BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

DESAIN PRIMER. LAPORAN PRAKTIKUM disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biologi Molekuler. oleh : Riani Ulfah

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB. I PENDAHULUAN. Minda Azhar Disertasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

2015 ISOLASI DNA PARSIAL GEN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN BAKTERI TRANSFORMAN

ENZIM ARABINOSA ISOMERASE DARI GEN BAKTERI Geobacillus stearothermophilus YONI ATMA

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

DESAIN PRIMER SECARA IN SILICO UNTUK AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

- Isolasi lipase halostabil dari bakteri halofilik isolat kawah lumpur Bleduk Kuwu

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Fakultas Biologi Unsoed

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Reaksi isomerisasi yang dikatalisis oleh enzim AI (Lee et al 2004)

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

I. PENDAHULUAN. Menurut Margolles et al. (2009), sumber terbaik untuk isolasi probiotik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan terus mengalami kenaikan rata-rata 3.3% pertahun dengan quantitas dan

PRINSIP UMUM DAN PELAKSANAAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

SEKUENSING 16S rdna ARKAEBAKTERIA HIPERTERMOFILIK ISOLAT TS3 ASAL KAWAH DOMAS TANGKUBAN PERAHU

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

2015 ISOLASI DAN AMPLIFIKASI GEN PARSIAL MELANOCORTIN - 1 RECEPTOR (MC1R) PADA IKAN GURAME

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

PENGENALAN BIOINFORMATIKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

19/10/2016. The Central Dogma

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

KONSTRUKSI PLASMID PRHA SEBAGAI PEMBAWA GEN ARAA PENYANDI ENZIM L-ARABINOSA ISOMERASE DARI Thermotoga thermarum

2014 KINETIKA PERTUMBUHAN DAN ISOLASI GENOMIK KONSORSIUM BAKTERI HYDROTHERMAL VENT KAWIO MENGGUNAKAN MEDIUM MODIFIKASI LB

PENGENALAN NCBI UNTUK ANALISIS DNA, PROTEIN DAN SENYAWA KIMIA OLEH: W I D O D O MIFTAKHUNNAFISAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Madu merupakan produk alam yang dihasilkan oleh lebah dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN MOLEKULER BAKTERI ASAM LAKTAT ISOLAT 9A HASIL ISOLASI DARI KOLON SAPI BALI MELALUI ANALISIS GEN 16S rrna SKRIPSI

IDENTIFIKASI ISOLAT BAKTERI DARI PANTAI BANDEALIT JEMBER BERDASARKAN SEKUEN DNA PENGKODE 16S rrna SKRIPSI. Oleh Dina Fitriyah NIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

KONSTRUKSI PRIMER UNTUK MENDETEKSI MUTASI GEN rpob Mycobacterium tuberculosis DENGAN METODE AMPLIFICATION REFRACTORY MUTATION SYSTEM (ARMS)-PCR

Tugas Fisiologi Mikroba

Bioteknologi Tanaman KULIAH V. PCR, Sekuensing. Dr. Jamsari, Prog. Studi Pemuliaan Tanaman Jurusan BDP-FPUA

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

AMPLIFIKASI in vitro GEN PENGKODE PEMSILIN V ASILASE dari Bacillus sp. strain BACS

Topik 4 DNA Sebagai Bahan Genetik

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

Karakteristik Primer pada Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk Sekuensing DNA: Mini Review

I. PENDAHULUAN. Lampung adalah produsen tapioka utama di Indonesia. Keberadaan industri

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR SINGKATAN INTISARI... ABSTRACT...

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

Anna Rakhmawati 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

KONSTRUKSI DAN EKSPRESI GEN PENYANDI ENZIM L-ARABINOSA ISOMERASE PADA PERMUKAAN SEL KHAMIR Pichia pastoris AGNES YULIANA

BAB I PENDAHULUAN. bersifat sebagai katalisator yaitu zat-zat yang dapat mempercepat reaksi tetapi zat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

BAB I PENDAHULUAN. ke-20. Kemampuannya dalam menghasilkan senyawa antibiotik dapat memberikan

MAKALAH GENETIKA PCR ( Polimerase Chain Reaction ) «apikde...

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV SIMULASI PEMBENTUKAN PHYLOGENETIC TREE PADA BEBERAPA DATA KOLEKSI DAN MELIHAT HUBUNGAN KEKERABATANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai industri seperti makanan, minuman, kosmetik, kimia dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Enzim merupakan biokatalis yang banyak digunakan dalam industri, karena enzim

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Senyawa D-tagatosa merupakan suatu monosakarida hasil isomerisasi dari D- galaktosa. Monosakarida ini telah ditetapkan sebagai material GRAS (Generally Recognized as Safe). Monosakarida D-tagatosa dapat digunakan sebagai pemanis rendah kalori alternatif sebab memiliki derajat kemanisan mendekati sukrosa (92%) namun menghasilkan kalori setara 38% dari sukrosa (Buemann et al., 2000). Produksi D-tagatosa, secara umum, dengan bahan D-galaktosa dilakukan pada suhu yang tinggi (>70 o C) (Beadle et al., 1992). Produksi D-tagatosa dapat dikatalisis oleh logam yang bersifat basa seperti Ca(OH) 2. Metode ini memiliki kelemahan yaitu karamelisasi yang menimbulkan produk berwarna kecoklatan serta pembentukan produk samping yang tidak diinginkan sehingga memerlukan purifikasi yang lebih rumit. Saat ini telah dikembangkan metode isomerisasi D-galaktosa menjadi D- tagatosa melalui reaksi enzimatis yang dikatalisis oleh L-arabinosa isomerase (L- AI) (Izumori et al., 1978). Penggunaan L-AI sebagai katalisis dalam produksi D- tagatosa dianggap lebih efektif. Sifat kerja enzim yang spesifik menyebabkan produk yang dihasilkan juga spesifik sehingga menyederhanakan proses purifikasi. Sementara itu, operasional produksi pada suhu tinggi menyebabkan kebutuhan L-arabinosa isomerase yang bersifat termostabil. Termostabilitas ini diperlukan agar enzim mampu bekerja di kisaran suhu tinggi secara optimal. Eksploitasi L-AI diawali dengan isolasi gen pengkode enzim ini. Enzim L-AI dikode oleh gen araa yang termasuk ke dalam operon ara. Operon ara terdapat di dalam genom mikrobia termofilik seperti Thermotoga maritima (Kim et al., 2003 a ), Thermotoga neapolitana (Roh et al., 2000), Geobacillus stearothermophilus (Kim et al., 2002), G. thermodenitrificans (Kim & Oh, 2005)dan Alicyclobacillus acidocaldarius (Lee et al., 2005). Hal ini menunjukkan 1

bahwa mikrobia termofilik dan hipertermofilik merupakan sumber potensial L-AI termostabil. Indonesia memiliki habitat bersuhu tinggi dengan potensi isolat mikrobia termofilik. Salah satu lokasi yang berpotensi adalah Dataran Tinggi Dieng. Lokasi ini memiliki habitat dengan kondisi suhu ekstrim seperti Sumber Air Panas Bitingan, Kawah Candradimuka, Kawah Sileri, dan Kawah Sikidang (Kartikaningsih, 2005). Terdapat isolat mikrobia termofilik yang telah berhasil diisolasi dari Dieng. Isolat ini digolongkan ke dalam genus Geobacillus (Prijambada, 2010 dan Wedhastri, 2015, komunikasi pribadi). Menurut Minana-Galbis et al., 2010 tidak semua anggota genus Geobacillus dapat menggunakan L-arabinosa sebagai sumber karbon yang ditandai dengan hasil negatif pada uji fermentasi L-arabinosa. Anggota genus Geobacillus seperti G. stearothermophilus, G. kaustophilus dan G. thermodenitrificans merupakan mikrobia yang memiliki gen araa, yang mengkode L-AI. Enzim L-AI secara umum mengkatalis isomerisasi L-arabinosa menjadi L-ribulosa, yang terjadi pada langkah pertama metabolisme L-arabinosa (Schleiff, 2002). Deteksi gen araa diperlukan untuk mengetahui kemampuan isolat mikrobia termofilik dari Dieng sebagai penghasil L-AI termostabil. Metode ini dapat dilakukan menggunakan PCR dengan primer yang ditargetkan pada sekuens internal gen araa. Dalam pelaksanaannya, PCR memerlukan komponen krusial yang berupa primer. Primer merupakan untai DNA pendek yang diperlukan sebagai awalan bagi sintesis DNA baru, baik secara in vivo maupun in vitro. Primer yang baik harus memiliki beberapa syarat antara lain panjang 18-30 mer, GC rasio 40-60%, keunikan urutan yang baik sehingga dapat menempel pada target spesifik serta tidak membentuk struktur sekunder seperti hairpin loop dan self-dimer. Pemenuhan syarat primer yang baik tersebut memerlukan kalkulasi matematis secara bersamaan, yang secara otomatis dapat dilakukan oleh program dan alat bioinformatika pada proses desain primer. Desain primer dilakukan dengan didahului data mining pada database sekuens DNA, misal dari web NCBI. Kumpulan data sekuens DNA kemudian dapat 2

digunakan sebagai acuan dan template untuk mendesain primer. Kandidat primer yang digenerasi melalui program bionformatika dapat sekaligus dipakai dalam simulasi PCR secara in silico, untuk mengestimasi keberhasilannya dalam mengamplifikasi gen target. Primer yang didesain pada penelitian ini akan diaplikasikan untuk deteksi gen araa pada bakteri termofilik yang diisolasi dari Kawah Sikidang, Dieng. Informasi yang telah diuraikan sebelumnya di atas, menyebutkan bahwa isolat bakteri termofilik tersebut belum dikarakterisasi dengan sempurna. Hal ini menyebabkan beberapa karakter, termasuk kemampuan isolat ini untuk menghasilkan enzim L-AI belum dapat dikonfirmasi secara pasti. Namun, hal ini tidak menjadi halangan dalam usaha eksploitasi isolat ini. Konsekuensinya deteksi gen menjadi penting. Primer dapat didesain berdasarkan template genom atau CDS (Coding Sequence) dari strain yang berkerabat dekat. Primer yang didesain memiliki keberhasilan hingga tingkat tertentu pada amplifikasi gen target. Apabila primer didesain hanya berdasarkan satu template dari satu strain bakteri, maka primer hanya akan berhasil dalam batasan strain bakteri itu saja. Hal ini menjadi salah satu kelemahan jika diterapkan pada isolat bakteri yang belum dikarakterisasi secara sempurna. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu dilakukan pendekatan menggunakan Multiple Sequence Alignment (MSA). Pendekatan ini menggunakan sebanyak mungkin data sekuens DNA dari berbagai strain bakteri yang memiliki gen pengkode L-AI. Penggunaan multiple sequence alignment, pada akhirnya akan didapatkan primer degenerasi yang dapat menempel pada sebagian besar strain bakteri. Pada prakteknya, untuk dapat mengamplifikasi gen target dari berbagai strain bakteri, digunakan kombinasi beberapa primer agar kekurangan satu primer dapat ditutupi oleh yang lain. Penelitian ini akan menjadi studi awal eksploitasi L-AI, khususnya dari bakteri termofilik hasil isolasi dari Dieng. Desain primer dilakukan dengan pendekatan multiple sequence alignment pada beberapa strain bakteri penghasil L- AI. Data sekuens DNA akan dialignment menggunakan CLUSTALW dan MUSCLE. Kedua algoritma ini digunakan untuk membandingkan sensitifitas 3

keduanya sehingga ditemukan kandidat primer terbaik. Kandidat primer akan diuji dalam program PCR in silico untuk melihat sejauh mana kemampuan primer untuk mengenali target. Selanjutnya, kandidat primer akan dimasukkan program pengecekan karakter untuk melihat GC ratio, Tm (melting temperature), Languange Complexity serta kemungkinan pembentukan hairpin loop dan selfdimer (self-complementarity dan self-annealing). B. Permasalahan Dari uraian tersebut timbul permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana sekuens serta karakter dari primer yang dapat digunakan untuk mengamplifikasi gen araa pengkode L-AI dari bakteri termofilik yang diisolasi dari kawah Sikidang Dieng? 2. Bagaimana sensitifitas algoritma CLUSTALW dan MUSCLE dalam melakukan alignment? 3. Bagaimana performa primer yang didesain dalam simulasi PCR in silico? C. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengetahui sekuens primer untuk amplifikasi gen araa pada isolat bakteri termofilik dari Dieng 2. Membandingkan sensitifitas algoritma CLUSTALW dan MUSCLE 3. Mengetahui performa primer dalam simulasi PCR in silico D. Manfaat penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sekuens primer untuk amplifikasi gen araa dari isolat bakteri termofilik di Indonesia 2. Memberikan informasi perbandingan algoritma CLUSTALW dan MUSCLE dalam pendekatan multiple sequence alignment pada proses desain primer 3. Memberikan pengantar salah satu cara mendesain primer untuk amplifikasi gen dari bakteri yang belum dikarakterisasi secara spesifik 4

4. Memberikan informasi baru mengenai isolat mikrobia Indonesia yang mampu potensial dalam menghasilkan L-AI termostabil 5. Memberikan informasi untuk keperluan eksploitasi L-AI termostabil di Indonesia 5