Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG AMBULASI DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

Oleh : Desi Evitasari, Selvia Septiani ABSTRAK. : Pengetahuan, Ibu Hamil, Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN DENGAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL (APN) DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: Aribul Maftuhah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Nisa khoiriah INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER DALAM PELAKSANAAN KELURAHAN SIAGA DI KOTA BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IKTERUS FISIOLOGIS PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

GAMBARAN PENGETAHUAN TENAGA PARAMEDIS TENTANG PERAWATAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT SARI MULIA BANJARMASIN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU HAMIL DALAM MELAKUKAN PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TRIMESTER I TENTANG ANTENATAL CARE DIPUSKESMAS JEPON KABUPATEN BLORA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Oleh : Suyanti ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu dan anak penting untuk dilakukan (Kemenkes RI, 2016) Berdasarkan laporan Countdown bahwa setiap dua menit, disuatu

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Ibu Hamil tentang Pemanfaatan Kelas Ibu Hamil di Desa Nagrak Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan salah satu masa penting di dalam kehidupan. seorang wanita, selama kehamilan akan terjadi proses alamiah berupa

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi baru lahir merupakan proses fisiologis, namun dalam prosesnya

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN KOMPETENSI BIDAN DENGAN KEPATUHAN PELAKSANAAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS LIGUNG KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (HB) atau

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat dengan upaya meningkatkan usia harapan hidup, menurunkan. untuk berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2009).

ABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU NIFAS PRIMIPARA TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI LULUT BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI) tahun 2010 menyebutkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Transkripsi:

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Aat Agustini ABSTRAK Jumlah ibu yang mengalami kejadian anemia pada tahun 2013 di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka dari 675 terdapat 107 ibu (55,8%). Data tersebut menunjukkan lebih dari 50% ibu hamil menderita anemia yang diprediksi berhubungan dengan masalah eksternal seperti pendapatan keluarga, pendidikan dan pengetahuan tentang kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor eksternal berdasarkan pendidikan, pendapatan dan pengetahuan tentang anemia dengan kejadian anemia pada ibu hamil, Diketahuinya hubungan faktor eksternal berdasarkan pendapatan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengkasebanyak 675 ibu, dengan teknik pengambilan sampel case control. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner sebanyak 15 item pertanyaan terhadap sampel sebanyak 132 responden. Hasil penelitian menyatakan bahwa kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 didapatkan dari 132 ibu hamil dengan kejadian anemia sebanyak 33 ibu ( 25,0%), berdasarkan faktor eksternal ibu berdasarkan pendidikan ibu hamil sebanyak 69 ibu (52,3%) pendidikan rendah, berdasarkan pendapatan sebanyak 100 ibu (75,8%) tingkat pendapatan rendah, berdasarkan pengetahuan sebanyak 73 ibu ( 55,3%) dengan pengetahuan baik. Ada hubungan faktor eksternal ibu berdasarkan pendidikan p = 0,001 (p = < α 0,05), berdasarkan pendapatan p = 0,001 (p = < α 0,05), dan berdasarkan pengetahuan p = 0,363 (p = < α 0,05), sehingga hipotesis penelitian terbukti. Bagi institusi pendidikan diharapkan dapat memperbanyak dan mengembangkan literatur atau kepustakaan, bagi tempat penelitian diharapkan dengan cukup banyaknya kasus anemia maka tenaga kesehatan dapat melakukan penanganan secara langsung dengan cara mengaktifkan kader-kader posyandu untuk melakukan penyuluhan kesehatan kepada ibu-ibu yang sedang hamil. Kata kunci : Anemia, Ibu Hamil

I. PENDAHULUAN Kesehatan adalah salah satu faktor penting dalam mewujudkan tujuan nasional sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Berbagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan bangsa telah dilakukan pemerintah sebagai bagian dari rangkaian program pembangunan kesehatan secara menyeluruh, terarah dan terpadu. Menurut Bloom (dalam Notoatmodjo, 2003), derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yaitu lingkungan yaitu faktor lingkungan 45 %, perilaku 30 %, keturunan 5 % dan pelayanan kesehatan 20 %. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal melalui pelayanan kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan peningkatan kesehatan (promotif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan pencegahan penyakit (preventif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terarah, terpadu dan berkesinambungan terutama pada ibu hamil. Sampai saat ini tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan. Di samping menunjukkan derajat kesehatan masyarakat, juga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2003) menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307 per kelahiran hidup atau setiap jam terhadap dua orang ibu bersalin karena berbagai sebab yang salah satunya anemia sebesar 54 %. Anemia ibu hamil merupakan suatu kejadian dimana ibu hamil mengalami atau mempunyai kadar Hb < 11 gr % salah satu cara untuk menurunkan kejadian anemia pada ibu hamil adalah dengan cara pemberian Fe minimal 90 tablet dalam masa kehamilannya (saefudin, 2002 : 281) Sedangkan untuk mengetahui seorang ibu hamil anemia atau tidak anemia maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar HB. Adapun pemeriksaan yang dimaksud dianjurkan dua kali yaitu pada trimester I dan III. Anemia pada kehamilan bisa berdampak pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya yaitu meningkatnya resiko kehamilan ibu, perdarahan dan juga BBLR (Mansjoer, 1999 : 547). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka (20 13) tercatat jumlah kematian ibu sebanyak 28 dari 1.866 kelahiran hidup. Kematian tersebut disebabkan oleh perdarahan yang sebagian disebabkan oleh anemia yaitu sebanyak 16 orang, infeksi sebanyak 10 orang, eklampsia sebanyak 4 orang dan penyebab lainnya sebanyak 7 orang. Sedangkan untuk mengetahui hasil studi pendahuluan, di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong tahun 2014 tercatat kejadian anemia adalah 15,88% yaitu ada 107 kasus anemia dari 675 jumlah kehamilan atau ibu hamil. Kejadian anemia berdasarkan status ekonomi sebagian terjadi pada keluarga dengan ekonomi rendah. Hal ini dibuktikan dengan terdapat keluarga pengguna kartu sehat atau miskin dengan kasus anemia. Ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka sebagian besar tergolong pada kasus anemia sedang (Hb 7-8 gr%) yang dapat membahayakan pada kehamilan dan persalinan.

Jumlah ibu hamil yang menderita anemia di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong sebanyak 107 atau 15,85 %, dan merupakan angka tertinggi urutan ke-3 kejadian anemia per-puskesmas di Kabupaten Majalengka. Sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang Analisis Faktor Eksternal terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014. Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya adalah belum diketahuinya hubungan faktor eksternal terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kabupaten Majalengka Tahun 2014. sehingga pertanyaan penelitiannya adalah Adakah hubungan faktor eksternal dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014? Penelitian ini merupakan penelitian ilmu di bidang kebidanan dan secara khusus meneliti tentang analisis faktor eksternal terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 yang mencakup pendidikan, sosial ekonomi, dan pengetahuan. Masalah tersebut diteliti untuk mengetahui anslisis faktor eksternal diantaranya pendidikan, tingkat pendapatan dan pengetahuan terhadap anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN Desain penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan desain case controll. Rancangan ini dipakai karena populasi kasus relatif kecil dan rancangan ini dapat mempelajari beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan outcome serta dapat dilakukan dengan waktu relatif cepat dan biaya murah. III. HASIL PENELITIAN 4.1.1 Analisis Univariat 1. Kejadian Anemia Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kejadian Anemia Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Kejadian Anemia Jumlah N % a. Anemia 33 25,0 b. Tidak Anemia 99 75,0 Total 132 100,0 Berdasarkan tabel 4.3 bahwa kejadian anemia pada pada ibu hamil dalam penelitian ini dibagi dua yaitu anemia jika kadar Hb <11gr% dan tidak anemia jika kadar Hb>11gr. Didapatkan dari 132 ibu

hamil dengan kejadian Anemia sebanyak 33 ibu (25,0%) dan tidak Anemia sebanyak 99 ibu (75,0%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak menderita Anemia. 2. Faktor Eksternal a. Pendidikan Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pendidikan Ibu Jumlah N % a. Rendah 59 44,7 b. Menengah 73 55,3 Total 132 100,0 Berdasarkan tabel 4.4 bahwa pendidikan ibu hamil dalam penelitian ini dibagi dua yaitu rendah (SD), menengah (SMP/SMA sederajat), Didapatkan dari 132 ibu hamil dengan dengan pendidikan rendah sebanyak 59 ibu (44,7%), menengah sebanyak 73 ibu (55.3 %). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki jenjang pendidikan menengah SMP/SMA sederajat. b. Pendapatan Ibu Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pendapatan Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pendapatan Ibu Jumlah N % a. Rendah 40 30,3 b. Tinggi 92 69,7 Total 132 100,0 Berdasarkan tabel 4.5 bahwa pendapatan ibu hamil dalam penelitian ini dibagi dua yaitu rendah jika pendapatan < UMK Rp.700.000 dan tinggi jika pendapatan > UMK Rp.700.000. Didapatkan dari 132 ibu hamil dengan dengan tingkat pendapatan rendah sebanyak 40 ibu (30,3%) dan tinggi sebanyak 92 ibu (69,7%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai tingkat pendapatan tinggi.

c. Pengetahuan Ibu Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pengetahuan Ibu Jumlah n % a. Buruk 59 44,7 b. Baik 73 55,3 Total 132 100,0 Berdasarkan tabel 4.6 bahwa pengetahuan ibu hamil dalam penelitian ini dibagi dua yaitu buruk jika hasil nilai kuesioner pengetahuan < (nilai rata-rata = 10,47) dan baik jika nilainya >. Didapatkan dari 132 ibu hamil dengan dengan nilai pengetahuan buruk sebanyak 59 ibu (44,75%) dan baik sebanyak 73 ibu (55,3%). Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar ibu mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. 4.1.2 Analisis Bivariat 1. Hubungan Faktor Eksternal Berdasarkan Pendidikan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Faktor Eksternal Berdasarkan Pendidikan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pendidikan Ibu Kejadian Anemia Total Anemia Tidak Anemia n % n % n % P Value Rendah 28 84.85 31 31.31 59 44.70 Menengah 5 15.15 68 68.69 73 55.30 Jumlah 33 100 99 100 132 100 0,001 Berdasarkan tabel 4.7 bahwa faktor eksternal ibu menurut pendidikan rendah dengan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 28 ibu (84,85%), sedangkan pendidikan menengah dengan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 5 ibu (15,15%). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendidikan rendah memiliki proporsi lebih tinggi untuk terjadinya Anemia dibandingkan ibu hamil dengan pendidikan menengah. Dibuktikan dengan nilai OR 0,564 yaitu pendidikan rendah memiliki peluang sebesar 0,564 kali untuk terjadinya anemia dibandingkan ibu dengan pendidikan tinggi.

Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna terlihat dari hasil uji chi square dengan α = 0,05 nilai p = 0,001 (p<α ) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014. 2. Hubungan Faktor Eksternal Berdasarkan Pendapatan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Faktor Eksternal Berdasarkan Pendapatan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pendapatan Ibu Anemia Kejadian Anemia Tidak Anemia Total P Value n % n % n % Rendah 26 78.79 14 14.14 40 30.30 Tinggi 7 21.21 85 85.86 92 69.70 Jumlah 33 100 99 100 132 100 0,001 Berdasarkan tabel 4.8 bahwa faktor eksternal menurut pendapatan rendah dengan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 26 ibu (78,79%) dan sedangkan menurut pendapatan tinggi dengan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 7 ibu (21,21%). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pendapatan rendah memiliki proporsi lebih tinggi untuk terjadinya Anemia dibandingkan ibu hamil dengan tingkat pendapatan tinggi. Hal ini dibuktikan dengan OR 0,379 yaitu pendapatan rendah memiliki peluang sebesar 0,379 kali untuk terjadinya anemia dibandingkan ibu dengan pendapatan tinggi. Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna terlihat dari hasil uji chi square dengan α =0,05 nilai p = 0,001 (p < α) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014. 3. Hubungan Faktor Eksternal Berdasarkan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Faktor Eksternal Berdasarkan Pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka Tahun 2014

PengetahuanIbu Anemia Kejadian Anemia Tidak Anemia Total P Value n % n % n % Buruk 12 36.36 47 47.47 59 44.70 Baik 21 63.64 52 52.53 73 55.30 Jumlah 33 100 99 100 132 100 0,363 Berdasarkan tabel 4.9 bahwa faktor eksternal menurut pengetahuan buruk dengan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 12 ibu (36,36%) sedangkan menurut pengetahuan baik dengan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 21 ibu (63,64%) dan tidak Anemia sebanyak 52 ibu (71,2%). Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil dengan pengetahuan baik memiliki proporsi lebih tinggi untuk terjadinya Anemia dibandingkan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan baik. Perbedaan proporsi ini menunjukkan hasil yang bermakna terlihat dari hasil uji chi square dengan α =0,05 nilai p = 0,363 (p < α 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014. IV. PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Hasil penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan kejadian Anemia pada ibu hamil sebanyak 25 % (33 ibu). Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Mansjoer (2001) menyatakan bahwa perubahan fisiologi yang terjadi pada kehamilan sering menyulitkan karena penurunan hemoglobinnya (Hb). Pada wanita hamil disebabkan ekspansi volume sel darah merah hemoglobin (Hb), sehingga menyebabkan rentannya ibu terhadap kejadian anemia pada proses kehamilannya. Kejadian Anemia pada ibu hamil di objek penelitian cukup besar, sehingga hal tersebut merupakan suatu kasus yang penting untuk ditangani secara dini seperti dengan melakukan penyuluhan, layanan kesehatan dan pemeriksaan secara kontinyu pada ibu hamil. 2. Faktor Eksternal a. Pendidikan Hasil penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan faktor eksternal ibu menurut pendidikan sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan rendah (lulusan SMP/SMA sederajat) sebanyak 55,3 % (73 ibu). Hal ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo (2003 : 121) bahwa konsep pendidikan kesehatan itu juga proses pendidikan, maka

konsep pendidikan kesehatan itu juga sebagai proses belajar pada individu, kelompok, atau masyarakat atau tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi tahu dan mampu mengatasi masalah-masalah kesehatannya sendiri. Berdasarkan jenjang pendidikan di objek penelitian dari hasil observasi ditemukan bahwa sebagian ibu telah mengenal dan mengetahui tentang perilaku kesehatan melalui berbagai sumber informasi di tempat pelayanan kesehatan, media informasi, pergaulan sosial ataupun faktor lainnya. b. Pendapatan Hasil penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan faktor eksternal ibu menurut pendapatan sebagian besar mempunyai status sosial ekonomi/pendapatan tinggi (lebih dari UMK Rp.700.000) sebanyak 69,7% (92 ibu). Hal ini sejalan dengan teori menurut Manuaba (1998 ) bahwa keadaan status ekonomi yang rendah menyebabkan ketidakmampuan seseorang dalam membayar pelayanan kesehatan yang baik, karena itu orang yang berstatus ekonomi rendah akan berorientasi pada pengobatan tradisional. Tingkat persaingan status sosial dan tidak stabilnya keadaan ekonomi searah dengan berkembangnya taraf hidup masyarakat menyebabkan sebagian besar responden berada pada kategori pendapatan yang kecil setiap bulannya. Rendahnya tingkat pendapatan berdasarkan observasi diakibatkan sulitnya pekerjaan tetap, sehingga tingkat sosial ekonomi keluarga didukung dengan pekerjaan ataupun penghasilan tambahan sehari-hari di lingkungan masyarakat (seperti menjadi buruh, pengrajin, dan lain-lain), disamping sebagian lainnya mengandalkan aspek pertanian dan perdagangan. c. Pengetahuan Hasil penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan faktor eksternal ibu menurut pengetahuan sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 55,3% (73 ibu). Hal ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Besarnya tingkat pengetahuan yang baik di objek penelitian berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa sebagian ibu telah mengenal dan mengetahui tentang perilaku kesehatan melalui berbagai sumber informasi di tempat pelayanan kesehatan, media informasi, pergaulan sosial ataupun faktor lainnya seperti majalah dan surat kabar. B. Analisis Bivariat 1. Hubungan Faktor Eksternal Ibu Menurut Pendidikan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Hasil penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan proporsi ibu hamil dengan pendidikan rendah lebih tinggi untuk terjadinya Anemia, dibandingkan dengan pendidikan menengah. Berdasarkan hasil uji chi

square menyatakan bahwa faktor eksternal ibu menurut pendidikan mempunyai hubungan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil. ( p 0,001 OR 0,564). Hal ini sejalan dengan teori menurut Hidayat (1980) bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang yang berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang lebih baik dalam kuantitas dan kualitas dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah. Teori lain dikemukakan Daniel S (2003: 3) menyatakan bahwa kesehatan masyarakat yang buruk adalah pertanda rendahnya gizi masyarakat. Rendahnya gizi masyarakat adalah akibat dari rendahnya pendapatan dan terbatasnya sumber daya alam. Selanjutnya, rendahnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) adalah akibat dari kurangnya pendidikan. Sedangkan menurut hasil penelitian Soekirman (1985) menyatakan bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, makin baik status gizi yang bisa menyebabkan penyakit salah satunya anemia. Berdasarkan pembahasan dinyatakan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang terjadi di objek penelitian, dan dapat diinterpretasikan bahwa rendahnya jenjang pendidikan ibu lebih mungkin menyebabkan terjadinya Anemia pada ibu hamil daripada jenjang pendidikan ibu yang tinggi dan salah satunya karena dengan pendidikan rendah lebih kurang mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan. 2. Hubungan Faktor Eksternal Ibu Menurut Pendapatan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Hasil penelitian di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan proporsi ibu dengan tingkat pendapatan rendah lebih tinggi untuk terjadinya Anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan tingkat pendapatan tinggi. Berdasarkan hasil uji chi square menyatakan bahwa faktor eksternal ibu menurut pendapatan mempunyai hubungan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil. (p 0,001 OR 0,379). Hal ini sejalan dengan teori menurut Sugiyono (2004) menyatakan bahwa status ekonomi keluarga menggambarkan kekuatan keluarga untuk melangsungkan kehidupan sehari-hari. Disamping itu juga berperan dalam mengambil keputusan terutama dalam kaitannya dengan keuangan keluarga, salah satunya adalah tindakan pencarian pelayanan kesehatan. Berbagai kasus kesehatan yang muncul termasuk anemia akibat kurang gizi sebagian besar hanya merupakan dampak dari problematika lainnya yaitu kemiskinan dan pendidikan. Kemiskinan menjadi masyarakat tidak mampu makan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Status ekonomi keluarga di negara barat, dapat dijabarkan melalui penghasilan keluarga per tahun sebab datanya pasti mudah diperoleh. Tidak dengan halnya di negara-negara berkembang yang sukar mengukur mengemukakan

penghasilannya, terlebih di pedesaan karena penduduknya mengandalkan pekerjaan harian yang tidak menentu hasilnya. Oleh karena itu di negara berkembang seperti Indonesia, status ekonomi diperoleh secara tidak langsung dengan menanyakan pengeluaran keluarga tiap bulannya. Berdasarkan pembahasan maka dinyatakan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang terjadi di objek penelitian, dan dapat diinterpretasikan bahwa rendahnya tingkat pendapatan ibu lebih memungkinkan terjadinya anemia pada ibu hamil dari pada tingkat pendapatan ibu yang tinggi dan salah satunya dengan pendapatan yang rendah menyebabkan kurang dapat memenuhi asupan makanan yang bergizi bagi ibu hamil yang menyebabkan rendahnya status gizi sehingga menimbulkan anemia. 3. Hubungan Faktor Eksternal Ibu Menurut Pengetahuan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Hasil penelitian di di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 menunjukkan proporsi ibu dengan pengetahuan baik lebih tinggi untuk terjadinya Anemia pada ibu hamil dibandingkan dengan pengetahuan yang buruk. Berdasarkan uji statistik menyatakan bahwa faktor eksternal ibu menurut pengetahuan mempunyai tidak mempunyai hubungan dengan kejadian Anemia pada ibu hamil. (p 0,363 OR 1,118) Hal ini sejalan dengan teori menurut Notoatmodjo (2003), yaitu apabila seseorang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan benar, baik secara lisan maupun tulisan maka dapat disimpulkan bahwa ia mengetahui bidang tersebut. Didapatkan bahwa pengetahuan adalah sekumpulan informasi yang diperoleh dari proses belajar selama hidup melalui penglihatan dan pendengaran terhadap sesuatu. Hasil penelitian menurut Suhardjo (1986) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap perilaku dalam memilih makanan yang akan berdampak pada asupan gizinya. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan saangat penting peranannya dalam menentukan asupan makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi, masyarakat akan tahu bagaimana menyimpan dan menggunakan pangan. Memperbaiki konsumsi pangan merupakan salah satu bantuan terpenting yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu penghidupan. Berdasarkan pembahasan maka dinyatakan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang terjadi di objek penelitian, dan dapat diinterpretasikan bahwa buruknya pengetahuan ibu lebih cenderung untuk terjadinya anemia pada ibu hamil dari pada ibu yang mempunyai pengetahuan baik dan salah satunya dengan rendahnya pengetahuan ibu hamil mengakibatkan terbatasnya wawasan dan perilaku kesehatan tentang asupan makanan bergizi dalam menunjang proses kehamilannya ataupun mencegah terjadinya anemia.

C. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 didapatkan dari 132 ibu hamil dengan kejadian anemia sebanyak 33 ibu (25,0%). 5.1.2 Faktor eksternal ibu berdasarkan pendidikan ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebagian besar mempunyai jenjang pendidikan rendah sebanyak 69 ibu (55,3%). 5.1.3 Faktor eksternal ibu berdasarkan pendapatan ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebagian besar mempunyai tingkat pendapatan tinggi sebanyak 92 ibu (69,7%). 5.1.4 Faktor eksternal ibu berdasarkan pengetahuan ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 sebagian besar mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 73 ibu (55,3%). 5.1.5 Ada hubungan faktor eksternal ibu berdasarkan pendidikan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 dengan p = 0,001 (p = < α 0,05) sehingga hipotesis penelitian terbukti. 5.1.6 Ada hubungan faktor eksternal ibu berdasarkan pendapatan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 dengan p = 0,001 (p = < α 0,05) sehingga hipotesis penelitian terbukti. 5.1.7 Tidak ada hubungan faktor eksternal ibu berdasarkan pengetahuan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014 dengan p = 0,363 (p = < α 0,05) sehingga hipotesis penelitian terbukti. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka penulis mengajukan saran-saran yang relevan sebagai berikut : 5.2.1 Bagi Peneliti Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cigasong Kabupaten Majalengka tahun 2014. 5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan dalam hal ini diharapkan dapat memperbanyak dan mengembangkan literatur atau kepustakaan yang bermanfaat bagi pengembangan kreatifitas dan profesi. 5.2.3 Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dengan cukup banyaknya kasus anemia yang terjadi pada ibu hamil, maka tenaga kesehatan dapat melakukan penanganan secara langsung misalnya dengan pemberian asupan gizi (obat -obatan) gratis bagi ibu hamil yang kurang mampu ataupun tidak langsung dengan cara

mengaktifkan kader-kader posyandu untuk melakukan penyuluhan kesehatan kepada ibuibu guna menanggulangi kejadian anemia pada ibu hamil selama proses kehamilannya. DAFTAR PUSTAKA Bachtiar, dkk. 2000. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. 2007. Laporan Hasil Kegiatan Program Gizi. Majalengka : Dinkes Kabupaten Majalengka.. 2007. Laporan Tahunan PWS KIA. Majalengka : Dinkes Kabupaten Majalengka. Google Search. 2014. Http://www.pikiranrakyat.n et Hidayat, Alimul A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Mansjoer. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I Edisi 3. Jakarta : Media Aesculapis Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Mansoer, Arif. 2001. Kapita Selekta kedokteran Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius. Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, Soekirdjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Price. 1994. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-proses Penyakit) Edisi 4. Jakarta Buku Kedokteran EFC. Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC. Saefudin. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Edisi I Cetakan ke- 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. SDKI. 2003. Menekan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Jawa Barat. Subdin Pelayanan Dasar. http://www.rumahzakatindo nesia. 20 Desember 2007. Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Taber, Ben-Zion. 1994.Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Buku Kedokteran EFC.

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN BAYI PREMATUR DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Rahayu Setyowati ABSTRAK Perawatan bayi prematur merupakan hal penting yang perlu diketahui ibu dengan bayi prematur dalam meningkatkan pertumbuhan bayinya. Kejadian bayi prematur di RSUD Cideres periode bulan Januari Oktober tahun 2014 masih tinggi yaitu 89 bayi (5,2%) dengan pengetahuan perawatan bayi prematur masih kurang sebesar 40,0% yang berkaitan dengan pendidikan dan pekerjaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pendidikan dan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka tahun 2013 Penelitian ini menggunakan metode analytic dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dan sampel penelitian ini seluruh ibu dengan bayi prematur periode April-Juni tahun 2013 sebanyak 38 responden dengan teknik Total Sampling. Data yang digunakan adalah data primer dari pengumpulan kuesioner responden. Pengolahan data melalui analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square (α 0,05). Hasil penelitian diperoleh kurang dari setengahnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur kategori kurang sebesar 28,9%, lebih dari setengahnya kategori pendidikan rendah sebesar 57,9%, lebih dari setengahnya kategori tidak bekerja sebesar 52,6%. Hasil penelitian disimpulkan ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur ( ρ value 0,027), ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur ( ρ value 0,049), sehingga hipotesis penelitian terbukti. Saran bagi petugas kesehatan agar meningkatkan pengetahuan ibu yang memiliki bayi prematur dalam menunjang asuhan sesuai standar manajemenn BBLR dan prematur melalui konseling, latihan maupun praktek, dan bagi ibu dengan bayi prematur agar aktif untuk mendapatkan informasi melalui konseling saat praktik untuk menambah pengalaman dalam melakukan asuhan bayi prematur sesuai standar. Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan Perawatan Bayi Prematur

I. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang salah satunya diupayakan pelayanan kesehatan perawatan bayi baru lahir (Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 46 ) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang kesehatan terutama kesehatan perinatal. BBLR terdiri atas BBLR kurang bulan dan BBLR cukup bulan/lebih bulan. BBLR kurang bulan/prematur, biasanya mengalami penyulit, dan memerlu perawatan yang memadai (Kementerian Kesehatan RI, 2011 : 86). Sehingga hal ini merupakan permasalahan kesehatan pada bayi baru lahir yang perlu diupayakan untuk menghindari risiko kematian bayi. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari Negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world s mother (2009) dikemukakan bahwa hampir 27% kematian neonatus ini diperkirakan lebih tinggi disebabkan oleh kejadian prematur yang sebenarnya juga disebabkan oleh sepsis, asfiksia, hipotermi dan kelainan kongenital juga menjadi penyebab kematian neonatus. Di Indonesia, perawatan bayi prematur masih memprioritaskan pada penggunaan inkubator, tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas neonatus menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial (Departemen Kesehatan RI, 2009 : 5). Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia tahun 2011 sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup diantaranya dengan proporsi bayi prematur yang meninggal cukup tinggi mencapai 32,4%, gangguan pernapasan 36,9%, sepsis 12%, hipotermi 6,8%, kelainan darah/ikterus 6,6% dan lain-lain. Sedangkan di Jawa Barat pada AKB mencapai 39 per 1.000 kelahiran hidup diantaranya bayi lahir prematur mencapai 11,36%, Asfiksia (12.50%) dan hipotermi mencapai 1,07% (Kementerian Kesehatan RI, 2011 : 75). Sedangkan Angka Kematian Bayi di Kabupaten Majalengka tahun 2011 mencapai 14,0 per 1.000 kelahiran hidup di bawah target 16 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Kab. Majalengka, 2014 : lampiran 1). Kejadian bayi prematur merupakan salah satu faktor penyebab kematian pada bayi baru lahir 0-28 hari. Berdasarkan data RSUD Cideres periode bulan Januari-Oktober 2014 tercatat sebanyak 89 kasus bayi prematur dari 1.697 persalinan (5,2% ). Dari 99 kasus

kematian bayi terdapat 30 kasus bayi meninggal terbesar akibat prematur (30,3%), IUFD (29,3%), dan asfiksia (13,1%). Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara di Ruang Parkit RSUD Cideres antara bulan Oktober Desember tahun 2014 sebanyak 10 ibu yang melahirkan bayi premature, diantaranya pada bulan Oktober hanya 1 dari 4 ibu yang mengetahui perawatan bayi prematur, pada bulan November hanya 1 dari 3 ibu yang mengetahui perawatan bayi prematur sedangkan pada bulan Desember sebanyak 2 dari 3 ibu mengetahui perawatan bayi prematur. Hal ini dapat digambarkan pengetahuan perawatan bayi prematur tergolong masih rendah hanya 4 dari 10 ibu (40,0%) yang mengetahuinya sehingga akan mempengaruhi perawatan pada bayinya. Menurut Notoatmodjo (2007 : 59) perilaku seseorang dalam memperoleh pengetahuan seseorang dipengaruhi yaitu : faktor internal (pendidikan, umur dan pekerjaan), faktor eksternal (lingkungan dan sosial budaya) dan faktor predisposisi (sikap, perilaku dan emosional). Sedangkan menurut Azwar (2009 : 68) salah satu II. faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah ciri manusia atau karakteristik manusia antara lain: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, dan agama. Maka pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur salah satunya berkaitan dengan pendidikan, pekerjaan ibu. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Pendidikan dan Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah analytic dengan desain cross sectional. Menurut Notoatmodjo (2010 : 37) cross sectional merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat ( Point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan III. HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat a. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Pengetahuan No Perawatan Bayi f % Prematur 1. Baik 15 39.5 2. Cukup 12 31.6 3. Kurang 11 28,9 Total 38 100.0

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan perawatan bayi prematur kategori baik sebanyak 15 orang (39,5%), kategori cukup sebanyak 12 orang (31,6%) dan kategori kurang sebanyak 11 orang (28,9%),. Hal ini menunjukkan kurang dari setengahnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 termasuk kategori kurang sebesar 28,9%. b. Gambaran Pendidikan Ibu dengan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu dengan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pendidikan Ibu f % 1. Tinggi 4 10.5 2. Menengah 12 31.6 3. Rendah 22 57.9 Total 38 100.0 Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa ibu yang berpendidikan tinggi sebanyak 4 orang (10,5%), menengah seban yak 12 orang (31,6%) dan rendah sebanyak 22 orang (57,9%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya ibu dengan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 memiliki pendidikan kategori rendah sebesar 57,9%. c. Gambaran Pekerjaan Ibu dengan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu dengan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pekerjaan Ibu f % 1. Bekerja 18 47.4 2. Tidak bekerja 20 52.6 Total 38 100.0 Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa ibu yang tidak bekerja sebanyak 20 orang (52,6%) dan ibu yang bekerja sebanyak 18 orang (47,4%). Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya ibu dengan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 termasuk kategori tidak bekerja sebesar 52,6%. 2. Analisis Bivariat a. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014

Tabel 4.4 Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pengetahuan Perawatan Pendidikan Bayi Prematur Total Ibu Baik Cukup Kurang ρ value f % f % f % f % 1. Tinggi 9 56.3 6 37.5 1 6.3 16 100.0 0.027 2. Rendah 6 27.3 6 27.3 10 45.5 22 100.0 Jumlah 11 15 12 31.6 11 28.9 38 100.0 Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ibu yang berpendidikan tinggi dan memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi prematur kategori baik sebesar 56,3%, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah dan memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi prematur kategori baik sebesar 27,3%. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa proporsi ibu yang berpendidikan tinggi lebih besar memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi prematur kategori baik dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Perbedaan proporsi ini bermakna, dibuktikan dari hasil perhitungan statistik melalui uji Chi Square pada α=0,05 diperoleh nilai ρ value 0,027 (< 0,05), sehingga hipotesis nol ditolak, berarti ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014. b. Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014. Tabel 4.5 Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 No Pengetahuan Perawatan Pekerjaan Bayi Prematur Total Ibu Baik Cukup Kurang ρ value f % f % f % f % 1. Bekerja 10 55.6 6 33.3 2 11.1 18 100.0 0.049 2. Tidak Bekerja 5 25.0 6 30.0 9 45.0 20 100.0 Jumlah 15 39.5 12 31.6 11 28.9 39 100.0 Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa ibu yang bekerja dan memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi prematur kategori baik sebesar 55,0%, sedangkan ibu yang tidak bekerja dan memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi premaur kategori baik sebesar 25,0%. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa proporsi ibu yang bekerja lebih besar memiliki pengetahuan tentang perawatan bayi prematur kategori baik dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Perbedaan proporsi ini bermakna, dibuktikan dari hasil perhitungan statistik melalui uji Chi Square pada α=0,05 diperoleh nilai ρ value 0,049 (< 0,05), sehingga IV. PEMBAHASAN a. Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Hasil penelitian diketahui lebih dari setengahnya pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 termasuk kategori kurang sebesar 28,9%. Hasil penelitian ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Lasianti (2014 : 43) mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang metode kanguru pada bayi hipotermi dan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Bulan Juli Agustus Tahun 2014 diperoleh kurang dari setengahnya kategori pengetahuan kurang (46,7%). Demikian halnya lebih rendah dari pada hasil penelitian Rahayu (2011 : 38) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap terhadap perawatan lanjutan bayi prematur di RSUD Dr. Pirngadi Medan 2011 diperoleh sebesar 33,3% memiliki pengetahuan kurang terhadap perawatan lanjutan bayi prematur. Demikian halnya dengan hasil penelitian Magdalena. (2014 : 1) mengenai pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan perawatan bayi BBLR di rumah di RSKIA Kota Bandung menunjukkan bahwa ratarata pengetahuan ibu kategori kurang 45,92% diantaranya dalam hipotesis nol ditolak, berarti ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014. mempertahankan suhu dan kehangatan (75,56%), memberikan ASI (42,22%) dan mencegah infeksi (44,45%). Sesuai teori Notoatmodjo (2003 : 121) pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang ( ovent behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Salah stauya pengetahuan tentang perawatan bayi prematur. Menurut Saifuddin (2006 : 302) masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya. Dalam manajemen BBLR (Departemen Kesehatan RI, 2009 : 35) menyebutkan bahwa masalah bayi berat lahir rendah antara lain asfiksia, gangguan nafas, hipoglikemia, msalah pemberian ASI, infeksi, dan masalah perdarahan Pengetahuan merupakan faktor yang berperan dalam tindakan seseorang salah satunya terhadap perawatan bayi prematur. Tetapi di lokasi penelitian masih banyak ibu

yang berpengetahuan kurang tentang perawatan bayi prematur disebabkan masih kurangnya informasi yang didapatkan ibu sebagai akibat kurangnya sikap ibu dalam merespon penatalaksanaan perawatan bayi dari tenaga kesehatan. Sehingga kurang mengetahuinya ibu tentang penatalaksanaan perawatan bayi dapat berdampak buruknya terhadap pelaksanaan perawatan terhadap bayinya yang berisiko prematur teruatama jika perawatan tersebut dilakukan di rumah. Upaya intervensi yang dilakukan diantaranya melalui pemberian konseling dan latihan atau praktek perawatan bayi prematur pada ibu yang memiliki bayi prematur yang dilakukan pada saat petugas kesehatan melakukan perawatan rutin di ruang perawatan rumah sakit dengan tujuan ibu dapat menerapkannnya di rumah. b. Gambaran Pendidikan Ibu dengan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari dari setengahnya ibu dengan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 memiliki pendidikan kategori rendah sebesar 57,9%. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian Lasianti (2014 : 44) mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang metode kanguru pada bayi hipotermi dan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Bulan Juli Agustus Tahun 2014 diperoleh kurang dari setengahnya kategori pendidikan rendah sebesar 43,3%. Pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2007 : 109). Sedangkan menurut Nursalam (2007 : 83) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalan memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Upaya intervensi yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan melalui penyuluhan terhadap ibu yang berpendidikan rendah mengenai cara-cara perawatan bayi prematur, sehingga saat pemulangan ke rumah ibu dapat menerapkannya sesuai anjuran perawatan bayi prematur dengan baik dan benar. c. Gambaran Pekerjaan Ibu dengan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari setengahnya ibu dengan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 termasuk kategori tidak bekerja sebesar 52,6%. Pekerjaan menurut Chaniago (2005 : 25) adalah perbuatan melakukan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapat hasil. Pekerjaan adalah suatu kegiatan rutin untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga. Sedangkan menurut Mubarok (2009 : 30) lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satunya pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir. Pekerjaan bagi ibu merupakan suatu aktivitas yang

dapat mendorong terhadap perilaku positif dalam menerima informasi, hal ini ditunjang oleh penghasilan yang ibu dapatkan maupun dari hasil interaksinya dalam memperoleh sumber-sumber informasi yang dibutuhkan oleh ibu selama perawatan bayinya Tetapi hasil penelitian diperoleh masih ada sebagian ibu yang tidak bekerja, sehingga wawasan dan pengetahuan yang diperolehnya terbatas, sehingga kemungkinan besar kurang pula informasi dalam merawat bayi. Upaya intervensi yang dilakukan petugas kesehatan diantaranya memberikan konseling perawatan bayi melalui penggunaan media, seperti pamflet sehingga mudah dipahami oleh ibu. d. Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 dengan ρ value 0,027, sehingga hipotesis penelitian terbukti. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Lasianti (2014 : 47) mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu tentang metode kanguru pada bayi hipotermi dan prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Periode Bulan Juli Agustus Tahun 2014 ditemukan ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang metode kanguru pada bayi hipotermi dan prematur. Pendidikan erat kaitannya dengan pengetahaun yang diterimanya dari hasil pendidikannya, sebagaimana menurut Chaniago (2005 : 547) bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi, tingkah lakunya akan berbeda dengan orang yang hanya berpendidikan Sekolah Dasar atau sama sekali tidak pernah mengenal bangku sekolah, terutama tingkat pengetahuannya. Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula, mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan (Notoatmodjo, 2007 : 79). Menurut Ambarwati dan Rismintari (2009 : 31) pendidikan ibu-ibu terutama yang berada di pedesaan masih rendah. Masih banyaknya ibu yang beranggapan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan sesuatu yang alami yang berarti tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan, serta tanpa mereka sadari bahwa ibu hamil termasuk golongan resiko tinggi salah satunya prematur. Sedangkan menurut Hoffman, Rudolph, 2006) untuk merawat bayi prematur memang dibutuhkan penanganan khusus, dan peran ibu sangat penting. Hal itu karena organ-organ tubuh bayi belum berkembang secara maksimal dan bayi prematur ini sangat rentan terhadap infeksi. Sehingga risiko mengalami gangguan kesehatan sangat tinggi.

Hal ini hasil penelitian diperoleh sebagian besar ibu yang berpendidikan rendah cenderung memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi karena kurangnya pemahaman dalam menerima informasi perawatan bayi. Sehingga diinterpretasikan semakin rendah pendidikan ibu akan semakin kurang pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Hal tersebut terjadi karena ibu yang berpendidikan rendah kurang memiliki dukungan emosional disamping pemahaman yang kurang, sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi memiliki dukungan kepercayaan diri dan pemahaman, dengan asumsi ibu yang berpendidikan tinggi lebih mengetahui perawatan bayi prematur. Sehingga pendidikan merupakan faktor utama yang berperan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur. Upaya intervensi terhadap ibu bayi prematur yang berpendidikan rendah diantaranya pihak tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan dan konseling sehingga ibu mendapatkan kejelasan mengenai penatalaksanaan perawatan bayi yang dapat diterapkannya di rumah dalam menanggulangi prematur pada bayinya. e. Hubungan Pekerjaan dengan Pengetahuan Ibu tentang Perawatan Bayi Prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pekerjaan dengan pengetahuan ibu tentang perawatan bayi prematur di RSUD Cideres Kabupaten Majalengka Tahun 2014 dengan ρ value 0,049, sehingga hipotesis penelitian terbukti. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh status pekerjaan, usia dan tingkat-tingkat pendidikan. Sesuai teori Suryatim (2010 : 7) bahwa pekerjaan mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang. Orang yang menekuni suatu bidang pekerjaan akan memiliki pengetahuan mengenai segala sesuatu mengenai apa yang dikerjakannya. Sedangkan menurut Hurlock (2006 : 245) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dan menurut Notoatmodjo (2003 : 87) dengan bekerja seseorang dapat berbuat sesuatu yang bernilai, bermanfaat, dan memperoleh berbagai pengalaman. Dalam pekerjaan selalu dituntut perubahan kebutuhan untuk memegang pekerjaan yang mengarah ke sistem kerja yang otomatis. Untuk mengetahui tuntutan dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, oleh karena itu orang yang bekerja akan memiliki akses yang lebih baik tentang berbagai informasi salah satunya tentang peratawan bayi prematur. Pekerjaan seseorang dapat menggambarkan tingkat kualitas sumber dayanya, terutama pada ibu yang bekerja lebih matang dalam berfikir dan lebih aktif dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Hal ini dari hasil penelitian diperoleh pekerjaan berkaitan dengan pengetahuan ibu premature. Hal ini disebabkan ibu yang tidak bekerja memiliki kesempatan yang terbatas dalam