57 BAB IV STRATEGI PENANGANAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MODAL USAHA DI BMT SM NU CABANG BOJONG PEKALONGAN A. Faktor- Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah Pembiayaan bermasalah tidak muncul begitu saja, selalu ada tandatanda atau indikator awal, seperti debitur tiba-tiba tidak mau membayar karena tidak memiliki I tikad baik. Ini salah satu alasan untuk berhati-hati dalam memberikan pembiayaan, karena waktu untuk mengenal calon debitur sangat terbatas. 1 Tabel 4.1 Tabel pembiayaan bermasalah di BMT SM NU Cabang Bojong pada tahun 2014: No Kolektabilitas Pembiayaan Jumlah 1. Lancar 1507 nasabah 2. Dalam perhatian khusus 12 nasabah 3. Diragukan 8 nasabah 4. Macet 15 nasabah Sumber data: BMT SM NU Bojong Pekalongan 1 Abraham usman, Manajer BMT SM NU Cabang Bojong, Wawancara Pribadi, diambil pada 5 Agustus 2015 57
58 Suatu hal yang sering terjadi dalam suatu BMT adalah manajemen BMT tidak peka terhadap berbagai indikator awal pembiayaan bermasalah yang terjadi di BMT SM NU Bojong tersebut. Hal itu menjadikan terlambatnya penyelesaian awal atas pembiayaan bermasalah tidak dapat dilakukan. Secara umum faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah di BMT SM NU Bojong adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapai nasabah, penyebab kesulitan keuangan nasabah dapat dibagi menjadi dua faktor: 2 1. Faktor Internal Faktor internal adalah faktor yang ada didalam perusahaan sendiri dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan peusahaan yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti anggota kurang menguasai pasar, kelalaian nasabah dalam menggunakan modalnya sehingga nasabah mengalami kerugian, bagian pembiayaan kurang teliti dalam memberikan modal kepada nasabah. Pada umumnya pembiayaan bermasalah yang ada di BMT disebabkan oleh faktor internal dari anggota, seperti: Agustus 2015 2 Abraham Usman, Manajer BMT SM NU CabangBojong, Wawancarapadatanggal 1
59 a. Produk yang dihasilkan nasabah kalah persaingan dengan usaha lain dipasaran b. Usaha yang dilakukan nasabah tergolong baru sehingga konsumen belum mengetahui tentang produk anggota c. Anggota pembiayaan tidak berpengalaman dalam berbisnis, sehingga usahanya kurang lancar. d. Nasabah tidak beritikad baik dalam penggunaan dana pembiayaan e. Anggota sakit atau meninggal f. Penggunaan dana tidak digunakan sesuai dengan kesepakatan. Pembiayaan bermasalah juga dapat disebabkan oleh faktor intern dari BMT itu sendiri, seperti: a. Kurangnya pemahaman pihak BMT atas usaha yang dijalankan nasabah b. Kurangnya kunjungan ke lokasi usaha anggota pembiayaan tersebut, pihak BMT SM NU Bojong kurang dalam melakukan pengawasan, apakah laporan yang diberikan nasabah wajar atau tidak dan kurang teliti terhadap laporan keuangan yang disajikan nasabah sehingga masalah yang dihadapi anggota tidak dapat terdeteksi sejak awal. c. Kurangnya perhatian atas keterlambatan pembayaran kewajiban anggota. d. Belum diterapkannya penggolongan pembiayaan secara tertib.
60 Untuk mengetahui penyebab pembiayaan bermasalah, BMT SM NU melakukan peninjauan langsung kepada anggota dan mencari tahu kesulitan yang dialami anggota yang menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermaslaah menjadi faktor utama yang dilakukan oleh tim komite di BMT dalam menentukan langkah-langkah penanganan pembiayaan bermasalah. Jika tidak ingin mengalami kerugian karena pembiayaan yang diberikan menjadi bermasalah, maka BMT harus mampu melihat tanda-tanda akan terjadi pembiayaan bermasalah. Tanda-tanda tersebut antara lain: 3 1) Lancar Pembiayaan dikatakan lancara apabila tidak terjadi tunggakan dalam angsuran setiap bulannya. 2) Dalam pengawasan Apabila dalam jangka waktu 1-4 bulan tidak melakukan kewajibannya untuk membayar angsuran 3) Diragukan Apabila terjadi penunggakan angsuran 5-6 bulan 4) Macet Apabila nasabah tidak melakukan kewajibannya selama lebih dari 6 bulan. 3 Wawancara dengan Abraham usman selaku manajer di BMT SM NU Bojong pada tanggal 1 Agustus 2015
61 2. Faktor Eksternal Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam, selain itu juga ada faktor lain seperti: 4 a. Faktor lingkungan akan ikut berpengaruh dengan nilai permintaan barang yang dihasilkan. Seperti usaha sejenis yang dijalankan pada lingkungan anggota. b. Kondisi ekonomi, dampak ketidakstabilan ekonomi akan berpengaruh pada kenaikan barang atau jasa. Hal ini akan ikut berdampak terhadap usaha nasabah, diantaranya kenaikan biaya produksi, karena adanya kenaikan harga bahan baku produksi dan menurunya daya beli akibat naiknya harga kebutuhan pokok. Dari kesimpulan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah ada dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang ada di dalam perusahaan sendiri dan faktor utama yang paling dominan adalah manajerial, yang meliputi kurangnya perhatian dan kunjungan ke anggota pembiayaan. Sedangkan faktor eksternal yaitu bencana alam, faktor lingkungan dan kondisi perekonomian. 4 Wawancara dengan Nurul Bakri As ad Bagian Pembiayaan, wawancara pribadi pada tanggal 10 Agustus 2015
62 B. Strategi Penanganan Pembiayaan Bermasalah Pada Produk Pembiayaan Modal Usaha di BMT SM NU Cabang Bojong Pekalongan Pembiayaan yang bermasalah perlu memperoleh penyelamatan yang khusus, apabila penyelamatannya tidak tepat maka akan berdampak pada kerugian bagi BMT SM NU Cabang Bojong itu sendiri, karena BMT SM NU Cabang Bojong sulit mendapatkan pembiayaan itu kembali. Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam menghadapi pembiayaan bermasalah, perlu diteliti sebab-sebab terjadinya permasalahan. Bila sebab terjadinya permasalahan adalah faktor eksternal seperti bencana alam, maka BMT SM NU Bojong tidak perlu melakukan analisis lebih lanjut yang penting adalah bagaimana membantu nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahan asuransi. Banyak cara yang dapat dilakukan BMT untuk penyelamatan pembiayaan bermasalah, semua tergantung pada berat ringannya masalah yang dihadapi nasabah, serta sebab-sebab terjadinya kemacetan. Apabila pembiayaan itu masih dapat diselamatkan maka BMT dapat memberikan keringanan-keringanan. Dari hasil survei yang telah dilakukan peneliti di BMT SM NU Cabang Bojong, bahwa dalam proses penanganan pembiayaan dilakukan sebagai berikut: 5 5 Wawancara dengan Nurul Bakri As ad selaku Bagian Pembiayaan di BMT SM NU Cabang Bojong tanggal 15 Agustus 2015
63 1. Melakukan peninjauan langsung Melakukan peninjauan langsung setiap bulannya untuk mendapatkan setoran tiap bulan. Metode ini dilakukan setiap bulan ataupun mendekati akhir bulan, metode ini dilakukan dengan tahapan: a. Menelepon terlebih dahulu nasabah yang telah melebihi batas tanggal penyetoran angsuran pembiayaan. b. Memastikan tanggal yang dijanjijan anggota untuk melakukan pembayaran angsuran. c. Jika dari tanggal yang dijanjikan tersebut ternyata yang bersangkutan belum juga menyetorkan angsuranya maka petugas penagihan dari BMT SM NU Bojong akan mendatangi tempat tinggal anggota untuk mengambil kewajibanya untuk membayar angsuran. 2. Pemberian surat pemberitahuan Surat pemberitahuan berisi jumlah angsuran yang belum dibayar dengan permintaan kepada anggota untuk segera membayar tunggakan angsuran yang dimiliki. Surat pemberitahuuan ini diberikan oleh BMT SM NU Bojong kepada anggota pembiayaan yang memiliki tunggakan angsuran tetapi pembiayaan belum jatuh tempo. 3. Pemberian surat teguran Surat teguran bertujuan memberitahukan kepada nasabah bahwa pembiayaan yang dimiliki telah jatuh tempo dan berisi rincian jumlah
64 angsuran yang belum dibayar kepada anggota yang mempunyai tunggakan angsuran dan telah jatuh tempo. 4. Pemberian keringanan Keringanan ini bertujuan untuk membantu anggota yang mengalami kesulitan dalam pelunasan pembiayaan. BMT SM NU Bojong memberikan kepada anggota yang belum bisa melakukan pelunasan terhadap pembiayaan yang telah jatuh tempo, dengan cara memberikan keringanan tenggang waktu 15 hari setelah tanggal jatuh tempo untuk melunasinya. 5. Rescheduling Rescheduling yaitu penjadwalan kembali dengan jangka waktu angsuran serta memperkecil jumlah angsuran dengan syarat perjanjian pembiayaan yang berkenaan apabila anggota belum mampu melunasi tunggakan pembiayaan. BMT SM NU Bojong melihat ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Usaha yang dijalani anggota masih memiliki potensi untuk terus berkembang b. Kemampuan anggota masih ada dan anggota ber i tikad baik untuk membayar kewajibannya. c. Kesulitan yang dihadapi anggota hanya bersifat sementara. Adapun bentuk penjadwalan ulang di BMT SM NU Bojong antara lain: 1. Perpanjangan jangka waktu pelunasan pembiayaan 2. Perpanjangan jadwal angsuran.
65 Lembaga keuangan syariah boleh melakukan penjadwalan kembali (Resheduling) tagihan pembiayaan ijarah bagi nasabah yang tidak mampu menyelesaikan atau melunasi pembiayaanya sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan ketentuan: a. Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa. b. Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali adalah riil. c. Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan kesepakatan kedua. belah pihak. 6. Reconditioning Merupakan penyelamatan pembiayaan dengan cara melakukan perubahan syarat perjanjian pembiayaan dan tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal angsuran atau jangka waktu pembiayaan. Di BMT SM NU Bojong Reconditioning dilakukan dengan cara: a. Perpanjangan jangka aktu pembiayaan b. Memperkecil margin atau bagi hasil yang harus dibayar anggota kepada BMT SM NU Bojong Sedangkan ketentuan lain dalam pemberian Reconditioning antara lain: a. Potensi usaha nasabah masih ada b. Sarana usaha memadai c. Mengalami kesulitan keuangan dan manajemen
66 7. Restructuring (Penataan kembali) Merupakan upaya penanganan pembiayaan dengan melakukan perubahan syarat-syarat perjanjian pembiayaan berupa pemberian pembiayaan. Restructuring ini dilakukan oleh BMT SM NU Bojong apabila potensi usaha yang dimiliki anggota masih baik. Adapun pertimbangan dilakukanya restructuring adalah: a. Nasabah memiliki i tikad baik b. Usaha nasabah masih ada c. Kesulitan keuangan yang dialami hanya sementara Rescheduling, Reconditioning dan Restructuring merupakan strategi penanganan pembiayaan dalam rangka mencegah timbulnya keraguan lebih lanjut atas suatu pembiayaan. Adapun tujuan dari penanganan pembiayaan antara lain: a. Memperkecil kemungkinan kerugian yang lebih besar b. Memperbaiki portepel pembiayaan c. Menetapkan langkah-langkah yang dilakukan untuk penyelamatan pembiayaan Penanganan-penanganan diatas dilakukan terhadap pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh faktor internal. Sedangkan pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti bencana alam, penyelamatan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT SM NU Bojong adalah memberikan keringanan berupa pengembalian pokok pinjamanya
67 saja tanpa bagi hasil. Apabila langkah-langkah penanganan pembiayaan di atas tidak berhasil, maka penanganan pembiayaan bermasalah dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menjual barang jaminan nasabah Sebelum melakukan penjualan jaminan, pihak BMT SM NU Bojong bermusyawarah dulu dengan nasabah untuk mencari jalan keluar dalam menyelesaikan pembiayaan dengan cara menjual barang jaminan. Apabila nasabah menyetujui penanganan pembiayaan dengan menjual barang jaminan makan BMT SM NU dapat menjual jaminan tersebut. Lembaga keuangan syari ah boleh melakukan penyelesaian pembiayaan ijarah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi kewajibanya ssuai dengan jumlah dan waktu yang telah disepakati dengan ketentuan: a. Objek ijarah atau jaminan lain dijual oleh nasabah atau mellui LKS dengan harga pasar yag disepkati b. Nasabah melunasi utangnya kepada lembaga keuangan syari ah dari hasil penjualan. c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang makan LKS mengembalikan sisa penjualan kepada nasabah d. Apabila hasil penjualan jaminan lebih ekcil dari sisa hutang, maka sisa utang tetap menjadi utang nasabah
68 e. Apabila anggota tidak mampu membayar sisa utangnya, maka LKS dapat membebaskanya. 2) Menyita barang yang senilai dengan barang jaminan Langkah ini hanya dapat dilakukan jiak sebelumnya telah ada perjanjian secara tertulis untuk menyita barang yang senilai dengan nilai peminjaman, masalah penyitaan atau eksekusi jaminan di BMT SM NU Bojong sangat tergantung pada kebijakan manajemen. Di BMT SM NU Bojong cara menyita barang yang senilai dengan nilai pinjaman belum pernah dilakukan karena BMT SM NU Bojong lebih mengutamakan dengan cara kekeluargaan atau musyawaroh dan dengan Resheduling dan pembiayaan ulang dalam benuk Qardul Hasan. Dari kesimpulan di atas dapat disimpulkan bahwa BMT SM NU Bojong dalam melakukan penanganan pembiayaan bermasalah yang disebabkan oleh faktor Internal dapat dilakukan dengan cara Pendekatan persuasif atau melakukan musyawarah dengan anggota, kemudian mencari solusi yang terbaik, jika belum berhasil juga maka pihak BMT SM NU Bojong akan memberikan surat pemberitahuan pertama, kedua dan ketiga, surat teguran, pemberian keringanan, penjadwalan kembali, Reconditioning, Restructuring. Sedangkan penanganan pembiayaan yang disebabkan oleh faktor eksternal seperti kebakaran, bencana alam, penyelamatan pembiayaan yang dilakukan oleh BMT SM NU Bojong adalah memberikan
69 keringanan berupa pengembalian pokok pinjamanya saja tanpa bagi hasil. Namun apabila langkah diatas tidak berhasil juga maka pihak BMT SM NU Bojong akan melakukan penjualan jaminan. Dari hasil survey yang dilakukan peneliti kepada nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah, pihak BMT melakukan kunjungan dan musyawarah kepada nasabah untuk mencari jalan keluar yang terbaik, ketika nasabah memang sudah tidak bisa melaksanakan kewajibanya maka pihak nasabah bersedia menjual barang jaminan yang diberikan kepada BMT SM NU Bojong. 6 6 Hasil wawancara dengan nasabah pembiayaan bermasalah pada tanggal 20 Agustus 2015