Lampiran 1 Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya

dokumen-dokumen yang mirip
Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Abi Gayuh Sopana, Trisnadi Widyaleksono, dan Thin Soedarti

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DAERAH WONOREJO PANTAI TIMUR SURABAYA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara dua samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik mempunyai

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE API-API

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

RINGKASAN STRUKTUR DAN STATUS KOMUNITAS MANGROVE DI EKOSISTEM MUARA KALI LAMONG JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

PRODUKTIVITAS DAN DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE DI KAWASAN VEGETASI MANGROVE PASAR BANGGI, REMBANG - JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ekologis yaitu untuk melakukan pemijahan (spawning ground), pengasuhan (nursery

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI DESA MARTAJASAH KABUPATEN BANGKALAN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PRODUKSI SERASAH Rhizophora apiculata dan Sonneratia alba DI KAWASAN KONSERVASI MANGROVE DAN BEKANTAN KOTA TARAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki mangrove terluas di dunia (Silvus et al, 1987; Primack et al,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh. Firmansyah Gusasi

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

BAB I PENDAHULUAN. dalam penggunaan sumberdaya alam. Salah satu sumberdaya alam yang tidak terlepas

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina SETELAH APLIKASI FUNGI Aspergillus sp PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. pantai km serta pulau dan luas laut sekitar 3,1 juta km 2, sehingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesisir memiliki peranan sangat penting bagi berbagai organisme yang berada di

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Produksi Serasah Empat Jenis Tumbuhan Mangrove Di Desa Lalombi Kabupaten Donggala

BAB I PENDAHULUAN. tempat dengan tempat lainnya. Sebagian warga setempat. kesejahteraan masyarakat sekitar saja tetapi juga meningkatkan perekonomian

THE LITTER PRODUCTIVITY OF MERANTI

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

DI DELENG MACIK, TAMAN HUTAN RAYA BUKIT BARISAN KABUPATEN KARO SUMATERA UTARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam 3 zona berdasarkan perbedaan rona lingkungannya. Zona 1 merupakan

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL MEROPLANKTON PADA MALAM HARI DAN HASIL TANGKAPANNYA DI TELUK CEMPI, NUSA TENGGARA BARAT

PRODUKSI SERASAH BERDASARKAN ZONASI DI KAWASAN MANGROVE BANDAR BAKAU, DUMAI-RIAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

Struktur dan Komposisi Mangrove di Pulau Hoga Taman Nasional Wakatobi, Sulawesi Tenggara Jamili

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN pulau dengan luas laut sekitar 3,1 juta km 2. Wilayah pesisir dan. lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan

Production and the rate of decomposition of Mangrove leaf litter in Los island Tanjungpinang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ari Luqman, 2013

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI SEKITAR JEMBATAN SURAMADU SISI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan mangrove pesisir Desa Durian dan Desa Batu

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

Faktor-Faktor Produksi Serasah Hutan Mangrove Di Kampung Gisi Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Abdul Rasyid

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. pelestaraian mangrove dengan mengubahnya menjadi tambak-tambak. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang khusus terdapat

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN Avicennia marina PADA BERBAGAI TINGKAT SALINITAS

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode transek belt yaitu dengan menarik garis lurus memanjang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3. No. 1, Maret 2012: ISSN :

STRATIFIKASI HUTAN MANGROVE DI KANAGARIAN CAROCOK ANAU KECAMATAN KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Adanya ketidakseimbangan antara jumlah kebutuhan dengan kemampuan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

The Production and Decomposition Rate of Mangrove Litter in The Sungai Alam Village, Bengkalis Sub-district, Bengkalis Regency, Riau Province

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan

ANALISIS VEGETASI DAN STRUKTUR KOMUNITAS MANGROVE DI TELUK BENOA-BALI. Dwi Budi Wiyanto 1 dan Elok Faiqoh 2.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PRODUKSI DAN LAJU DEKOMPOSISI SERASAH DAUN MANGROVE

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

Seminar Nasional Tahunan X Hasil Penelitian Kelautan dan Perikanan, 31 Agustus 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari pulau dengan luasan km 2 yang terletak antara daratan Asia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Data rata-rata volume aliran permukaan pada berbagai perlakuan mulsa vertikal

V. INDIKATOR-INDIKATOR EKOSISTEM HUTAN MANGROVE

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2013.

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

Transkripsi:

Lampiran 1 Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya Trans ek Komponen Produksi serasah mangrove Minggu ke - (gram/100m 2 /minggu) Rata - rata (gram/100m 2 /min ggu) Rata rata (ton/ha/tahu n) 1 2 3 4 1 Daun 730 720 797 823 767,50 ± 50,400 4,0 ± 0,30 Ranting 90 60 73 80 75,75 ± 12,600 0,4 ± 0,20 Buah dan Bunga - - 13-3,25 ±1,500 0,02 ± 0,01 Total 820 780 883 903 846,50 ± 56,700 4,4 ± 0,30 2 Daun 643 810 740 717 727,50 ± 68,800 3,8 ± 0,40 Ranting 37-40 97 43,50 ± 40,000 0,3 ± 0,20 Buah dan Bunga 30 20-30 20,00 ± 14,100 0,1 ± 0,06 Total 710 830 780 844 791,00 ± 60,600 4,4 ± 0,30 3 Daun 520 663 820 853 714,00 ± 154,000 3,7 ± 0,80 Ranting 43 60 60 130 73,25 ± 38,700 0,4 ±0,20 Buah dan Bunga 27 23 7 90 36,75 ± 36,500 0,2 ± 0,20 Total 590 746 887 1070 823,25± 204,000 4,3 ± 1,10 4 Daun 670 583 593 1060 726,50 ± 226,000 3,8 ± 1,20 Ranting 50 87 77 107 80,25 ± 23,700 0,4 ± 0,10 Buah dan Bunga - 27 - - 6,75 ± 2,500 0,04 ± 0,01 Total 720 697 670 1167 813,50 ± 237,000 4,2 ± 1,30 5 Daun 823 903 880 1170 944,00 ± 154,000 4,9 ± 0,80 Ranting 43 63 53 113 68,00 ± 31,100 0,4 ± 0,20 Buah dan Bunga - 20 10 93 30,75 ± 11,000 0,2 ± 0,20 Total 866 986 943 1376 1042,75± 228,000 5,4 ± 1,20 Rata rata 741 808 833 1072 864,00 ± 144,000 4,5 ± 0,80

Lampiran 2 Tabel jenis mangrove yang terdapat di lokasi penelitian beserta diameter batang dan jumlahnya. A. Transek 1 Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah 1 Avicennia marina 8;5;4;6;4;4;6;8;10;4;4;4;8;9;7;4;4;5;9 ;6;6;6;8;4;4;7;5;5;4 29 2 Avicennia marina 10;6;6;4;8;4;5;6;4;5;5;7;8;4;8;4;3;4;3 ;9;4;6;6;4;6;8;7;5;5;6;4;8;4;6;4 35 3 Avicennia marina 6;6;4;6;4;4;7;6;8;5;5;5;9;4;6;8;6;6;7; 8;4;8;6;6;7;7;6;6;8;5 30 Total jumlah individu 94 B. Transek 2 Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah 1 Avicennia marina 6;6;4;8;7;9;5;4;4;4;6;6;7;8;5;5;6;6;7; 4;4;4;6;7;4;5;5;6;6;5;6;7;4 33 2 Avicennia marina 6;4;4;8;5;9;5;4;5;4;5;6;7;8;5;5;5;6;7; 4;5;5;6;7;4;5;5;7;6;5;6 31 3 Avicennia marina 6;6;4;8;8;9;5;4;4;5;5;6;7;8;6;5;7;6;7; 4;5;6;6;7;4 25 Total jumlah individu 89 C. Transek 3 Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah 1 Avicennia marina 9;8;8;7;6;11;8;14;10;10;11;10;1 2;7;7;6;4;4;5;9;9;4;6;13;11 25 2 Avicennia marina 6;6;8;6;9;8;10;11;11;13;12;14;1 3;8;9;11;9;6;8;8;10;11;10;8;8;8 26 3 Avicennia marina 4;7;7;8;4;10;10;9;9;12;11;12;8;8 ;9;6;6;6;10;7;7;9;10;11;5;5;6;6;4 ;8;8;9;9;7;7;4;5;11;10 39 Total jumlah individu 90

A. Transek 4 Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah 1 Avicennia marina 10;6;6;4;8;10;12;6;9;5;11;7;8;7;8;4;7 ;4;5;9;4;6;6;4;6;8;7;6;6;6;4;8;9;6;8;8 44 ;9;6;4;9;10;8;9;11 2 Avicennia marina 8;9;7;8;7;14;5;9;4;9;6;6;7;9;12;5;6;6; 7;9;8;8;6;12;4;5;9;6;10;11;6;7;4;11;9 35 ;8 3 Avicennia marina 10;9;8;6;9;8;10;11;8;9;12;8;13;8;9;1 1;9;6;8;8;7;11;10;8;8;9 25 Total jumlah individu 104 B. Transek 5 Plot Nama jenis Diameter batang (cm) Jumlah 10;12;7;8;7;14;5;9;11;10;6;6;7;9;12; Avicennia marina 30 1 8;8;9;7;9;7;8;6;12;4;5;9;10;10;9;6 Avicennia alba 9;8;10;6;6 5 6;7;8;6;9;7;11;12;8;9;11;9;13;8;9;11; Avicennia marina 25 2 9;7;8;8;7;11;9;7;8;9 Avicennia alba 9;11;7 3 10;7;8;10;9;7;7;12;14;11;12;9;13;10; Avicennia marina 29 3 9;11;9;7;8;11;9;11;9;7;8;10;5;11;6;9 Avicennia alba 9;5;7;12;9;10 6 Total jumlah individu 98

Lampiran 3 Rata-rata persentase produksi komponen serasah mangrove kawasan Wonorejo tiap transek gr/100m 2 /minggu. Komponen Rerata persentase komponen produksi serasah mangrove pada tiap transek per gr/100m 2 /minggu (%) T1 T2 T3 T4 T5 Rata-rata presentase seluruh transek (%) Daun 90,6 92 86,7 89,3 91 89,9 Ranting 9 5,5 8,9 9,9 7 8,06 Buah dan bunga 0,4 2,5 4,4 0,8 2 2,02

Lampiran 4 Foto lokasi penelitian mangrove di Wonorejo a. Jogging track yang berada di mangrove Wonorejo untuk ekowisata b. Banyak sampah-sampah yang terdapat di mangrove Wonorejo

c. Daerah penelitian dengan jenis tegakan berupa pancang d. Daerah penelitian dengan jenis tegakan berupa pohon

Lampiran 5 Jatuhan serasah yang tertampung dalam litter trap a. Jatuhan serasah daun b. Jatuhan serasah ranting

c. Jatuhan serasah bunga dan buah

Lampiran 6 Foto sebagian alat dan fungsinya dalam penelitian. a. Salinometer untuk mengukur salinitas air b. Luxmeter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya

c. Calipers digunakan untuk mengukur diameter batang. d. GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui koordinat lokasi penelitian.

a. Sling psychrometer untuk mengukur kelembapan b. Soil tester untuk mengukur ph tanah

Lampiran 7 Curah hujan selama 2 bulan di daerah Wonorejo. TGL Bulan Oktober November 1-7 2-13,4 3-0,3 4-9,6 5 - TTU 6-1,2 7-2,5 8-68,2 9 - - 10-3 11 - - 12-1,5 13 - TTU 14-7 15 - - 16 - - 17-1,9 18 - - 19 - - 20 - - 21 - - 22 TTU 24,3 23-1,4 24 TTU TTU 25 - - 26 TTU - 27 1,6 15 28-0,2 29 25,4 19,9 30-5,1 31 1 - Jumlah 28 181,5 Keterangan : TTU = Tidak terukur

Lampiran 8 Abi Gayuh Sopana, 2012. Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Skripsi ini di bawah bimbingan Drs. Trisnadi Widyaleksono C.P. M.Si dan Dra. Thin Soedarti, CESA. Progam Studi S-1 Biologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya. ABSTRAK Penelitian produktivitas serasah mangrove di kawasan Wonorejo pantai timur Surabaya untuk mengetahui besarnya produktivitas serasah mangrove dan masing-masing komponen (daun, ranting, buah dan bunga) serasah mangrove di daerah pantai timur Surabaya. Penelitian pengambilan serasah dilakukan dengan menggunakan metode transek garis yang terdiri dari lima transek. Setiap transek terdapat tiga plot dengan ukuran masih-masing plot 10 meter x 10 meter. Setiap plot terdapat tiga litter trap yang berukuran 1 m x 1 m. Waktu penelitian lapangan selama 1 bulan dengan pengambilan serasah setiap satu minggu sekali. Data yang diperoleh berupa jatuhan serasah yang terdiri dari daun, ranting, bunga dan buah. Selain itu juga diukur data pendukung berupa kerapatan pohon mangrove, parameter fisik dan kimia. Analisis data didapatkan bawah pada minggu ke-4 produksi serasah lebih tinggi daripada lainnya. Pada transek 1 sebesar 4,7 ton/ha/tahun, transek 2 sebesar 4,4 ton/ha/tahun, transek 3 sebesar 5,6 ton/ha/tahun, transek 4 sebesar 6,1 ton/ha/tahun, dan transek 5 sebesar 7,1 ton/ha/tahun. Jadi total rata-rata produksi serasah mangrove di kawasan pantai timur surabaya sebesar 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dengan total komponen rata-rata serasah mangrove pada daun sebesar 4,0 ton/ha/tahun (89,9%), ranting sebesar 0,4 ton/ha/tahun (8,08%), buah dan bunga sebesar 0,1 ton/ha/tahun (2,02%). Kata kunci : produktivitas serasah, mangrove, litter trap, Wonorejo. ABSTRACT The purpose of this research was to know about the productivity of mangrove s litter and each component (leaves, twigs, fruits, and flowers) of mangrove s litter in Wonorejo Surabaya coastal area. This research used line transect method which consist five transect. Each transect contain three plots with each size was 10 x 10 meters. Each plots consist three litter trap with size 1 x 1 meter. This field research was held in one month and the litter was taken once a week. The obtained data was litter s fall which contain leaves, twigs, flowers, and fruits. Beside that, supportive data like mangove s density, chemical and physics parameter was obtained.

From the analyzed data showed that on the 4th weeks, the litter s productivity was higher than previous weeks. The first transect produce 4,7 ton/ha/year, second transect produce 4,4 ton/ha/year, third transect produce 5,6 ton/ha/year, fourth transect produce 6,1 ton/ha/year, and fifth transect produce 7,1 ton/ha/year. Total mean of mangrove s litter productivity in Wonorejo Surabaya coastal area was 4,5 ± 0,50 ton/ha/year with total mean of each component of mangroves s litter was, leaves 4,0 ton/ha/year (89,9%), twigs 0,4 ton/ha/year (8,08%), fruits and flowers 0,1 ton/ha/year (2,02%). Key words : productivity of mangrove s litter, mangrove, litter trap, Wonorejo PENDAHULUAN RINGKASAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah pulau sekitar 17.508 pulau dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, memiliki sumber daya pesisir yang sangat besar, baik hayati maupun non hayati. Pesisir merupakan wilayah perbatasan antara daratan dan laut, oleh karena itu wilayah ini dipengaruhi oleh proses-proses yang ada di darat maupun yang ada di laut. Wilayah demikian disebut sebagai ekoton, yaitu daerah transisi yang sangat berbeda antara dua atau lebih komunitas (Odum, 1993). Negara Indonesia merupakan negara yang mempunyai luas hutan mangrove terluas didunia dengan keragaman hayati terbesar dan struktur paling bervariasi di dunia. Berdasarkan data Direktorat Jendral Rehabilitas Lahan dan Perhutanan Sosial (2001) dalam Gunarto (2004) luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 1999 diperkirakan mencapai 8,60 juta hektar akan tetapi sekitar 5,30 juta hektar dalam keadaan rusak. Sedangkan data luas hutan Mangrove di Indonesia pada tahun 2004 hanya mencapai 3.062.300 ha atau 19% dari luas hutan Mangrove di dunia dan merupakan terbesar di dunia melebihi Australia (10%) dan Brazil (7%). Hutan mangrove sebagai sumberdaya alam khas daerah pantai tropik, mempunyai fungsi strategis bagi ekosistem pantai, yaitu: sebagai penyambung dan penyeimbang ekosistem darat dan laut. Tingginya bahan organik di perairan hutan mangrove memungkinkan hutan ini dimanfaatkan sebagai daerah asuhan (nursery ground) bagi biota yang hidup pada ekosistem mengrove, fungsi yang lain sebagai daerah mencari makan (feeding ground) karena mangrove merupakan produsen primer yang mampu menghasilkan sejumlah besar detritus dari daun dan dahan pohon mangrove dimana tersedia banyak makanan bagi biota-biota yang mencari makan pada ekosistem mangrove tersebut, dan fungsi yang ketiga adalah sebagai daerah pemijahan (spawning ground) bagi ikan-ikan tertentu agar terlindungi dari ikan predator, sekaligus mencari lingkungan yang optimal untuk memisah dan membesarkan anaknya. Selain itu, juga merupakan pemasok larva udang, ikan dan kepiting (Claridge dan Burnett, 1993). Sumber utama bahan organik di perairan hutan mangrove adalah serasah yang dihasilkan oleh tumbuhan mangrove seperti daun, ranting, buah dan

bunga, sehingga salah satu cara mengetahui seberapa besar konstribusi bahan organik pada suatu estuari adalah dengan menghitung total produksi guguran serasahnya (Knight, 1984 dalam Brown, 1996). Dengan perkembangan ekonomi sekarang yang pesat terutama pemanfaatan lahan yang terjadi di wilayah Wonorejo pantai timur Surabaya yang mempunyai ekosistem hutan mangrove, dikhawatirkan akan terjadi suatu perubahan yang berdampak pada komunitas tersebut. Ditambah lagi kawasan tersebut dijadikan sebagai tempat ekowisata. Mengingat betapa pentingnya serasah mangrove guna mendukung kelangsungan hidup invertebrata dan produksi ikan di kawasan Wonerejo pantai timur Surabaya, maka perlu diketahui besarnya produksi serasah yang jatuh setiap saat. Dengan diketahuinya jumlah daun yang gugur dan unsur hara yang dikandungnya, maka diketahui juga sejauh mana sumbangan hutan mangrove terhadap kesuburan tanah dan perairan di sekitar Wonorejo pantai timur Surabaya. METODE PENELETIAN Prosedur kerja diawali dengan penentuan lokasi transek dengan cara observasi langsung di tempat penelitian di kawasan mangrove pantai timur Surabaya yang terdiri dari 5 transek mulai dari transek pertama sampai dengan transek kelima. Setiap transek memiliki 3 plot dengan setiap plot terdiri dari 3 buah litter trap yang berukuran 1m x 1m 2. Data yang diambil berupa jenis-jenis mangrove, diameter batang mangrove, penghitungan tegakan, pengukuran parameter fisik kimia, analisis kerapatan jenis, dan produksi serasah. Untuk analasis kerapatan jenis dihitung dengan menggunakan rumus Mueller dan Dumbois Ellenberg, 1978 dalam Hariyanto et al., 2008 sebagai berikut : Kerapatan jenis = Pengambilan serasah mangrove setiap 1 minggu sekali pada akhir minggu selama 4 minggu. Hasil produksi serasah dihitung dengan menggunakan satuan gram/100m 2 /minggu dan ton/ha/tahun. Analisis data pengambilan serasah mangrove dilakukan di Laboratorium Ekologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Kerapatan pohon mangrove daerah Wonorejo Jenis mangrove Tran Avicennia marina Avicennia alba Total sek kerapatan Pancang Tegakan Pancang Tegakan Total kerapatan /100m 2 1 92 2 - - 94 31,33 2 89 - - - 89 29,67 3 59 31 - - 90 30,00 4 84 20 - - 104 34,67 5 57 27 10 4 98 32,67 Sumber : data primer oleh peneliti (2011). Kerapatan pohon mangrove di daerah Wonorejo memperlihatkan hasil hampir sama. Transek yang mempunyai kerapatan tertinggi adalah transek 4 dengan nilai kerapatan 104 pohon dengan menghasilkan total serasah sebesar 4,2 ± 1,30 ton/ha/tahun sedangkan kerapatan terendah dijumpai di transek 2 dengan kerapatan 89 pohon yang menghasilkan total serasah 4,1 ± 0,30 ton/ha/tahun. Perbedaan hasil yang sangat jelas membuktikan bahwa kerapatan pohon mangrove mempengaruhi produksi serasah, semakin tinggi kerapatan pohon, maka semakin tinggi pula produksi serasahnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kerapatan pohon mangrove maka semakin rendah produksi serasahnya. Tabel 2. Hasil produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya (ton/ha/tahun). Rerata produksi serasah mangrove Transek (ton/ha/tahun) Transek 1 4,4 ± 0,30 Transek 2 4,1 ± 0,30 Transek 3 4,3 ± 1,10 Transek 4 4,2 ± 1,30 Transek 5 5,4 ± 1,20 Rata-rata 4,5 ± 0,50 Sumber : data primer oleh peneliti (2011).

Tabel 3. Rata-rata produksi komponen serasah mangrove kawasan Wonorejo pantai timur Surabaya (ton/ha/tahun). Rerata produksi komponen serasah mangrove tiap transek Rata-rata Komponen (ton/ha/tahun) (ton/ha/tahun Transek-1 Transek-2 Transek-3 Transek-4 Transek-5 ) Daun 4,0 3,8 3,7 3,8 4,9 4,1 ± 0,50 Ranting 0,4 0,2 0,4 0,4 0,3 0,3 ± 0,10 Buah dan bunga 0,02 0,1 0,2 0,03 0,2 0,1 ± 0,10 Total 4,4 4,1 4,3 4,2 5,4 4,5 ± 0,50 Sumber : data primer oleh peneliti (2011). Dari analisis data tersebut dapat diketahui bahwa total rata-rata produksi serasah mangrove Wonorejo pantai timur Surabaya sebesar 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dengan total komponen rata-rata serasah mangrove pada daun sebesar 4,0 ton/ha/tahun (89,9%), ranting sebesar 0,4 ton/ha/tahun (8,08%), buah dan bunga sebesar 0,1 ton/ha/tahun (2,02%). Produksi serasah tertinggi terjadi pada saat musim hujan/pada saat curah hujan mencapai tinggi. Selain itu faktor yang mengakibatkan tingginya produksi serasah adalah faktor angin. Hal ini sejalan dengan pendapat Cuevas dan Sajise (1978) dalam Wibisana (2004) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara kecepatan angin dengan produksi serasah. Bila kecepetan angin tinggi maka produksi yang dihasilkan diduga akan tinggi pula. Selain itu, faktor lainnya yang menyebabkan perbedaan yang sangat jauh antara serasah daun dengan serasah ranting maupun buah dan bunga diduga erat karena kondisi lingkungan serta ciri biologis. Ciri biologis diantaranya ukuran daun yang kecil dan buah yang berbentuk bulat. Komponen serasah daun lebih sering jatuh dibandingkan dengan komponen serasah yang lain, dikarenakan bentuk dan ukuran daun yang lebar dan tipis sehingga mudah digugurkan oleh hembusan angin dan terpaan air hujan. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah produksi serasah mangrove di lokasi Wonorejo kawasan pantai timur Surabaya didapatkan total sebesar 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dengan total komponen rata-rata serasah mangrove pada daun sebesar 4,0 ton/ha/tahun (89,9%), ranting sebesar 0,4 ton/ha/tahun (8,08%), buah dan bunga sebesar 0,1 ton/ha/tahun (2,02%). Hasil penelitian yang telah didapatkan dengan total jumlah produksi serasah mangrove di kawasan pantai timur Surabaya yang mencapai 4,5 ± 0,50 ton/ha/tahun dapat digunakan sebagai penelitian selanjutnya tentang organisme dekomposer yang berada dalam kandungan serasah tersebut. Sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan guna mengetahui laju dekomposisi yang terjadi dalam serasah mangrove.

DAFTAR PUSTAKA Brown, M.S. 1996. The mangrove Ecosystem. Research methods. Unesco. Paris. Claridge, D. dan Burnett, J. 1993. Mangrove in Focus. Wet paper Marine Education, Ashmore. Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove sebagai Pendukung Sumber Hayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (1). 15-21. Odum, E. P. 1993. Dasar dasar ekologi. Edisi ketiga. Penerjemah Tjahjono Samingan. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hariyanto, S., B. Irawan, dan T. Soedarti. 2008. Teori dan praktik ekologi. Airlangga University Press. Surabaya. Wibisana, B. T. 2004. Produksi dan Laju Dekomposisi Serasah Mangrove di Wilayah Pesisir Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Skipsi. Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan. IPB.