INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
SOSIALISASI. Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan

SOSIALISASI INPRES NO. 1/2015 DAN PERPRES 4/2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT PERPRES 54/2101. Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan

Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan

TATANG RUSTANDAR WIRAATMADJA

PERPRES 54/2010, PERPRES 35/2011, DAN PERPRES 70/2012 PERPRES 172/2014 DAN PERPRES 4/2015 KETERANGAN I. DEFENISI

UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam

Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATRIKS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN Oleh : BAGIAN ADMINISTRASI PEMBANGUNAN - SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BADUNG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015

Kebijakan e-procurement Nasional. DALAM RANGKA PENGELOLAAN e-lelang CEPAT dan SiKaP. Direktur Pengembangan Sistem Pengadaan Secara Elektronik LKPP

BEBERAPA CATATAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

KEBIJAKAN e-procurement NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak pihak yang terkait

Profil Singkat. Nama : Bambang Saputra Jabatan : Perancang kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

2 khususnya terhadap Barang/Jasa yang secara luas dibutuhkan oleh Pemerintah. Oleh karena itu, Pemerintah merasa perlu untuk mengakselerasi pertumbuha

SISTEM PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

SOSIALISASI PERPRES NO. 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

E-PROCUREMENT. Riza Al Fahroby, S.T., M.Sc. Kasubag Adm. Pembangunan/ Plt. Kabag Pembangunan/ Ketua LPSE Kabupaten Banyuwangi

Penandatanganan Kontrak Pengadaan Barang/Jasa MUDJISANTOSA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

KEDUDUKAN PENYEDIA BARANG/JASA MENURUT PERATURAN PRESIDEN NOMOR 4 TAHUN 2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BERITA NEGARA. No.1239, 2012 LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH. E-Purchasing. Pengadaan Elektronik

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

TUJUAN PELATIHAN. Setelah Materi Ini Disampaikan, Diharapkan Peserta Mampu Mengetahui dan Memahami :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Bagian Kelima. Penyusunan Jadwal Pemilihan Penyedia Barang/Jasa. Paragraf Pertama

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN APLIKASI SiRUP. Bagian Pengendalian Pembangunan dan LPSE Sekretariat Daerah Wonosobo

E-PROCUREMENT DAN PENERAPANNYA DI KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA Jumat, 30 Maret 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Implementasi Perpres No. 4 Tahun 2015 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Nama Lengkap : Mudjisantosa, Alamat Kantor : Kompleks Rasuna Epicentrum Jl. Epicentrum Tengah Lot 11 B, Jakarta Selatan, DKI Jakarta Riwayat

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 3 TAHUN 2014

PENGANTAR E-PROCUREMENT

Sub Bagian Analisa Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Biro Administrasi Pembangunan Setda Provinsi Kepulauan Riau. Tanjungpinang, 22 April 2016

Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

TATA CARA E-TENDERING

Make Public Procurement Easy

PENGAJUAN USULAN BARANG/JASA E-KATALOG

Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau. 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MATERI 7 PENGANTAR E-PROCUREMENT

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN REVISI PERATURAN PRESIDEN NO 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

BUKU INFORMASI MENYUSUN TAHAPAN DAN JADWAL PENGADAAN BARANG/JASA

Lampiran : PERATURAN KEPALA LKPP Nomor : Tahun 2011 Tanggal : TATA CARA E-TENDERING

PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. Presiden Nomor 4 Tahun 2015 adalah sebagai berikut ini.

, dipandang perlu menetapkan Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah tentang E-Tendering;

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PENGADAAN OBAT DENGAN PROSEDUR E-PURCHASING BERDASARKAN E-CATALOGUE

SPSE 3, SPSE 4, & SIKaP. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

PENGANTAR PENGADAAN BARANG/JASA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

DAFTAR ISI. Pengantar E-Procurement. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah TUJUAN PELATIHAN PENDAHULUAN. e-tendering. e-purchasing 10/19/2016

MANUAL PROCEDURE. Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang dan Jasa

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI PONOROGO TENTANG LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK (LPSE) KABUPATEN PONOROGO.

POKJA ULP. Management Training SPSE Versi 4

SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA 1

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERSIAPAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BAGIAN II

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

BAB XII PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMERINTAH

SIRUP (Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan)

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

Direktorat Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Pengadaan LKPP-RI KEBIJAKAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 050/044 TAHUN 2014 TENTANG

KEBIJAKAN DALAM E-PURCHASING DAN E-KATALOG. Emin Adhy Muhaemin Direktur Pengembangan Sistem Katalog - LKPP

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT. EVALUASI IMPLEMENTASI eprocurement TA 2017 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

3.1 Pemilihan penyedia jasa konsultansi ini dapat diikuti oleh semua penyedia yang tercantum dalam Daftar Pendek. 3.

Sosialisasi & Bimtek. Oleh: Aditya Widyawan Prima, S.Kom. Selasa, 24 Oktober 2017

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH, REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEPUTI BIDANG MONITORING EVALUASI DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 42 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

Transkripsi:

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah pada setiap Tahun Anggaran untuk mempercepat pelaksanaan program pembangunan Pemerintah, guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, dengan ini menginstruksikan: Kepada : 1. Para Menteri Kabinet Kerja; 2. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; 3. Jaksa Agung Republik Indonesia; 4. Panglima Tentara Nasional Indonesia; 5. Sekretaris Kabinet; 6. Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian; 7. Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara; 8. Para Gubernur dan Bupati/Walikota. Untuk : PERTAMA : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan percepatan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah pada setiap Tahun Anggaran dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan. KEDUA :

- 2 - KEDUA : Dalam mengambil langkah-langkah sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, Menteri/Pimpinan Lembaga/Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara: 1. Menyelesaikan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun Anggaran berikutnya sebelum berakhirnya Tahun Anggaran berjalan secara transparan, cermat, dan akuntabel sesuai peraturan perundangundangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah; 2. Menyelesaikan proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah paling lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya untuk pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun; 3. Melaksanakan seluruh Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement); 4. Mendorong pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di masing-masing Kementerian/Lembaga secara terkonsolidasi; 5. Mempercepat penyelesaian petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan tugas Perbantuan dan Dekonsentrasi. KETIGA : Gubernur, Bupati, dan Walikota, untuk: 1. Bersinergi secara aktif dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah guna mempercepat penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan; 2. Menyelesaikan...

- 3-2. Menyelesaikan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah Tahun Anggaran berikutnya sebelum berakhirnya Tahun Anggaran berjalan secara transparan, cermat, dan akuntabel sesuai peraturan perundangundangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah; 3. Menyelesaikan proses pengadaan barang/jasa Pemerintah Daerah paling lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya untuk pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun; 4. Melaksanakan seluruh Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Daerah melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement); 5. Mendorong pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di masing-masing Pemerintah Daerah secara terkonsolidasi; 6. Mengevaluasi semua peraturan di daerah masing-masing yang menghambat percepatan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, termasuk tidak mengatur tambahan persyaratan selain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah. KEEMPAT : Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah: 1. Melakukan percepatan pengembangan sistem untuk e-procurement dan penerapan e-purchasing yang berbasis e-catalogue; 2. Memberikan...

- 4-2. Memberikan pendampingan dalam penyusunan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah kepada Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. KELIMA : Menteri Keuangan: 1. Menyempurnakan mekanisme pembayaran atas pekerjaan hasil Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 2. Memberikan informasi kepada Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah atas nilai impor dan beban perpajakan dari barang-barang impor tertentu sebagai bahan e-catalogue. KEENAM : 1. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melaksanakan monitoring dan evaluasi atas realisasi Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada masing-masing Kementerian/Lembaga; 2. Menteri Dalam Negeri sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada masing-masing Pemerintah Daerah. KETUJUH :...

- 5 - KETUJUH : Melaksanakan Instruksi Presiden ini dengan penuh tanggung jawab. Dikeluarkan di Jakarta pada tanggal 16 Januari 2015 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. JOKO WIDODO Salinan sesuai dengan aslinya SEKRETARIAT KABINET RI Deputi Bidang Perekonomian, ttd. Ratih Nurdiati

Pengembangan SPSE Pasca Perpres 4/2015 Direktorat Pengembangan SPSE

Implementasi Perubahan E-Tendering dalam SPSE 1. E-Lelang/e-Seleksi SPSE 3.6 2. E-Lelang/e-Seleksi Cepat SPSE 4.0 Direktorat Pengembangan SPSE

SPSE 3.6

SPSE 3.6

Hasil Penarikan Data SPSE SIKaP Workflow etender Cepat Verified dalam SIKaP? T Y Aanwijzing (jika diperlukan)

Aplikasi SIKaP

Set Kriteria Kualifikasi

Hasil Shortlist (tidak boleh menampilkan detail penyedia) Konstruksi SBU

Preferensi Undangan Lelang

SPSE - Metode Lelang Cepat

SPSE - Jadwal Lelang Cepat

SOSIALISASI INPRES NO. 1 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN PERPRES NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan

LATAR BELAKANG a. Masih dinilai lambatnya pelaksanaan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I. b. Masih banyak terdapat Lelang Ulang dikarenakan Lelang Gagal c. Belum maksimalnya pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara elektronik. d. Masih kurangnya jenis barang/jasa yang masuk E-Catalogue. e. Arahan Presiden untuk mempercepat pelaksanaan pengadaan melalui E-procurement.

SOLUSI DARI PERMASALAHAN a. Mempercepat proses pelaksanaan pengadaan (pengumuman RUP dan pemilihan penyedia lebih awal). b. Optimalisasi Penggunaan E-Procurement. c. Harmonisasi aturan lain yang terkait.

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2015 tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Inpres No. 1 Tahun 2015 Percepatan Pelaksanaan PBJP

Pokok Instruksi Presiden Ditujukan kepada: 1. Menteri 2. Kapolri 3. Jaksa Agung 4. Panglima TNI 5. Sekretaris Kabinet 6. Kepala LPNK 7. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara 8. Gubernur dan Bupati /Walikota Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan percepatan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di K/L/Pemda/I pada setiap Tahun Anggaran dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pokok Instruksi Presiden Kepada seluruh K/L/D/I Menyelesaiakan RUP Tahun Anggaran berikutnya sebelum berakhirnya Tahun Anggaran berjalan Menyelesaikan proses PBJP paling lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya untuk pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun Melaksanakan seluruh PBJP melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement) Mendorong pelaksanaan PBJP di masing-masing Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah secara terkonsolidasi.

Pokok Instruksi Presiden (2) Mempercepat penyelesaian petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan tugas Perbantuan dan Dekonsentrasi. Kepala Daerah untuk bersinergi secara aktif dengan DPRD guna mempercepat penetapan APBD, sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan Kepala Daerah mengevaluasi semua peraturan di daerah masing-masing yang menghambat percepatan pelaksanaan PBJP, termasuk tidak mengatur tambahan persyaratan selain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah

LKPP Melakukan percepatan pengembangan sistem untuk e-procurement dan penerapan e-purchasing yang berbasis e-catalogue Memberikan pendampingan dalam penyusunan RUP kepada Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah.

Menteri Keuangan Menyempurnakan mekanisme pembayaran atas pekerjaan hasil Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Memberikan informasi kepada LKPP atas nilai impor dan beban perpajakan dari barang-barang impor tertentu sebagai bahan e-catalogue

Monitoring dan Evaluasi Menteri PPN/Kepala Bappenas melaksanakan monitoring dan evaluasi atas realisasi PBJP pada masing-masing Kementerian/Lembaga Menteri Dalam Negeri sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan PBJP pada masing-masing Pemerintah Daerah

2015 Perpres No. Perubahan ke- memanfaatkan SPSE v. Perpres 54/2010

POKOK-POKOK PERUBAHAN IV PERPRES 1. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP) 2. Pelaksanaan pengadaan mendahului RUP 3. Perubahan pengaturan E-Tendering 4. Perubahan pengaturan E-Purchasing 5. Perubahan Lain dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan pengadaan.

Pelaksanaan Pengadaan Melalui E-Procurement E-Procurement* E-Tendering E-Purchasing Katalog Elektronik E-Lelang E-Seleksi * Pasal 106 ayat (2) Perpres 54/2010

1. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP) a. Rencana Umum Pengadaan (RUP) segera diumumkan setelah RKA KL disetujui oleh DPR untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari dana APBN. b. Rencana Umum Pengadaan (RUP) segera diumumkan setelah RaPerda tentang APBD disetujui bersama oleh Kepala Daerah dan DPRD yang dibiayai dari dana APBD.

2. Pelaksanaan Pengadaan mendahului RUP a. Pelaksanaan pemilihan penyedia dapat dimulai sebelum RUP diumumkan, untuk: 1) pengadaan Barang/Jasa yang membutuhkan waktu perencanaan dan persiapan pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang lama; 2) pekerjaan kompleks; dan/atau 3) pekerjaan rutin yang harus dipenuhi di awal tahun anggaran dan tidak boleh berhenti.

2. Pelaksanaan Pengadaan mendahului RUP (2) b. Apabila pengadaan dimulai sebelum RUP namun DIPA/DPA tidak ditetapkan atau Alokasi Anggaran tidak mencukupi, proses pemilihan dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan dibatalkan.

3. Perubahan Pengaturan E-Tendering a. Pelaksanaan E-Tendering dilakukan dengan ketentuan: 1) tidak diperlukan Jaminan Penawaran; 2) tidak diperlukan sanggahan kualifikasi; 3) apabila penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) peserta, pemilihan penyedia dilanjutkan dengan dilakukan negosiasi teknis dan harga/biaya; 4) tidak diperlukan sanggahan banding; b. Untuk pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi: 1) daftar pendek berjumlah 3 (tiga) sampai 5 (lima) penyedia Jasa Konsultansi; 2) Seleksi sederhana dilakukan dengan metode pascakualfikasi.

3. Perubahan Pengaturan E-Tendering (2) E-Tendering dapat dipercepat dengan E-Tendering Cepat E-Tendering Cepat dapat dilakukan untuk pengadaan dengan: a. pekerjaan dengan spesifikasi/metode teknis yang dapat distandarkan dan tidak perlu dikompetisikan; b. metode kerja sederhana/dapat ditentukan; dan/atau c. barang/jasa yang informasi spesifikasi dan harga sudah tersedia di pasar.

3. Perubahan Pengaturan E-Tendering (3) E-Tendering Cepat a. Dilakukan dengan aplikasi Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) b. Data bersumber dari input data yang dilakukan oleh Penyedia, Pokja ULP/Pejabat Pengadaan, PPK, LKPP atau hasil penarikan data dari SPSE atau Sistem lain yang terkoneksi dengan SPSE. c. Dengan pemanfaatan SIKaP dapat hanya memasukan penawaran harga untuk Pengadaan Barang/Jasa yang tidak memerlukan penilaian kualifikasi, administrasi dan teknis. d. Dapat menyebutkan merek/type/jenis pada spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan. e. Teknis pelaksanaan sama dengan E-Tendering namun tidak memerlukan sanggahan dan sanggahan banding. f. Waktu proses E-Tendering dapat dilaksanakan paling cepat 3 (tiga) hari kalender.

Contoh Pengadaan dengan E-Tendering Cepat Barang Pengadaan Komputer/ Laptop Pengadaan AC Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Sekolah Dasar/Puskesmas dll E-Tendering Cepat Jasa Konsultansi Konsultan perorangan Jasa Lainnya Jasa EO (misal: ditentukan nama hotelnya, jenis kendaraanya dll)

Perbandingan Proses E-Tendering E-Tendering 1 Pengumuman Pendaftaran dan Download Dokumen Pengadaan 2 Pemberian Penjelasan 3 Upload Dokumen Penawaran 4 Evaluasi Administrasi 5 Evaluasi Teknis 6 Evaluasi Harga 7 Penilaian dan Pembuktian Kualifikasi 8 Penetapan Pemenang 9 Pengumuman Pemenang 10 11 Sanggahan Sanggahan Banding 12 SPPBJ dan Penandatanganan Kontrak 13 *Waktu proses: minimal 12 hari 1 2 3 4 5 6 E-Tendering Cepat dengan SIKaP Undangan Upload Penawaran Harga Evaluasi Harga Otomatis Oleh Sistem Pengumuman Pemenang Verifikasi IKaP SPPBJ dan Penandatanganan Kontrak *Waktu proses: minimal 3 hari

4. Perubahan pengaturan E-Purchasing a. Memperbanyak jumlah dan varian barang/jasa dalam Katalog b. Hubungan LKPP dengan Penyedia tidak hanya melalui Kontrak Payung namun dimungkinkan melalui mekanisme lain (misalkan Syarat & Ketentuan, dll) c. K/L/D/I wajib melakukan E-Purchasing terhadap barang/jasa dalam Katalog Elektronik sesuai dengan kebutuhan KLDI. d. E-Purchasing dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi/Institusi.

5. Perubahan Lain a. Persyaratan Penyedia Barang/Jasa Persyaratan Penyedia terkait perpajakan cukup memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan).

5. Perubahan Lain (2) b. Bukti Perjanjian Tambahan bukti perjanjian dapat berupa Surat Pesanan digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui E-Purchasing dan pembelian secara online.

5. Perubahan Lain (3) c. Jaminan Pelaksanaan Jaminan pelaksanaan tidak diperlukan untuk Pengadaan: 1) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang dilaksanakan dengan metode Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat, Kontes, atau Sayembara; 2) Pengadaan Jasa Lainnya, dimana aset Penyedia sudah dikuasai oleh Pengguna; atau 3) Barang/Jasa dalam Katalog Elektronik melalui E-Purchasing.

5. Perubahan Lain (4) d. Perbaikan kriteria Keadaan Kahar sehingga tidak bersifat limitatif. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Contoh Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa antara lain namun tidak terbatas pada: bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, pemogokan, kebakaran, gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.

5. Perubahan Lain (5) e. Perbaikan Pengaturan Pembayaran 1) Pembayaran Prestasi Pekerjaan dilakukan senilai prestasi kerja yang diterima dengan pengecualian untuk: a) pemberian Uang Muka dengan pemberian jaminan uang muka; dan b) Barang/Jasa yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum Barang/Jasa diterima (dengan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan bentuk jaminan diatur oleh Menteri Keuangan) Contoh: sewa menyewa, jasa asuransi dan/atau pengambil alih risiko, kontrak penyelenggaraan beasiswa, belanja online, atau jasa penasehat hukum. 2) Pembayaran untuk Pekerjaan Konstruksi dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang dengan pengecualian untuk pembayaran peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan namun belum terpasang (Material on Site)

5. Perubahan Lain (6) f. Pemberian Kesempatan 50 hari 1) Pemberian kesempatan s.d. 50 hari kalender dapat melampaui tahun anggaran. 2) Dalam hal pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa melampaui Tahun Anggaran, maka dilakukan addendum Kontrak atas sumber pembiayaan dari DIPA Tahun Anggaran berikutnya atas sisa pekerjaan yang akan diselesaikan

5. Perubahan Lain (7) g. Tindak Lanjut Pemutusan Kontrak Terhadap pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK dapat dilakukan Penunjukan Langsung kepada Pemenang Cadangan pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia Lain yang mampu dan memenuhi syarat.

5. Perubahan Lain (8) h. Pelayanan Hukum a. Pimpinan KLDI wajib memberikan Pelayanan Hukum bagi Personil Pengadaan (PA/KPA/PPK/ULP/Pejabat Pengadaan/PPHP/PPSPM/ Bendahara/APIP) dalam menghadapi permasalahan hukum dalam lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. b. Khusus untuk tindak pidana dan pelanggaran persaingan usaha, pelayanan hukum hanya diberikan hingga tahap penyelidikan.

5. Perubahan Lain (9) i. Kosolidasi Pengadaan dan Pengadaan Desa a. Pimpinan K/L/D/I mendorong konsolidasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah b. Pengadaan di Desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota mengacu pedoman LKPP.

REVISI MENYELURUH PERPRES 54/2010 Diperintahkan oleh Presiden untuk mengkaji secara menyeluruh Perpres 54/2010 yang ditargetkan selesai April 2015 untuk diberlakukan pada APBN-P/APBD-P 2015 atau APBN/D 2016 Masukan Atas Revisi Perpres 54/2010 dapat disampaikan kepada: Kepala LKPP c.q. Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan SME Tower Lantai 8 Jln. Jend. Gatot Subroto Kav.94 Jakarta 12780 Faksimili (021) 7991252 Group: perprespbjp@yahoogroups.com

SOSIALISASI INPRES NO. 1 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DAN PERPRES NO. 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERPRES NO. 54 TAHUN 2010 Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan

LATAR BELAKANG a. Masih dinilai lambatnya pelaksanaan pengadaan barang/jasa di K/L/D/I. b. Masih banyak terdapat Lelang Ulang dikarenakan Lelang Gagal c. Belum maksimalnya pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara elektronik. d. Masih kurangnya jenis barang/jasa yang masuk E-Catalogue. e. Arahan Presiden untuk mempercepat pelaksanaan pengadaan melalui E-procurement.

SOLUSI DARI PERMASALAHAN a. Mempercepat proses pelaksanaan pengadaan (pengumuman RUP dan pemilihan penyedia lebih awal). b. Optimalisasi Penggunaan E-Procurement. c. Harmonisasi aturan lain yang terkait.

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2015 tentang Percepatan Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Peraturan Presiden No. 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Inpres No. 1 Tahun 2015 Percepatan Pelaksanaan PBJP

Pokok Instruksi Presiden Ditujukan kepada: 1. Menteri 2. Kapolri 3. Jaksa Agung 4. Panglima TNI 5. Sekretaris Kabinet 6. Kepala LPNK 7. Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Negara 8. Gubernur dan Bupati /Walikota Mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing untuk melakukan percepatan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah di K/L/Pemda/I pada setiap Tahun Anggaran dengan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan

Pokok Instruksi Presiden Kepada seluruh K/L/D/I Menyelesaiakan RUP Tahun Anggaran berikutnya sebelum berakhirnya Tahun Anggaran berjalan Menyelesaikan proses PBJP paling lambat akhir bulan Maret Tahun Anggaran berjalan, khususnya untuk pengadaan jasa konstruksi yang penyelesaiannya dapat dilakukan dalam waktu 1 (satu) tahun Melaksanakan seluruh PBJP melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (e-procurement) Mendorong pelaksanaan PBJP di masing-masing Kementerian/Lembaga/ Pemerintah Daerah secara terkonsolidasi.

Pokok Instruksi Presiden (2) Mempercepat penyelesaian petunjuk teknis dalam rangka pelaksanaan tugas Perbantuan dan Dekonsentrasi. Kepala Daerah untuk bersinergi secara aktif dengan DPRD guna mempercepat penetapan APBD, sesuai tenggat waktu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan Kepala Daerah mengevaluasi semua peraturan di daerah masing-masing yang menghambat percepatan pelaksanaan PBJP, termasuk tidak mengatur tambahan persyaratan selain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang pengadaan barang/jasa Pemerintah

LKPP Melakukan percepatan pengembangan sistem untuk e-procurement dan penerapan e-purchasing yang berbasis e-catalogue Memberikan pendampingan dalam penyusunan RUP kepada Kementerian/ Lembaga/ Pemerintah Daerah.

Menteri Keuangan Menyempurnakan mekanisme pembayaran atas pekerjaan hasil Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Memberikan informasi kepada LKPP atas nilai impor dan beban perpajakan dari barang-barang impor tertentu sebagai bahan e-catalogue

Monitoring dan Evaluasi Menteri PPN/Kepala Bappenas melaksanakan monitoring dan evaluasi atas realisasi PBJP pada masing-masing Kementerian/Lembaga Menteri Dalam Negeri sesuai dengan bidang tugas dan kewenangannya melakukan monitoring dan evaluasi kepada Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan PBJP pada masing-masing Pemerintah Daerah

2015 Perpres No. Perubahan ke- memanfaatkan SPSE v. Perpres 54/2010

POKOK-POKOK PERUBAHAN IV PERPRES 1. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP) 2. Pelaksanaan pengadaan mendahului RUP 3. Perubahan pengaturan E-Tendering 4. Perubahan pengaturan E-Purchasing 5. Perubahan Lain dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan pengadaan.

Pelaksanaan Pengadaan Melalui E-Procurement E-Procurement* E-Tendering E-Purchasing Katalog Elektronik E-Lelang E-Seleksi * Pasal 106 ayat (2) Perpres 54/2010

1. Pengumuman Rencana Umum Pengadaan (RUP) a. Rencana Umum Pengadaan (RUP) segera diumumkan setelah RKA KL disetujui oleh DPR untuk pengadaan barang/jasa yang dibiayai dari dana APBN. b. Rencana Umum Pengadaan (RUP) segera diumumkan setelah RaPerda tentang APBD disetujui bersama oleh Kepala Daerah dan DPRD yang dibiayai dari dana APBD.

2. Pelaksanaan Pengadaan mendahului RUP a. Pelaksanaan pemilihan penyedia dapat dimulai sebelum RUP diumumkan, untuk: 1) pengadaan Barang/Jasa yang membutuhkan waktu perencanaan dan persiapan pelaksanaan pengadaan Barang/Jasa yang lama; 2) pekerjaan kompleks; dan/atau 3) pekerjaan rutin yang harus dipenuhi di awal tahun anggaran dan tidak boleh berhenti.

2. Pelaksanaan Pengadaan mendahului RUP (2) b. Apabila pengadaan dimulai sebelum RUP namun DIPA/DPA tidak ditetapkan atau Alokasi Anggaran tidak mencukupi, proses pemilihan dilanjutkan ke tahap penandatanganan kontrak setelah dilakukan revisi DIPA/DPA atau proses pemilihan dibatalkan.

3. Perubahan Pengaturan E-Tendering a. Pelaksanaan E-Tendering dilakukan dengan ketentuan: 1) tidak diperlukan Jaminan Penawaran; 2) tidak diperlukan sanggahan kualifikasi; 3) apabila penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) peserta, pemilihan penyedia dilanjutkan dengan dilakukan negosiasi teknis dan harga/biaya; 4) tidak diperlukan sanggahan banding; b. Untuk pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi: 1) daftar pendek berjumlah 3 (tiga) sampai 5 (lima) penyedia Jasa Konsultansi; 2) Seleksi sederhana dilakukan dengan metode pascakualfikasi.

3. Perubahan Pengaturan E-Tendering (2) E-Tendering dapat dipercepat dengan E-Tendering Cepat E-Tendering Cepat dapat dilakukan untuk pengadaan dengan: a. pekerjaan dengan spesifikasi/metode teknis yang dapat distandarkan dan tidak perlu dikompetisikan; b. metode kerja sederhana/dapat ditentukan; dan/atau c. barang/jasa yang informasi spesifikasi dan harga sudah tersedia di pasar.

3. Perubahan Pengaturan E-Tendering (3) E-Tendering Cepat a. Dilakukan dengan aplikasi Sistem Informasi Kinerja Penyedia Barang/Jasa (SIKaP) b. Data bersumber dari input data yang dilakukan oleh Penyedia, Pokja ULP/Pejabat Pengadaan, PPK, LKPP atau hasil penarikan data dari SPSE atau Sistem lain yang terkoneksi dengan SPSE. c. Dengan pemanfaatan SIKaP dapat hanya memasukan penawaran harga untuk Pengadaan Barang/Jasa yang tidak memerlukan penilaian kualifikasi, administrasi dan teknis. d. Dapat menyebutkan merek/type/jenis pada spesifikasi teknis barang/jasa yang akan diadakan. e. Teknis pelaksanaan sama dengan E-Tendering namun tidak memerlukan sanggahan dan sanggahan banding. f. Waktu proses E-Tendering dapat dilaksanakan paling cepat 3 (tiga) hari kalender.

Contoh Pengadaan dengan E-Tendering Cepat Barang Pengadaan Komputer/ Laptop Pengadaan AC Pekerjaan Konstruksi Pembangunan Sekolah Dasar/Puskesmas dll E-Tendering Cepat Jasa Konsultansi Konsultan perorangan Jasa Lainnya Jasa EO (misal: ditentukan nama hotelnya, jenis kendaraanya dll)

Perbandingan Proses E-Tendering E-Tendering 1 Pengumuman Pendaftaran dan Download Dokumen Pengadaan 2 Pemberian Penjelasan 3 Upload Dokumen Penawaran 4 Evaluasi Administrasi 5 Evaluasi Teknis 6 Evaluasi Harga 7 Penilaian dan Pembuktian Kualifikasi 8 Penetapan Pemenang 9 Pengumuman Pemenang 10 11 Sanggahan Sanggahan Banding 12 SPPBJ dan Penandatanganan Kontrak 13 *Waktu proses: minimal 12 hari 1 2 3 4 5 6 E-Tendering Cepat dengan SIKaP Undangan Upload Penawaran Harga Evaluasi Harga Otomatis Oleh Sistem Pengumuman Pemenang Verifikasi IKaP SPPBJ dan Penandatanganan Kontrak *Waktu proses: minimal 3 hari

4. Perubahan pengaturan E-Purchasing a. Memperbanyak jumlah dan varian barang/jasa dalam Katalog b. Hubungan LKPP dengan Penyedia tidak hanya melalui Kontrak Payung namun dimungkinkan melalui mekanisme lain (misalkan Syarat & Ketentuan, dll) c. K/L/D/I wajib melakukan E-Purchasing terhadap barang/jasa dalam Katalog Elektronik sesuai dengan kebutuhan KLDI. d. E-Purchasing dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan/PPK atau pejabat yang ditetapkan oleh Pimpinan Instansi/Institusi.

5. Perubahan Lain a. Persyaratan Penyedia Barang/Jasa Persyaratan Penyedia terkait perpajakan cukup memiliki NPWP dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan).

5. Perubahan Lain (2) b. Bukti Perjanjian Tambahan bukti perjanjian dapat berupa Surat Pesanan digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa melalui E-Purchasing dan pembelian secara online.

5. Perubahan Lain (3) c. Jaminan Pelaksanaan Jaminan pelaksanaan tidak diperlukan untuk Pengadaan: 1) Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang dilaksanakan dengan metode Pengadaan Langsung, Penunjukan Langsung Untuk Penanganan Darurat, Kontes, atau Sayembara; 2) Pengadaan Jasa Lainnya, dimana aset Penyedia sudah dikuasai oleh Pengguna; atau 3) Barang/Jasa dalam Katalog Elektronik melalui E-Purchasing.

5. Perubahan Lain (4) d. Perbaikan kriteria Keadaan Kahar sehingga tidak bersifat limitatif. Keadaan Kahar adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi. Contoh Keadaan Kahar dalam Kontrak Pengadaan Barang/Jasa antara lain namun tidak terbatas pada: bencana alam, bencana non alam, bencana sosial, pemogokan, kebakaran, gangguan industri lainnya sebagaimana dinyatakan melalui keputusan bersama Menteri Keuangan dan menteri teknis terkait.

5. Perubahan Lain (5) e. Perbaikan Pengaturan Pembayaran 1) Pembayaran Prestasi Pekerjaan dilakukan senilai prestasi kerja yang diterima dengan pengecualian untuk: a) pemberian Uang Muka dengan pemberian jaminan uang muka; dan b) Barang/Jasa yang karena sifatnya dapat dilakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum Barang/Jasa diterima (dengan ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembayaran dan bentuk jaminan diatur oleh Menteri Keuangan) Contoh: sewa menyewa, jasa asuransi dan/atau pengambil alih risiko, kontrak penyelenggaraan beasiswa, belanja online, atau jasa penasehat hukum. 2) Pembayaran untuk Pekerjaan Konstruksi dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang dengan pengecualian untuk pembayaran peralatan dan/atau bahan yang menjadi bagian dari hasil pekerjaan yang akan diserahterimakan namun belum terpasang (Material on Site)

5. Perubahan Lain (6) f. Pemberian Kesempatan 50 hari 1) Pemberian kesempatan s.d. 50 hari kalender dapat melampaui tahun anggaran. 2) Dalam hal pemberian kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa melampaui Tahun Anggaran, maka dilakukan addendum Kontrak atas sumber pembiayaan dari DIPA Tahun Anggaran berikutnya atas sisa pekerjaan yang akan diselesaikan

5. Perubahan Lain (7) g. Tindak Lanjut Pemutusan Kontrak Terhadap pemutusan kontrak secara sepihak oleh PPK dapat dilakukan Penunjukan Langsung kepada Pemenang Cadangan pada paket pekerjaan yang sama atau Penyedia Lain yang mampu dan memenuhi syarat.

5. Perubahan Lain (8) h. Pelayanan Hukum a. Pimpinan KLDI wajib memberikan Pelayanan Hukum bagi Personil Pengadaan (PA/KPA/PPK/ULP/Pejabat Pengadaan/PPHP/PPSPM/ Bendahara/APIP) dalam menghadapi permasalahan hukum dalam lingkup Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. b. Khusus untuk tindak pidana dan pelanggaran persaingan usaha, pelayanan hukum hanya diberikan hingga tahap penyelidikan.

5. Perubahan Lain (9) i. Kosolidasi Pengadaan dan Pengadaan Desa a. Pimpinan K/L/D/I mendorong konsolidasi pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah b. Pengadaan di Desa diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota mengacu pedoman LKPP.

REVISI MENYELURUH PERPRES 54/2010 Diperintahkan oleh Presiden untuk mengkaji secara menyeluruh Perpres 54/2010 yang ditargetkan selesai April 2015 untuk diberlakukan pada APBN-P/APBD-P 2015 atau APBN/D 2016 Masukan Atas Revisi Perpres 54/2010 dapat disampaikan kepada: Kepala LKPP c.q. Deputi Bidang Pengembangan Strategi dan Kebijakan SME Tower Lantai 8 Jln. Jend. Gatot Subroto Kav.94 Jakarta 12780 Faksimili (021) 7991252 Group: perprespbjp@yahoogroups.com