BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Belajar tidak mengenal usia, sejak dilahirkan ke dunia ini individu sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. yang dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun Teori ini menegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, pada Pasal 3 menyebutkan tentang tujuan pendidikan nasional yaitu. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal penting bagi generasi muda bangsa untuk

PENGARUH ORIENTASI TUJUAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMA PESERTA BIMBINGAN BELAJAR LBB PRIMAGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan pendidikan tinggi saat ini terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengalami Krisis Moneter sejak tahun 1997, dan

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori expectancy Pengertian expectancy Aspek expectancy... 23

BAB I PENDAHULUAN. Bekerja menjadi suatu kewajiban orang dewasa. Selain untuk pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penjelasan Konsep Teoritis. identitas ( identity vs identity confusion). Menurut Kroger (dalam Papalia, 2004)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi sangat penting pada saat ini, terutama untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, Indonesia harus menerima kenyataan untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. diperlukan modal intelektual, modal sosial dan kredibilitas bangsa sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Mahasiswa pada umumnya diakhir perkuliahan akan diwajibkan untuk mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB II ORIENTASI TUJUAN DAN NILAI TUGAS

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pekerjaan ( para siswa lulusan SMP untuk berminat memilih jalur pendidikan kejuruan atau

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman mereka dalam mengerjakan tugas (Ayub, 2010; Brunel, 1999;

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang dan sebagai salah satu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan yang layak di masing-masing bidang. Tetapi struktur

HUBUNGAN ANTARA TASK VALUE DENGAN SELF-REGULATION OF LEARNING PADA MAHASISWA YANG TINGGAL DI PONDOK PESANTREN SINDANGSARI AL-JAWAMI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar perkembangan pendidikannya (Sanjaya, 2005). Menurut UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang melibatkan penguasaan suatu kemampuan, keterampilan, serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menyontek tidak dapat ditemukan secara langsung, kata menyontek dapat

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan dapat dilaksanakan dengan sebaikbaiknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu sarana yang disediakan untuk masyarakat yang

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mempunyai tempat khusus dalam setiap masyarakat, karena

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH EXPECTANCY DAN TASK VALUE TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI PADA MATERI AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah melalui sekolah menengah kejuruan (SMK). Pendidikan kejuruan adalah bagian sistem pendidikan nasional yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

MODEL GOAL ORIENTATION SEBAGAI EFEK DARI PERSEPSI QUALITY OF SCHOOL LIFE SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PSIKOLOGI

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hadi Wiguna Kurniawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa saat ini diharapkan menjadi sosok manusia yang berintelektual

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, pertumbuhan di bidang pendidikan kian

Nomer : Fakultas : Semester : PETUNJUK PENGISIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa adalah pemuda yang mempunyai peran besar dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan Proses Pelaksanaan Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Gita Nurliana Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tanggung jawab utama pendidikan tinggi adalah menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keluhan yang mengkhawatirkan. Penilaian akademis yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

PENDAHULUAN. Layanan pendidikan menyangkut tentang keseluruhan upaya yang. dilakukan untuk mengubah tingkah laku manusia demi menjaga kesinambungan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mata Kuliah Psikodiagnostik merupakan mata kuliah khas dari program studi Psikologi. Mata kuliah ini menjadi khas karena hanya program studi Psikologi yang diperbolehkan memberikan mata kuliah tersebut. Selain itu, mata kuliah Psikodiagnostik, khususnya di jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), tidak hanya mengandalkan kuliah teori di kelas, tetapi juga diadakan role play serta praktikum. Oleh karena itu, mahasiswa Psikologi tidak hanya dituntut untuk dapat menguasai teori mengenai Psikodiagnostik, tetapi juga harus mampu mengaplikasikannya di dunia nyata. Pada awal pertemuan hingga menjelang ujian tengah semester biasanya dosen akan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab untuk menyampaikan teori-teori yang berkaitan dengan mata kuliah Psikodiagnostik yang dipelajari (misalnya tes intelegensi, tes minat bakat, inventori kepribadian dan sebagainya). Setelah itu akan diadakan role play mengenai prosedur pengetesan, mulai dari prolog sampai epilog yang harus disampaikan dalam tes tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan praktikum pengambilan data sebagai ujian akhir semester, dimana setiap mahasiswa diwajibkan untuk membawa subjek (OP) masingmasing (http://silabus.upi.edu/direktori/fip/psikologi, 2012). Selain hanya boleh diberikan kepada mahasiswa Psikologi, mata kuliah Psikodiagnostik juga memiliki ciri khas lain yang membedakannya dengan mata kuliah lain. Jika pada mata kuliah lain mahasiswa hanya diwajibkan untuk memenuhi syarat kehadiran sebesar 80% selama proses perkuliahan dari awal sampai akhir semester, pada mata kuliah Psikodiagnostik mahasiswa wajib memenuhi syarat kehadiran 100% pada saat praktikum. Atau dengan kata lain, tidak ada toleransi ketidakhadiran pada mata kuliah ini kecuali sakit (dimana

2 mahasiswa harus melampirkan surat dokter) atau memiliki urusan yang sangat mendesak (http://silabus.upi.edu/direktori/fip/psikologi, 2011). Dalam wawancara (2013) yang dilakukan oleh peneliti dengan tiga orang mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia angkatan 2009, dua orang diantaranya menyatakan bahwa mereka lebih sering mengikuti kuliah Psikodiagnostik dibandingkan dengan mata kuliah lain yang non-psikodiagnostik. Alasannya adalah bahwa di dalam mata kuliah Psikodiagnostik, mereka diberikan dasar-dasar mengenai pemeriksaan psikologi. Dasar tersebut yang nantinya akan menjadi bekal penting bagi seorang mahasiswa Psikologi setelah meraih gelar sarjana. Selain itu, salah satu narasumber menambahkan bahwa di dalam mata kuliah Psikodiagnostik, mahasiswa tidak hanya mempelajari teori saja, tetapi juga diadakan praktikum, sehingga mata kuliah ini tidak membosankan. Kemudian, narasumber terakhir menyatakan bahwa mata kuliah Psikodiagnostik dan mata kuliah lain merupakan hal yang sama-sama penting untuk dipelajari karena psikologi merupakan cabang ilmu yang sangat luas cakupan bahasannya. Bahkan, menurutnya materi kuliah yang didapatkan di bangku perkuliahan rasanya belum cukup baginya. Penilaian yang diberikan oleh ketiga narasumber yang peneliti wawancara bisa didasari oleh penilaian para narasumber tersebut tentang nilai (value) yang dimiliki oleh tugas-tugas yang harus mereka kerjakan dalam sebuah proses pembelajaran sebuah mata kuliah. Penilaian tersebut dikenal dengan istilah task value atau nilai tugas. Menurut Pintrich (Pintrich & Schunk, 2002) nilai tugas adalah penilaian individu tentang pentingnya/berharganya suatu tugas, di mana penilaian ini dapat mempengaruhi tingkah laku seperti dalam pemilihan tugas, keuletan dalam menyelesaikan tugas, serta dalam pencapaian prestasi aktual. Nilai (value) menurut Pintrich (Pintrich & Schunk, 2002) merujuk pada perbedaan keyakinan individu mengenai alasan mengapa mereka memilih untuk terlibat dalam suatu tugas. Dalam istilah sehari-hari, nilai ini akan menjawab pertanyaan apakah saya ingin melakukan tugas ini? dan mengapa saya ingin melakukan tugas tersebut?. Setiap mahasiswa tentu mempunyai jawaban yang beragam mengenai alasan mengapa mereka mengerjakan suatu tugas, misalnya

3 karena tugas tersebut dirasa menyenangkan, tugas tersebut dirasa berguna bagi mereka, ingin menyenangkan orang tua dan dosen, atau karena mereka tidak ingin mendapat nilai yang buruk. Setiap orang bisa saja merasa yakin bahwa mereka dapat mengerjakan tugas dengan baik, tetapi jika mereka merasa bahwa tugas tersebut tidak bernilai atau berharga bagi mereka, maka kemungkinan mereka untuk terlibat dalam tugas tersebut akan lebih kecil. Hampir sama dengan hal tersebut, seseorang bisa saja yakin bahwa suatu tugas atau aktivitas menarik dan berguna bagi mereka, tetapi jika mereka tidak berpikir bahwa mereka dapat mengerjakan tugas tersebut, akhirnya mereka juga tidak akan terlibat di dalam tugas atau aktivitas tersebut (Pintrich & Schunk, 2002). Eccles & Wigfield (Woolfolk, 1993: 373) menyebutkan bahwa nilai tugas terdiri atas tiga komponen yaitu nilai pencapaian (attainment value), nilai minat atau intrinsik (intrinsic or interest value), dan nilai kegunaan (utility value). Nilai pencapaian adalah derajat keberartian suatu tugas bagi individu, artinya seberapa penting pencapaian prestasi terhadap tugas tersebut bagi mereka. Kemudian, nilai ketertarikan/kesenangan adalah ketertarikan individu terhadap suatu tugas. Sedangkan nilai kegunaan adalah manfaat suatu tugas bagi individu, termasuk untuk tujuan jangka panjang atau tujuan karirnya. Secara umum, setiap individu memiliki penilaian tertentu mengenai ketiga komponen nilai tugas tersebut (Eccles & Wigfield, 2000; Eccles & Wigfield, 1992; Pintrich & Schunck, 2002). Teori harapan-nilai (expectancy-value theory) merupakan salah satu model sosial kognitif yang membahas mengenai nilai tugas. Teori ini berfokus pada peran harapan peserta didik terhadap kesuksesan akademik dan nilai (value) yang dipersepsikan individu dalam tugas akademik. Menurut teori ini, dua prediktor penting dari perilaku berprestasi adalah harapan dan nilai tugas (Pintrich & Schunck, 2002). Teori harapan-nilai berhipotesa bahwa nilai tugas merupakan salah satu faktor yang menentukan orientasi tujuan mahasiswa dalam belajar (Eccles et al., 1983; Wigfield & Eccles, 2000, dalam Lim, Lau, & Nie, 2008). Ames (dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214) menyebutkan bahwa orientasi tujuan merepresentasikan pola keyakinan yang terintegrasi, dimana pola

4 keyakinan tersebut akan mengarahkan seseorang pada perbedaan cara dalam mencapai, melibatkan diri, dan berespon terhadap berbagai situasi prestatif. Dari berbagai literatur yang ada, terdapat berbagai macam istilah yang digunakan para ahli untuk menjelaskan tentang orientasi tujuan, diantaranya adalah istilah goal orientation (Meece, Blumenfeld, & Hoyle, 1988; Pintrich & Schunck, 2002) dan achievement goals (Ames & Archer, 1988; Elliot & Harackiewicz, 1996). Selain itu, para ahli juga membedakan jenis-jenis orientasi tujuan. Ada beberapa ahli yang membedakan orientasi tujuan atas learning dan performance goals (Dweck & Leggett; Elliot & Dweck dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214), task-involved dan ego-involved goals (Nicholls dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214), mastery dan performance goals (Ames; Ames & Archer dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214), atau task-focused dan ability-focused goal (Maehr & Midgley dalam Pintrich & Schunk, 2002: 214). Walaupun istilah yang digunakan para ahli tersebut berbeda-beda, ternyata terdapat hubungan konseptual pada kelompok konsep learning goal, task-involved dan mastery goal, serta pada kelompok konsep performance goal, ego-involved dan ability-focused goal. Dalam penelitian ini, istilah yang akan digunakan untuk menjelaskan jenis-jenis orientasi tujuan adalah istilah yang digunakan oleh Ames & Archer (1988), yaitu orientasi tujuan penguasaan (mastery goals) dan orientasi tujuan performa (performance goals). Individu-individu dengan orientasi tujuan penguasaan lebih berfokus pada tugas daripada terhadap kemampuan mereka, memiliki afek positif (memberi kesan bahwa mereka menikmati tantangan tersebut), dan membangkitkan strategistrategi berorientasi solusi yang meningkatkan kinerja mereka. Sedangkan, bagi individu dengan orientasi tujuan performa, kemenangan adalah hal penting, dan kebahagiaan diyakini sebagai hasil dari kemenangan (Santrock, 2009: 214-215). Dweck (2003, dalam Wade & Travis, 2007) menambahkan bahwa saat individu-individu yang termotivasi oleh tujuan performa mengalami kegagalan, mereka cenderung menyalahkan diri sendiri dan kehilangan semangat memperbaiki prestasinya. Keinginan mereka untuk dapat mendemonstrasikan kemampuan yang mereka miliki menyebabkan mereka merasa tertekan saat

5 mengalami kegagalan, yang lazim terjadi saat kita sedang mempelajari sesuatu yang baru. Sebaliknya, individu-individu dengan orientasi tujuan penguasaan akan menerima kegagalan sebagai suatu informasi penting yang akan membantu mereka untuk memperbaiki diri. Kegagalan dan kritik dari orang lain tidak akan membuat mereka menyerah, karena mereka memahami bahwa proses belajar membutuhkan waktu. Pada intinya, orientasi tujuan penguasaan berfokus pada tugas, sedangkan orientasi tujuan performa lebih berfokus pada diri (Maehr & Kaplan, 2000; Nicholls, 1992 dalam Ormrood, 2003: 467). Salah satu faktor yang ikut mempengaruhi terbentuknya orientasi tujuan adalah penilaian terhadap tugas. Meece, Blumenfeld, Hoyle (1988) menemukan bahwa seseorang akan mengembangkan orientasi tujuan penguasaan terhadap tugas jika ia menganggap bahwa apa yang dipelajari sangat menyenangkan dan berguna baginya. Hal ini diperkuat oleh beberapa penelitian, salah satunya adalah hasil penelitian Asif (2011) yang menyebutkan bahwa orientasi tujuan penguasaan yang dimiliki seseorang dapat meningkatkan motivasi intrinsik dalam mengikuti proses pembelajaran. Penelitian ini mendukung penelitian-penelitian sebelumnya, misalnya penelitian Harackiewicz et al. (1998, dalam Pintrich & Schunck, 2002) Penelitian Harackiewicz et al. tersebut menyebutkan bahwa orientasi tujuan penguasaan mengarahkan seseorang kepada minat, motivasi intrinsik, atau keterlibatan dalam tugas. Sedangkan seseorang yang menghindari dirinya terlihat lebih buruk dari orang lain berkorelasi negatif dengan minat dan kesenangan. Artinya seseorang yang tidak ingin terlihat buruk atau tidak kompeten di mata orang lain tidak akan menikmati apa yang ia kerjakan. Hal ini disebabkan oleh perasaan cemas bahwa tes dan perfomansi yang mereka lakukan akan dinilai buruk oleh orang lain (Middleton & Midgley, 1997; Skaalvik, 1997, dalam Pintrich & Schunck, 2002). Selanjutnya, Dweck dan Elliott (dalam Eccles & Wigfield, 1992) memaparkan bahwa nilai (value) dapat ditentukan oleh situasi dimana orang tersebut berada. Dengan situasi yang dibuat kompetitif, mereka berpendapat bahwa situasi evaluatif tersebut membuat peserta didik belajar untuk memaknai

6 orientasi tujuan performa, sehingga orientasi tujuan tersebut yang menjadi dominan. Sedangkan situasi yang difokuskan kepada penguasaan, peserta didik akan lebih memaknai orientasi tujuan belajar (learning goals), terutama jika peserta didik tersebut melihat bahwa hal yang dipelajari tersebut berguna, menarik, serta jika peningkatan kemampuan ditonjolkan. Salah satu kompetensi utama dari sarjana Psikologi menurut Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) adalah memahami prinsip dasar Psikodiagnostik, mampu menerapkan prinsip observasi dan wawancara, serta mampu mengadministrasikan, menskor dan menginterpretasikan tes psikologi tertentu (Kolokium Psikologi Indonesia, 2010). Hal ini tentu juga menjadi faktor yang membuat mahasiswa Psikologi menilai mata kuliah Psikodiagnostik penting untuk dipelajari. Berdasarkan penelitian-penelitian dan salah satu kualifikasi sarjana Psikologi dari KKNI yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti berasumsi bahwa mahasiswa yang menganggap mata kuliah Psikodiagnostik berharga (penting untuk dikuasai, menyenangkan, dan bermanfaat bagi tujuan masa depan) akan membawa mereka dalam pengadopsian orientasi tujuan penguasaan. Sedangkan, mahasiswa yang dengan orientasi tujuan performa bisa menilai lebih rendah keberhargaan mata kuliah Psikodiagnostik jika dibandingkan dengan mahasiswa dengan orientasi tujuan penguasaan. Maka dari itu, peneliti tertarik untuk menguji secara empiris tentang bagaimana hubungan antara nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan dalam mata kuliah tersebut pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Mata kuliah Psikodiagnostik, khususnya di jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), merupakan mata kuliah khas jurusan Psikologi. Mata kuliah ini memiliki beban tugas dan standar kompetensi tersendiri yang harus dicapai oleh mahasiswa. Beban tugas dan

7 standar kompetensi tersebut bisa mempengaruhi penilaian setiap mahasiswa terhadap mata kuliah Psikodiagnostik. Penilaian ini dikenal dengan istilah nilai tugas. Kemudian, taraf penilaian terhadap mata kuliah Psikodiagnostik (task value) yang berbeda pada masing-masing mahasiswa bisa mempengaruhi pengadopsian orientasi tujuan yang berbeda pula. Oleh karena itu, secara umum fokus permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah hubungan antara nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? Berdasarkan permasalahan umum di atas, maka dijabarkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik menurut mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 2. Bagaimana gambaran orientasi tujuan dalam mata kuliah Psikodiagnostik pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 3. Apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan 4. Apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan 5. Apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan 6. Apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan

8 7. Apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan 8. Apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui gambaran umum nilai tugas mata kuliah Psikodiagnostik menurut mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Mengetahui gambaran umum orientasi tujuan dalam mata kuliah Psikodiagnostik pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan 4. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 5. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan penguasaan pada mahasiswa jurusan 6. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai pencapaian mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan 7. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai ketertarikan/kesenangan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada

9 mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia? 8. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara nilai kegunaan mata kuliah Psikodiagnostik dengan orientasi tujuan performa pada mahasiswa jurusan D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. 1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini yaitu sebagai berikut: a. Memperkaya teori mengenai nilai tugas dan orientasi tujuan. b. Memperkaya pengetahuan mengenai kaitan antara nilai tugas dengan orientasi tujuan pada mahasiswa jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang dapat diberikan dari penelitian ini yaitu bagi: a. Pendidik Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pendidik agar mampu membuat situasi kelas yang membuat mahasiswa menilai suatu mata kuliah memiliki nilai tugas yang tinggi sehingga mahasiswa akan lebih banyak mengadopsi orientasi tujuan penguasaan dibandingkan dengan orientasi tujuan performa. b. Mahasiswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa agar lebih berusaha mencari informasi mengenai manfaat serta alasan mengenai pentingnya suatu mata kuliah yang diambil agar lebih terdorong untuk mengadopsi orientasi tujuan penguasaan.

10 c. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber keilmuan mengenai hubungan antara nilai tugas dengan orientasi tujuan yang nantinya dapat dijadikan masukan bagi jurusan Psikologi untuk merancang kurikulum yang mampu mengembangkan dan meningkatkan ketiga komponen nilai tugas pada setiap mata kuliah sehingga membuat mahasiswa mengadopsi orientasi tujuan penguasaan. d. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan nilai tugas dan orientasi tujuan mahasiswa. E. Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri atas lima bab. Bab I merupakan pendahuluan, yang terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi. Bab II berisi kajian pustaka mengenai nilai tugas dan orientasi tujuan, kerangka pemikiran, serta hipotesis penelitian. Bab III berisi metode penelitian yang terdiri dari lokasi dan sampel penelitian, variabel dan definisi operasional variabel, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data penelitian. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.