HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah

dokumen-dokumen yang mirip
ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M)

Kemampuan mobilitas yang tinggi dalam segala aspek kehidupan. merupakan dambaan setiap individu tidak terkecuali mereka yang menyandang

MAKALAH KONSEP DASAR ORIENTASI DAN MOBILITAS. Oleh: DJADJA RAHARDJA AHMAD NAWAWI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENDAMPING AWAS

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

BAB III METODE PENELITIAN

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

Manajemen Kinerja Pertemuan ke-lima. Pokok Bahasan: Penilaian Kinerja

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN TEORI. yang negative atau mengancam (Towsent alih bahasa,daulima,1998). tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito,1995).

guru dan berperan aktif memotivasi

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Orientasi dan Mobilitas

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN AGRIBISNIS TERNAK RUMINANSIA. Kompetensi Guru Mata Pelajaran (KD) A B C D E

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

Prosiding Matematika ISSN:

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

R DAFTAR ISI. Kata Pengantar...i. Daftar Isi... ii. A. Banjir, Penyebab dan Dampaknya B. Masalah Kesehatan C. Upaya Sebelum Banjir...

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

PEMBELAJARAN BERPUSAT MAHASISWA

Sebuah catatan proses Participatory Rural Appraisal (PRA) di Dusun Cisarua, Desa Cipeuteuy, Sukabumi, Jawa Barat Juni 2003

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular)

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Kata pengantar. Instruksi manual. Terima kasih telah membeli UPS kami, UPS yang aman dan dapat diandalkan, hanya diperlukan sedikit pemeliharaan.

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

JEMBATAN WHEATSTONE. , r KEGIATAN BELAJAR 2 A. LANDASAN TEORI

PANJANG PENYALURAN TULANGAN

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya.

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA

RINGKASAN MATERI TEGANGAN DAN TAHANAN LISTRIK

EKSPRESI KREATIF. Pengantar Hak Cipta dan Hak Terkait untuk Usaha Kecil dan Menengah. Number: 4 WORLD INTELLECTUAL PROPERTY ORGANIZATION

KONTRIBUSI KAPASITAS VITAL PARU TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRATORI

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANG BANGUN BENT MONOCHROMATOR UNTUK PENINGKATAN INTENSITAS NEUTRON PADA SAMPEL HRPD

Guru memiliki beban dan tanggung jawab

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI

BAB II PENGAJARAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN TONGKAT OLEH GURU ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M) PADA SISWA TUNANETRA

UJIAN PRAKTEK FISIKA KELAS XII IPA SMAN 1 GIRI BANYUWANGI TAHUN 2010 / 2011 AYUNAN SEDERHANA

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad

PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL) UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN UMUM

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

SIMULASI SMITH CHART UNTUK PENYESUAI IMPEDANS TIPE TRAFO 1/4 λ dan TIPE SINGLE STUB

Gelagar perantara. Gambar Gelagar perantara pada pelengkung 3 sendi

TEHNIK MOBILITAS DAN STRATEGI LAYANAN IRHAM HOSBI PLB FIP UPI

PRAKTEK BERGERAK DILINGKUNGAN SEKTAR SEKOLAH DAN UMUM

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Sistem Pengenalan Plat Nomor Mobil Dengan Metode Principal Components Analysis

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM)

SMA NEGERI 14 JAKARTA Jalan SMA Barat, Cililitan, Kramatjati, Jakarta Timur Tlp

LAPORAN KINERJA INSTANSI. [Type the document subtitle] LKjIP TAHUN DINAS PERTANIAN KABUPATEN JOMBANG

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang

SIMAK UI 2011 Fisika. Kode Soal

Transkripsi:

HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 1 Topik/Pokok Bahasan : Pengertian dan sejarah O&M Uraian pokok-pokok perkuiahan: 1. Orientasi Daam bergerak dan berpindah tempat yang efektif, di daamnya mengandung dua unsur yaitu unsur orientasi dan unsur mobiitas. Orientasi adaah proses penggunaan indera-indera yang masih berfungsi untuk menetapkan posisi diri dan hubungannya dengan objek-objek yang ada daam ingkungannya. Untuk dapat mengorientasikan dirinya daam ingkungan, orang tunanetra harus terebih dahuu faham betu tentang konsep dirinya. Apabia ia dapat dengan baik mengetahui konsep dirinya, orang tunanetra akan mudah membawa dirinya memasuki ingkungan atau membawa ingkungan ke arah dirinya. Citra tubuh (body image) adaah suatu kesadaran dan pengetahuan tentang bagian tubuh, fungsi bagian-bagian tubuh, nama bagian tubuh, dan hubungan antara bagian tubuh yang satu dengan ainnya. Kesadaran dan pengetahuan ini akan mengakibatkan gerak orang tunanetra daam ruang akan efisien, dan ini pua merupakan dasar bagi tunanetra mengena siapa dia, dimana dia, dan apa dia. Seanjutnya agar orientasi orang tunanetra ebih mantap dan uas, maka dia harus mempunyai pengetahuan tentang ingkungan dan dia harus mampu menghubungkan dirinya dengan ingkungan. Akhirnya orang tunanetra harus mampu menghubungkan ingkungan satu dan ingkungan ainnya daam suatu aktifitas. 2. Mobiitas Mobiitas adaah kemampuan, kesiapan, dan mudahnya bergerak dan berpindah tempat. Mobiitas juga berarti kemampuan bergerak dan berpindah daam suatu ingkungan. Karena mobiitas merupakan gerak dan perpindahan fisik, maka kesiapan fisik sangat menentukan keterampian orang tunanetra daam mobiitas. Apabia kita berbicara masaah pembinaan fisik orang tunanetra, maka ha ini bukan harus diakukan oeh guru O&M saja akan tetapi juga harus menjadi tanggung jawab semua fihak yang berhubungan dengan pendidikan dan rehabiitasi bagi tunanetra. Demikian juga terhadap pengembangan daya orientasi anak daam ingkungannya.

Jadi dengan demikian dapat disimpukan, bahwa tujuan akhir daripada O&M adaah agar orang tunanetra dapat memasuki setiap ingkungan, baik yang sudah dikena maupun beum dikena, dengan aman, efisien, uwes, dan mandiri dengan menggabungkan kedua keterampian tersebut. 3. Sejarah O&M Orientasi dan Mobiitas dimuai secara forma seteah seesainya perang dunia ke II (PD II). Pada saat itu banyak tentara yang mengaami kebutaan akibat korban perang. Letnan Richard Hoover di Vaey Forge Hospita, meatih para caon instruktur O&M untuk seanjutnya para uusan tersebut akan meatih para tunanetra. Hoover meatihkan kepada rekanrekannya bagaimana cara menggunakan tongkat putih yang dia temukannya sebagai aat bantu berjaan bagi tunanetra. Tongkat yang dia temukan kemudian diberi nama white cane atau tongkat putih karena warnanya yang berwarna putih. Tongkat panjang juga dipakai sebagai sebutan untuk tongkat tongkat tersebut karena bentuknya yang panjang atau ong cane, seain sebutah Hoover cane untuk tongkat tersebut karena penemunya dia sendiri, Richard Hoover. Di Indonesia O&M secara resmi dimuai pada tahun 1978 seteah terjainnya kerjasama antara HKI dan Depdiknas waktu itu. Program kerjasama dimuai dengan tiga bentuk kegiatan, yaitu: pendidikan terpadu, bimbingan orang tua yang memiiki tunanetra, dan O&M. IKIP Bandung, yang kemudian berubah jadi UPI, ditunjuk oeh pemerintah waktu itu untuk menyeenggarakan peatihan O&M kepada para caon instruktur yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Sehingga di UPI dibentuk Pusatnas O&M dengan instruktur yang bersertifikat internasiona. Sampai dengan saat ini jumah instruktur O&M ada kurang ebih 200 orang yang tersebar di berbagai embaga pendidikan dan rehabiitasi bagi tunanetra di Indonesia. HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 2 Topik/Pokok Bahasan : Prinsip dan proses orientasi Uraian pokok-pokok perkuiahan: Kemampuan orientasi seseorang berhubungan erat dengan kesiapan menta dan fisiknya.

Tingkat kemampuan menta seorang tunanetra akan berakibat pada proses kognitifnya. Orientasi merupakan proses berfikir dan mengoah informasi yang mengandung tiga pertanyaan pokok/prinsip, yaitu: 1. Where am I ( di mana saya)? 2. Where is my objective (di mana tujuan saya)? 3. How do I get there (bagaimana saya bisa sampai ke tujuan tersebut)? Jadi dengan demikian, sebenarnya orientasi itu mencari informasi untuk menjawab pertanyaan: (1) di mana posisinya daam ruang, (2) di mana tujuan yang dikehendaki oeh seorang tunanetra daam ruang tersebut, dan (3) susunan angkah/jaan yang tepat dari posisi sekarang sampai ke tujuan yang dikehendaki itu. Proses kognitif merupakan suatu ingkaran dari ima proses yang diakukan oeh seorang tunanetra ketika dia meakukan kegiatan orientasi. Keima tahapan daam proses kognitif tersebut adaah sebagai berikut: a. Persepsi. Proses asimiasi data dari ingkungan yang diperoeh meaui indera-indera yang masih berfungsi seperti penciuman, pendengaran, perabaan, persepsi kinestetis, atau sisa pengihatan. b. Anaisis. Proses pengorganisasian data yang diterima ke daam beberapa kategori berdasarkan ketetapannya, keterkaitannya, keterkenaannya, sumber, jenis dan intensitas sensorisnya. c. Seeksi. Proses pemiihan data yang teah dianaisis yang dibutuhkan daam meakukan orientasi yang dapat menggambarkan situasi ingkungan sekitar. d. Perencanaan. Proses merencanakan tindakan yang akan diakukan berdasarkan data hasi seeksi sensoris yang sangat reevan untuk menggambarkan situasi ingkungan.

e. Peaksanaan. Proses meaksanakan hasi perencanaan daam suatu tindakan. HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 3 Topik/Pokok Bahasan : Komponen orientasi Uraian pokok-pokok perkuiahan: Untuk mempergunakan proses kognitif ini secara efektif, seorang tunanetra harus memiiki pemahaman fungsiona tentang komponen khusus orientasi, seperti: 1. Landmarks (ciri medan) Definisi: Setiap benda, suara, bau, suhu, atau petunjuk taktua yang mudah dikenai, menetap, dan teah diketahui sebeumnya, serta memiiki okasi yang permanen daam ingkungan. Prinsip:

Landmark bersifat menetap dan permanen. Landmark sekurang-kurangnya mempunyai satu karakteristik yang unik untuk membedakannya dari benda-benda ain di ingkungan tersebut. Landmark mungkin dikenai meaui karakteristik visua, taktua, penciuman, kinestetik, pendengaran, atau gabungan dari indera-indera tersebut. Prasyarat: Ingatan sensori; konsep reativitas posisi; kesadaran hubungan ruang; konsep benda-benda bergerak dan menetap; kesadaran akan jarak; okaisasi suara; penggunaan arah-arah mata angin; kemampuan menggunakan poa mencari secara sistematis dan dapat membedakan karakteristik benda-benda yang mungkin dipergunakan sebagai andmark. 2. Cue (petunjuk) Definisi: Setiap rangsangan suara, bau, perabaan, kinestetis, atau visua yang mempengaruhi penginderaan yang dapat segera memberikan informasi kepada siswa tentang informasi penting untuk menentukan posisi dirinya atau sebagai garis pengarah. Prinsip: Cue mungkin bergerak atau menetap. Setiap rangsangan tidak mempunyai niai yang sama sebagai cue, sebagian mungkin akan sangat mencukupi pemenuhan kebutuhan (dominant cues), beberapa akan berguna tetapi tingkatannya kurang, dan sebagian agi mempunyai niai yang negative (masking sound). Prasyarat: Indera-indera berkembang dengan baik; kesadaran penginderaan, akrab dengan berbagai rangsangan penginderaan; okaisasi, identifikasi, dan diferensiasi bunyi; kemampuan menginterpretasikan poa au intas (pejaan kaki dan kendaraan); kesadaran jarak; persepsi obyek, kemampuan menginterpretasikan dan/atau mengidentifikasi rangsangan. 3. Indoor Numbering System (sistem penomoran di daam ruangan) Definisi: Poa dan susunan nomor-nomor ruangan di daam suatu bangunan. Prinsip: Titik foka biasanya dekat pintu utama atau dimana dua gang bersimpangan. Nomor genap biasanya berada di satu sisi dan nomor ganji berada di sisi ainnya. Nomor biasanya maju dari titik foka dengan urutan dua-dua. Rentang nomor 0-99 ada di antai dasar atau antai satu, 100-199 di antai satu, 200-299 di antai dua, dan seterusnya. Prasyarat: Kemampuan berhitung, kemampuan menggeneraisasi dan meneruskan; konsep angka genap dan ganji, urutan, dan poa; keterampian sosia untuk minta bantuan secara efektif; pengetahuan dasar dan/atau pemahaman tentang susunan bangunan umum atau koridor; keterampian berjaan mandiri secara efektif; kesadaran jarak; kemampuan meakukan dan memahami putaran 90 dan 180 derajat; kemampuan mempergunakan teknik meindungi diri dan memiihnya sesuai kebutuhan; konsep ruang; konsep arah.

4. Measurement (pengukuran) Definisi: Tindakan atau proses mengukur. Mengukur merupakan suatu keterampian untuk menentukan suatu dimensi secara pasti atau kira-kira dari suatu benda atau ruang dengan mempergunakan aat. Prinsip: Segaa sesuatu yang ada di ingkungan dapat diukur. Aat ukur standar mempunyai ukuran yang pasti dan menetap serta mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang ainnya, misanya: satu meter sama dengan seratus sentimeter. Seain itu aat ukur harus dipiih sesuai dengan apa yang akan diukur, misanya: panjang pensi dengan centimeter, panjang jaan dengan kiometer, dan sebagainya. Mengukur dapat dibagi kedaam tiga bagian besar, yaitu: (1) mengukur dengan mempergunakan aat ukur standar, (2) mengukur dengan membandingkan, dan (3) tidak standar (seangkah, setinggi utut, dan sebagainya). Mengukur dengan membandingkan adaah membandingkan panjang atau jarak dari dua obyek, misanya: ebih panjang dari, ebih ebar dari, kurang dari. Pengukuran inear dipergunakan untuk mengukur benda tiga dimensi: panjang, tinggi, ebar. Aat ukur standar atau tidak standar dapat dipergunakan untuk mengukur perkiraan, misanya: kurang ebih 5 meter, setinggi pinggang, 3 angkah. Prasyarat: Kemampuan berhitung; konsep tentang niai reatif; kemampuan menambah, mengurang, mengai, dan membagi; memiiki gambaran tubuh yang bagus; konsep dimensi dan kemampuan menerapkannya; pengetahuan tentang aat ukur standar dan hubungannya satu dengan yang ain; pemahaman tentang konsep kurang dari, ebih besar dari, dan sama dengan; kesadaran kinestetik; kesadaran taktua. 5. Compass Directions (arah-arah mata angin) Definisi: Arah-arah mata angin adaah arah-arah tertentu yang ditentukan oeh medan magnetik dari bumi. Empat arah pokok ditentukan oeh titik-titik yang pasti, dengan interva 90 derajat setiap sudutnya. Keempat arah tersebut adaah utara, timur, seatan, dan barat. Prinsip: Arah-arah mata angin adaah bersifat menetap. Arah-arah mata angin adaah saing berhubungan antara ingkungan yang satu dengan ainnya. Arah-arah mata angin memungkinkan siswa untuk menghubungkan jarak daam ingkungan. Arah-arah mata angin memungkinkan siswa untuk menghubungkan antara ingkungan dengan konsep ingkungan secara ebih positif dan meyakinkan. Ada empat arah mata angin yang utama. Prinsipnya adaah berawanan: timur dan barat adaah berawanan, demikian juga utara dan seatan adaah berawanan. Garis arah timur-barat adaah tegak urus dan mempunyai sudut yang jeas dengan garis utaraseatan. Semua garis timur-barat adaah parae, demikian juga semua garis utara-seatan juga parae. Perjaanan mungkin diakukan dari arah timur atau barat pada garis timur-barat, dan utara atau seatan pada garis utara-seatan.

Prasyarat: Pemahaman tentang terminoogi posisi dasar, seperti: kiri, kanan, depan, beakang; mengambi arah; konsep garis urus; pemahaman dan kemampuan meakukan putaran 90 dan 180 derajat; pemahaman sejajar, tegak urus, dan sudut; pemahaman posisi reatif dan menetap serta bagaimana benda-benda berhubungan posisinya antara yang satu dengan ainnya; konsep bendabenda yang dapat bergerak dan bagaimana benda-benda tersebut dapat menyebabkan perubahan daam posisi hubungannya dengan benda-benda dan dirinya dengan benda-benda; pemahaman tentang bagaimana gerakan akan merubah posisi hubungannya dengan benda dan tempat; konsep berawanan; pengetahuan tentang empat arah mata angin utama; kesadaran tubuh yang baik, pemahaman tentang akibat dari putaran daam hubungannya dengan arah. 6. Sef Famiiarization (pengakraban diri) merupakan peajaran khusus. Siswa kadang-kadang menghadapi kesuitan ketika bepergian di ingkungan yang sudah dikenanya. Tes yang benar untuk keterampian orientasi siswa adaah ketika dia dihadapkan dengan meakukan pengenaan dirinya dengan ingkungan yang beum dikenanya. Proses pengakraban diri merupakan peajaran khusus sebagai upaya untuk memadukan keima komponen orientasi dan menunjukkan saing keterhubungannya. Keima komponen orientasi merupakan dasar dari proses pengakraban diri. Keima komponen tersebut adaah: arah mata angin, pengukuran, cue, andmark, dan sistem penomoran. Siswa sebaiknya tidak hanya memiiki kesadaran inteektua saja tentang komponen tersebut, tetapi juga harus mampu menerapkannya, baik secara terpisah maupun gabungan. Jika komponen tersebut dipergunakan dengan baik, maka akan memberikan makna daam proses pengakraban diri dan membuat siswa meakukan orientasi secara sistematis. Ketika meakukan pengakraban diri terhadap ingkungannya, siswa sebaiknya tetap mengingat tiga pertanyaan mendasar, yaitu: (a) Informasi apa yang saya butuhkan untuk bisa dipergunakan daam ingkungan ini?, (b) Bagaimana saya mendapatkan informasi tersebut? (c) Bagaimana saya akan mempergunakan informasi tersebut?

HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 4 Topik/Pokok Bahasan : Anaisis aat bantu orientasi Uraian pokok-pokok perkuiahan: Guru O&M menyampaikan banyak informasi ruang kepada siswanya meaui penjeasan dan deskripsi isan seama peajaran, dan dengan mempergunakan pengenaan angsung terhadap bendabenda yang ada di ingkungannya. Daam situasi beajar tertentu, untuk beberapa siswa tunanetra, teknik-teknik tersebut saja tidakah cukup atau tidak efisien dan siswa tunanetra tidak dapat memperoeh konsep dan pengetahuan tentang peta ingkungan yang memungkinkannya untuk bepergian secara mandiri. Berikut adaah beberapa contoh situasi yang kemungkinan teknik penjeasan isan dan pengenaan angsung tidak mencukupi atau tidak efisien: a. Siswa hanya memiiki sedikit pengaaman kongkrit dengan benda-benda yang ada di daam ingkungannya. Meskipun dia mempergunakan berbagai batasan ruang dan posisi, tetapi dia memiiki kekurangan daam berbagai konsep penting untuk membuat keputusan yang cerdas

tentang suatu perjaanan. b. Siswa berkesuitan daam mengingat kembai deskripsi atau instruksi yang diberikan pada saat peajaran atau seama peaksanaan meawat mandiri. c. Siswa mempunyai kesuitan daam memahami hubungan ruang yang kompeks seperti tempat yang tidak beraturan dari suatu rute perjaanan, dan bangunan di daam kampus. Dia tidak dapat membuat rencana rute baru daam ingkungan tersebut. Ha itu mungkin disebabkan karena dia tidak tertarik atau tidak praktis baginya untuk beajar setiap rute yang dia inginkan. d. Siswa mempunyai kesuitan dikarenakan masaah pendengaran, persepsi, atau bahasa daam meakukan proses informasi isan. Dia mempunyai keterbatasan daam memahami penjeasan isan, deskripsi, dan instruksi. e. Siswa hanya mempunyai waktu yang terbatas dengan guru O&M untuk mendapatkan informasi tentang ingkungan baru dari suatu daerah dimana dia akan meawat mandiri. f. Siswa yang sudah menyeesaikan program O&M di sekoah atau pusat rehabiitasi akan keuar dari komunitasnya dan tidak mempunyai akses kepada seorang ahi untuk memperoeh bantuan informasi yang reevan dan akurat secara efisien untuk meawat mandiri di tempat tingganya. Daam situasi tertentu, aat bantu orientasi mungkin dapat mengkarifikasi konsep-konsep, membantu mengingat kembai, mengorganisasi berbagai konsep ruang, menambah dan meengkapi informasi isan, atau memberikan informasi baru yang tidak angsung diperoeh dari seorang guru atau instruktur O&M. Ada tiga kategori aat bantu orientasi yang mungkin dapat dipergunakan secara terpisah atau bersamaan. Ketiga kategori aat bantu tersebut adaah: a. Mode. Aat ini berbentuk tiga dimensi yang menggambarkan benda-benda atau sekeompok benda-benda nyata yang terdapat di sebuah ingkungan. b. Grafik. Aat ini berbentuk diagram atau peta yang dapat diraba, diihat, atau gabungan dari kedua indera tersebut. c. Verba. Aat ini bisa berbentuk deskripsi isan atau tuisan dari suatu ingkungan (peta daerah) dan/atau rute perjaanan daam suatu ingkungan (peta rute). Tabe di bawah menggambarkan beberapa contoh tentang bagaimana beajar berbagai situasi dan menunjukkan keompok atau pengeompokan aat bantu orientasi yang dapat membantu siswa daam memperoeh dan mempergunakan berbagai keterampian atau konsep secara efisien. Aat bantu bukanah pengganti untuk instruksi dari seorang guru atau instruktur O&M. Aat bantu yang disarankan dapat dipergunakan secara mendasar oeh tunanetra apabia dia teah menerima atau menyeesaikan peajaran keterampian meawat mandiri. Beajar Situasi dan Aat Bantu yang Disarankan Situasi Aat Bantu Siswa tidak dapat memahami hubungan antai-antai di sekoah atau bangunan. Mode Siswa tidak dapat memahami karakteristik ruangan yang permanen dan bisa dibongkar pasang. Mode Mempunyai kesuitan daam memahami dimana dia, Grafik (perabaan dan/atau visua),

kapan dia berbeok ketika menyebrangi jaan. dan/atau mode. Tidak memahami susunan persimpangan yang rumit Grafik (perabaan dan/atau visua), dan/atau mode. Ingin bepergian ke berbagai rute yang berbeda secara mandiri. Ingin mengena daerah metropoitan yang beum dikena Tidak dapat mengingat ebih dari satu kai pengarahan. Grafik (perabaan dan/atau visua); verba (pendengaran atau braie) Grafik (perabaan dan/atau visua); verba (pendengaran atau braie) Verba (pendengaran) Tidak dapat mengingat rute dari rumah ke sekoahnya. Tidak dapat memahami perintah rute verba daam peajaran. Tidak dapat menceritakan rute kepada guru sebeum meauinya; memerukan sistem untuk memberitahukan kepada guru kemana dia akan pergi. Grafik (perabaan dan/atau visua), atau rute verba (pendengaran) Grafik (perabaan dan/atau pengihatan) Grafik (perabaan dan/atau pengihatan) Siswa disertai dengan kehiangan pendengaran yang berat ingin mengetahui tempat perawatan yang baru. Grafik (perabaan dan/atau pengihatan) Disebabkan oeh kurangnya sensitivitas perabaan sehingga siswa memerukan aat bantu pengingat untuk mandiri dan menggunakannya beruanguang. Verba (pendengaran) Memerukan aat bantu pengingat rute yang mudah dibawa-bawa. Verba (pendengaran) HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas

Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 5 Topik/Pokok Bahasan : Anaisis aat bantu mobiitas Uraian pokok-pokok perkuiahan: Ada berbagai aat bantu yang bisa dipergunakan oeh orang tunanetra ketika mereka ingin bepergian. Kaau kita meihat sejak duu sampai dengan saat ini aat bantu yang dipergunakan bisa sangat bervariasi muai dari manusia, binatang, sampai aat-aat (seperti tongkat misanya). Secara mendasar aat bantu mobiitas ini dapat dibagi ke daam tiga jenis, atau empat apabia aat bantu eektronik termasuk di daamnya, yaitu: pendamping awas, tongkat, dan anjing penuntun. Dari ke empat aat bantu di atas, pendamping awas dan tongkat merupakan aat bantu yang paing banyak dipergunakan oeh para tunanetra di Indonesia. Ha ini cukup beraasan karena kedua aat bantu tersebut reatif mudah dan murah untuk dipergunakan oeh para tunanetra. Anjing penuntun dengan berbagai aasan, terutama agama dan biaya, beum banyak dipergunakan di Indonesia. Demikian juga dengan aat bantu eektronik, seain aasan harga yang reatif maha juga perbaikan dan ketersediaan suku cadang yang suit untuk diperoeh. 1. Pendamping Awas Keterampian yang dimiiki oeh orang tunanetra untuk bepergian bersama dengan orang awas disebut teknik pendamping awas. Daam penggunaan teknik ini, orang tunanetra dapat mengkombinasikannya dengan teknik-teknik yang ain, seperti teknik tongkat dan anjing penuntun. Ha yang mendasar daam penggunaan teknik ini adaah: (1) orang tunanetra memegang engan pendamping di atas sikutnya, (2) sudut sikut orang tunanetra yang memegang engan pendamping membentuk sudut 90 derajat, sehingga (3) posisi orang tunanetra berada setengah angkah berada di beakang pendamping. Daam teknik pendamping awas ini ada berbagai teknik yang dapat dipergunakan daam berbagai situasi (ihat bab teknik pendamping awas). 2. Tongkat Ada berbagai jenis tongkat yang biasa dipergunakan oeh orang tunanetra ketika mereka meakukan perjaanan, seperti: tongkat panjang (ong cane) dan tongkat ipat (foding atau coapsibe cane). Demikian juga diihat dari bahan yang dipakai untuk membuat tongkat baik yang dibuat sendiri maupun pabrik, seperti: kayu, auminium, fibergass, pastik, dan besi stainess. Tongkat memberikan perindungan dan keseamatan pada penggunanya ketika orang tunanetra meakukan perjaanan daam suatu ingkungan. Dengan diatih oeh instruktur O&M yang berpengaaman, orang tunanetra akan memperoeh keterampian penggunaan tongkat dengan baik. Pada akhirnya mereka dapat bepergian dengan seamat, baik di tempat yang

membingungkan, rumit, maupun situasi yang membahayakan. Tongkat juga berfungsi memperpanjang indera raba penggunanya meaui batang (shaft) dan ujung tongkat (tip), untuk memperoeh informasi dari ingkungan. Penggunaan tongkat juga akan mempermudah orang-orang di sekitarnya untuk mengidentifikasi bahwa si pengguna adaah seorang tunanetra, dan daam beberapa ha tongkat dapat membantu pembentukan postur seorang tunanetra. 3. Anjing Penuntun Whitstock daam Scho (1986) mengemukakan bahwa atihan penggunaan anjing penuntun bagi orang tunanetra secara sistematis dimuai pada abad 18. Seama perang dunia ke- 1, sekoah anjing penuntun pertama didirikan di Jerman untuk meatih para veteran tunanetra tentara Jerman. Sekoah anjing penuntun pertama di Amerika bernama Seeing Eye, didirikan pada tahun 1929 di Nashvie, Tennessee. Kemudian pada tahun yang sama sekoah ini pindah ke Morristown, New Jersey sampai dengan sekarang. Labrador dan anjing penggembaa Jerman biasanya jenis anjing yang dipergunakan sebagai anjing penuntun. Untuk memperoeh seekor anjing penuntun, biasanya seorang tunanetra menghabiskan satu buan untuk menerima atihan di sekoah anjing penuntun yang berasrama, daam kurun waktu tersebut ditentukan caon anjing yang sesuai dengan orang tunanetra tersebut. Pada umumnya terjadi konsep yang saah tentang penggunaan anjing penuntun, bahwa orang tunanetra yang menggunakan anjing penuntun tidak membutuhkan bantuan untuk mencapai satu tujuan tertentu. Pada waktu-waktu tertentu orang tunanetra harus bertanya kepada orang ain tentang arah dan mungkin akan memrukan petunjuk secara fisik ketika akan menuju ke suatu tempat. 4. Eektronik Aat bantu mobiitas dengan mempergunakan aser dan geombang utrasonik teah banyak dibuat untuk dapat menditeksi kondisi ingkungan. Aat-aat bantu tersebut ada yang mode genggam (seperti ampu senter)yang disebut mowat sensor, ada juga yang dikombinasikan dengan tongkat atau kacamata. Suara dan getaran ditimbukan oeh aat tersebut untuk memberitahukan kepada penggunanya bahwa di depannya ada rintangan. Suara dan getaran yang ditimbukan oeh aat tersebut akan meninggi apabia aat tersebut mendekati benda, dan suara serta getaran akan merendah apabia aat tersebut menjauhi benda. Aat-aat bantu mobiitas eektronik ini biasanya dipergunakan oeh para tunanetra yang sudah memperoeh peatihan untuk berjaan mandiri, baik dengan mempergunakan tongkat maupun anjing penuntun. Sebeum mempergunakan aat bantu ini, orang tunanetra harus terebih dahuu mengikuti peatihan yang secara khusus diberikan oeh instruktur yang teratih. Ada beberapa keterbatasan dari aat-aat bantu eektronik ini. Aat bantu ini akan ide dipergunakan apabia orang tunanetra teah mampu untuk berjaan mandiri dan berpartisipasi aktif di tengah-tengah masyarakat. Tetapi untuk sebagian orang tunanetra aat bantu eektronik ini akan seau menjadi kesuitan untuk dipergunakan.

HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 6 Topik/Pokok Bahasan : Pengembangan konsep Uraian pokok-pokok perkuiahan: Orang tunanetra mengaami tiga keterbatasan (Lowenfed, 1948). Keterbatasan pertama, kontro ingkungan dan diri daam hubungannya dengan ingkungan, dimana ha ini dapat berpengaruh terhadap penerimaan informasi daam interaksi sosia. Seorang tunanetra mungkin tidak mampu menentukan kapan orang ain keuar atau masuk ruangan atau berjaan menjauhi atau mendekati keompoknya. Seorang tunanetra mungkin tidak tahu apakah orang ain berbicara atau mendengarkan pada dirinya karena dia tidak dapat meihat bagaimana ekspresi wajah dan gerakan tangan orang ain, atau mempergunakan kontak mata. Keterbatasan kedua adaah mobiitas. Apabia keterbatasan ini tidak ditangani dengan memberikan peatihan kepada orang tunanetra, maka orang tunanetra akan menghadapi kesuitan daam meakukan interaksi dengan ingkungan. Kemungkinan dia akan kesuitan mempeajari ingkungan yang baru tanpa adanya bantuan dari orang ain, atau dia akan berkesuitan menemukan andmark khusus yang hanya dijeaskan daam bentuk pengenaan verba. Dengan tidak adanya pengihatan, orang tunanetra tidak dapat mengendarai kendaraan yang merupakan aat penting untuk meakukan mobiitas daam berbagai ingkungan. Keterbatasan ketiga adaah daam tingkat dan keanekaragaman konsep. Orang tunanetra yang ketunanetraannya diperoeh sejak ahir akan menghadapi kesuitan ketika memperoeh konsepkonsep yang baru, seperti perkembangan teknoogi, pakaian, dan perubahan daam ingkungan. Keterbatasan ini merupakan masaah utama yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan orang tunanetra yang diperoeh sejak ahir karena pengembangan konsep merupakan dasar dari beajar akademik, socia, dan psikomotor. Orang awas mempeajari dan mengembangkan konsep diakukan secara informa, sedangkan orang tunanetra harus meakukannya secara terstruktur untuk membantu

mengembangkan konsepnya dengan baik. Bepergian tanpa adanya pengihatan memerukan penguasaan beberapa konsep dasar. Konsep dasar penting yang berhubungan dengan mobiitas adaah kesadaran tubuh, termasuk di daamnya gambaran tubuh, konsep tubuh, dan citra tubuh. Beberapa konsep ainnya seperti konsep posisi dan hubungan merupakan konsep-konsep yang tidak kaah pentingnya dari konsep bentuk, ukuran, dan gerak daam mobiitas. Seorang tunanetra juga harus memiiki konsep yang tepat tentang ingkungan, topografi, tekstur, dan temperatur. Seorang ahi mobiitas harus tahu berbagai macam konsep penting dan memahami bagaimana konsep tersebut dikembangkan oeh individu yang awas. Kemudian dia juga harus memahami bagaimana pengaruhnya pengembangan konsep tersebut dipeajari oeh orang tunanetra, dan bagaimana masaah muncu ketika mempeajari konsep tersebut. Seorang ahi mobiitas harus meakukan asesmen untuk mengetahui tingkat perkembangan konsep seorang tunanetra, Ha ini diakukan untuk memberikan ayanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan orang tunanetra tersebut. Pengembangan konsep adaah proses penggunaan informasi sensori untuk membentuk ide-ide ruang dan ingkungan. Piaget dan Inheder daam Scho (1986) mengemukakan bahwa kemampuan kognitif berkembang ketika anak berinteraksi dengan ingkungannya dan mengembangkan konsepkonsep ruang dimana aktivitas visua memegang peranan yang sangat penting. Anak-anak yang menjadi tunanetra sejak ahir sering terbatas daam tingkat dan keanekaragaman pengaaman yang dibutuhkan untuk mengembangkan konsep-konsep tersebut. Hapeman seperti yang dikutip oeh Scho (1986) mengemukakan bahwa anak-anak yang tunanetra sejak ahir memiiki kekurangan daam pengetahuan kongkrit tentang ingkungannya dan konsep dasar yang penting seperti jarak, arah, dan perubahan ingkungan. HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi

Pertemuan ke : 7 Topik/Pokok Bahasan : Mode ayanan O&M Uraian pokok-pokok perkuiahan: Prinsip daam O&M yaitu daam mengajarkan sesuatu harus dimuai dari apa yang dia ketahui menuju ke apa yang beum diketahui, dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari ingkungan yang sepi ke ingkungan yang ramai dan padat secara individua. Di samping itu, pengajaran O&M harus dimuai dari diri anak ke ingkungan yang terdekat dari anak, dan meebar ke ingkungan yang ebih uas. Mengingat waktu yang dibutuhkan tunanetra untuk menguasai keterampian O&M sangat banyak, dan peru pengajaran yang berkesinambungan, maka pengajaran O&M diasumsikan tidak akan mencapai tujuan akhir apabia hanya diaksanakan dengan cara kasikan dan waktu yang terbatas. Untuk itu peayanan O&M harus diaksanakan daam tiga pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan terpadu Semua guru yang mengajar anak harus mengarahkan kegiatan pengajarannya pada pengembangan mobiitas, yang berarti pengajaran bidang studi ain hendaknya juga dititik beratkan pada aktifitas dan pemahaman serta pengembangan konsep-konsep dasar. Dengan demikian maka guru ain sudah membantu pengembangan mobiitas anak. 2. Pendekatan bidang studi O&M Sebagai bidang studi tersendiri, O&M sudah jeas tujuannya, waktunya, dan keasnya. Bidang studi keterampian O&M hendaknya dipegang oeh instruktur O&M yang berwenang, dan apabia tidak memungkinkan dapat dipegang oeh guru oahraga. 3. Pendekatan intensif Pendekatan pengajaran O&M secara intensif harus diberikan oeh instruktur kepada tunanetra secara berkesinambungan, dan berhenti apabia tujuan yang teah ditetapkan seesai dicapai. Peayanan pendekatan ini diberikan secara individu dan kepada mereka yang betu-betu membutuhkan keterampian O&M dengan cepat. Mengingat jumah murid mungkin terau banyak, maka peru ditempuh sistem prioritas. Mereka yang mendapatkan prioritas adaah tunanetra: a. Yang baru masuk sekoah/pusat rehabiitasi, dengan tujuan agar ia dapat dengan cepat dapat bergerak bebas dan terorientasi di ingkungan sekoah dan asramanya. b. Yang akan segera uus meninggakan sekoah/pusat reha-biitasi, sehingga ia dapat mandiri di ingkungan yang baru. c. Mereka yang kegiatannya banyak keuar kompeks sekoah/pusat reha-biitasi atau asrama. d. Aasan ain sehingga mengharuskan diberikannya peayanan intensif. Adapun waktu peaksanaan dari peayanan intensif, bisa menggunakan waktu ekstra kurikuer maupun waktu jam sekoah yang bisa diatur antara instruktur O&M dengan guru keas maupun guru bidang studi ainnya. Untuk mencapai tujuan akhir dari pengajaran O&M tidak bisa hanya diakukan dan disuahakan oeh guru/instruktur sana, akan tetapi memerukan kerjasama dengan berbagai fihak yang teribat daam pendidikan/rehabiitasi tunanetra, seperti: guru keas, guru bidang studi, guru/instruktur O&M, pimpinan embaga, karyawan, orang tua, dan masyarakat. Untuk mendukung pengajaran O&M, setiap unsur yang terkait dan teribat di atas mempunyai peran sebagai berikut:

1. Peran guru/instruktur O&M: a. Sebagai konsutan daam bidang O&M terhadap guru keas maupun ter-hadap guru bidang studi ainnya, yang mempunyai probem O&M pada anak didik. b. Perencana dan peaksana kegiatan beajar mengajar O&M. c. Konsutan bagi orang tua anak didik dan masyarakat daam bidang O&M. 2. Peranan guru keas dan guru bidang studi ainnya: a. Peaksana peayanan O&M secara terpadu, yaitu memasukkan prinsip-prin-sip dasar O&M pada bidang studi yang dipegangnya. b. Memberikan informasi tentang kesuitan anak didiknya daam O&M di ke-asnya kepada guru/instruktur O&M. 3. Peran pimpinan embaga: a. Sebagai pengawas dan penanggung jawab keberhasian program O&M di sekoahnya. b. Mengusahakan penambahan waktu dan keengkapan sarana dan prasarana bia diperukan, termasuk saran-saran perbaikan untuk keancaran tercapainya tujuan O&M di sekoah. 4. Peran orang tua: a. Sebagai pengawas, pembimbing, dan pengarah mobiitas anak seama ada di ingkungan rumah. b. Ikut memberikan tugas yang berifat mengembangkan keman-dirian gerak anaknya daam meakukan kegiatan sehari-hari. 5. Peran masyarakat: a. Turut menciptakan ingkungan mobiitas yang baik, teratur, dan aman. b. Memberikan kesempatan yang sama seperti orang awas daam meakukan mobiitas di ingkungan masyarakat. Agar tujuan penyampaian pengajaran tercapai, diperukan aat bantu O&M meiputi manusia, binatang, aat bantu eektronik, dan tongkat. Tongkat diharapkan diberikan pada tunanetra seteah mendapatkan atihan terebih dahuu bagaimana cara pemakaiannya yang benar. Teknik tongkat hanya diatihkan kepada tunanetra oeh instruktur O&M yang teah mempunyai kewenangan.

HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 8 Topik/Pokok Bahasan : UTS Uraian pokok-pokok perkuiahan:

HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 9 Topik/Pokok Bahasan : Merancang peta timbu Uraian pokok-pokok perkuiahan: Aat bantu grafik adaah aat bantu yang di daamnya diekspresikan ide-ide daam bentuk garis, tanda atau huruf di atas suatu permukaan. Aat bantu grafik mempunyai keungguan daam menggambarkan informasi tentang susunan suatu ingkungan seperti persimpangan yang rumit atau poa jaan yang tidak beraturan. Pengetahuan tentang susunan dari suatu ingkungan sangat penting diketahui oeh tunanetra untuk berjaan mandiri. Sebagai contoh, berbagai aspek susunan ingkungan dari daerah perkotaan yang informasinya diperukan oeh seorang pejaan tunanetra daam menentukan urutan rute adaah sebagai berikut: a. Yang mana jaan utama di perkotaan tersebut? b. Ke mana jaan tersebut mengarah? c. Apakah jaan tersebut memiiki tikungan yang jeas pada jarak tertentu untuk diewati? d. Bagaimana jaan-jaan yang ainnya bersimpangan dengan jaan utama? e. Apakah ada jaan ainnya yang sejajar dengan jaan utama? Berapa banyak? Di sebeah mana? f. Seperti apa susunan setiap persimpangan yang ada? Apabia orang tunanetra mengkombinasikan berbagai informasi tersebut dengan pengetahuan sistem pengaamatan dan dengan keterampian mobiitas yang baik, dia dapat berjaan dengan efektif ke dan dari berbagai tujuan di suatu daerah. Informasi-informasi tersebut dapat diberikan daam berbagai teknik grafik raba atau visua. Mereka yang tidak terbiasa mempergunakan informasi grafik mungkin memerukan beajar keterampian tersebut secara khusus untuk memperoeh keuntungan yang maksima dari aat bantu tersebut. Beberapa susunan ingkungan terau kompeks untuk digambarkan dengan mudah secara verba, tetapi ingkungan tersebut dapat dibuat daam bentuk grafik. Susunan kampus misanya dimana kendaraan dan poa auintas yang tidak jeas, jaan untuk kendaraan dan pejaan kaki

apakah sejajar atau tegak urus dengan dirinya dapat dipresentasikan secara grafik. Susunan yang kompeks seperti itu dipresentasikan daam bentuk grafik, dapat pua ditambah dengan informasi verba tentang andmark dan petunjuk-petunjuk orientasi ainnya. Aat bantu grafik dapat memfasiitasi komunikasi guru dengan siswa ketika terjadi hambatan bahasa, ha itu bisa disebabkan karena keduanya tidak fasih berbahasa yang sama, atau dikarenakan siswa mempunyai keainan daam bahasa reseptif dan ekspresif. Dengan aat bantu grafik, siswa dapat mengatur kecepatannya daam memperoeh informasi dan memiih urutan daam menentukan tujuan di ingkungan sesuai dengan yang ada daam aat bantu tersebut. Seorang siswa yang mempunyai motivasi tinggi untuk mengetahui rumah temannya, mungkin yang pertama kai dia akukan adaah bagaimana menemukan rute tersebut daam peta, kemudian dia kembangkan dengan mengena nama jaan dan sistem au-intasnya, kemudian dia akan membuat kesimpuan dari berbagai informasi tersebut untuk dapat mencapainya. Baik aat bantu grafik maupun verba dapat dipergunakan secara beruang-uang, apakah untuk tujuan penyegaran ingatan atau untuk tujuan meakukan observasi secara rinci. Kedua aat bantu tersebut dapat membantu daam menemukan rute baru, dan memperkaya pengetahuan yang menyeuruh dari suatu daerah. Aat Bantu Grafik Raba Dibandingkan dengan pengihatan, keuasan persepsi perabaan sangat terbatas sehingga membuat tugas membaca peta jauh ebih suit dan peru waktu ama. Peta raba akan berukuran ebih besar dibandingkan dengan peta visua dengan kandungan isi informasi yang sama. Ada beberapa prinsip yang peru dipertimbangkan daam membuat poa aat bantu raba ini. Ha-ha tersebut adaah: isi informasi, skaa, ukuran, pemiihan simbo, kepadatan informasi, abe dan indeks, dan tambahan informasi verba apabia diperukan. Keputusan untuk menentukan semua aspek tersebut harus berdasarkan pengetahuan yang cukup dari perancang tentang apa yang peru dikomunikasikan kepada siapa, hubungan satu aspek dengan aspek ainnya daam ingkungan, dan kapasitas persepsi dari sistem haptik. Aat Bantu Grafik Visua Daam membuat rancangan aat bantu grafik untuk orang dengan ow vision sama seperti yang harus diakukan ketika membuat aat bantu grafik raba, yaitu: isi informasi, skaa, ukuran, pemiihan simbo, kepadatan informasi, abe dan indeks, serta tambahan informasi verba apabia diperukan. Seain itu isu-isu di atas juga harus didasarkan pada pengetahuan si perancang tentang apa yang harus dikomunikasikan kepada siapa, dan pengetahuannya yang khusus tentang masingmasing kemampuan siswa. Karena adanya keanekaragaman kondisi visua dan efisiensi visua, aat bantu visua dirancang secara idea untuk seorang siswa yang sering tidak dapat dipergunakan oeh siswa yang ainnya. Aat bantu grafik raba dirancang untuk orang yang tidak memperhatikan keanekaragaman sensitifitas indera rabanya sehingga dapat berguna untuk banyak siswa. Orang ow vision yang tidak dapat mempergunakan aat bantu grafik dengan huruf cetak biasa mempunyai kekurangan daam ketajaman pengihatan, antang pandang, atau keduanya. Bagi orang yang mempunyai kekurangan pada ketajaman pengihatannya, informasi yang diberikan pada aat bantu hendaknya diperbesar dan/atau mempunyai tingkat kekontrasan yang tinggi, dan mungkin informasi tersebut hendaknya juga diberikan meaui sistem persepsi yang ain seperti perabaan atau pendengaran. Perbedaan gambar dan atar biasanya sering menjadi masaah bagi ow vision, sehingga aat bantu hendaknya tidak dikacaukan dengan informasi yang tidak penting. Biasanya pengguna aat bantu grafik visua yang berpengaaman mempergunakan banyak informasi daam petanya daripada mereka yang tidak berpengaaman. Bagi orang yang memiiki kekurangan pada antang pandang tetapi mempunyai ketajaman pengihatan yang bagus pada sisa antang

pandangnya tersebut mungkin akan mampu mempergunakan aat bantu grafik dengan huruf cetak biasa. Meskipun demikian, bukan berarti mereka tidak mempunyai masaah. Informasi yang digambarkan daam suatu ingkungan mungkin bukan informasi yang paing berguna atau paing berarti bagi orang itu. Misanya, mungkin yang paing membantu daam situasi tertentu bagi dia adaah mengetahui warna bangunan besar pada setiap perempatan daripada mengetahui nama setiap jaan pada perempatan tersebut. Aat Bantu Grafik Raba-Visua Para ahi tunanetra menyarankan bahwa aat bantu grafik bagi orang tunanetra hendaknya mempunyai sistem kode informasi gabungan antara raba dan visua. Berikut adaah beberapa argumentasi yang dipergunakan: a. Inkusifitas huruf cetak pada aat bantu grafik raba memungkinkan adanya bantuan dari orang awas. b. Aat bantu raba-visua dapat dipergunakan baik oeh mereka yang buta tota maupun ow vision sehingga secara ekonomi dapat menghidupkan pasar untuk memproduksi aat bantu tersebut secara komersia. c. Untuk produksi komersia aat bantu grafik bagi ow vision, ideanya setiap produksi dari setiap aat bantu memiiki keanekaragaman ukuran, skaa dan simbo sehingga setiap orang dapat mempergunakan secara maksima kemampuan visuanya. Ha ini jeas tidak ayak daam sistem produksi. Meskipun demikian, produksi aat bantu raba-visua akan memungkinkan pengguna yang tidak dapat meihat seuruh informasi yang diberikan secara visua untuk memperoeh informasi yang sama meaui perabaannya. Oeh karena itu, satu rancangan aat bantu raba-visua akan dapat dipakai oeh berbagai keompok orang ow vision daripada hanya aat bantu grafik visua saja. Berdasarkan berbagai argumentasi di atas, semua aat bantu grafik secara komersia bagi tunanetra hendaknya dibuat daam bentuk raba-visua. Demikian juga aat bantu yang dibuat sendiri oeh guru hendaknya dibuat daam bentuk raba-visua agar memiiki kegunaan yang ebih besar agi. Untuk mempermudah orang ow vision membaca aat bantu grafik raba-visua, ha-ha berikut harus diperhatikan: a. Informasi visua ditampikan pada haaman yang sama dengan informasi raba. b. Informasi visua ditampikan secara berapis di atas informasi raba. c. Informasi raba yang ditampikan sebagai dasar, di haaman beakangnya ditampikan informasi visua. d. Informasi visua dan raba ditampikan berdampingan (pada dua haaman).

HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat : Ortopedagogik Tunanetra I Dosen : Drs. Djadja Rahardja, M.Ed. Drs. Irham Hosni, Dip. Sed. Drs. Ahmad Nawawi Pertemuan ke : 10, 11 Topik/Pokok Bahasan : Teknik pendamping awas Uraian pokok-pokok perkuiahan: Dasar-dasar Pendamping Awas Tujuan efisien. Prosedur Agar siswa mampu mempergunakan pendamping awas dengan aman dan Agar siswa memiiki dasar-dasar urutan keterampian menggunakan pendamping awas. a. Dengan punggung tangannya pendamping menyentuh engan siswa. Pada tahap ini punggung tangan pendamping jangan epas dari engan siswa, karena kaau diepas dapat menyebabkan kebingungan pada siswa. b. Siswa meneusuri engan pendamping yang menyentuhnya dan memegang engan pendamping di atas sikutnya. c. Posisi siswa berada kurang ebih setengah angkah di beakang pendamping. Berbaik Arah Tujuan Prosedur Agar siswa dan pendamping mampu meakukan baik arah 180 derajat di tempat yang sempit. a. Pendamping mengatakan kepada siswa bahwa mereka akan berbaik arah. b. Pendamping memutarkan badannya ke arah siswa dengan engan bebasnya seoah-oah diberikan kepada siswa.

c. Tangan siswa yang bebas mencari engan pendamping dengan cara menyapukannya ke arah uar. d. Apabia teah menemukan engan pendamping, siswa segera meepaskan pegangannya yang pertama, kemudian mengikuti gerakan pendamping untuk menuju ke arah yang berawanan. Pindah Pegangan Tujuan Prosedur Agar siswa mampu meakukan pindah pegangan karena aasan persona, sosia, atau untuk kenyamanan dan mudahnya mengatasi situasi ingkungan. a. Pendamping mengatakan kepada siswa untuk pindah pegangan (inisiatif pindah pegangan mungkin juga datang dari siswa). b. Siswa dengan punggung tangan bebasnya menyentuh engan atas pendamping yang sedang dipegangnya. c. Tangan yang bebas tersebut kemudian mencari engan atas pendamping yang bebas dengan cara meneusuri punggung pendamping. d. Apabia engan bebas pendamping teah ditemukan, pegangan siswa yang pertama diepas kemudian berpindah memegang engan pendamping yang bebas sesuai dengan teknik dasar. Tangan siswa yang satunya agi diepaskan. Meewati Jaan Sempit Tujuan Prosedur Memungkinkan meewati jaan sempit yang tidak dapat diaui dengan mempergunakan teknik pendamping awas dengan prosedur biasa. a. Pendamping menggerakan engannya ke beakang sehingga engannya berposisi menyiang di beakang punggungnya. b. Siswa meresponnya dengan cara meuruskan engannya dan sedikit menurunkan pegangannya sehingga tepat berada di beakang pendamping. Pada saat berjaan dengan posisi ini, pendamping hendaknya menurunkan kecepatan jaannya. c. Apabia jaan sempit teah diewati, pendamping mengembaikan engannya ke posisi semua dan diikuti siswa ke posisi norma. Menerima atau Menoak Ajakan Tujuan Prosedur Agar siswa mampu menerima atau menoak ajakan dengan baik, tergantung pada kebutuhan atau keinginannya. a. Siswa merespon ajakan pendamping yang menarik tangannya dengan cara meemaskan dan mengangkat tangannya ke arah bahu yang berawanan, dengan poisisi kaki tetap berada di

tempat. b. Dengan tangannya yang bebas, siswa memegang pergeangan tangan pendamping dan menjeaskan kepadanya maksud dari dia meakukan pegangan tersebut. c. Siswa menarik pergeangan tangan pendamping ke depan sampai pegangan tersebut terepas dari tangannya. d. Apabia menerima ajakan tersebut, siswa dengan tangannya yang bebas memegang engan pendamping dengan teknik yang benar. Apabia menoak ajakan, siswa jangan memegang engan pendamping, meainkan meepaskan tangan pendamping. Naik-turun Tangga Tujuan efisien. Prosedur Naik tangga: a. Berhenti di pinggiran tangga. Agar siswa dan pendamping mampu meewati tangga dengan aman dan b. Menghadap dengan tepat ke arah tangga. Katakan kepada siswa bahwa mereka akan menaiki tangga. c. Tempatkan kaki pendamping pada anak tangga yang pertama dan berhenti sebentar. d. Siswa maju ke depan sehingga ujung kakinya menyentuh pinggiran anak tangga yang pertama. e. Apabia siswa teah menemukan anak tangga yang pertama muaiah untuk naik tangga. f. Apabia siswa teah mencapai anak tangga yang terakhir, berhentiah dan katakan kepada siswa bahwa mereka teah meewati tangga. Turun tangga: a. Berhentiah di pinggir tangga. b. Menghadap dengan tepat ke arah tangga. Katakan kepada siswa bahwa mereka akan menuruni tangga. c. Maju ke depan. Langkahkan satu kaki pendamping ke anak tangga yang pertama, au berhenti. d. Siswa maju ke depan sehingga kakinya menyentuh pinggiran tangga yang paing atas. e. Yakinkan bahwa siswa sudah menemukan pinggiran anak tangga. Muaiah berjaan menuruni tangga sesuai dengan kecepatan jaan siswa. f. Berhentiah pada ujung atau bagian bawah tangga. Katakan kepada siswa bahwa mereka teah seesai menuruni tangga. Naik-turun tangga yang tidak beraturan: a. Berhentiah di depan tangga. Menghadap ke arah tangga dengan tepat. Katakan kepada siswa bahwa mereka akan meewati tangga yang tidak beraturan. b. Katakan kepada siswa apakah mereka akan naik atau turun tangga. c. Berhentiah pada setiap anak tangga. Menghadap ke tangga dengan tepat. Lanjutkan perjaanan naik atau turun (Biasakan pendamping tetap satu angkah ebih duu daripada

siswa). d. Ketika siswa teah mencapai ujung tangga, berhentiah dan katakan kepada siswa bahwa mereka teah seesai meewati tangga. Naik-turun tangga berbentuk spira: a. Berhentiah di ujung tangga. b. Menghadap ke arah tangga dengan tepat. c. Katakan kepada siswa apakah mereka akan naik atau turun tangga. d. Yakinkanah bahwa siswa ada di bagian uar dari spira. Injakan di bagian itu ebih ebar daripada di bagian daam. e. Apabia ada pegangan tangga, suruhah siswa untuk berpegangan pada pegangan tersebut. f. Berhentiah sejenak di setiap anak tangga, kemudian menghadap ke arah tangga dengan tepat, dan anjutkan. g. Seteah sampai di akhir atau ujumng tangga, berhentiah dan katakan kepada siswa bahwa mereka teah seesai meewati tangga. Mempergunakan Eskaator Tujuan Prosedur Agar siswa mampu mempergunakan eskaator dengan teknik pendamping awas dengan aman dan efisien. a. Berhentiah di depan eskaator. b. Beritahu siswa bahwa di depannya ada eskaator. Katakan kepadanya bahwa mereka akan naik atau turun. c. Berjaanah di depan siswa dan tempatkan tangan siswa pada handrai (pegangan). Siswa hendaknya segera mengikuti pendamping begitu tangannya memegang handrai. d. Siswa maju ke depan dengan memegang handrai, dan mengecek ujung antai atau permuaan eskaator dengan kakinya. Apabia pendamping meihat bahwa siswa teah mengecek ujung antai dengan kakinya, pendamping berjaan ke eskaator mendahuui siswa. e. Siswa mempergunakan kakinya untuk menentukan kapan injakan eskaator akan muncu, kemudian dia naik ke eskaator. f. Siswa berdiri dengan kedua kakinya berada pada satu injakan, satu kaki sedikit berada di depan kaki yang ainnya. g. Apabia siswa merasakan handrai bergerak ke arah posisi datar, dia sebaiknya segera mengangkat sedikit ujung kakinya. Mempergunakan Eevator Tujuan Agar siswa dan pendamping mampu mempergunakan eevator dengan seamat dan efisien. Prosedur a. Berhenti di depan eevator dan katakan kepada siswa bahwa di depannya ada eevator.

b. Apabia pintu terbuka, maju ke depan dan masuk ke eevator. c. Ketika sudah sampai di daam, berbaik arah dan menghadap ke arah pintu. Naik dan Turun Mobi Tujuan Prosedur Naik mobi Agar siswa mampu naik dan turun ke/dari mobi dengan aman dan efisien. a. Berhengti di depan pintu dan katakan kepada siswa ke arah mana mobi menghadap. b. Tempatkan tangan siswa pada pegangan pintu. c. Siswa membuka sendiri pintu mobi, dan menemukan atap mobi dengan mempergunakan tangannya meneusuri bingkai pintu mobi. d. Lakukan pengecekan pada tempat duduk mobi. e. Siswa duduk dan kemudian memasukan kakinya ke mobi. f. Siswa hendaknya memberitahu yang ain bahwa dia berada dekat dengan pintu sebeum berbuat sesuatu. Turun dari mobi a. Seteah mobi betu-betu berhenti, siswa membuka pintu mobi, berputar, dan menurunkan kakinya terebih dahuu. b. Kemudian dia sebaiknya menempatkan tangannya yang berdekatan dengan pintu pada bagian atas pintu, kemudian baru berdiri. c. Sebeum menutup pintu siswa sebaiknya memberitahu yang ain bahwa dia teah seesai keuar dengan aman. Waktu Hujan Tujuan Prosedur dan efisien. Agar siswa dan pendamping awas dapat bepergian di waktu hujan dengan aman a. Pendamping dan orang tunanetra sebaiknya berdiri berdampingan. b. Siswa dan pendamping sebaiknya berdekatan satu dengan yang ain dan keduanya memegang pegangan payung bersama-sama dengan mempergunakan tangan yang berdekatan. c. Berjaanah pada kecepatan jaan siswa. Perhatikan betu kaki ketika meangkah berjaan. Meewati Pintu Tujuan efisien. Prosedur Agar siswa dan pendamping mampu meewati pintu dengan seamat dan