BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB I PENDAHULUAN. Bascom (dalam Danandjaja, 2002: 50) cerita prosa rakyat dibagi dalam tiga golongan

03FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Kata folklor berasal dari bahasa Inggris, yaitu folklore. Dari dua kata

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporanlaporan

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

ARSITEKTUR VERNAKULAR INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berpikir manusia dalam rangka menghadapi masalah kehidupan sehari-hari.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Katalog Profil Daerah Kota Padang (2012: 8) keadaan topografi wilayah

BAB 1 PENDAHULUAN. Meskipun bangsa Indonesia sudah memiliki tradisi tulis, tidak dapat disangkal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebudayaan antik (antiquarian) Inggris memperkenalkan istilah folklor ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penemuan penelitian. Penelitian ini mengambil cerita rakyat Onggoloco sebagai

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL UNGKAPAN LARANGAN TENTANG TUBUH MANUSIA DAN OBAT-OBATAN DI DESA TALAGO GUNUNG KECAMATAN BARANGIN KOTA SAWAHLUNTO

BAB I PENDAHULUAN. kearifan nenek moyang yang menciptakan folklor (cerita rakyat, puisi rakyat, dll.)

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. pendahuluan. Adapun dalam pendahuluan ini berisi tentang latar belakang,

Pada bab ini dipaparkan (1) latar belakang penelitian (2) rumusan penelitian (3) tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak Pasal 1 Ayat 1, anak

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I. Mitos adalah kepercayaan yang terdapat di dalam masyarakat. Menurut Hari Susanto

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Papua seperti seekor burung raksasa, Kabupaten Teluk Wondama ini terletak di

NILAI-NILAI SOSIAL DAN BUDAYA DALAM MITOS KIAI KALADETE TENTANG ANAK BERAMBUT GEMBEL DI DATARAN TINGGI DIENG KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

UNGKAPAN LARANGAN BAGI SUAMI KETIKA ISTRINYASEDANG HAMIL DI KENAGARIAN ALAHAN PANJANG KECAMATAN LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK

05FDSK. Folklore. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. ke dalam tiga kelompok berdasarkan tipenya, yaitu folklor lisan, sebagian

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. yang unik pula. Selain itu, di setiap daerah tersebut memiliki suatu cerita atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. cincin. Terlebih pada tahun 2015 ini, batu akik semakin digemari oleh masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenangsenang,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang majemuk (Nasikun,1985:30,51)

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB II KAJIAN TEORI. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari tanda,

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi lokal ini sering disebut dengan kebudayaan lokal (local culture), yang

FUNGSI MARTUMBA BAGI MASYARAKAT BATAK TOBA DI PAHAE : KAJIAN FOLKLOR. Skripsi Sarjana O L E H : BILFERI HUTAPEA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

STRUKTUR DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT SI BAGEJE DI JORONG SAWAH MUDIK NAGARI BATAHAN KECAMATAN RANAH BATAHAN KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa yang digunakan terdiri atas bahasa lisan dan bahasa tulis. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keanekaragaman bangsa Indonesia ditandai dengan adat istiadatnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran seorang pemimpin sangatlah dibutuhkan, karena ia berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

APRESIASI MASYARAKAT TERHADAP TRADISI LISAN PERMAINAN RAKYAT JARAN KEPANG DI KANAGARIAN SIMALIDU KECAMATAN KOTO SALAK KABUPATEN DHARMASRAYA

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Orang tua dan guru belum memahami akan perkembangan potensi yang

KATEGORI DAN FUNGSI SOSIAL CERITA RAKYAT DI NAGARI GUGUAK SARAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka dalam setiap proposal skripsi sangat diperlukan dalam menyusun

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

Seminar Nasional dan Launching ADOBSI 463

Prosiding Seminar Nasional. Identitas dan Kearifan Masyarakat dalam Bahasa dan Sastra

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

MENGEMBANGKAN KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH *) Oleh : Dr. Agus Mulyana, M.Hum

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR CERITA RAKYAT KUNINGAN TERINTEGRASI NILAI KARAKTER DALAMPEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya. Menurut Koenrtjaraningrat (1996:186), wujud kebudayaan dibedakan

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis

Keywords: structure, social function, expression of prohibition

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

2015 MODEL PEMBELAJARAN TARI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN RITME GERAK DAN RASA MUSIKAL BAGI GURU SENI BUDAYA DI PROVINSI JAWA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra lisan sebagai sastra tradisional telah lama ada, yaitu sebelum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang semuanya itu bersumber dari pendapat para ahli, emperisme ( pengalaman peneliti ), dokumentasi, dan nalar peneliti yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sesuai dengan judul skripsi ini yakni : Fungsi Martumba Bagi Masyarakat Batak Toba di Pahae : Kajian Folklor, maka kajian pustaka mencakup tentang implementasi atau perwujudan tarhadap fungsi tarian tumba tersebut bagi masyarakat Batak Toba di Pahae, dan teori yang digunakan.

Kepustakaan Yang Relevan Pengertian Fungsi Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diketahui bahwa ada beberapa pengertian tentang fungsi, baik secara etimologi maupun secara leksikologi. Secara leksikal fungsi memiliki pengertian sebagai kemampuan yang dimiliki dari seseorang yang sesuai dengan pekerjaan dan tugasnya. Ada juga lagi yang disebut dengan fungsi sosial yang berarti kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat. Salah satu fungsi Tarian tumba yang ada pada masyarakat Batak Toba di Pahae adalah sebagai hiburan pada masyarakat yang ada di Pahae. Dahulu masyarakat yang ada di Pahae belum memiliki banyak hiburan yang ada seperti saat sekarang ini. Pada saat terang bulan berlangsung ketika masyarakat banyak berkumpul di halaman perkampungan, muda mudi bersaamaan melakukan tarian tumba di halaman perkampungan tersebut. Ini merupakan sebagai hiburan yang dipertontonkan masyarakat yang ada di Pahae yang dapat menghibur setiap masyarakat yang menyaksikan tarian tumba tersebut. Konsep Tari

Menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga (2002:1378), tari adalah gerakan badan serta tangan dan kaki yang berirama mengikuti rentak musik. Tari merupakan gerakan tubuh mengikuti cara cara ritmik biasanya menggunakan iringan musik dan tergantung pada ruangan, untuk tujuan mengekspresikan sebuah ide atau emosi, pelepasan atau pembebasan energi atau secara sederhana menerima dengan senang hati gerakan itu sendiri. Gerakan tari merupakan dari seni budaya yang merupakan refleksi dari sikap, sifat, perilaku serta pengalaman hidup dari masyarakat sendiri. Seperti dalam tarian tergambar cita ras dan daya, cipta dan karya dari sekelompok orang atau masyarakat. Tari tersebut merupakan gerakan yang rapi dan gerakan yang reguler, secara harmoni mengkomposisikan keindahan perilaku, yang berlawanan yang kegemalaian postur tubuh dan menjadi bahagian dari postur tubuh itu. Tarian tidak sama dengan dengan gerakan yang kita lakukan sehari hari. Gerakan tari tidak langsung diarahkan untuk bekerja, berpergian, atau mempertahankan hidup walau sebahagian besar praktek tari, gerakannya untuk ekspresi, penikmatan estetika dan hiburan. Tarian adalah seni yang mengekspresikan nilai batin melalui gerak yang indah dari tubuh atau fisik dan mimik. Iringan musik secara auditif mendukung kesan visual yang ada ( Nursantara, 2006 )

Menurut Nursantara ( 2006 ) Sebuah tarian merupakan perpaduan dari beberapa buah unsur. Unsur unsur ini yaitu wiraga ( raga ), wirama (irama ) dan wirasa ( rasa ). Ketiga unsur ini melebur menjadi satu membentuk tarian yang harmonis. Ketiganya harus dilakukan dengan selaras. Jika salah satu unsur ini tidak dilakukan dengan baik, tarian akan terlihat kurang indah. Wiraga adalah dasar keterampilan gerak tubuh atau fisik penari. Gerak merupakan substansi baku dalam tari. Bagian fisik manusia yang dapat menyalurkan ekspresi dalam bentuk gerak tari. Diantaranya adalah - Jari jari tangan - Jari jari kaki - Pergelangan tangan - Dada - Siku siku tangan - Perut - Bahu - Pinggul - Leher - Biji mata - Muka dan kepala - Alis - Lutut - Pergelangan kaki - Mulut Wirama adalah suatu pola untuk mencapai gerakan yang harmonis. Di dalamnya terdapat pengaturan dinamika seperti aksen dan tempo tarian. Ada dua macam irama untuk tari : 1. Wirama tandak

Wirama tandak adalah wirama yang tetap dan murni dengan ketukan dan aksen yang berulang ulang dengan teratur. 2. Wirama bebas Wirama bebas adalah wirama yang tidak selalu memiliki ketukan dengan aksen yang berulang ulang dan teratur. Wirasa merupakan tingkatan penghayatan dan penjiwaan dalam tarian. Penghayatan dan penjiwaan itu seperti : tegas, lembut, gembira dan sedih, yang diekspresikan melalui gerakan dan mimik wajah sehingga melahirkan keindahan. Richard Sinaga ( 1994 : 399 ) mengatakan bahwa martumba adalah tarian muda mudi yang dilakukan sambil menyanyikan lagu lagu berpantun, biasa dilakukan pada malam hari pada waktu terang bulan. Teori Yang Digunakan Teori merupakan prinsip dasar yang terwujud dan berlaku secara umum dan akan mempermudah seorang penulis untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam penelitian. Teori sangat diperlukan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi tuntunan kerja bagi penulis. Dalam suatu karya ilmiah harus mempunyai landasan teori yang

jelas, agar masalah yang hendak diuraikan dapat terperinci dan terarah dengan baik. Berdasarkan penelitian ini, maka penulis menggunakan teori folklore untuk mengkaji fungsi tarian tumba tersebut bagi masyarakat Batak Toba di Pahae. Folklor merupakan sebagai sesuatu disiplin ilmu atau cabang ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri di Indonesia. Suatu ilmu yang belum lama dikembangkan oleh para ahli kebudayaan di Indonesia. Berdasarkan etimologi ( asal usul kata ), kata folklor berasal dari bahasa Inggris yaitu folklore. Kata itu merupakan pengabungan dari dua suku kata yaitu folk dan lore. folk memiliki arti yang sama dengan kata kolektif. Menurut Dundes ( dalam Dananjaya, 1986:1) : folk merupakan sekelompok orang yang memiliki ciri ciri pengenalan fisik, sosial dan kebudayaan, sehingga dapat dibedakan dari kelompok lainnya. ciri ciri pengenalan itu antara lain dapat berwujud warna kulit yang sama, bentuk rambut yang sama, mata pencaharian yang sama yang sama, taraf pendidikan yang sama dan agama yang sama. Namun yang lebih penting lagi bahwa mereka memiliki suatu tradisi, yakni kebudayaan yang telah mereka wariskan secara turun temurun. Sedikitnya dua generasi yang dapat mereka akui sebagai milik bersama. Adapun yang dimaksud dengan lore adalah sebagian kebudayaannya diwariskan secara turun temurun secara lisan atau melalui suatu contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat ( mnemonic device ).

Berdasarkan kedua pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa folklore adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif yang tersebar yang diwariskan turun temurun, diantara kolektif macam apa saja secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan, maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat ( mnemonic device ). Dengan demikian yang menjadi objek penelitian foklor Indonesia adalah semua folklor dari folk yang ada di Indonesia, baik di pusat maupun di daerah, di kota maupun di desa, pribumi maupun keturunan asing ( peranakan, baik warga negara maupun asing, asalkan mereka sadar akan identitas kelompoknya dan mengembangkan kebudayaan mereka di Indonesia. Bahkan penelitian folklor Indonesia dapat diperluas lagi dengan meneliti folklor dari folk Indonesia yang kini sudah lama ada berada di luar negeri. Penelitian folklor ini menjangkau seluruh masyarakat Indonesia dimana saja, asal saja masih ada kesadaran dalam masyarakat Indonesia akan identitas kelompoknya. Ciri pengenalan folklor pada umumnya dapat dirumuskan sebagai berikut : (a) Penyebaran dan pewarisannya biasa dilakukan secara lisan, (b) Folklor bersifat tradisional, (c) Folklor ada (exist) dalam versi versi bahkan varian varian yang berbeda, (d) Folklor bersifat anonim, (e) Folklor biasanya

mempunyai bentuk berumus atau berpola, (f) Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif, (g) Folklor bersifat pralogis (logika sendiri), (h) Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu, (i) Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. Menurut Brunvand ( Danandjaya, 1986 : 21 ) berdasarkan bentuknya folklor dapat digolongkan dalam tiga kelompok besar yaitu : 2. Folklor lisan ( verbal folklore ) Folklor lisan adalah folklor yang bentuknya memang murni lisan, bentuk bentuk (genre) folklor yang termasuk ke dalam kelompok besar ini antara lain : (a) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkat tradisional dan titel kebangsawanan, (b) ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah dan pameo, (c) pertanyaan tradisional, seperti teka teki, (d) puisi rakyat, seperti pantun, gurindam, dan syair, (e) cerita prosa rakyat seperti mite, legenda, dan dongeng, dan (f) nyanyian rakyat. 3. Folklor sebagian lisan ( Partly verbal folklore ).

Folklor sebagian lisan adalah folklor yang bentuknya merupakan campuran unsur lisan dan unsur bukan lisan. Kepercayaan rakyat misalnya, yang oleh masyarakat modern sering kali disebut dengan takhyul itu, terdiri dari pernyataan yang bersifat lisan ditambah dengan gerak isyarat yang dianggap mempunyai makna gaib, seperti tanda salib bagi orang Kristen Katolik yang dianggap dapat melindungi seseorang dari gangguan hantu, atau ditambah dengan benda material yang dianggap berkhasiat dapat melindungi diri atau dapat membawa rejeki, seperti batu batu permata tertentu. Bentuk folklor yang tergolong dalam kelompok besar ini, selain kepercayaan rakyat adalah permainan rakyat, teater rakyat, tarian rakyat, adat istiadat, upacara, pesta rakyat dan lain lain. 4. Folklor bukan lisan ( non verbal folklore ). Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuknya bukan lisan, walaupun cara pembuatannya diajarkan secara lisan. Kelompok besar ini dapat dibagi menjadi dua subkelompok yakni yang material dan yang bukan material. Bentuk bentuk folklor yang tergolong material antara lain arsitektur rakyat ( bentuk rumah asli daerah, bentuk lumbung padi, dan sebagainya ), kerajinan tangan rakyat, pakaian dan perhiasan tubuh adat,

makanan dan minuman rakyat, dan obat obatan tradisional. Sedangkan yang termasuk dalam bentuk bukan material antara lain gerak isyarat tradisional, bunyi isyarat untuk komunikasi rakyat dan musik rakyat. Tarian tumba ini merupakan folklor yang digolongkan ke dalam folklor sebagaian lisan. Namun tarian yang dinyanyikan, dan lirik yang dinyanyikan adalah pantun (umpasa) yang merupakan bagian dari folklor. Tarian ini dikelompokkan ke dalam folklor sebagian lisan. Sedangkan nyanyian rakyat dan pantun yang mengiringi tarian tersebut merupakan bagian dari folklor lisan. Adapun fungsi Folklor tersebut menurut Willian R. Bascom ( dalam Dananjaya 1986 : 19 ) adalah 1. Sebagai sistem proyeksi ( projective system ), yakni sebagai alat pencermin angan angan suatu kolektif. 2. Sebagai alat pengesahan pranata pranata dan lembaga lembaga kebudayaan 3. Sebagai alat pendidikan anak ( pedagogical device ). 4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma norma masyarakat akan selalu dipatuhi oleh kolektifnya