BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. emosional (Nurgiyantoro: 2007:2). Al-Ma ruf (2010:3) berpendapat bahwa,

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Sebuah karya sastra tidak lepas dari bahasa. dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologi, sastra berasal dari bahasa latin, yaitu literatur

BAB I PENDAHULUAN. Novel sebagai karya sastra menyajikan hasil pemikiran melalui penggambaran wujud

BAB I PENDAHULUAN. imajiner menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

PENDAHULUAN. Dari masa ke masa banyak pujangga yang menghasilkan karya sastra. dengan berbagai bentuk dan gaya penulisan sebagai pengukuh segi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. sastra ini dapat disamakan dengan cat dalam seni lukis. Keduanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia, di samping itu

BAB I PENDAHULUAN. Prosa dalam pengertian kesusastraan disebut fiksi (fiction), teks naratif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang mengenai berbagai hal. Hal-hal tersebut dapat berupa hasil

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan dalam mengemukakan gagasan melalui karyanya, bahasa sastra

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

NILAI MORAL DALAM NOVEL RINDU KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti batu dan tembaga untuk seni patung, cat lukisan, dan bunyi untuk seni musik sehingga diperlukan bahasa sebagai media penyampaiannya. Karya sastra merupakan salah satu alternatif dalam rangka pembangunan kepribadian dan budaya masyarakat (character and cultural building) yang berkaitan erat dengan latar belakang sebuah masyarakat (Kuntowijoyo dalam Al-Ma ruf, 2010: 3). Karya sastra lahir karena adanya keinginan pengarang untuk menungkapkan eksistensinya sebagai manusia yang memiliki ide, gagasan dan pesan yang disampaikan melalui imajinasi dan realita sosial budaya dengan menggunakan media bahasa sebagai penyampaiannya. Bahasa sastra sangat konotatif yang mengandung banyak arti tambahan, sehingga tidak hanya bersifat referensial. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2000: 4) prosa dalam pengertian karya sastra juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discource). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti cerita rekaan atau khayalan. Hal itu disebabkan fiksi merupakan karya naratif yang isinya tidak menyaran pada kebenaran sejarah. Karya fiksi menyaran pada suatu karya yang menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, 1

2 khayalan, sesuatu yang tidak ada dan terjadi sungguh-sungguh sehingga perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata. Istilah fiksi sering dipergunakan dalam pertentangannya dengan realitas yang terjadi di dunia nyata sehingga kebenarannya pun dapat dibuktikan dengan data empiris. Ada tidaknya, atau dapat tidaknya sesuatu yang dikemukakan dalam karya sastra dibuktikan secara empiris antara lain yang membedakan karya fiksi dengan karya nonfiksi. Tokoh, peristiwa, dan tempat yang bersifat imajinatif, sedang pada karya nonfiksi bersifat faktual (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2002: 2). Nurgiyantoro (2007: 3) menyatakan bahwa sebagai karya sastra imajiner, fiksi menawarkan berbagai masalah manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan. Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai pandangannya. Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya di lingkungan sesamanya. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan sehingga seorang pengarang akan mengajak pembaca memasuki pengalaman atau imajinasi melalui tokoh-tokoh dalam karya sastra. Seiring dengan perkembangan peradaban dunia, sebuah karya sastra akan memiliki prestise yang semakin dihargai. Dalam hal ini, sebuah karya sastra akan berada dalam sebuah persaingan yang akan menunjukkan kualitas karya tersebut. Di sisi lain, masyarakat yang merupakan konsumen sastra

3 akan membaca serta menelaah karya-karya yang memiliki nilai guna bagi dirinya serta bagi lingkungannya. Namun, pada kenyataanya, karya sastra masih jarang dinikmati oleh masyarakat. Hal ini terjadi karena masyarakat kurang mengetahui nilai estetis sebuah karya sastra. Dengan adanya unsurunsur estetik, baik unsur bahasa maupun unsur makna, dunia fiksi lebih banyak memuat berbagai kemungkinan dibandingkan dengan yang ada di dunia nyata. Semakin tinggi nilai estetik sebuah karya fiksi, secara otomatis akan mempengaruhi pikiran dan perasaan pembaca (Sumardjo dan Saini K.M, 1994: 3). Dari pengertian karya sastra di atas dapat disimpulkan bahwa naskah drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang di dalamnya memuat nilai-nilai estetika dan nilai-nilai pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan. Dan naskah drama mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Mahayana (2007: 226) mengatakan bahwa pengarang lewat karyanya mencoba mengungkapkan fenomena kehidupan manusia, yakni berbagai peristiwa dalam kehidupan ini. Penelitian ini akan menelaah salah satu naskah drama karya Faiza Mardzoeki yang berjudul Nyai Ontosoroh. Naskah drama Nyai Ontosoroh menceritakan kehidupan sosial yang sering terjadi di masyarakat, yaitu kekuasaan pemerintah Belanda terhadap orang pribumi, yang tokoh utama (Sanikem atau Nyai Ontosoroh), seorang perempuan Jawa, biasa dikorbankan ayahnya sendiri demi mendapatkan jabatan tertinggi di desanya.

4 Isi drama ini benar-benar menggambarkan perjuangan seorang perempuan Jawa yang hidup di lingkungan kolonial Belanda. Tokoh utama dalam cerita ini digambarkan sebagai sosok perempuan yang tegar, kukuh, penuh harga diri, pandai, menawan dan sensual. Perjuangan dan ketegaran tokoh utama dalam drama ini digambarkan begitu jelas. Naskah drama Nyai Ontosoroh menggambarkan secara gamblang atau secara jelas dan mudah dimengerti warna-warni kehidupan masyarakat pada zaman kolonial Belanda dan benih permasalahan ini terkait kekuasaan pemerintah Belanda yang terkesan semaunya sendiri terhadap orang pribumi Jawa. Drama ini menarik dianalisis karena di dalam drama terdapat nilai-nilai sosial pada masa kolonial Belanda dan drama ini mudah dipahami baik bahasanya maupun jalan ceritanya. Sehubungan dengan uraian di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Aspek Sosial dalam Naskah Drama Nyai Ontosoroh Karya Faiza Mardzoeki Tinjauan: Sosiologi Sastra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah struktur yang membangun dalam naskah drama Nyai Ontosoroh?

5 2. Bagaimanakah aspek-aspek sosial yang terkandung dalam naskah drama Nyai Ontosoroh karya Faiza Mardzoeki dengan tinjauan sosiologi sastra? 3. Bagaimana implementasi hasil penelitian sebagai bahan ajar sastra dalam naskah drama Nyai Ontosoroh karya Faiza Mardzoeki dengan tinjauan sosiologi sastra? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian harus jelas mengingat penelitian harus mempunyai arah sasaran yang tepat berdasarkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah 1. mendeskripsikan struktur yang membangun dalam naskah drama Nyai Ontosoroh. 2. mendeskripsikan aspek-aspek sosial yang terkandung dalam naskah drama Nyai Ontosoroh karya Faiza Mardzoeki dengan tinjauan sosiologi sastra. 3. mendeskripsikan implementasi hasil penelitian sebagai bahan ajar sastra dalam naskah drama Nyai Ontosoroh karya Faiza Mardzoeki dengan tinjauan sosiologi sastra. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi para pembaca, baik bersifat teoritis maupun praktis. 1. Manfaat teoritis a. Memberikan kontribusi kepada pembaca dalam memahami karya sastra.

6 b. Sebagai bahan pembanding peneliti lain untuk mengadakan penelitian terhadap suatu karya sastra. c. Memberikan alternatif dalam mengapresiasikan karya sastra sekaligus sebagai salah satu bahan ajar sastra di sekolahsekolah. 2. Manfaat praktis a. Menambah khasanah penelitian kepada pembaca tentang pengetahuan kesusastraan dalam memahami struktur-struktur naskah drama Nyai Ontosoroh karya Faiza Mardzoeki. b. Mengambil nilai positif atau hikmah dari naskah drama Nyai Ontosoroh karya Faiza Mardzoeki. c. Memberi dorongan atau motivasi bagi peneliti selanjutnya dalam bidang sosiologi sastra pada karya sastra.