seorang auditor dalam proses audit memberikan opini tidak terlepas dari judgement materialitas. Konsep materialitas berkaitan dengan seberapa besar salah saji yang dapat diterima oleh auditor agar pengguna laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut (D Souza, 2005). Dalam melakukan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan mutlak (assurance) untuk klien atau pemakai laporan keuangan lainnya, bahwa hasil dari laporan keuangan auditan tersebut bersifat akurat. Hal ini dikarenakan bahwa auditor tidak dapat memeriksa semua transaksi yang terjadi, telah dicatat, diringkas, digolongkan dan dikompilasikan secara semestinya kedalam laporan keuangan (Kirana, 2010). 1
2 Audit merupakan jasa profesi yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik dan Internasional Standar Audit dilaksanakan oleh seorang auditor sifatnya sebagai jasa pelayanan. Standar Profesi Akuntan Publik mengharuskan dibuatnya laporan disetiap kali melakukan audit. Kantor Akuntan Publik (KAP) dapat menerbitkan hasil auditan laporan keuangan melalui pernyataan opini yang dibuatnya, sesuai dengan keadaan yang ada saat melakukan proses audit (Kirana, 2010). Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko (risk assessment) dan penentu luasnya prosedur audit. Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan professional. Materialitas didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan sebagai satu kelompok. (Theodorus, 2013). Laporan keuangan mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan disajikan secara tidak wajar dalam semua hal yang material. Salah saji dapat terjadi akibat dari kekeliruan ataupun kecurangan. Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu kebijakan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran masing masing perusahaan. Materialitas pada tingkat laporan keuangan adalah besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan yang cukup penting sehingga membuat laporan keuangan menjadi tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam konteks ini, salah saji bisa
3 diakibatkan oleh penerapan akuntansi secara keliru, tidak sesuai dengan fakta atau karena hilangnya informasi penting (Haryono, 2001). Overall materiality didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, dampak salah saji untuk seorang pemakai laporan keuangan tertentu (specific individual users), yang kebutuhannya bias berbeda, tidak menjadi pertimbangan auditor dalam menetapkan materialitas secara menyeluruh (overall materiality) (Theodorus, 2013).. Selain sikap Profesionalime, auditor juga harus didukung dengan pengalaman audit yang dimiliki oleh para auditor dan pengetahuan tentang mendeteksi kekeliruan dalam mengaudit, di dalam tugasnya seorang akuntan publik tidak semata mata bekerja untuk kepentingan kliennya, melainkan bekerja untuk pihak lain yang berkepentingan terhadap laporan keuangan auditan dan akuntan publik pun juga dituntut untuk memiliki kompetensi yang memadai (Herawaty dan Susanto, 2009). Akuntan bukan hanya sekedar ahli dalam bidangnya tetapi harus dapat melaksanakan pekerjaan profesinya dengan due profesional care dan selalu menjunjung tinggi kode etik profesinya, untuk menjalankan tugas secara profesional, seorang auditor harus membuat perencanaan sebelum melakukan proses pengauditan laporan keuangan, termasuk penentuan tingkat materialitas ( Herawaty dan Susanto, 2009). Pengetahuan akuntan publik digunakan sebagai salah satu kunci keefektifan kerja. Dalam audit, pengetahuan tentang bermacam-macam pola yang
4 berhubungan dengan kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan penting untuk membuat perencanaan audit yang efektif (Noviani dan Bandi 2002). Pengetahuan akuntan publik tentang mendeteksi kekeliruan semakin berkembang karena pengalaman kerja. Semakin tinggi pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan maka semakin baik pula tingkat perkembangan materialitas. Seorang akuntan publik yang memiliki banyak pengetahuan tentang kekeliruan akan lebih ahli dalam melaksanakan tugasnya terutama yang berhubungan dengan pengungkapan kekeliruan. Menurut Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Internasional Standar Audit menyatakan bahwa kekeliruan (error) berarti salah saji atau hilangnya jumlah pengungkapan laporan keuangan yang tidak disengaja. Kekeliruan dapat berupa pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan keuangan, estimasi akuntan yang tidak masuk akal timbul dari kecerobohan atau salah tafsir fakta dan kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah klasifikasi dan cara penyajian atau pengungkapan. Seorang auditor juga harus mempunyai pengalaman yang cukup agar dapat membuat keputusan dalam laporan auditan. Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang di periksa berupa pemberian pendapat. Akuntan yang memiliki pengetahuan dan keahlian secara profesional dapat meningkatkan pengetahuan tentang sebab dan konsekuensi kekeliruan dalam
5 suatu siklus akuntansi. pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih dalam pertimbangan tingkat materialitas. Pengalaman membentuk seorang akuntan publik menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan. Pengalaman juga membantu akuntan publik dalam mengambil keputusan terhadap pertimbangan tingkat materialitas dan menunjang setiap langkah yang diambil dalam setiap penugasan. Pengetahuan akuntan public tentang pendeteksian kekeliruan semakin berkembang karena pengalaman kerja. Semakin tinggi pengetahuan akuntan publik dalam mendeteksi kekeliruan maka semakin baik pula pertimbangan tingkat materialitas (Reza Minanda dan Dul Mu id, 2013). Auditor yang mempunyai pengalaman yang berbeda, akan berbeda pula dalam memandang dan menanggapi informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian pendapat. Semakin banyak pengalaman seorang auditor, maka Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam laporan keuangan perusahaan akan semakin tepat. Selain itu, semakin tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan dari berbagai jenis industry ( Herawaty dan Susanto, 2009). Fenomena fenomena kasus suap yang terjadi akhir akhir ini membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap auditor mulai menurun, akibatnya membuat kinerja auditor
6 dipertanyakan oleh masyarakat. Krisis moral dalam dunia bisnis yang mengemuka adalah kasus yang terjadi pada akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional, Tbk. Kasus tersebut muncul setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi penggelembungan account penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah pada laporan keuangan Great River tahun 2003 yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Sehingga berdasarkan investigasi tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great River tahun 2003. Contoh kasus lain yang terjadi yang menimpa salah satu Kantor Akuntan Publik yaitu Drs. Hans Burhanuddin Makarao, yang dikenakan sanksi pembekuan selama tiga bulan karena tidak mematuhi Standar Auditing-Standar Profesional Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan PT. Samcon pada tahun buku 2008, yang dinilai berpoteni berpengaruh cukup signifikan terhadap Laporan Auditor Independen (www.antara.co.id).
7 Dalam kasus yang menimpa akuntan publik Drs. Hans Burhanuddin Makarao dapat diketahui bahwa akuntan publik Drs. Hans Burhanuddin Makarao tidak mematuhi Standar auditing professional akuntan publik. Akuntan yang melakukan kecurangan dalam memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan biasanya disebabkan oleh adanya tekanan psikologis yang diterima akuntan. Setiap auditor harus memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa 3 pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan independen, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah (Dewi, 2009). Ada beberapa kasus yang menyebutkan akuntan telah melakukan kecurangan dalam memeriksa laporan keuangan suatu perusahaan. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya tekanan psikologis yang diterima akuntan dari perusahaan yang tidak akan menggunakan jasanya kembali di periode yang akan datang, bila akuntan tidak memberikan pendapat yang positif atas laporan keuangan yang diperiksanya saat ini. Berdasarkan fenomena yang terjadi, banyak penelitian mengenai fenomena tersebut, salah satunya yaitu penelitian yang dilakukan oleh oleh Herawati dan Susanto (2009). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada penambahan variabel pengalaman. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa akuntan yang lebih berpengalaman akan bertambah pengetahuannya dalam melakukan proses audit khususnya dalam
8 memberikan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses audit atas laporan keuangan (Herawati dan Susanto, 2009). Penelitian ini dimotivasi karena masih banyaknya kasus yang terjadi pada auditor di KAP, baik itu mengenai pengetahuan auditor maupun pengalaman auditor. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh Reza Minanda dan Dul Mu id, 2013. Berdasarkan dari latar belakang dan fenomena-fenomena tersebut, maka penelitian ini berjudul: Pengaruh Pengetahuan Mendeteksi Keliruan, dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pengauditan Sebuah Laporan Keuangan. B. Perumusan Masalah Penelitian Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalahmasalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah berpengaruh Pengetahuan Mendeteksi Keliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? 2. Apakah berpengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas? C. Tujuan Penelitian dan Kontribusi Penilitian 1. Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui pengaruh Pengetahuan Mendeteksi Kekeliruan Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas b. Untuk mengatahui pengaruh Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
9 2. Kontribusi Dari penelitian ini diharapkan akan memberikan kegunaan diantaranya: a. Bagi Profesi Auditor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Profesi Auditor untuk lebih meningkatkan Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Keliruan, dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pengauditan Sebuah Laporan Keuangan. b. Bagi Kalangan Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui Profesionalisme, Pengetahuan Mendeteksi Keliruan, dan Pengalaman Kerja Auditor Terhadap Tingkat Materialitas dalam Pengauditan Sebuah Laporan Keuangan. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.