permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan sec

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. terutama kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material

Penilaian Postur Kerja di Area Konstruksi CV. Valasindo dengan Metode Quick Exposure Check

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

RANCANGAN PERBAIKAN MEJA KERJA DENGAN METODE (QEC) DAN ANTROPOMETRI DI PABRIK TAHU SUMEDANG

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN METODE KERJA OPERATOR MELALUI ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs)

Penentuan Faktor Resiko Musculetal Disorder (MSDs) Bagi Pekerja Pengglasir Keramik

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

TUGAS AKHIR ANALISIS POSTUR KERJA PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

ANALISIS ERGONOMI PADA PRAKTIK MEMELIHARA RODA DAN BAN MENGGUNAKAN METODE REBA

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil analisa data di 3 group pekerjaan

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

ANALISIS POSTUR KERJA PADA PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE ROSA (RAPID OFFICE STRAIN ASSESSMENT)

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

Novena Ayu Parasti, Chandra Dewi K., DM. Ratna Tungga Dewa

Lampiran Standart Nordic Questionnaire

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Postur Kerja Terkait Musculoskeletal Disorders (MSDS) pada Pengasuh Anak

Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode Quick Exposure Check (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut *

ANALISIS POSTUR KERJA PERAJIN SAPU RAYUNG DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC)

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POSISI KERJA DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG BAWAH PADA PEKERJA PEMELIHARAAN TERNAK BALAI EMBRIO TERNAK CIPELANG

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DENGAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST

Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

Usulan Perbaikan Stasiun Kerja pada PT. Sinar Advertama Servicindo (SAS) Berdasarkan Hasil Evaluasi Menggunakan Metode Quick Exposure Check (QEC) *

Analisis Resiko Cidera Kerja pada Kegiatan Proses Produksi dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di PT. XYZ

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan survai ergonomi yang dilakukan pada 3 grup pekerjaan yaitu.

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

Analisis Postur Kerja dengan Metode REBA untuk Mengurangi Resiko Cedera pada Operator Mesin Binding di PT. Solo Murni Boyolali

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISIS MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDs) UNTUK MENGURANGI KELUHAN FISIK PADA OPERATOR TENUN IKAT TROSO

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya Abstrak

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Program Studi Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, Surabaya 60111

STUDI RESIKO KERJA OPERATOR LABORATORIUM PENGUJIAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE QEC (QUICK EXPOSURE CHECK) (STUDI KASUS PT.

Cut Ita Erliana dan Ruchmana Romauli Rajagukguk. Lhokseumawe Aceh Abstrak

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 8 ISSN : Pekanbaru, 9 November 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

MODUL 10 REBA. 1. Video postur kerja operator perakitan

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBAR PENGAMATAN POSTUR KERJA

ANALISIS RISIKO POSTUR KERJA DI CV. A CLASS SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pekerjaannya adalah keluhan musculoskeletal disorders(msds).

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

PENILAIAN POSTUR OPERATOR DAN PERBAIKAN SISTEM KERJA DENGAN METODE RULA DAN REBA (STUDI KASUS)

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PERBANDINGAN PENILAIAN RISIKO ERGONOMI DENGAN METODE REBA DAN QEC (Studi Kasus Pada Kuli Angkut Terigu)

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA PROSES PENGESAHAN BATU AKIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA

RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit akibat kerja, keluhan muskuloskeletal merupakan keluhan yang paling sering

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

ABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 3.1 Metodologi Penelitian

ANALISIS POSTUR KERJA MANUAL MATERIAL HANDLING DENGAN METODE OVAKO WORKING ANALISIS SYSTEM (OWAS) PADA HOME INDUSTRI MAWAR

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Gambar 3. 1 Flowchart Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA OPERATOR MENGGUNAKAN METODE RULA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Tengah. Salah satu sentral kerajinan gerabah yang paling dikenal yaitu

ANALISA ERGONOMI PADA POSTUR KERJA OPERATOR PAKAN AYAM MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA) DI PT. X. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK..

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN : EVALUASI POSTUR KERJA PENGRAJIN GERABAH MENGGUNAKAN RULA DAN REBA

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB CUMULATIVE TRAUMA DISORDERS MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECKLIST PADA PROFESI PENJAHIT Harrun Aprianto Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Depok Jalan Margonda Raya 100, Depok 16424 Email: harrun@ymail.com Aktivitas yang berulang-ulang dapat mengakibatkan resiko cedera terjadinya cummulative trauma disorders. Dapat dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatannya akan terganggu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyebab trauma yang terjadi pada profesi tukang jahit, yaitu dengan menggunakan kuesioner dan lembar pengamatan. Setelah itu diolah dengan Metode Exposure Checklist. Sehingga dalam penelitian ini dapat memberikan rekomendasi berupa perbaikan atau perubahan cara kerja untuk para penjahit. Seperti posisi kerja yang dirubah dan penambahan alat-alat kerja serta pemberian waktu istirahat sesekali pendek agar rasa nyeri yang diakibatkan oleh proses kerja yang gerakan tangan selalu berulang dapat dikurangi atau diminimalisir sehingga resiko CTDs dapat diminimalisir. 1. PENDAHULUAN Kegiatan aktivitas Pekerjaan yang berulang-ulang mendapat perhatian besar dalam usaha peningkatan kualitas kehidupan kerja. Karena sering menimbulkan kecelakaan kerja. Dilihat dari sudut pandang ergonomi, terutama aspek biomekanika, aktivitas pekerjaan yang berulang dan berlangsung dapat mengakibatkan resiko terjadinya Cumulative Trauma Disorders ( CTDs ). Permasalahan yang sering terjadi ialah para pekerja penjahit setiap hari selalu melakukan pekerjaan yang mana aktivitas pekerjaannya dilakukan adalah sama dan berulang dari hari-kehari, sehingga dikhawatirkan dalam jangka panjang kesehatan mereka akan terganggu. Aktivitas yang dilakukan para pekerja sebelum menjalankan proses produksi pada bagian penjahitan adalah mempersiapkan alat kerja atau meng set-up mesin, pada bagian penjahitan yang para pekerjanya melakukan posisi duduk kurang ergonomis sehingga menimbulkan resiko Cumulative Trauma Disorders (CTDs). Dari hal diatas, dikhawatirkan akan mengakibatkan para pekerja akan mengalami cidera atau resiko terjadinya Cumulative Trauma Disorders (CTDs) atau tingkat kecelakaan kerja yang akan merugikan para pekerja. Dilihat dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh operator atau pekerja yang berulang-ulang, penggunaan tenaga yang kuat yang dilakukan oleh tangan, posisi kerja yang canggung (termasuk posisi kerja yang membungkuk), getaran yang berlebihan dari alat kerja yang digunakan, dan kontak fisik yang dilanjutkan dengan permukaan-

permukaan pekerjaan, misalnya seperti proses menjahit. Secara langsung maupun tidak langsung aktivitas kerja secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan kecelakaan (khususnya terjadi resiko ke CTDs). Berdasarkan uraian diatas, yaitu aktivitas pekerjaan operator yang berulang tiap hari sama dan posisi kerja yang dirasa kurang ergonomis, untuk itu maka perlu dilakukan analisa, identifikasi faktor penyebab CTDs. 11. TINJAUAN PUSTAKA Data timbal balik dari tinjauan yang digunakan oleh praktisi-praktisi dan ahli-ahli membentuk dasar untuk mengidentifikasi isu-isu spesifik dimana diperlukan perbaikan. Masing-masing isu adalah ditinjau selama satu rangkaian pertemuan pengembangan empat anggota kelompok. empat anggota kelompok tersebut bertanggung jawab atas pengembangan yang asli dari Quick exposure checklist (QEC) (Li dan Gesper. 1999). Masing-masing anggota bertugas berkonsultasi dengan literatur ilmiah yang relevan, meneliti topik-topik spesifik dan mengusulkan kemungkinan perbaikan-perbaikan yang sesuai. Kemudian menpertimbangkan pertemuan kelompok yang berikutnya dan menyetujui perubahan yang disatukan ke dalam wujud QEC yang ditinjau kembali lembar perubahan referensi guide. Hal ini dipicu oleh peningkatan-peningkatan kegunaan versi yang asli dari QEC dan referensi yang sesuai. Tahap-tahap penilaian menggunakan metode QEC sebagai berikut: Tahap 1 : Pengembangan Metode untuk merekam postur kerja Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk tujuh kelompok atau grup yaitu grup A, B, C, D, E, F dan G. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh atas dapat tercakup dalam penilaian. 1. Grup A Penilaian Untuk Postur Punggung (A1-A3) Penilaian untuk postur punggung sebaiknya dibuat ketika punggung mengalami beban yang berat. a. Punggung dianggap normal atau Almost neutral (Level A1) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau ekstensi, memutar punggung atau membungkuk kurang dan 20. b. Bagian punggung dianggap sedang atau Moderately flexed or twisted (Level A2) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi atau ekstensi, memutar punggung atau membungkuk lebih dari 20 0 tetapi kurang dari 60 0.

c. Punggung dianggap terlalu membungkuk atau memutar atau Excessively flexed or twisted (Level A3) apabila gerakan orang bekerja dengan sudut fleksi/ekstensi. memutar punggung atau membungkuk lebih dan 60 atau mendekati 90. 2. Grup B Penilaian untuk Pergerakan punggung (B1-B5) a. B1 jika posisi tubuh non statis. b. B2 jika posisi tubuh statis. c. B3 jika pergerakan punggung jarang infrequent ( < 3 menit ). d. B4 jika pergerakan punggung normal frequent (berkisar 8 menit). e. B5 jika pergerakan punggung terlalu sering very frequent ( > 18 menit). 3. Grup C Penilaian Untuk Postur Bahu atau Lengan ( C1-C3 ) Penilaian seharusnya dilakukan ketika bahu atau lengan mengalami beban yang berat selama bekerja, tetapi tidak terlalu mendesak apabila punggung sedang dinilai. a. C1 jika posisi bahu atau lengan di bawah ketinggian pinggang. b. C2 jika posisi bahu atau lengan disekitar dada. c. C3 jika posisi bahu atau lengan di sekitar atau diatas ketinggian bahu. 1. Grup D Penilaian untuk Pergerakan Bahu atau Lengan ( D1-D3) Pergerakan dari bahu atau lengan dianggap sebagai : a. Jarang atau infrequent apabila tidak ada pola pergerakan yang rutin. b. Sering atau frequent apabila terdapat pola gerakan yang rutin dengan beberapa istirahat pendek. c. Sangat sering atau very frequent apabila terdapat pola gerakan kontinyu selama bekerja. 2. Grup E Penilaian untuk Postur Tangan atau Pergelangan Tangan (E1-E2 ) Hal ini dinilai selama melakukan pekerjaan dengan posisi tangan yang buruk termasuk gerakan fleksi atau ekstensi, deviasi lunar atau radial dan perputaran dari perelangan tangan melalui lengan bawah. Pergelangan tangan dianggap selalu lurus atau Almost straight (Level E1) apabila gerakannya terbatas kurang dari 15 dari postur normalnya. 3. Grup F Penilaian Untuk Pergerakan Tangan atau Pergelangan Tangan ( F1-F3 )

Merupakan pergerakan dari tangan atau pergerakan jari. Setiap gerakan dihitung setiap waktu pada pola yang sama dan diulang pada satu periode misalnya satu menit. a. F1 jika pergerakan tangan < 10 kali tiap menit. b. F2 jika pergerakan tangan antara 11-20 kali tiap menit. c. F3 jika prgerakan tangan > 20 kali tiap menit. 4. Grup G penilaian Untuk Postur Leher ( G1-G3 ) a. G1 jika posisi leher tidak menunduk. b. G2 jika posisi leher terkadang menunduk. c. G3 jika posisi leher sering menunduk. 5. Perhitungan dari skor penilaian Skor dari total penilaian dapat diperoleh dengan kombinasi penilaian dari pengamat Observer ( A-G ) dan pekerja Worker ( a-e ). Pastikan bahwa kombinasi skor telah ditentukan sebelum menjumlahkannya. Setelah mempelajari hal di atas, maka sebelum menuju ke tahap penentuan skor, Alat yang dipergunakan untuk mengumpulkan data agar dapat ditentukan skornya adalah daftar pertanyaan, yang sering disebutkan secara umum, dengan nama kuisioner. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner atau daftar pertanyaan dengan interview quide. Keterangan-keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar pertanyaan, dapat dilihat dari segi siapa yang mengisi (menulis isian) daftar pertanyaan tersebut. Pertanyaan - pertanyaan tersebut dibuat dan disusun sesuai dengan aturan yang ada dalam metode Quick Expusure Cheklist ( QEC ). Pertanyaan tersebut dibagi ke dalam dua bagian, yaitu observer s assessment ( lembar pengamat / peneliti ) dan worker s assessment ( lembar pekerja ) Pertanyaan- pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut : Tahap 2 : Pengembangan Sistem Skor Untuk Pengelompokkan Bagian Tubuh Hasil dari Grup A sampai G yang meliputi punggung, bahu, lengan, tangan, dan pergelangan tangan diamati dan ditentukan oleh skor untuk masing-masing postur. Kemudian skor tersebut dimasukkan dalam tabel skor penilaian ( Exposure score ) untuk memperoleh skor total.

Tabel 2.1. Tabel penilaian skor Sumber: metode Quick Exposure Check ) Tabel 2.2. Skor dan Penanganan hasil Quick Exposure Cheklis ( QEC ) Selanjutnya, dari hasil skor yang telah didapat dari skor penelitian Quick exposure cheklist (QEC) diatas, maka selanjutnya dapat juga dilakukan penentuan exposure score untuk tubuh yang telah diteliti. Total skor untuk area tubuh di ditentukan dari interaksi antara exposure

level untuk faktor sakit di tubuh yang relevan ( lihat tabel di bawah ini ) dan faktor faktor lainnya. Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 2.3. Faktor risiko Punggung Bahu / lengan tangan / pergelangan leher beban berat beban berat kekuatan durasi durasi Durasi durasi postur frekuensi pergerakan berat tugas frekuensi pergerakan permintaan visual Postur frekuensi pergerakan postur Sangat penting untuk mencatat interaksi yang sangat memberikan kontribusi dengan nilai keseluruhan untuk setiap area tubuh. Nilai eksposur untuk punggung, pundak / tangan, pergelangan tangan / tangan dan leher telah dikategorikan ke dalam 4 kategori eksposur: rendah, sedang, Tinggi atau Sangat Tinggi. Exposure level nya dibagikan dalam tabel sebagai berikut : Tabel 2.4. Exposure Level Skor Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi Punggung ( statis ) 8 15 16-22 23 29 29-40 Punggung ( Pergerakan ) 10 20 21-30 31 40 41-56 Bahu / Lengan 10 20 21-30 31 40 41-56 Tangan / pergelangan tangan 10 20 21-30 31 40 41-56 Leher 4 6 8-10 12 14 16-18 Bahkan jika skor exposure nya rendah, sangat penting untuk dicatat bahwa satu atau dua interaksi dapat berkonstribusi tidak proposional (contoh skor 8 atau lebih). Untuk skor sedang, tinggi dan sangat tinggi, mereka seperti beberapa interaksi yang harus diidentifikasi atau dikurangi / dihilangkan. Itu juga memungkinkan bahwa satu atau dua interaksi ada pada level tertinggi (contoh : 10 12) dari level exposure. Ini menjadi skor yang berbahaya.

111. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan yang berlokasi di jalan narogong bekasi, yaitu pada pekerja profesi penjahit dengan meneliti masalah apa yang sering terjadi pada proses penjahitan. Dengan mengidentifikasikan masalah maka didapatkan permasalahanpermasalahan yang dialami oleh seorang penjahit, untuk dilakukan proses perbaikan terhadap permasalahan yang terjadi. Perbaikan dilakukan dengan metode Quick exsposure cheklist (QEC). Alasan memakai metode ini karena data yang diambil berupa dalam bentuk kuesioner dan penilaian skor dengan cara checklist, sehingga peneliti dengan mudah untuk memberikan penilaian. Data yang digunakan merupakan data primer, dan para profesi penjahit menjadi responden penelitian. Variabel penelitian yang terdiri dari sudut punggung, postur bahu, postur tangan, postur leher, berat maksimal yang diterima satu tangan, permintaan visual, mengoperasikan mesin, adanya getaran, kesulitan bekerja dan tingkat sress yang dirasakan oleh pekerja penjahit saat melakukan pekerjaan. 1V. PEMBAHASAN Hasil wawancara dari 8 orang responden yang bekerja sebagai operator yang telah diteliti dapat diketahui bahwa operator tersebut mengalami keluhan nyeri pada punggung, selain itu operator tersebut juga mengeluhkan nyeri pada leher. sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 8 karena sampelnya kecil dan keterwakilan. Macam macam keluhan yang dirasakan oleh para pekerja akan lebih dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 4.1 Keluhan Subyektif pada proses penjahitan No Keluhan Subyektif Jumlah (Orang) 1 Nyeri pada tangan 4 2 Nyeri pada pergelangan tangan 6 3 Nyeri pada punggung 8 4 Nyeri pada leher 8 5 Nyeri pada bagian bahu 5 6 Nyeri pada betis 4 7 Nyeri pada pantat 6 Jumlah keluhan 41

Gambar 4.1 postur kerja proses penjahitan Tabel 4.2 Sudut pergerakan punggung dalam proses penjahitan No. Sudut punggung Level Keterangan 1 12 A1 Almost Neutral ( Hampir Netral ) Dari gambar tahap penjahitan diatas, didapatkan pengumpulan data berupa data postur punggung, postur bahu atau lengan, postur tangan atau pergelangan dan postur leher. Data postur tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Postur punggung dalam proses penjahitan No Postur Punggung ( A ) Ya Tidak 1 Hampir Netral 2 Agak tertekuk/miring 3 Terlalu menekuk/miring 4 hampir selalu dalam posisi statis ( B2 ) Tabel 4.4 Postur bahu/lengan dalam proses penjahitan No Postur Bahu / Lengan ( C ) Ya Tidak 1 Tepat atau dibawah pinggang 2 Di sekitar dada 3 Tepat atau diatas bahu 4 Pergerakan bahu sering ( D2 ) Tabel 4.5 Postur tangan/pergelangan tangan dalam proses penjahitan No. Postur Tangan / Pergelangan ( E ) Ya Tidak 1 Hampir Lurus 2 Menekuk/bengkok 3 Pola gerak yang sama dan berulang 11 20 kali per menit ( F2 )

Tabel 4.6 Postur leher dalam proses penjahitan No Postur Leher ( G ) Ya Tidak 1 Normal 2 Leher hampir tertekuk 3 Leher sering tertekuk Dari hasil kuesioner QEC untuk lembar pekerja, maka di dapatkan pengumpulan data sebagai berikut ini : Tabel 4.7 Berat ditangani pekerja dalam proses penjahitan No. Berat maks. ditangani ( H ) Ya Tidak 1 Ringan ( 5 Kg) 2 Sedang ( 6 Kg - 10 Kg ) 3 Berat ( 11 Kg - 20 Kg ) 4 Sangat berat (> 20 Kg) Tabel 4.8Waktu kerja per hari dalam proses penjahitan No. Waktu kerja per hari ( J ) Ya Tidak 1 Kurang dari 2 jam 2 2-4 jam 3 Lebih dari 4 jam Tabel 4.9 Berat diterima satu tangan dalam proses penjahitan No. Berat satu tangan ( K ) Ya Tidak 1 Rendah (< 1 Kg) 2 Sedang ( 1-4 Kg) 3 Tinggi ( > 4 Kg)

Tabel 4.10 Permintaan visual dalam proses penjahitan No. Permintaan visual ( L ) Ya Tidak 1 Rendah 2 Tinggi Tabel 4.11 Mengoperasikan mesin dalam proses penjahitan No. Kendarai kendaraan ( M ) Ya Tidak 1 Tidak pernah 2 Kadang - kadang 3 Sering Tabel 4.12. Getaran dalam proses penjahitan No. Adanya getaran ( N ) Ya Tidak 1 0 - < 1 jam per hari 2 1-4 jam per hari 3 > 4 jam per hari Tabel 4.13. Kesulitan dalam proses penjahitan No. Kesulitan bekerja ( P ) Ya Tidak 1 Tidak pernah 2 Kadang - kadang 3 Sering

Tabel 4.14 Tingkat stress dalam proses penjahitan No. Tingkat stress ( Q ) Ya Tidak 1 Tidak sama sekali 2 Rendah 3 Menengah 4 Tinggi Rekapitulasi Skor QEC ( Quick Exposure Cheklist ) Dari hasil penilaian dan perhitungan skor pada pekerja 1 diatas, dapat mewakili perhitungan pekerja lainnya. Maka didapatkan rekapitulasinya sebagai berikut: Dari 8 orang pekerja atau operator yang melakukan proses penjahitan, rekapitulasi skor dari kedelapan pekerja tersebut adalah sebagai berikut. Tabel 4.21 Rekapitulasi skor pekerja pada proses penjahitan Skor Pekerja 1 2 3 4 5 6 7 8 Punggung 22 22 22 22 22 22 22 22 Bahu/lengan 30 34 30 34 34 30 34 34 Pergelangan/tangan 26 26 26 26 26 26 26 26 Leher 18 16 18 18 16 18 18 16 Mengemudi 1 1 1 1 1 1 1 1 Getaran 9 9 9 9 9 9 9 9 Kecepatan Kerja 1 4 9 4 9 1 1 1 Stress 16 9 4 16 16 9 16 16 Total 123 121 119 130 133 116 127 125 Hasil skor dari 4 orang pekerja pada proses penjahitan kain yaitu 127, 125, 130 dan 133. Skor tersebut berada pada Action level 4. Total skor lebih dari 123, menunjukkan postur tersebut berbahaya dan harus dilakukan investigasi lebih

lanjut dan dilakukan penanganan secepatnya. Sedangkan hasil skor 4 orang pekerja lainnya yaitu 123, 121, 119 dan 116, skor tersebut berada pada Action level 3. Total skor lebih dari 82 dan kurang dari 123, menunjukkan postur tersebut berbahaya dan harus dilakukan investigasi lebih lanjut dan dilakukan penanganan dalam waktu dekat. V. ANALISIS Berdasarkan pengamatan dan hasil kuisioner, didapat bahwa 8 orang pekerja atau operator yang diamati pada proses ini, postur kerja yang dilakukan sama. Dari aktivitas yang diamati, maka didapatkan resiko CTDs ( Cummulative trauma disorders ) pada proses ini adalah sebagai berikut. 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 pekerja 1 pekerja 2 pekerja 3 pekerja 4 pekerja 5 pekerja 6 pekerja 7 pekerja 8 Gambar 5.1. Grafik Resiko CTDs pada proses penjahitan kain Keterangan : 1 = Rendah 3 = Tinggi VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 2 = Sedang 4 = Sangat tinggi 1. Dari hasil perhitungan skor Quick Exposure Cheklist ( QEC ) dapat diketahui bahwa pada postur punggung, bahu / lengan, pergelangan / tangan dan leher hampir semua proses mengalami resiko terjadinya CTDs. Semua itu dapat dilihat dari hasil exposure level dan action level dari proses-proses tersebut. 2. Metode perbaikan yang diberikan dalam penelitian ini yaitu, memberikan rekomendasi berupa perbaikan atau perubahan cara kerja untuk para penjahit. seperti posisi kerja yang dirubah dan penambahan alat-alat kerja serta pemberian waktu istirahat sesekali pendek

agar rasa nyeri yang diakibatkan oleh proses kerja yang gerakan tangan selalu berulang dapat dikurangi atau diminimalisir sehingga resiko CTDs dapat diminimalisir. Saran 1. Sebaiknya pada proses penjahitan, diberikan tempat duduk ( kecil ) dengan busa dan diberikan sandaran untuk mengurangi sakit / keluhan pada bagian pantat, punggung. 2. Sebaiknya pada proses penjahitan, diberikan waktu istirahat sesekali pendek agar rasa nyeri yang diakibatkan oleh proses kerja yang gerakan tangan selalu berulang dapat dikurangi. 3. Pada proses penjahitan, sebaiknya meja kerja dan bangku kerja disesuaikan dengan postur tubuh para pekerja dalam posisi duduk agar nyeri pada punggung dan leher dapat dikurangi. 4. Penambahan fentilasi udara dan ditambahkan alat bantu berupa kipas angin, agar temperature di ruang penjahitan normal atau stabil. DAFTAR PUSTAKA Nurmianto, Eko. Ergonomi:Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. 1996. Bridger, R.S. Introduction to The Ergonomic. New York: McGraw-Hill Edition, 1994. Surabaya, International Niebel, B.W and Freivald, A. 2003. Methods Standards & Work Design, 11 th International Edition, 2003. edition, Kroemer K.H.E Cumulative Trauma Disorders: Their recognition and ergonomics measure to avoid them. 1989. Elsevier Science. Applied Ergonomics. Diambil dari : http://www.elsevier.com/locate/apergo Li,G. and buckle, E. 1999. Further Development of The Usability and Validity of The Quick Exposure Check (QEC). Diambil dari : http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr211