BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh AWANG HERMAWAN

Tabel 4.1 Data pretest menurut jenis-jenis kesalahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

Akhlakul Karimah dan Irni Cahyani STKIP PGRI Banjarmasin

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). Menurut Kunandar

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

BAB II KAJIAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan sebanyak 1 x pertemuan, yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 02

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 04

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 01

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA2 SDN 12 Palu pada Mata Pelajaran Matematika

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 03

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORETIS

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-1 SMP NEGERI 5 PENAJAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

BAB V PEMBAHASAN. 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) langkah-langkah pembelajaran, waktu, perangkat pembelajaran, metode

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

Model Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation ini masih. asing bagi siswa kelas XI 6 Program Keahlian Multi Media SMK Kristen BM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam kehidupan berbangsa. Maju

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS. 1. Model pembelajaran Reciprocal Teaching. Menurut Palincsar dan Sullivan model reciprocal teaching memiliki 4

BAB III METODE PENELITIAN. terkait dan berkesinambungan yaitu (1) Perencanaan (planning), (2)

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemahaman konsep, konsep luas persegi panjang, model pembelajaran kooperatif

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE KELAS VIII SMPN 2 BANGKINANG KOTA TAHUN P 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI PADA SISWA KELAS V SDN INPRES CENGGU

BAB I PENDAHULUAN. yang paling sulit (Mulyono, 1999:25). Meskipun demikian, semua orang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK- PAIR-SQUARE

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB V PEMBAHASAN. mengaitkan komponen pembelajaran berbasis masalah untuk melatihkan

DATAR MELALUI METODE STAD. Winarni

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tipe-tipe kesalahan Penyebab kesalahan-kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika menurut Suhertin (dalam Lisca, 2012) dikarenakan siswa tidak menguasai bahasa, contohnya siswa tidak paham dengan pertanyaan dalam soal matematika, siswa tidak memahami arti kata, siswa tidak menguasai konsep dan kurang menguasai teknik berhitung. Lerner (1988) mengemukakan berbagai kesalahan umum yang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika, yaitu kurangnya pengetahuan tentang simbol, kurangnya pemahaman tentang nilai tempat, penggunaan proses yang keliru, kesalahan perhitungan, dan tulisan yang tidak dapat dibaca sehingga siswa melakukan kekeliruan karena tidak mampu lagi membaca tulisannya sendiri. Kesamaan Pendapat menurut Subanji dan Mulyoto (2000:13-14) tentang jenis-jenis kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika antara lain : Kesalahan interpretasi bahasa yaitu Kesalahan menyatakan bahasa seharihari ke dalam bahasa matematika dan kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika; Kesalahan teknis yaitu Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal; Kesalahan konsep yaitu Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah. Siswa sering melakukan kesalahan penggunaan teorema atau rumus yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus tersebut atau tidak menuliskan teorema. Tipe-tipe kesalahan dibagi ke dalam indikator agar penggolongan kesalahan lebih spesifik. Tabel tipe kesalahan berdasarkan indikator menurut Subanji dan Mulyoto (Restuningtyas, 2012) dapat dilihat dalam Tabel 2.1 5

6 Tabel 2.1 Tipe Kesalahan No Tipe Kesalahan Indikator 1 Kesalahan Interpretasi Bahasa Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika Kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika 2 Kesalahan Teknis Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal 3 Kesalahan Konsep Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah Jenis-jenis kesalahan lain menurut Subanji dan Mulyoto, jenis kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika dikelompokan menjadi 5 jenis, yaitu : Kesalahan menggunakan data yaitu siswa tidak menggunakan data yang seharusnya dipakai dalam menjawab pertanyaan yang ada. Siswa juga melakukan kesalahan dalam memasukan data ke variabel dan menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu masalah; Kesalahan menarik kesimpulan yaitu kesalahan dalam melakukan penyimpulan tanpa alasan pendukung yang benar juga kerap dilakukan oleh siswa. Kesalahan siswa dalam melakukan penyimpulan pernyataan yang tidak sesuai dengan penalaran logis; Kesalahan imaginasi yaitu kesalahan imaginasi merupakan kesulitan dan kekeliruan siswa dalam imajinasi ruang (spasial) dalam dimensi-dimensi tiga yang berakibat salah dalam mengerjakan soal-soal matematika; Kesalahan Prasyarat yaitu kesalahan prasyarat merupakan kesalahan dan kekeliruan siswa dalam mengerjakan soal matematika karena bahan pelajaran yang sedang dipelajari siswa belum dikuasai; Kesalahan Tanggapan yaitu kesalahan tanggapan merupakan kekeliruan dalam penafsiran atau tanggapan siswa terhadap konsepsi, rumus-rumus dan dalil-dalil matematika dalam mengerjakan soal matematika. Penelitian ini mengacu pada pendapat Subanji dan Mulyoto (Restuningtyas, 2012), dimana pengklasifikasian kesalahan

7 berdasarkan indikatornya. Pengklasifikasian tipe-tipe kesalahan jawaban siswa dalam penelitian ini berdasarkan Pedoman Pengklasifikasian Kesalahan Pada Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear, dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Pedoman Pengklasifikasian Kesalahan Pada Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear No Indikator kesalahan Kesalahan yang dilakukan siswa 1 Kesalahan menyatakan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika Kesalahan dalam menyatakan suatu bentuk permasalahan soal cerita ke dalam bentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Kesalahan dalam menginterpretasikan simbol, grafik dan tabel kedalam bahasa matematika 2 Kesalahan perhitungan atau komputasi dalam mengerjakan soal-soal 3 Kesalahan dalam menentukan atau menerapkan rumus untuk menjawab suatu masalah 2. Remediasi a. Pengertian Kesalahan dalam menyatakan suatu bentuk simbol, grafik dan tabel ke dalam bentuk sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Kesalahan dalam melakukan perhitungan (perkalian,pembagian, penjumlahan, pengurangan) pada sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Kesalahan dalam menuliskan tanda negatif/positif Kesalahan dalam menentukan dan menggunakan rumus terkait dalam menyelesaiakan soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Kesalahan dalam menuliskan, mengubah tanda persamaan dan pertidaksaman linear Remediasi merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajar sehingga mencapai standar minimal ketuntasan yang diterapkan. Sudrajat (2007) menyatakan bahwa untuk memahami konsep penyelenggaraan metode remediasi,

8 terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diberlakukan berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22, 23 dan 24 tahun 2006 dan peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 6 tahun 2007 dengan menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Ischak dan Warji (1982), remediasi adalah kegiatan perbaikan yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Kartono, 2007). b. Tujuan Remediasi Tujuan guru melaksanakan kegiatan remediasi adalah membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar. Secara umum tujuan kegiatan remediasi adalah memperbaiki kesalahan siswa. secara khusus kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa menuntaskan penguasaan kompetensi yang telah ditetapkan (Kartono, 2007). c. Fungsi Remediasi Pengajaran remediasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar (Kartono, 2007). Ada enam fungsi pengajaran remediasi yaitu : i. Fungsi Korektif Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat diadakan pembetulan atau perbaikan terhadap sesuatu yang dipandang masih belum mencapai apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses belajar mengajar. ii. Fungsi Pemahaman Dengan pengajaran remedial memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.

9 iii. Fungsi Penyesuaian Pengajaran remedial dapat membentuk siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya (proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik semakin besar. iv. Fungsi Pengayaan Pengajaran remedial akan dapat memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan dalam pengajaran regular, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial. v. Fungsi Akselerasi Dengan pengajaran remedial akan dapat diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang efektif dan efisien. vi. Fungsi Terapeutik Bahwa secara langsung atau tidak, pengajaran remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya penyimpangan. 3. Jenis-jenis Kegiatan Remediasi Dalam melakukan kegiatan remedial untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, guru dapat melakukan kegiatankegiatan sebagai berikut (Kartono, 2007): a. Melaksanakan pembelajaran kembali Melalui bentuk kegiatan ini seorang guru dapat melaksanakan pembelajaran kembali materi yang belum dikuasai oleh siswa dengan berorientasi pada kesulitan yang dihadapi siswa tersebut. Bagi siswa yang kurang memahami konsep, sebaiknya guru memberikan banyak contoh dalam pembelajaran dan berorientasi pada kehidupan siswa serta banyak memberikan contoh penerapan sehari-hari. misalnya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear.

10 b. Melakukan aktivitas fisik, misal Think Pair Share Dalam matematika ada konsep-konsep yang mudah dipahami apabila dijelaskan atau diperagakan melalui aktifitas fisik seperti demonstrasi, praktek dan menggunakan media dalam pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat memahami dengan baik konsep tersebut. Kegiatan remediasi ini yaitu dengan melakukan praktek atau dengan metode Think Pair Share misalnya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. c. Kegiatan kelompok Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam membantu siswa, jika di antara anggota kelompok ada siswa yang benar-benar menguasai materi dan mampu memberikan penjelasan pada siswa lainnya. d. Tutorial Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remediasi. Dalam kegiatan tutorial, seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Guru dapat menjadikan tutor siswa yang berasal dari kelas yang sama ataupun dari kelas yang lebih tinggi. e. Menggunakan sumber belajar lain. Penggunaan sumber belajar yang lain yang relevan dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran. Misalnya, guru meminta siswa untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang berkaitan dengan materi yang dibahas. Selain itu, guru juga dapat meminta siswa membaca sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian sesuatu yang sesuai dengan materi yang dipelajari. Dalam penelitian ini, dilakukan kegiatan remediasi dengan mengajar kembali (re-teaching) dengan menggunakan metode Think Pair Share. Metode ini juga dapat digunakan untuk

11 membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, karena dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain siswa lebih dapat memahami suatu materi khususnya pada materi sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. 4. Metode Think Pair Share a. Pengertian Think Pair Share adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Metode ini memperkenalkan ide waktu berfikir atau waktu tunggu yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif metode Think Pair Share ini relatif lebih sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani berpendapat dan menghargai pendapat teman. Metode Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain Ibrahim (2007) dengan cara ini diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Lie (2002) menyatakan bahwa, Think Pair Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. b. Karateristik Ibrahim (2000) Ciri utama pada metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah tiga langkah utamanya yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran, yaitu :

12 i. Think (berpikir secara individual) Pada tahap think, guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan. Pada tahapan ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Kelebihan dari tahap ini adalah adanya think time atau waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri. ii. Pair (berpasangan dengan teman sebangku) Langkah kedua adalah agar siswa berpasangan dengan teman sebangkunya sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap pasangan siswa saling berdiskusi mengenai hasil jawaban mereka sebelumnya sehingga hasil akhir yang didapat menjadi setingkat lebih baik, karena siswa mendapat tambahan informasi dan metodologi pemecahan masalah yang lain. Pada tahap ini, tidaklah diharuskan bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan. Langkah ini dapat berkembang dengan meminta pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok yang lebih besar (kelas).

13 iii. Share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain atau dengan seluruh kelas. langkah ini merupakan penyempurnaan langkah-langkah sebelumnya, dalam arti bahwa langkah ini menolong agar semua kelompok berakhir pada titik yang sama. Kelompok yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan kelompok yang lain. Hal ini juga agar siswa benar-benar mengerti ketika guru memberikan koreksi maupun penguatan diakhir pembelajaran. c. Tahap pembelajaran (sintaks) metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share Metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share terdiri dari lima langkah, dalam tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu : think, pair dan share. Langkah-langkah pembelajaran dalam metode kooperatif tipe Think Pair Share dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut : Tabel 2.3 Sintaks metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share Langkah-langkah Tahap 1 pendahuluan Tahap 2 Think Kegiatan Pembelajaran 1. Guru menjelaskan aturan main dan batas waktu untuk setiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah 2. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa 1. Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi 2. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa 3. Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu Tahap 3 Pair 1. Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya 2. Siswa berdiskusi dengan pasangannya

14 mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan Tahp 4 Share 1. Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa dikelas dengan dipandu oleh guru. Tahap 5 1. Siswa dinilai secara individu dan Penghargaan kelompok Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut : i. Tahap pendahuluan Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. ii. Tahap think (berpikir secara individual) Proses think pair share dimulai pada saat guru melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa. Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (think time) oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. iii. Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku) Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa adalah teman sebangkunya. Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak pindah mendekati siswa lain yang pintar dan meninggalkan teman sebangkunya. Kemudian, siswa mulai bekerja dengan pasangannya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan jawaban secara bersama.

15 iv. Tahap share (berbagi jawaban dengan pasangan lain atau seluruh kelas) Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka. v. Tahap penghargaan Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh kelas. d. Kelebihan dan Kelemahan Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah : i. Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas. ii. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas. iii. Dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil iv. Guru tidak lagi sebagai satu-satunya sumber pembelajaran (teacher oriented), tetapi justru siswa dituntut untuk dapat menemukan dan memahami konsep-konsep baru (student oriented). Kelemahan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah : i. Metode pembelajaran Think Pair Share belum banyak diterapkan di sekolah

16 ii. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara maksimal iii. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak dan mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi siswa. 5. Langkah Pemecahan Masalah Matematika Sumardiyono (Supinah, 2010) mengungkapkan bahwa pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 mengemukakan, bahwa pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Menurut Polya (Nuralam, 2009), pemecahan masalah merupakan suatu usaha untuk menemukan jalan keluar dari suatu kesulitan dan mencapai tujuan yang tidak dapat dicapai dengan segera. Langkah-langkah dalam pemecahan masalahnya yakni memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan melakukan pengecekan kembali semua langkah yang telah dikerjakan. Pada fase memahami masalah siswa tidak mungkin menyelesaikan masalah dengan benar tanpa adanya pemahaman terhadap masalah yang diberikan, selanjutnya siswa harus mampu menyusun rencana atau strategi. Penyelesaian masalah dalam fase ini sangat tergantung pada pengalaman siswa yang kreatif dalam menyusun penyelesaian suatu masalah. Langkah selanjutnya adalah siswa mampu menyelesaikan masalah sesuai dengan rencana yang telah disusun dan dianggap tepat. Langkah terakhir dari proses penyelesaian masalah adalah melakukan pengecekan atas apa yang dilakukan, mulai dari fase

17 pertama hingga hingga fase ketiga. Kesalahan yang tidak perlu terjadi dapat dikoreksi kembali dengan model seperti ini, sehingga siswa dapat menemukan jawaban yang benar-benar sesuai dengan masalah yang diberikan. Secara garis besar langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya dapat digambarkan sebagai berikut : Memahami Masalah (Understanding) Merencanakan Penyelesaian (Planning) Menyelesaikan Masalah (Solving) Melakukan Pengecekan Kembali (Checking) Gambar 2.1 Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya Penelitian ini menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh Polya (Nuralam, 2009), secara garis besar indikator kemampuan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

18 Tabel 2.4 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Polya No Langkah Pemecahan Masalah 1 Memahami soal (Understanding) 2 Merencanakan penyelesaian (Planning) Berdasarkan Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Indikator Siswa harus memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear tersebut, seperti : a. Data atau informasi apa yang dapat diketahui dari soal? b. Apa inti permasalahan dari soal yang memerlukan pemecahan? c. Adakah dalam soal itu rumus-rumus, gambar, grafik, tabel atau tanda-tanda khusus? d. Adakah syarat-syarat penting yang perlu diperhatikan dalam soal? a. Siswa harus dapat memikirkan langkahlangkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk dapat memecahkan masalah soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear b. Siswa harus mencari konsep-konsep atau teori-teori yang saling menunjang dan mencari rumus-rumus yang diperlukan dalam soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear 3 Menyelesaikan Masalah (Solving) 4 Melakukan Pengecekan Kembali (Checking) a. Siswa telah siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai b. Siswa harus dapat membentuk sistematika soal yang lebih baku c. Siswa mulai memasukkan data-data hingga menjurus ke rencana pemecahannya d. Siswa melaksanakan langkah-langkah rencana Siswa harus berusaha mengecek ulang dan menelaah kembali dengan teliti setiap langkah pemecahan yang dilakukannya

19 6. Belajar Tuntas Belajar tuntas berdasarkan bebrapa ahli pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Nasution (2000) bahwa belajar tuntas artinya penguasaan penuh. Penguasaan penuh ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut. Belajar tuntas merupakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 2005). Basuki (2012) belajar tuntas (mastery Learning) merupakan proses pembelajaran yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur, bertujuan untuk mengadaptasikan pembelajaran pada siswa kelompok besar (pengajaran klasikal), membantu mengatasi perbedaan-perbedaan yang terdapat pada siswa, dan berguna untuk menciptakan kecepatan belajar (rate of program). Belajar tuntas diharapkan mampu mengatasi kelemahan-kelemahan yang melekat pada pembelajaran klasikal. Benyamin S Bloom (dalam Yamin, 2008) menyebutkan tiga strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, dan mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal dengan memberi bumbu untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual yang meliputi : 1) corrective technique, pengajaran remedial yang dilakukan dengan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh siswa, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; 2) memberikan tambahan waktu kepada siswa yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas).

20 B. Tinjauan Materi 1. Materi Sistem Persamaan dan Pertidaksamaan Linear SK : Memecahkan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel KD : 1. Menyelesaikan sistem persamaan linear dan sistem persamaan campuran linear dan kuadrat dalam dua variabel 2. Merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linear 3. Menyelesaikan pertidaksamaan satu variabel yang melibatkan bentuk pecahan aljabar 4. Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel dan penafsirannya Indikator : 1. Menentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan linear 2. Menentukan penyelesaian model matematika dari masalah yang berhubungan dengan sistem persamaan linear 3. Menyelesaikan pertidaksamaan linear satu variabel dan Menentukan Daerah Penyelesaian pertidaksamaan linear satu variabel dengan menggunakan grafik 4. Menentukan penyelesaian model matematika dari masalah yang berkaitan dengan pertidaksamaan satu variabel.

21 2. Peta konsep Persamaan dan Pertidaksamaan Persamaan Pertidaksamaan Linear Kuadrat Linear Kuadrat Mencari Himpunan Penyelesaian Menyusun Persamaan dari Akar-akar Mencari Himpunan Penyelesaian dengan Menggunakan Garis Satu Variabel Dua Variabel SPL Mencari Himpunan Mencari Himpunan Gambar 2.2 Peta Konsep

22 C. Kerangka Berpikir Tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang sistem persamaan dan pertidaksamaan linear Banyak Kesalahan Reduksi Data Penyajian Data Tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa Kesalahan Interpretasi Bahasa Kesalahan Teknis Kesimpulan Data Kesalahan Konsep Wawancara Pembelajaran Remediasi dengan menggunakan metode Think Pair Share Think Pair Share akan menunjukkan kemampuan siswa dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan. Kesalahan siswa dapat diperbaiki dengan cara remediasi dengan menggunakan metode Think Pair share Gambar 2.3 Kerangka Berpikir

23 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis dalam penelitian ini adalah remediasi menggunakan metode Think Pair Share dapat memperbaiki kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal sistem persamaan dan pertidaksamaan linear kelas X SMK Negeri 1 Salatiga tahun ajaran 2012/2013.