PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI BATIK CAP YANG MELAKUKAN PROSES PENCELUPAN PADDING

IMPLEMENTASI EKO-EFISIENSI PADA INDUSTRI PRINTING BATIK

BAB I PENDAHULUAN. industri berat maupun yang berupa industri ringan (Sugiharto, 2008). Sragen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

BAB I. tersebut tidak sesubur perkembangan batik pinggir kali Keberadaan batik

PENGGUNAAN KEMBALI LARUTAN BEKAS PENCELUPAN

Dari Buruh Menjadi Juragan Batik. Oleh: Solichul Hadi Achmad Bakri Uniba Surakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi manfaat maupun penggunaannya. Hal ini dapat dilihat

PARADIGMA PENGELOLAAN USAHA

PENDEKATAN ECO-EFFISIENSI DALAM PENGELOLAAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kehidupan dan kesehatan manusia (Sunu, 2001). seperti Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS TEKNOLOGI TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

CLEANER PRODUCTION (PRODUKSI BERSIH)

Kerajinan Batik Tulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

PENGEMBANGAN TEKNIK PEWARNAAN ALAMI PADA KERAJINAN SERAT ALAMI DI CV BHUMI CIPTA MANDIRI SENTOLO, KULON PROGO, YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. belahan bumi adalah isu tentang global warming atau pemanasan global.

PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI MELALUI KERJASAMA ANTAR PELAKU USAHA PADA KLASTER INDUSTRI BATIK SIMBANGKULON, KABUPATEN PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB II METODE PERANCANGAN

STUDI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT & CAIR PT X - PASURUAN SEBAGAI UPAYA PENERAPAN PROSES PRODUKSI BERSIH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL SUSTAINABLE DEVELOPMENT DECISION-MAKING UNTUK UKM BATIK DI SURABAYA DENGAN PENDEKATAN ANP

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

ADSORPSI ZAT WARNA DAN ZAT PADAT TERSUSPENSI DALAM LIMBAH CAIR BAIK

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. harus diselesaikan dalam proyek perancangan karya tekstil dengan eksplorasi eco

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu pusat industri batik yang dikenal sejak

ANALISA EFISIENSI PADA USAHA BATIK TRADISIONAL DI KAWASAN X KABUPATEN CIREBON MENGGUNAKAN PENDEKATAN LEAN-SIGMA

PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK RAMAH LINGKUNGAN STUDI KASUS KAMPOENG BATIK LAWEYAN

BAB I PENDAHULUAN. industri yang mampu bersaing di dunia internasional. Industri batik juga

BAB V PENUTUP. 1. Kegiatan Industri Batik Desa Pilang, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen

KAJIAN PELUANG PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN TEKNIS EKOEFISIENSI PADA KLASTER INDUSTRI KNALPOT DI KABUPATEN PURBALINGGA TUGAS AKHIR

BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN PERNYATAAN

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

Penyerapan Zat Warna Tekstil BR Red HE 7B Oleh Jerami Padi +) Saepudin Suwarsa Jurusan Kimia FMIPA - ITB Jl. Ganesa 10 Bandung, 40132

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Total Penjualan di Negara Tujuan Ekspor Batik (Liputan 6.com, 2013) Negara

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang : Pengendalian Pencemaran Air

PRAKTEK PENCAPAIAN EKO-EFISIENSI DI KLASTER INDUSTRI TAPIOKA DESA SIDOMUKTI KABUPATEN PATI TUGAS AKHIR. Oleh: SAIFILLAILI NUR ROCHMAH L2D

SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 ISSN :

PERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

Penerapan Teknologi Pengolahan Limbah Cair Batik di Kota Probolinggo

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

IbM PENGRAJIN BATIK SEKARWANGI DAN BATIK SURYA KENDAL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EKO-EFISIENSI PADA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) BATIK TULIS BAKARAN (STUDI KASUS PADA BATIK TJOKRO)

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

IbM BUSINESS DEVELOPMENT BATIK THE AREA IN THE VILLAGE KLAKAH DISTRICT LUMAJANG. Ninik Lukiana. Abstrak

PENGGUNAAN LILIN DARI MINYAK BIJI KARET UNTUK PEMBUATAN KAIN BATIK THE USE OF WAX FROM RUBBER SEED OIL FOR THE MANUFACTURE OF BATIK FABRIC

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI, DESAIN DAN MANAJEMEN MELALUI PENERAPAN ECO EFICIENCY PADA KLASTER BATIK DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

TESIS EVALUASI KINERJA LINGKUNGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH TAHU (STUDI KASUS: DUKUH PESALAKAN, DESA ADIWERNA, KAB. TEGAL)

BISNIS BATIK ONLINE STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Mata Kuliah Lingkungan Bisnis : AKHMAD DAHLAN NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pewarna alami tekstil umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan salah

BAB I PENDAHULUAN. setiap kebutuhannya, tidak hanya untuk makan minum melainkan menjadi

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

Vivin Atika *, Agus Haerudin Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta, Indonesia

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-06)

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. A. Sejarah Balai Besar Kerajinan dan Batik. Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) adalah unit pelaksanan teknis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun hubungan manusia dengan lingkungannya. makan, sandang dan perumahan. Bahan-bahan untuk kebutuhan itu semakin

BAB I PENDAHULUAN. tidak bermanfaat lagi (Sri Moertinah, 2010:104). Limbah dapat dihasilkan dari

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

INOVASI MOTIF JUMPUTAN. Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani

BAB II METODE PERANCANGAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Metodologi Penelitian

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 PENELITIAN POTENSI PENCEMARAN DARI 41 INDUSTRI BATIK DI KLASTER BATIK SRAGEN Sulaeman 1) 1) Balai Besar Kerajinan dan Batik, Yogyakarta ABSTRAK Klaster batik Sragen merupakan salah satu klaster Industri Mikro Kecil dan Menengah batik berlokasi di desa Kliwonan dan di desa Pilang, kabupaten Sragen, propinsi Jawa Tengah. Di klaster batik Sragen terdapat 41 IMKM batik yang aktif berproduksi saat ini. Kapasitas produksi yang dihasilkan 1.265.950 meter batik per tahun. Jenis produk bermacam-macam yaitu batik kombinasi cabut-tulis, batik kombinasi cap-tulis, batik tulis, printing motif batik, printing lilin batik dan garmen. Satu IMKM batik dapat memproduksi satu atau lebih dari satu jenis produk. Telah dilakukan penelitian pada IMKM batik di klaster batik Sragen. Limbah industri batik yang dibuang ke lingkungan seperti zat warna, zat kimia dan lilin batik menambah pencemaran pada lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan pada klaster industri batik dan instansi yang berwewenang serta memberikan alternatif solusi untuk pelestarian lingkungan. Metoda yang dilakukan adalah observasi, wawancara, diskusi langsung di lapangan dan evaluasi hasil. Penelitian akan difokuskan pada tindakan-tindakan eko-efisiensi yang dapat memberikan peran aktif pada industri batik sehingga industri batik mendapatkan keuntungan ekonomi, lingkungan dan organisasi perusahaan. Kata kunci: eko-efisiensi PENDAHULUAN Latar belakang Klaster batik Sragen merupakan salah satu klaster Industri Mikro Kecil dan Menengah batik berlokasi di desa Kliwonan dan di desa Pilang, kabupaten Sragen, propinsi Jawa Tengah. Di klaster batik Sragen terdapat 41 IMKM batik yang aktif berproduksi saat ini yang terdiri dari 36 IKM batik, 4 IMKM print dan 1 IMKM garmen. Jenis produk bermacam-macam yaitu batik kombinasi cabut-tulis, batik kombinasi cap-tulis, batik tulis, printing batik, printing lilin batik dan garmen. Satu IMKM dapat memproduksi satu atau lebih dari satu jenis produk batik. Penelitian terapan potensi pencemaran dari 41 industri batik telah dilakukan di klaster batik Sragen yang mempunyai kapasitas produksi 1.265.950 meter batik per tahun. Penelitian difokuskan pada potensi pencemaran dari limbah lilin batik, limbah zat warna dan limbah zat kimia. Pembahasan difokuskan terhadap jenis dan jumlah zat pencemar, alternatif minimisasi pencemaran dengan melakukan tindakan eko-efisiensi, kendala yang dihadapi serta usulan solusi. Eko-efisiensi merupakan suatu tindakan untuk memperkecil limbah hasil proses atau non product output dengan berbagai upaya, akibatnya diperoleh keuntungan ekonomi, lingkungan maupun organisasi perusahaan. Rumusan masalah Permasalahan pada IMKM batik adalah masih banyak limbah hasil proses (non product output) yang sesungguhnya dapat dimanfaatkan kembali namun masih terbuang ke lingkungan sehingga menambah potensi pencemaran. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada pihak terkait tentang banyaknya jenis dan jumlah zat pencemar yang dibuang ke K-171

Sulaeman/Penelitian Potensi Pencemaran lingkungan oleh IMKM batik sehingga dapat dilakukan cara pencegahan maupun penanggulangannya. Manfaat penelitian Dengan memungut-ulang limbah lilin batik, memakai-ulang larutan bekas pencelupan semaksimal mungkin berarti menghemat penggunaan lilin batik, zat warna dan zat kimia serta mengurangi dampak pencemaran pada tanah maupun badan air Gambaran hasil yang ingin dicapai adalah bagi IMKM batik agar lebih menyadari akan manfaat menerapkan eko-efisiensi didalam berproduksi dan bagi pihak terkait agar dapat melakukan cara pencegahan maupun penanggulangannnya. METODE PENELITIAN Rancangan Untuk dapat mengetahui potensi pencemaran dari 41 industri batik di klaster batik Sragen diperlukan rancangan penelitian sebagai berikut: 1. Inventarisasi data jumlah IMKM dan jenis produk batik yang dihasilkan. 2. Inventarisasi kapasitas produksi masing-masing IMKM. 3. Inventarisasi jenis dan jumlah bahan yang digunakan serta penentuan faktor konversi 4. Inventarisasi kegiatan eko-efisiensi, menghitung keuntungan serta menghitung potensi pencemaran Subyek penelitian berupa: 1. Data jumlah IMKM, jenis produk batik yang dihasilkan dan kapasitas produksi 2. Data jenis dan jumlah bahan yang digunakan serta faktor konversi 3. Data jenis dan jumlah limbah yang terbuang. 4. Menghitung keuntungan dari penghematan dan potensi penghematan Prosedur 1. Inventarisasi data jumlah IMKM dan jenis produk batik yang dihasilkan. Melakukan inventarisasi data jumlah IMKM batik serta jenis produk atau proses yang dilakukan 2. Kapasitas produksi dari IMKM batik Melakukan inventarisasi kapasitas produksi masing-masing IMKM batik sesuai jenis produk yang dihasilkannya. 3. Jenis dan jumlah bahan yang digunakan serta penentuan faktor konversi Melakukan inventarisasi data jenis dan jumlah bahan yang digunakan untuk penentuan faktor konversi. 4. Inventarisasi Kegiatan Eko-Efisiensi, Menghitung Keuntungan serta Menghitung Potensi Pencemaran Melakukan inventarisasi data kegiatan eko-efisiensjenis yang sudah biasa dilakukan oleh IMKM batik di desa Kliwonan dan Pilang, melakukan perhitungan keuntungan dari penghematan dan potensi penghematan yang dihitung dari faktor konversi dan kapasitas produksi serta menghitung potensi pencemaran. TEKNIK ANALISIS DATA Data evaluasi hasil penelitian potensi pencemaran diperhitungkan dalam kurun waktu per tahun. Perhitungan didasarkan atas faktor konversi yang sebelumnya harus dicari dari data hasil observasi lapangan. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Inventarisasi Data Jumlah IMKM Dan Jenis Produk Batik Yang Dihasilkan Di desa Kliwonan dan desa Pilang terdapat 41 IMKM batik. Jenis proses yang dikerjakan adalah: batik cabut-tulis 26 IMKM, batik tulis 9 IMKM, batik cap-tulis 4 IMKM, print batik 4 IMKM, print lilin batik 1 K-172

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 IMKM, garmen 1 IMKM. Kekhasan IMKM batik adalah satu IMKM mungkin mengerjakan beberapa jenis proses batik sehingga pengamatan khusus untuk tiap jenis proses batik menjadi sukar dilaksanakan. Oleh karena itu cara yang digunakan adalah mencari faktor konversi. Dari faktor konversi dan kapasitas produksi dapat dihitung penghematan, potensi penghematan serta jumlah limbah yang dibuang. 2. Kapasitas Produksi Dari IMKM Batik Tabel 1: Data Jenis Batik dan Jumlah Produk Batik Per tahun No Jenis Batik Jumlah Produk Batik/ tahun (potong) 1 Cabut-tulis 387.200 2 Batik-tulis 11.480 3 Cap-tulis 16.500 4 Print batik 73.200 5 Print-lilin batik 18.000 6 Garmen (tidak dihitung) - Jumlah 506.380 506.380 potong = 1.265.950 meter 3. Jenis dan Jumlah Bahan Yang Digunakan. 3.1. Data Jenis Proses Dan Jenis Bahan Yang Digunakan Tabel 2: Data Jenis Proses Dan Bahan Kimia Yang Digunakan No. Jenis Proses Batik Jenis Bahan Kimia Yang Digunakan 1. Cabut-tulis Pasta cabut, larutan fiksasi, lilin batik, zat warna 2. Batik-tulis lilin batik, zat warna, zat kimia 3. Cap-tulis lilin batik, zat warna, zat kimia 4. Print batik Pasta print berwarna 5 Print-lilin batik Pasta cabut, larutan fiksasi, lilin-print, zat warna 6 Garmen Tidak ada 3.2. Faktor Konversi Per Potong Batik (Hasil Pengamatan dan Perhitungan) 3.2.1.Data Faktor Konversi Kebutuhan Bahan 3.2.2.Data Faktor Konversi Pungut-Ulang Limbah Lilin Batik Tabel 4: Faktor Konversi Pungut-Ulang Limbah Lilin Batik Proses Pungut-Ulang Limbah Lilin Batik per potong batik Dari Kenceng (gram) Dari Kowen (gram) Cabut-tulis 41 10 Batik-tulis 136 Cap-tulis 49 Print batik 0 0 Print-lilin batik 0 0 Garmen 0 0 3.2.3.Data Faktor Konversi Pungut-Ulang Limbah Zat Warna Pada Proses Batik Tulis, Batik Cap-Tulis Adalah 1,5 Gram/ Potong 3.2.4.Menghitung Penggunaan (Input) Bahan Per Tahun K-173

Sulaeman/Penelitian Potensi Pencemaran Tabel 5: Input Bahan Per Tahun No Jenis Batik Prod. /th Bahan Konversi Input Bahan/th Jumlah Satuan 1 Cabut-tulis 387.200 Pasta cabut 250 ml 96.800 liter Larutan fiksasi 250 ml/ warna 96.800 liter Lilin batik 200 g 77.440 kg Larutan zat warna 250 ml/ warna 96.800 liter 2 Batik-tulis 11.480 Lilin batik 500 g 5.740 kg Zat warna 5 g/ warna 57,4 kg Zat kimia Sesuai zw 3 Cap-tulis 16.500 Lilin batik 300 g 4.950 kg Zat warna 5 g/ warna 82,5 kg Zat kimia Sesuai zw 4 Print batik 73.200 Pasta berwarna 125 g/ warna 9.150 kg 5 Print-lilin batik 18.000 Pasta cabut 250 ml 4.500 liter Larutan fiksasi 250 ml/ warna 4.500 liter Lilin-print 300 g 5.400 kg Larutan zat warna 250 ml/ warna 4.500 liter 3.2.5.Total Penggunaan (Input) Bahan Per Tahun Input bahan ini merupakan sebagian potensi yang memberikan kontribusi pencemaran dari 41 industri batik di desa Kliwonan dan desa Pilang. Pasta cabut = 101.300 liter Larutan fiksasi = 101.300 liter Larutan zat warna = 101.300 liter Zat warna = 139,9 kg Zat kimia = sesuai zat warna Pasta berwarna = 9.150 kg Lilin batik = 88.130 kg Lilin-print = 5.400 kg Jumlah = 406, 7 ton Kuantitas yang dituliskan adalah kuantitas minimal karena perhitungannya didasarkan atas batik dan printing batik untuk satu warna dan masing-masing dengan satu kali proses pewarnaan. 3.2.6.Potensi Pencemaran Dari 41 Industri Batik di Klaster Batik Sragen Semua jenis dan kuantitas bahan tersebut di atas akan menjadi buangan (non product output) dan akan mencemari lingkungan. Upaya eko-efisiensi dapat meminimisasi buangan, namun sebagian besar buangan tetap akan menjadi limbah yang akan dibuang dan mencemari lingkungan apabila sebelumnya tidak diolah dulu. Buangan yang tidak dapat dipungut-ulang maupun dipakai-ulang adalah: Zat warna, larutan zat warna, pasta cabut, larutan fiksasi, zat kimia, pasta berwarna yang menempel pada kain dan terlepas saat pencucian Lilin-print tidak dapat dipungut-ulang baik dari kenceng lorodan maupun dari kowen Kuantitas buangan (non product output) sekitar 10% - 30% 1). Bila non product output 10% berarti jumlah bahan yang akan terbuang menjadi limbah sebanyak 40,6 ton campuran 4. Inventarisasi Kegiatan Eko-Efisiensi, Menghitung Keuntungan serta Menghitung Potensi Pencemaran K-174

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 Kegiatan Eko-Efisiensi Yang Sudah Biasa Dilakukan Adalah: Pungut-ulang limbah lilin batik dari kenceng lorodan dan dari kowen; Pakai-ulang sisa pasta cabut, larutan fiksasi dan larutan zat warna. Kegiatan Eko-Efisiensi Yang Sebagian Besar Belum Dilakukan Adalah: Pakai-ulang larutan bekas pencelupan dari bak celup, Pembuatan kowen 4.1. Menghitung Keuntungan Dari Kegiatan Eko-Efisiensi Yang Sudah Biasa Dilakukan Kegiatan eko-efisiensi yang sudah dilakukan adalah merupakan penghematan. Data dari table 6 memperlihatkan: 4.2. Penghematan lilin batik hasil pungut-ulang dari kenceng = 18.244,9 kg/ th Bila dinilai dengan uang = 18.244,9 x Rp. 10.000,- = Rp. 182.449.000,- 4.2.1.Penghematan lilin batik hasil pungut-ulang dari kowen = 1057,4 kg/ th Bila dinilai dengan uang = 1057,4 x Rp. 10.000,- = Rp. 10.574.000,- 4.2.2.Potensi penghematan lilin batik dari kowen = 3.094,4 kg/ th Bila dinilai dengan uang = 3094,4 x Rp. 10.000,- = Rp. 30.944.000,- 4.2.3. Pakai-ulang sisa pasta cabut, larutan fiksasi dan larutan zat warna pada proses cabut-tulis tidak di data dan tidak dihitung karena sudah biasa dilakukan oleh seluruh IMKM batik cabut-tulis. Tabel 6: Data Penghematan Serta Potensi Penghematan Lilin Batik Dari Kenceng dan Dari Kowen No IMKM Proses Produksi /th (pt) Pungut-ulang limbah lilin batik kg / th dari: Kowen Kenceng Potensi 1 Abimanyu Cabut-tls 15.000 150 615-2 Permata-7 Cabut-tls 12.000-492 120 3 Dewi Arum Cabut-tls 16.800-688,8 168 4 Wahyu Tmr Cabut-tls 12.000-492 120 5 Sadewa Cabut-tls 30.000 300 1.230-6 Manunggal Cabut-tls 30.000-1.230 300 7 Melati Tulis 720-97,9 7,2 8 Mira Tulis 480-65,3 4,8 9 Dewi Ratih Tulis 5.000 50 680-10 Nindi Wijaya Tulis 240 2,4 32,6-11 Brotoseno Cap-tulis 3.000 30 147-12 Putri Lestari Cap-tulis 3.000 30 147-13 Brotojoyo Cap-tulis 4.500 45 220,5-14 Mawar Indah Print 30.000-0 0 15 Dewi Kunti Cabut-tls 15.000-615 150 16 Wahyu Tmr Cabut-tls 15.000-615 150 17 Mukti Ali Cabut-tls 20.000-820 200 Tulis 480-65.3 4,8 18 Canting Mas Cabut-tls 30.000 1230 300 K-175

Sulaeman/Penelitian Potensi Pencemaran Print lilin 18.000 0 0 19 Hadi Marjuki Cabut-tls 45.000 450 1.845-20 Santoso Cabut-tls 20.000-820 200 21 Ali Mukti Cabut-tls 15.000-615 150 22 Sekar Melati Cabut-tls 15.000-615 150 23 Sidomulyo Cabut-tls 3.600-147,6 36 24 Permadi Cabut-tls 4.800-196,8 48 25 Batik HT Cabut-tls 4.800-196,8 48 26 Soga Alam Cabut-tls 2.400-98,4 24 27 Busana Asri Cabut-tls 25.000-1.025 250 28 Batik Cita Cabut-tls 30.000-1.230 300 Tulis 240-32,6 2,.4 29 Mitrasari Cabut-tls 1.800-73,8 18 30 Sri Mulyati Tulis 3.000-408 30 Cabut-tls 1.200-49,2 12 31 Mahadewi Tulis 600-81,6 6 32 Mahmudah Tulis 720-97.9 7,2 33 Puntodewo Cap-tulis 6.000-294 60 34 Cengkir Wij Cabut-tls 2.400-98,4 24 35 Windasari Cabut-tls 3.600-147,6 36 36 Pranoto Cabut-tls 15.600-639,6 156 37 Nirmalasari Cabut-tls 1.200-49,2 12 38 Purnama Print 12.000-0 0 39 Dewa Dewi Print 12.000-0 0 40 Harjono Print 19.200-0 0 41 Rama Mukti Garmen 0 0 506.380 1057,4 18.244,9 3.094,4 4.3. Menghitung Potensi Keuntungan Dari Kegiatan Eko-Efisiensi Yang Sebagian Besar Belum Dilakukan Jenis buangan yang dihasilkan dari proses pewarnaan pada batik-tulis dan cap-tulis adalah larutan bekas pencelupan yang mengandung zat warna dan zat kimia. Jenis zat warna yang digunakan kebanyakan zat warna Naphtol, Indigosol dan Remazol. Kebanyakan di IMKM larutan bekas pencelupan dibuang, padahal dengan beberapa upaya masih dapat dipakai-ulang. Penghematan dari pemakaian larutan bekas pencelupan terutama adalah minimisasi penggunaan jumlah zat warna. Kegiatan eko-efisiensi yang sebagian besar belum dilakukan adalah merupakan potensi penghematan. 4.3.1. Menghitung Potensi Penghematan Dari Pakai-Ulang Larutan Bekas Pencelupan Dari Bak Celup Bagi IMKM Batik Tulis dan Cap-Tulis Dari IMKM batik tulis = 11.480 pt x 1,5 g/pt = 17,22 kg Bila dinilai dengan uang = 17,22 x Rp. 150.000,- = Rp. 2.583.000,- Dari IMKM cap-tulis = 16.500 pt x 1,5 g/pt = 24,75 kg Bila dinilai dengan uang = 24,75 x Rp. 150.000,- = Rp. 3.712500,- Jumlah potensi penghematan zat warna = 17,22 + 24,75 = 41,97 kg 4.3.2. Menghitung Potensi Penghematan Dari Adanya Kowen Potensi penghematan dari pungut-ulang limbah lilin batik bila (28) IMKM batik mempunyai kowen = 3.094,4 kg/ th. Bila dinilai dengan uang = 3.094,4 x Rp. 10.000,- = Rp. 30.944.000,- 4.4. Menghitung Potensi atau Besarnya Pencemaran atau Non Product Output Tabel 7: Input Bahan Per Tahun K-176

Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 No Jenis Bahan Satuan Input Penghematan NPO 1 2 3 4 5 4 5 Pasta cabut Liter 101.300 0 101.300 Larutan fiksasi Liter 101.300 0 101.300 Larutan zat warna Liter 101.300 0 101.300 Zat warna Kg 139,9 42 97,9 Zat kimia Pasta berwarna Kg 9.150 0 9.150 Lilin batik Kg 88.130 19.302,3 68.827,7 Lilin-print Kg 5.400 0 5.400 Jumlah Kg 406.719,9 19.344,3 387.375,6 4.5. Keuntungan Lingkungan Adanya limbah lilin batik yang dapat dipungut-ulang melalui kowen mengurangi dampak pencemaran pada tanah dan badan air. Partikel lilin batik akan menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak dapat meresap air. 4.6. Keuntungan Organisasi Perusahaan Adanya tambahan keuntungan ekonomi bagi perusahaan sebetulnya dapat difungsikan untuk tujuan tambahan dana pemeliharaan lingkungan, kesehatan dan kenyamanan kerja maupun insentif karyawan agar lebih komit terhadap penerapan eko-efisiensi 4.7. Pengurangan Dampak Pencemaran Dampak pencemaran yang diminimisasi adalah pemcemaran penutupan permukaan tanah, pencemaran badan air, pengendapan partikel limbah lilin batik pada selokan maupun pada pipa saluran IPAL KESIMPULAN 1. Buangan industri dari IMKM batik di klaster batik Sragen sangat potensial memberikan kontribusi pencemaran lingkungan. 2. Setiap tahun kali Bengawan Solo minimal menerima 388 ton limbah campuran dari buangan pasta cabut, larutan fiksasi, zat kimia, zat warna, lilin batik dan lilin-print. 3. Semua IMKM batik sudah memungut-ulang limbah lilin batik dari kenceng lorodan dan dari kowen. Dari industri batik yang diteliti ada 8 IMKM yang sudah mempunyai kowen, 28 IMKM tidak mempunyai dan 5 IMKM tidak memerlukan kowen. Para IMKM yang menggunakan lilin batik dalam jumlah besar harus dimotivasi agar mempunyai kowen untuk memaksimalkan pungut-ulang limbah lilin batik. 4. Perlu penelitian kemungkinan lilin-print dapat dipungut-ulang. 5. Di IMKM batik di klaster batik Sragen sudah ada satu IPAL namun belum beroperasi 6. Penerapan eko-efisiensi pada IMKM klaster batik Sragen harus terus diterapkan seiring dengan target Sragen menjadi tempat wisata batik. UCAPAN TERIMAKASIH Melalui makalah ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada para pimpinan dari Balai Besar Kerajinan dan Batik, KLH, GTZ-ProLH, GOPA, IMKM klaster batik Sragen, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dan kerjasama yang baik dalam implementasi ekoefisiensi pada industri batik di klaster batik kabupaten Sragen. K-177

Sulaeman/Penelitian Potensi Pencemaran DAFTAR PUSTAKA Agus Hadiyarto, dkk, 2008, Panduan Penerapan Eko-efisiensi Usaha Kecil dan Menengah Sektor Batik, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta. GTZ, 2003, Chemical Management Guide, revised edition, GTZ/PEM ProduksiH Indonesia. GTZ, Pedoman Pengelolaan Internal Yang Baik (Good Housekeeping), GTZ/P3U, Proyek ProduksiH Indonesia. Rasyid Djufri, et. al., 1973, Teknologi Pengelantangan, Pencelupan dan Pencapan, Institut Teknologi Tekstil Bandung. SK Sewan Susanto, 1972, Seni Kerajinan Batik Indonesia, Balai Penelitian Batik, Yogyakarta. Sulaeman, 2008, Laporan-laporan Bulanan Implementasi Eko-efisiensi di klaster batik Sragen, GTZ-ProLH, GOPA, Jakarta. Tri Haryanto, 2008, Pelepasan Lilin Batik Pada Batik Sutera, Makalah Riset Unggulan, BBKB, Yogyakarta. Warth Albin H, 1956, The Chemistry and Technology of Waxes, 2 nd Reinhlod Publishing Co., New York. ed., K-178