PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Sistem Petikan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Wonosobo

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Cammellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi Wonosobo, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) di Unit Perkebunan Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PEMBENTUKAN PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN DAN PEMANGKASAN TRAINING AND PRUNING

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Kakao (Theobroma Cacao L.) Di Cilacap, Jawa Tengah

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN MEDINI, PT RUMPUN SARI MEDINI, KENDAL, JAWA TENGAH

Pengelolaan Pemetikan Tanaman Teh (Camellia sinensis (L.) O Kuntze) di Unit Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Jawa Tengah.

PEMANGKASAN KOPI. Disusun Oleh : Khasril Atrisiandy, SP NIP : Penyuluh Pertama

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

DAFTAR TABEL. No. Tabel Judul Tabel No. Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE

JERUK SIAM PONTIANAK DAN KEPROK TERIGAS UNTUK MENINGKATKAN. E.M.Rachmat S., Titik Purbiati, John David H, Tomy Purba dan Melia Puspitasari

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

BUDIDAYA TANAMAN MANGGA

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

Pengendalian gulma picisan pada tanaman teh melalui pemangkasan dan herbisida

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Geografis Wilayah Kabupaten Blitar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

= pemanen. Sistem Penunasan

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PEMANGKASAN TEH (Camelia sinensis (L.) O. Kuntze) di PT TAMBI, UNIT PERKEBUNAN TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH NOVRIAN RAHARJA A

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

BAB III BAHAN DAN METODE. Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan data berbagai variabel yang

III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Bahan dan Alat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT. TAMBI, WONOSOBO, JAWA TENGAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK SINKRONISASI PENYEDIAAN BATANG BAWAH DAN MATA TEMPEL PADA PERBENIHAN APEL (Mallus Sylvestris Mill.)

PEMBENTUKAN DAN PEMANGKASAN KOPI ROBUSTA

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. karbohidrat sehingga dapat dijadikan alternatif makanan pokok. Selain

Teknologi Produksi Ubi Jalar

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan Yij : µ + τi + pj + εij ; i : 1,2,3.,8 ; j : 1,2,3

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PEMBAHASAN Penetapan Target

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

KONDISI UMUM Sejarah Perkebunan

Pengaruh Cairan Pembersih Lumut dan Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O.Kuntze) Asal Biji Setelah Dipangkas

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PELAKSANAAN EVALUASI KEBUN SUMBER BENIH TEH KP GAMBUNG DAN KP PASIR SARONGGE

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

Teknik Budidaya Tanaman Durian

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO (PBK) DI PROVINSI BENGKULU

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis L. (O) Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN TAMBI, PT TAMBI WONOSOBO, JAWA TENGAH ROSIANTIM LYDIA SEPTIANINGRUM

TINJAUAN PUSTAKA. Jepang yang ditanam sebagai tanaman hias. Kemudian dilaporkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

Transkripsi:

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2009). Hasil pengamatan tinggi bidang petik dan diameter bidang petik pada Blok 4 di Kebun Rumpun Sari Medini yaitu diperoleh rata-rata tinggi bidang petik 107.4 cm dan diameter 106.7 cm (Tabel 4). Tinggi bidang petik tersebut belum mencapai kriteria harus dipangkas, yaitu 120 cm. Gilir pangkas di Blok 4 baru mencapai umur 34 bulan (Tabel 10). Menurut Sukasman (1988) daur pemangkasan mempunyai hubungan erat dengan tinggi pangkasan. Untuk daerah medium (600 1200 meter diatas permukaan laut) dengan tinggi pangkasan 45 50 cm, laju kenaikan tinggi bidang petik 12 cm, maka untuk mencapai tinggi bidang petik 120 cm akan diperlukan daur pangkas kira-kira 4 tahun. Kondisi pucuk di Blok 4 yang kurang produktif menjadi alasan pangkasan tetap dilaksanakan. Semakin tinggi bidang petik maka akan semakin sulit bagi pemetik melakukan kegiatan pemetikan. Tinggi bidang petik di Blok 4 yang akan dipangkas belum menyulitkan pemetik dalam melakukan pemetikan. Menurut Sukasman (1988) pemangkasan harus segera dilakukan apabila bidang petik sudah sulit dijangkau oleh pemetik. Tinggi tanaman 120 cm merupakan tinggi maksimal untuk ukuran tinggi badan pemetik di Indonesia (155-165 cm). Persentase Pucuk Burung Pucuk burung adalah pucuk yang berada dalam keadaan tidak aktif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemangkasan dapat dilakukan pada Blok 4 karena sudah memasuki waktu pangkas, dengan persentase pucuk burung mencapai 89.4 % (Tabel 5). Menurut Sukasman (1988) pemangkasan dilakukan pada saat persentase pucuk burung mencapai 70 %. Jumlah pucuk burung yang tinggi juga mengindikasikan tingginya zat pati hasil fotosintesis yang terakumulasi dalam akar tanaman teh. Pertumbuhan pucuk

44 tanaman makin aktif atau pertumbuhan pucuk makin banyak, mengindikasikan makin banyak pula zat pati yang dipakai, sehingga persediaan zat pati makin berkurang (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Apabila pemangkasan terlambat dilakukan maka jumlah pucuk burung akan semakin banyak. Pada kondisi menjelang pemangkasan jumlah pucuk burung akan semakin banyak dengan ukuran pucuk kecil dan bobot pucuk ringan (Sukasman, 1988). Tinggi dan Diameter Bidang Pangkas Tinggi pangkasan adalah ukuran jarak pemangkasan dari permukaan tanah. Tinggi pemangkasan yang ditetapkan di Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu 55 65 cm dari permukaan tanah. Pemangkasan pertama dilakukan pada ketinggian 55 cm dan tinggi pangkasan pada tahun berikutnya akan naik setinggi 5 cm hingga mencapai ketinggian 65 cm kemudian setelah itu tinggi pangkasan diturunkan kembali menjadi 55 cm. Pada umumnya tinggi pangkasan bagi kebun produktif (TM) berkisar antara 40-70 cm, bergantung pada sasaran yang ingin dicapai. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan pemangkasan, tunas baru yang tumbuh cepat menjadi pucuk burung dan berukuran kecil, serta bidang petik cepat menjadi tinggi sehingga sulit dilakukan pemetikan dengan baik (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Hasil pengamatan tinggi pangkasan yang dilaksanakan di Kebun Rumpun Sari Medini yaitu diperoleh rata-rata tinggi pangkasan 61 cm dengan diameter bidang pangkas 60 cm (Tabel 8). Tenaga pemangkas dalam kegiatan pemangkasan masih memperhatikan ketentuan tinggi pangkasan yang diinginkan oleh pihak kebun. Rata-rata tinggi pangkasan yang dilakukan pemangkas masih dalam batas tinggi pemangkasan yang ditetapkan oleh pihak kebun yaitu 55 65 cm.

45 Luas Areal Pangkasan Perkebunan Rumpun Sari Medini menetapkan luas areal pangkasan sebesar 25 % per tahun atau sekitar 77.33 ha per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) yang dibagi dalam dua semester. Pemangkasan semester I dilaksanakan 60 % dan semester II sebesar 40 % dari luas areal yang akan dipangkas. Realisasi luas areal pemangkasan di Perkebunan Rumpun Sari Medini tahun 2006 2010 dapat dilihat pada Tabel 6. Realisasi luas areal pemangkasan di Kebun Rumpun Sari Medini pada tahun 2006 2010 berkisar 54.25 96.99 ha dengan rata-rata 80.20 ha atau 26.03 % dari luas areal tanaman menghasilkan (Tabel 6). Pada tahun 2008 2010 realisasi pemangkasan melebihi 25 %, hal ini dilakukan untuk menutupi luas areal pemangkasan pada tahun 2006 dan 2007 yang kurang dari 25 %. Kualitas Pangkasan Perbedaan usia para tenaga pemangkas tidak mempengaruhi kerusakan dan keterampilan pemangkas, hal tersebut terlihat pada Tabel 9 yang menunjukkan bahwa tenaga pemangkas berusia 60 tahun dan tenaga pemangkas berusia < 60 tahun tidak berbeda dalam hal kerusakan cabang dan ranting. Hasil pemangkasan yang baik ditentukan oleh cara pemangkasan. Cara pemangkasan yang harus dilakukan yaitu memotong cabang atau ranting yang berukuran lebih kecil dari ibu jari (diameter < 2 cm) menggunakan gaet pangkas, sedangkan yang berukuran lebih besar (diameter > 2 cm) digunakan gergaji pangkas, luka pangkas pada cabang atau ranting harus rata membentuk sudut 45 menghadap ke dalam perdu, gaet atau gergaji harus tajam agar cabang atau ranting yang dipotong tidak pecah atau rusak, bidang pangkasan harus sejajar dengan permukaan tanah, pemangkasan dilakukan dari kedua sisi perdu untuk membentuk luka pangkas menghadap ke dalam perdu, para tukang pangkas dilengkapi dengan alat untuk mengukur tinggi pangkasan, dan untuk satu blok sebaiknya dipangkas pada bulan yang sama (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006).

46 Kebutuhan Tenaga Pemangkas Tenaga pemangkas di Perkebunan Rumpun Sari Medini sebagian besar berasal dari masyarakat yang ada di sekitar kebun dan emplasemen. Agar pemetikan jendangan dapat dilakukan serempak maka pihak kebun merencanakan pemangkasan dapat selesai dalam waktu kurang dari 30 hari. Kapasitas kerja pemangkas di dua blok Perkebunan Rumpun Sari Medini tercantum pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, prestasi kerja tenaga pemangkas di dua blok menunjukkan prestasi kerja yang melebihi standar yang ditetapkan kebun. Hal tersebut disebabkan upah pemangkasan yang diberikan cukup besar bagi pemangkas yaitu Rp. 19 300,-/patok, sehingga pekerja lebih bersemangat dalam menyelesaikan kegiatan pemangkasannya. Pembayaran upah diberikan sesuai dengan jumlah patok yang berhasil dipangkas oleh pemangkas. Blok 1 dapat diselesaikan dalam waktu 12 hari dan Blok 4 dapat diselesaikan dalam 29 hari. Jenis Pemangkasan Jenis pemangkasan yang dilakukan di Perkebunan Rumpun Sari Medini adalah pangkasan produksi dengan tipe pangkasan bersih dan pada bagian tengahnya agak rendah ngamangkok. Luka pangkas diusahakan membentuk sudut ± 45 menghadap ke dalam perdu dan pemangkasan dilakukan pada ketinggian 55 cm. Pangkasan bersih adalah pangkasan dengan bidang pangkas rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok), dengan membuang semua ranting-ranting kecil yang berukuran 1 cm (sebesar pensil), dengan maksud memperbaiki percabangan (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 2006). Pada kenyataannya di lapangan, pemangkasan yang dilakukan oleh pekerja adalah pemangkasan setengah bersih karena masih banyak ranting-ranting kecil yag ditinggalkan pada perdu hasil pangkasan. Hal tersebut terjadi karena sistem upah borongan sehingga pemangkas lebih mengejar kuantitas dan kurang memperhatikan kualitas yang diinginkan pihak kebun.

47 Waktu Pemangkasan Waktu pangkas adalah waktu yang tepat untuk dilaksanakan pemangkasan, sehingga diperoleh hasil pangkasan yang optimal. Dalam menentukan waktu yang tepat untuk melaksanakan pemangkasan perlu memperhatikan kondisi tanaman, karena kondisi atau kesehatan tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan pati dalam akar, bila kadar patinya kurang dari 12 %, pemangkasan dapat mengakibatkan tanaman merana atau bahkan mati (Setyamidjaja, 2000). Pemangkasan di Perkebunan Rumpun Sari Medini dilakukan dalam dua semester. Penetapan pemangkasan pada semester I dilakukan pada bulan Januari sampai dengan bulan Juni sebesar 60 % dan 40 % dari luas areal yang akan dipangkas untuk pemangkasan pada semester II yaitu bulan September sampai dengan Oktober. Penetapan waktu pangkasan adalah berdasarkan rekomendasi dari direksi PT Sumber Abadi Tirta Sentosa (SATS) dan realisasi di kebun secara umum sudah sesuai dengan rekomendasi. Realisasi waktu dan luas pangkasan di Perkebunan Rumpun Sari Medini tercantum pada Tabel 11. Realisasi luas pemangkasan pada semester I sebesar 66.93 % dan 13.19 % untuk semester II. Waktu pemangkasan di luar semester pada bulan November dilakukan atas kebijakan kebun yaitu sebesar 19.88 %. Menurut Setyamidjaja (2000) agar pelaksanaan pemangkasan tidak terlalu mengganggu kestabilan produksi, perlu diatur areal pangkasan yang tepat. Pemangkasan pada akhir musim hujan (semester 1) dilakukan pada areal yang lebih luas sekitar 60 70 % dari total luas areal tanaman yang akan dipangkas, sedangkan pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau (semester II), pemangkasan dilakukan pada areal seluas 30 40 %. Gilir Pangkas Gilir pangkas adalah jangka waktu antara pemangkasan sebelumnya dengan pemangkasan berikutnya pada blok yang sama dan dinyatakan dalam tahun. Gilir pangkas yang diterapkan di Perkebunan Rumpun Sari Medini yaitu 4 tahun. Gilir pangkas yang diterapkan bisa saja kurang atau melebihi 4 tahun (Tabel 10), hal ini dilakukan atas pertimbangan produksi, jika tanaman teh secara ekonomis masih menguntungkan maka gilir pangkas dapat lebih dari 4 tahun.

48 Perkebunan Rumpun Sari Medini terletak pada ketinggian antara 950 m 1 775 m di atas permukaan laut (dpl) yang termasuk pada daerah sedang tinggi dengan gilir pangkas 4 tahun. Menurut Suwardi (1991) penentuan daur pangkas dalam praktek pada umumnya masih didasarkan pada ketinggian tempat, yaitu daur pangkas 2.5 tahun jika tinggi tempat < 800 m di atas permukaan laut, daur pangkas 2.5 3 tahun jika tinggi tempat 800 m 1 200 m di atas permukaan laut, dan daur pangkas 3 5 tahun jika tinggi tempat > 1 200 m di atas permukaan laut. Pertumbuhan Tunas Setelah Pemangkasan Pertumbuhan tunas baru setelah pemangkasan pada Blok 4 saat 8 minggu setelah pangkas (MSP) sudah mencapai 11.66 cm (Gambar 5). Perkebunan Rumpun Sari Medini menetapkan tinggi pemangkasan yaitu 55 cm dari permukaan tanah dan tinggi jendangan 75 cm, artinya pemetikan jendangan dapat dilakukan ketika tunas sudah mencapai ketinggian 20 cm. Menurut Nathaniel (1982) dalam Sukasman (1988) cadangan hara pada cabang-cabang tunas baru hasil pangkasan dipengaruhi oleh besarnya cabang atau luas permukaan kulit cabang tersebut. Menurut Sukasman (1988) selain dipengaruhi oleh jumlah hara pada cabang, pertumbuhan tunas-tunas baru dipengaruhi oleh umur cabang. Makin tua umur cabang, tingkat dormansi tunas semakin kuat sehingga semakin lama pertumbuhan tunasnya.