Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa SMP kelas VIII melalui metode Personalized System of Instruction (PSI).

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Pendekatan Pembelajaran Metacognitive Scaffolding dengan Memanfaatkan Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Literasi Matematis Siswa SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian, deskripsi

Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Terhadap Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sedangkan untuk data kuantitatif diperoleh dari hasil pretes dan postes kemampuan

Pembelajaran Geometri Van Hiele Berbantuan Cabri Geometry II untuk Meningkatkan Koneksi Matematis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA SMP MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP. Oleh:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode pada penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, sebab

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia. Lebih lanjut matematika dapat memberi bekal kepada siswa. matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen adalah melakukan pengukuran sebagai hasil eksperimen terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA melalui Menulis Matematika dalam Pembelajaran Berbasis Masalah

BAB III METODE PENELITIAN O X O

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY, INTELLECTUALLY, REPETITION (AIR) TERHADAP PENINGKATAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

BAB III METODE PENELITIAN

Penggunaan Media Pembelajaran Puzzle Kudutif (Kubus Edukatif) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MTs

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dimana, O : Pretes atau postes. X : Perlakuan berupa pembelajaran kontekstual dengan teknik mind map. : Subjek tidak dipilih secara acak.

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PENDEKATAN MODEL ELICITING ACTIVITIES (MEAS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK INDONESIA PADA MATERI OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR DI KELAS VIII SMP

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square merupakan model

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Di dalam bab ini akan diuraikan mengenai metode dan desain penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah metode kuasi eksperimen karena pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

: Perlakuan (Pembelajaran dengan model pembelajaran M-APOS),

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMK

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA SMP

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

BAB III METODE PENELITIAN

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN BELIEF SISWA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini diuji suatu perlakuan untuk mengetahui hubungan

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP

PENGGUNAAN PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA DI KOTA BENGKULU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut tidak dipilih

MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA MTS

BAB III METODE PENELITIAN

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA SD MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING

SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA PADA PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. masalah (problem solving) matematis siswa dengan menerapkan model

BAB III METODE PENELITIAN

Keterkaitan antara tingkat kemampuan siswa (KAM) dengan pembelajaran yang diberikan disajikan pada rancangan ANOVA yang digunakan di bawah ini.

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode kuasi

Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Realistik yang Dipadu Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas VII SMP St.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen, karena subjek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Peserta Didik melalui Metode Inkuiri Model Alberta

Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan Metode Two Stay Two Stray

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas mengenai analisis data dari hasil pengolahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA SISWA SMP

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMP Dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia Joni Iskandar dan Reni Riyanti Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia jiska70@gmail.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh kesenjangan antara pentingnya kemampuan berpikir kreatif, baik dalam matematika maupun dalam kehidupan seharihari, dengan kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif siswa SMP masih kurang. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP melalui penerapan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia, serta membandingkannya dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2) mengetahui sikap siswa terhadap pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol pretest dan postest. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 1 Lembang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII-C sebagai kelas eksperimen dan VIII-H sebagai kelas kontrol. Data penelitian diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kreatif siswa, angket siswa, lembar observasi, dan jurnal harian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia lebih baik dari peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Secara umum, siswa memberikan sikap yang positif terhadap pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. Kata kunci:kemampuan Berpikir Kreatif, Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia I. PENDAHULUAN PM - 123 Era globalisasi yang semakin maju dan kompleks, menuntut kualitas sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan dan memanfaatkan kemajuan tersebut. Dunia pendidikan harus mempersiapkan peserta didik yang berkualitas yaitu peserta didik yang sadar sains, memiliki nilai, sikap dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills) sehingga akan muncul sumber daya manusia yang dapat berpikir kritis, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Dalam upaya mempersiapkan SDM berkualitas tersebut, matematika memegang peranan yang sangat penting dalam memajukan daya pikir manusia. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tanggal 23 Mei 2006 tentang standar isi disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama [9]. Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang menjadi tujuan diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif merupakan salah satu modal dasar yang harus dimiliki dalam menghadapi era globalisasi ini. [8] Adang mengatakan seandainya kita tidak terlatih berpikir kreatif, kita akan terhimpit oleh masalah-masalah yang tidak diketahui cara mengatasinya atau dari mana memulai mengatasinya. Dengan latihan berpikir kreatif, kita akan terbiasa mencoba mengatasi masalah dengan berbagai cara. Seandainya suatu cara tidak dapat dilakukan, kita akan mencoba tanpa henti berbagai cara dan upaya untuk mengatasi permasalahan. Evans menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubunganhubungan (conections) yang terus menerus, sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah [9]. Dalam pendapat ini, hubungan (pola) yang dibentuk itu didasarkan pada informasi-informasi yang ada serta pengalaman belajar yang dimiliki melalui pemikiran secara analogis sampai diperoleh ide-ide baru yang berbeda dengan ide-ide sebelumnya atau sampai individu tersebut 861

ISBN. 978-602-73403-0-5 mencapai titik jenuh untuk berpikir. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. Haylock membuat dua pendekatan untuk mengenali berpikir kreatif dalam matematika. Pertama dengan memperhatikan jawaban-jawaban siswa dalam memecahkan soal yang proses kognitifnya dianggap sebagai ciri berpikir kreatif. Pendekatan ini mempertimbangkan salah satu kunci proses kognitif dalam memecahkan masalah matematis secara kreatif yaitu mengatasi kekakuan (overcoming fixation). Pendekatan kedua adalah dengan menentukan kriteria bagi sebuah produk yang diindikasikan sebagai hasil dari berpikir kreatif atau disebut produk-produk divergen [2]. Gagasan kreatif dalam menyelesaikan setiap permasalahan tidak bisa muncul begitu saja. Keterampilan berpikir kreatif dapat diajarkan di sekolah dengan melatih kebiasaan berpikir. Akan tetapi, jika dilihat dari berbagai studi, baik yang berskala internasional maupun nasional menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia, khususnya dalam mata pelajaran matematika, masih memprihatinkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Herawati pada tahun 2009 [5] menunjukkan bahwa siswa SMP masih kesulitan dalam mengkonstruksi penyelesaian saat menyelesaikan masalah serta sulit memunculkan ide-ide yang mereka miliki. Siswa cenderung hanya menghafalkan rumus dan prosedurprosedur penyelesaian. Ini mengakibatkan kemampuan siswa menyelesaikan soal pemecahan masalah menjadi lemah. Lebih jauh, para siswa belum mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Selain itu jika dilihat dari sikap siswa dalam pembelajaran matematika, tampak bahwa siswa kurang berani bertanya, mengeluarkan pendapat, belum mampu berpikir kritis, logis, imaginatif, dan kreatif yang merupakan dasar kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hasil studi The Third International Mathematic and Science Study Repeat (TIMSS-R) mengungkapkan bahwa kemampuan matematis siswa SMP Indonesia untuk soal-soal tidak rutin sangat lemah, namun relatif baik dalam menyelesaikan soal-soal fakta dan prosedur. Hasil Studi TIMSS-R hasil studi TIMSS-R tahun 2003 untuk siswa kelas VIII, menempatkan Indonesia pada urutan ke-34 dari 46 negara. Sementara pada tahun 2007, posisi Indonesia berada pada urutan ke 36 dari 48 negara untuk penguasaan matematika [4]. Berdasarkan hasil studi TIMSS-Rdan hasil penelitan yang dilakukan Herawati tampak bahwa untuk masalah matematika yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, siswa Indonesia masih jauh di bawah rata-rata internasional. Kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis, dan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP di Indonesia masih rendah, sehingga siswa lemah dalam menyelesaikan soal-soal tidak rutin. Salah satu hal yang dapat dijadikan alasan rendahnya hasil belajar matematika siswa Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Pembelajaran matematika di Indonesia masih bersifat tradisional. Guru masih menggunakan metode konvensional yang cenderung bersifat "teacher centered", yaitu dominasi guru dalam menguasai kelas pembelajaran matematika di sekolah telalu menjajah otak siswa untuk menghafal bahan ajar. Gumilar mengemukakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran terdapat dua pendekatan pembelajaran yang cukup dominan yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan konstruktivisme [2]. Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia (PMRI) merupakan salah satu pendekatan yang memiliki karakteristik pembelajaran konstruktivisme. PMRI dinilai dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Hal ini karena PMRI sesuai dengan perubahan paradigma pembelajaran yang berpusat pada guru ke paradigma pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu keunggulan pendekatan PMRI sebagaimana yang dikemukakan Suherman [1] adalah menekankan belajar pada learning by doing, sesuai dengan konsep dasar pembelajaran matematika realistik yang diutarakan Freudenthal [7] yaitu mathematics as a human activity Siswa tidak langsung disuguhkan konsep matematika yang abstrak, tetapi diantarkan terlebih dahulu melalui pembelajaran yang nyata yang diubah ke dalam konsep abstrak. Kemampuan yang dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika realistik Indonesia adalah kompetensi memproduksi, merefleksikan, dan berinteraksi [2]. Melalui permasalahan yang mengacu kepada permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari siswa diberi kesempatan untuk memproduksi sendiri, berkreasi sendiri, dan memecahkan masalahnya dengan menggunakan konsepkonsep matematika yang ia miliki dari pengalaman sebelumnya. Proses matematisasi akan memunculkan konsep matematis, berawal dari penyelesaian yang berkaitan dengan konteks, siswa secara perlahan mengembangkan pemahaman matematis ke tingkat yang lebih formal. Model-model yang muncul dari aktifitas matematis siswa dapat mendorong terjadi interaksi di kelas, sehingga mengacu pada lever berpikir yang lebih tinggi [3]. Hal tersebut akan mendukung meningkatnya kemampuan kreatifitas siswa. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia 862

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang menggunakan pembelajaran konvensional? (2) Bagaimanakah respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia? Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia lebih baik dibandingkan dengan kemampuan berpikir kreatif siswa SMP yang menggunakan pembelajaran konvensional. (2) Untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. Manfaat dari penelitian ini, yaitu: (1) Membantu guru matematika dalam memilih dan menggunakan pendekatan mengajar serta metode yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. (2) Mendorong siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam belajar, dapat meningkatkan hasil belajar, serta meningkatkan motivasi belajar matematika siswa sehingga kemampuan berfikir kreatif siswa dapat berkembang secara optimal. (3) Bagi sekolah upaya ini dapat memberikan solusi alternatif dari masalah pembelajaran yang ada, diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia, guna meningkatkan hasil pembelajaran dan dapat meningkatkan sumber daya manusia. (4) Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran matematika melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia sekaligus dapat mempraktikkan dan mengembangkannya dalam pembelajran Matematika. II. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Desain penelitian ini menggunakan desain kelompok kontrol pretest-postest) [6] dengan pola sebagai berikut. O X O O O GAMBAR 1. DESAIN KELAS KONTROL NON-EKUIVALEN PRE-TEST POST-TEST Keterangan: O yang ditulis di depan : pre-test (tes awal) O yang ditulis di belakang : post-test (tes akhir) X :pembelajaran dengan Pendekatan Matematika Realistik Indonesia : subjek tidak dipilih secara acak B. Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Lembang. Sampel penelitian yang dipilih secara acak kelasadalah kelas VIII-H sebanyak 34 orang sebagai kelompok eksperimen, dan kelas VIII-C sebanyak 34 orang sebagai kelompok kontrol.pada kelompok eksperimen dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia, sedangkan pada kelompok kontrol dilaksanakan pembelajaran konvensional. C. Prosedur Penelitian Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap pembuatan kesimpulan. Pada tahap persiapan peneliti melakukan studi kepustakaan tentang kemampuan berpikir kreatif, pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia, dan pembelajaran konvensional; menetapkan pokok bahasan yang akan digunakan dalam penelitian; membuat proposal penelitian; menyusun dan mempersiapkan instrumen penelitian; melaksanakan uji coba instrumen tes serta; membuat rancangan pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran matematika realistik Indonesia. Adapaun tahap pelaksanaan meliputi kegiatan memilih secara acak 2 kelas yang akan dijadikan sebagai sampel; melaksanakan pretes/tes awal, serta memvalidasi item soal; melaksanakan pembelajaran matematika melalui penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik indonesia terhadap kelas eksperimen dan pembelajaran matematika konvensional untuk kelas kontrol; memberikan angket dan jurnal harian terhadap kelas eksperimen; melaksanakan postes/tes akhir. Selama proses pelaksanaan pembelajaran berlangsung, aktifitas pembelajaran diobservasi 863

ISBN. 978-602-73403-0-5 oleh observer. Sementara pada tahap analisis data dilakukan pengolahan data yang diperoleh selama penelitian untuk kemudian pada tahap terakhir dilakuan penafsiran dan penarikan kesimpulan hasil penelitian. D. Instrumen Penelitian Kemampuan berpikir kreatif diukur dengan tes uraian berupa pretest dan postest. Pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal berpikir kreatif siswa sebelum pembelajaran. Sedangkan postest digunakan untuk mengetahui kemampuan akhir berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran. Selain itu, dalam penelitian ini juga digunakan instrument non tes untuk melihat sikap siswa, instrument non tes yang digunakan berupa angket siswa, lembar observasi dan jurnal harian siswa. E. Teknik Analisis Data Teknik pengolahan data dilakukan dengan analisis data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan postest kedua kelompok. Analisis data pretest dan postest dilakukan dengan cara menentukan rata-rata setiap kelompok untuk mengetahui rata-rata hitung kedua kelompok. Kemudian menghitung simpangan baku pada setiap kelompok untuk mengetahui penyebaran kelompok. Setelah itu menguji normalitas dari distribusi masing-masing kelompok. Jika kedua kelompok berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas kedua kelompok. Jika kedua kelompok atau salah satu kelompok tidak berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik. Uji non-parametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Mann-Withney. Setelah normalitas dan homogenitas dipenuhi, selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Apabila normalitas dipenuhi, tetapi homogenitas tidak dipenuhi selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dengan menggunakan uji-t. Untuk mempermudah dalam melakukan pengolahan data, semua pengujian statistik pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Kuantitatif Statistik deskriptif data pretest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen disajikan dalam Tabel 1. TABEL 1. DESKRIPTIF DATA KEMAMPUAN REPRESENTASI VISUAL MATEMATIS Kelas Pre-test N x min x maks SD Eksperimen 34 5 20 8,24 4,24 Kontrol 34 10 45 28,93 9.93 SMI: 100 Berdasarkan Tabel 1 secara kasat mata dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan rata-rata nilai pretest antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk melihat apakah perbedaan tersebut cukup berarti atau tidak, maka dilakukan uji statistik. Uji statistik data pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diawali dengan uji normalitas. Data hasil uji normalitas skor pretest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 2. TABEL 2. UJI NORMALITAS SKOR PRETEST KELOMPOK EKSPERIMEN DAN KONTROL Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Eksperimen 0,748 34 0,006 Kontrol 0,904 34 0,000 Berdasarkan Tabel 2 uji Shapiro-Wilk dengan mengambil taraf signifikansi α = 0,05memperoleh nilai Sig. atau nilai probabilitas untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen berturut-turut adalah 0,000 dan 0,006. Oleh karena 0,000 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi nomal. Begitu pula untuk kelompok eksperimen, karena 0,006 < 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok eksperimen juga berasal dari populasi yang tidak berdistribusi nomal Setelah diketahui bahwa data skor pretest kedua kelas ekperimen dan kontrol tidak berdistribusi normal, maka uji statistik berikutnya adalah untuk menguji kesamaan dua rata-rata,dilakukan uji statistik non parametrik. Hasil uji non parametrik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney dengan taraf signifikansi a = 0,05 disajikan dalam Tabel 3. 864

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 TABEL 3. DESKRIPTIF DATA INDEKS GAIN Skor Pretest Mann-Whitney U 30.500 Wilcoxon W 625.500 Z -6.843 Asymp. Sig. (2-tailed).000 a. Grouping Variable: Kelas Dari hasil uji Mann-Whitney pada Tabel 3 diperoleh nilai Sig. (2-tailed) = 0,000. Karena 0,000 < 0,05 maka H 0 ditolak atau dengan kata lainterdapat perbedaan rata-rata skor pretestkemampuan berpikir kreatif yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebelum pembelajaran dilakukan adalah tidak sama. Dari hasil uji statistik diperoleh bahwa kemampuan awal berpikir kreatif kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak sama, maka untuk melihat peningkatan kemampuan berpikir kreatif dilakukan uji normalitas gain ternormalisasi (Normalized Gain). Data hasil uji normalitas gain ternormalisasi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdasarkan uji Shapiro-Wilk dengan mengambil taraf signifikansi a = 0,05 disajikan dalam Tabel 4. TABEL 4. UJI NORMALITAS GAIN TERNORMALISASI Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Gain Ternormalisasi Eksperimen 0,956 34 0,189 Gain Ternormalisasi Kontrol 0,925 34 0,022 Berdasarkan Tabel 4 diperoleh nilai Sig. untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berturutturut adalah 0,189 dan0,022. Oleh karena 0,189 > 0,05 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi nomal. Sedangkan untuk kelompok kontrol, karena 0,022 < 0,050 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi nomal. Karena salah satu sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal, maka untuk menguji perbedaan dua rata-rata dilakukan uji statistik non parametrik. Hasil uji statistik non parametrik yang digunakan adalah uji Mann-Whitney dengan uji satu pihak dan mengambil taraf signifikansi (a) = 0,05 disajikan dalam Tabel 5. TABEL 5. UJI MANN-WHITNEY DATA GAIN TERNORMALISASI Indeks Gain Mann-Whitney U 361.500 Wilcoxon W 956.500 Z -2.660 Asymp. Sig. (2-tailed).008 a. Grouping Variable: Kelas Berdasarkan Tabel 5 diperoleh taraf signifikansi (2-tailed) sebesar 0,008. Signifikansi tersebut adalah untuk uji dua pihak (2-tailed), sehingga untuk uji satu pihak signifikansi tersebut harus dibagi dua, hasilnya adalah 0,004. Karena 0,004 < 0,05 maka hipotesis nol (H 0 ) ditolak. Dengan kata lain, rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol. B. Data Kualitatif Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia dapat dilihat dari angket siswa dan jurnal pembelajaran, kemudian dibandingkan satu sama lainnya untuk menarik sebuah kesimpulan berdasarkan kedua data tersebut. Berdasarkan hasil analisis angket menunjukkan bahwa pada umumnya (82,35 %) siswa memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia, hanya sebagian kecil yaitu 11,77 % siswa yang memberikan respon 865

ISBN. 978-602-73403-0-5 negatif sementara sebagian kecil lainnya 5,88 % memberikan respon yang netral. Berdasarkan hasil analisis angket tersebut diperoleh bahwa pada umumnya siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan suasana belajar. Selama ini siswa merasa jenuh dalam belajar dengan menggunakan pendekatan langsung, dimana siswa hanya menerima materi yang disampaikan oleh guru. Ketika siswa mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia siswa menemukan suasana belajar yang berbeda sehingga mereka sangat tertarik dan antusias dalam belajar matematika. Berdasarkan hasil analisis data jurnal harian siswa pada tiap pertemuan menunjukkan bahwa sikap siswa semakin positif dari pertemuan pertama ke pertemuan berikutnya. Hal ini ditunjukkan oleh respon positif siswa yang pada umumnya semakin meningkat, sedangkan sebaliknya respon negatif pada umumnya semakin berkurang. Sehingga dapat dikatakan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia berdasarkan jurnal harian siswa pada penelitian ini adalah baik. Berdasarkan hasil analisis data terhadap angket dan jurnal harian siswa dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia dalam penelitian ini menunjukkan respon yang positif. Kedua instrumen tersebut menunjukkan hasil yang sama dan saling menguatkan satu sama lainnya. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data terhadap angket dan jurnal harian siswa dapat diketahui bahwa respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia dalam penelitian ini menunjukkan respon yang positif. Kedua instrumen tersebut menunjukkan hasil yang sama dan saling menguatkan satu sama lainnya:(1) Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia lebih baik daripada peningkatan kemampuan kreatif siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional; dan (2) Pada umumnya siswa memberikan sikap yang positif terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia dapat menjadi alternatif pendekatan pembelajaran bagi guru di jenjang pendidikan SMP dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa. V. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dapat selesai dengan baik karena bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Wawan Kuwandi, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 1 Lembang berikut segenap jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan bantuan serta kelancaran bagi peneliti untuk melaksanakan penelitian. Serta Bapak Adi Budhi Satyanta., selaku Guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Lembang yang telah berkenan memberikan ijin kepada peneliti untuk mempergunakan kelas yang beliau ajar sebagai objek penelitian. DAFTAR PUSTAKA [1] Ahmad, S, Meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa smp melalui pemodelan berbasis pembelajaran matematika realistik., Skripsi. FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 2010. [2] Gumilar, A. C, Penerapan pembelajaran matematika dengan pendekatan realistik melalui pemodelan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematika siswa SMA, Skripsi FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 2010. [3] Hadi, S, Paradigma baru pendidikan matematika, [Online]. Tersedia: http://www.docstoc.com/docs/72187370/paradigmabaru-pendidikan-matematika, 2009 [4] Ismaimuza, D, Kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis siswa smp melalui pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif, Disertasi SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 2010. [5] Jamal, M, Peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa sekolah menengah pertama melalui pembelajaran dengan metode penemuan dan penemuan terbimbing, Skripsi. FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan, 2011. [6] Ruseffendi, E.T, Dasar-dasar penelitian pendidikan dan bidang non-eksakta lainnya, Bandung: Tarsito, 2005. [7] Van Den Heuvel-Panhuizen, M, Didactical use of models in realistic mathematics education: an example from a longitudinal trajectory on percentage. [Online], Tersedia: http://www.fi.uu.nl/ ~marjah/documents/3_vdheuvel-panhuizen.pdf, 2003. [8] Wulandari, W, Problem based learning untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa pada materi larutan penyangga, Skripsi FPMIPA UPI. Bandung: Tidak diterbitkan, 2011. [9] Yuli, T, Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa [Online], Tersedia: http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/, 2009. 866