EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA

dokumen-dokumen yang mirip
1

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah kira-kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM HARI KE-3 DI RSUD DR. SOEGIRI LAMONGAN

PIJAT OKSITOSIN UNTUK MEMPERCEPAT PENGELUARAN ASI PADA IBU PASCA SALIN NORMAL DI DUSUN SONO DESA KETANEN KECAMATAN PANCENG GRESIK.

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

HUBUNGAN TEHNIK MENYUSUI YANG BENAR DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA MISRINA

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN PADA IBU NIFAS TERHADAP PENGLUARAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJA BASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2015

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU POSTPARTUM DENGAN KELANCARAN PENGELUARAN ASI DI DESA KARANG DUREN KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

EFEKTIFITAS PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI ASI PADA IBU NIFAS DI RSUD dr.soegiri KABUPATEN LAMONGAN

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia melakukan adanya pembangunan kesehatan sebagai salah satu

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG BREAST CARE DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN. yaitu 98 kematian per kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan yang pesat selama golden period. Pemberian nutrisi yang baik perlu

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

PERBEDAAN EFEKTIVITAS MASSAGE EFFLUERAGE DI PUNGGUNG DENGAN ABDOMEN TERHADAP LAMA PENGELUARAN ASI IBU NIFAS DI RUANG TERATAI RSUD BANJARNEGARA

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY. N P2002 HARI KE-3 DENGAN BENDUNGAN ASI DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN Husnul Muthoharoh* RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.8 Latar Belakang. Pada masa nifas ini terjadi perubahan-perubahan fisik maupun

PERBEDAAN PRODUKSI ASI SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMBINASI METODE MASSASE DEPAN (BREAST CARE)

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Pengertian lainnya yaitu masa nifas yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi orang

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

PIJAT PUNGGUNG DAN PERCEPATAN PENGELUARAN ASI PADA IBU POST PARTUM

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN ONSET LAKTASI PADA IBU POST PARTUM DI RS PKU MUHAMMADYAH YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. salah. Selain faktor teknis ini tentunya Air Susu Ibu juga dipengaruhi oleh asupan

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN DENGAN KECUKUPAN ASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGDOWO

BAB I PENDAHULUAN. bayinya, akibatnya bayi tidak mendapatkan ASI secara Eksklusif dan apabila

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

Jurnal Kebidanan 08 (02) Jurnal Kebidanan http : / EFEKTIFITAS BREAST CARE POST PARTUM TERHADAP PRODUKSI ASI

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN PAYUDARA DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI (ENGORGEMENT) PADA IBU NIFAS

METODE MEMPERBANYAK PRODUKSI ASI PADA IBU POST SECTIO CAESAREA DENGAN TEHNIK MARMET DAN BREAST CARE DI RSUD KARANGANYAR

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP TANDA KECUKUPAN ASI PADA IBU NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGORESAN

PENGARUH MASSAGE PAYUDARA TERHADAP KELANCARAN EKSKRESI ASI PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS JATINOM

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

PENGARUH PIJAT STIMULASI OKSITOSIN TERHADAP LET DOWN REFLEK PADA IBU POST PARTUM DI RUMAH BERSALIN MARDI RAHAYU KALIBANTENG SEMARANG

PENGARUH METODE AKUPRESUR TERHADAP INTENSITAS KONTRAKSI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BIDAN PRAKTEK SWASTA (BPS) NY.H DESA KRAMAT KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah seluruhnya yaitu 1.357,24 km 2. Puskesmas Urangagung adalah gedung Puskesmas Induk, Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

METODE AMENORE LAKTASI. Fonda Octarianingsih

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

SIKAP POSITIF IBU DALAM PERAWATAN PAYUDARA MENDUKUNG KELANCARAN PRODUKSI ASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN MASA NIFAS DI BPM NY. SUBIYANAH, SST DESA PARENGAN KECAMATAN MADURANKABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. terakhir dan kelahiran ( 38 minggu dari pembuahan ). Istilah medis untuk. wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravida.

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas adalah masa dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN TABANAN

SURVEY FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS ALAK KOTA KUPANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. termasuk anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui dengan kegiatan pokok

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

SURVEY FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS ALAK KOTA KUPANG ABSTRAK

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Meningkatkan derajat kesehatan yang adil dan merata seperti

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PIJAT OKSITOSIN DENGAN SIKAP IBU MELAKUKAN PIJAT OKSITOSIN DI BPM ISNA JUNAEDI AM

ANALISA HUBUNGAN PENGARUH CARA MENYUSUI DENGAN KEJADIAN PAYUDARA BENGKAK PADA IBU POST PARTUM

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN INVOLUSIO UTERUS PADA IBU NIFAS DI RSUD DR. H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI KOLOSTRUM PADA IBU POSTPARTUM DI PUSKESMAS RASA BOU KECAMATAN HU U KABUPATEN DOMPU ABSTRACT

PENGARUH SENAM NIFAS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM

BAB 1 PENDAHULUAN. Seperti ketika didalam kandungan, gizi yang tinggi sangat diperlukan ketika anak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

GAMBARAN BENDUNGAN ASI PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT SARININGSIH BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Orang tua terutama ibu perlu memiliki

Transkripsi:

EFEKTIFITAS KOMBINASI STIMULASI OKSITOSIN DAN ENDORFIN MASSAGE TERHADAP KEJADIAN BENDUNGAN ASI PADA IBU POST PARTUM PRIMIPARA Andri Tri Kusumaningrum*, Arifal Aris** Dosen Program Studi D Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan* Dosen Program Studi S Keperawatan STIKES Muhammadiyah Lamongan** ABSTRAK Salah satu masalah serius selama masa menyusui yaitu bendungan ASI. Berdasarkan survey awal di Desa Geger Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dari 8 ibu nifas terdapat (6,%) ibu nifas mengalami bendungan ASI. Salah satu intervensi nonfarmakologi untuk mencegah, mengatasi bendungan ASI yaitu kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage.tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas kombinasi stimulasi oksitosin dan endorfin massage terhadap kejadian bendungan ASI. Desain penelitian menggunakan desain Quasi eksperimental jenis post test only design-with non equivalent control group. Populasi semua ibu nifas primipara di Desa Geger Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan sebesar ibu nifas, metode sampling consecutive sampling. Data ditabulasi, diuji menggunakan one tailed independen t test. Hasil penelitian menunjukkan,sebagian besar ibu nifas yang dilakukan stimulasi oksitosin tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 56.%. Hampir seluruhnya ibu nifas yang dilakukan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 87.5%. Hasil analisa didapatkan p value =, dimana tingkat signifikasi ( tailed) p <,5. Maka H diterima artinya perbedaan signifikan antara kelompok stimulasi oksitosin dan kelompok perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage. Dari hasil penelitian, diharapkan selama masa nifas, bidan lebih intensif memberikan bimbingan melakukan stimulasi oksitosin dan endorfin massage, sehingga dapat menurunkan kejadian bendungan ASI. Kata Kunci : Stimulasi Oksitosin, Endorfin Massage, Bendungan ASI PENDAHULUAN Kualitas pelayanan kesehatan dan derajat kesehatan masyarakat di suatu negara menurut WHO dapat dilihat dari dua hal yang menjadi indikator terhadap kualitas pelayanan kesehatan adalah Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) atau. Angka kematian bayi di Indonesia hasil survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) hingga tahun 7 masih cukup tinggi yaitu 59/ ribu kelahiranhidup, artinya 59 bayi meninggal dalam setiap ribu kelahiran. Bangsa Indonesia harus mampu menurunkan angka kematian bayi hingga 7/ kelahiran hidup pada tahun 5 sesuai dengan Milleneum Developmnent Goals 4 (MDGs 4). Siaran pers dari UNICEF menjelaskan bahwa kematian sekitar ribu anak indonesia setiap tahunnya dapat dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan sejak kelahiran bayi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi baru lahir mendapat ASI eksklusif (tanpa tambahan apapun) selama enam bulan sebab ASI merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi dengan kandungan gizi paling sesuai untuk pertumbuhan optimal (Kristiyansari, Weni, 9). Proses laktasi merupakan suatu proses untuk memberikan ASI kepada sang buah hati (anak), karena ASI sebagai makanan alamiah yang terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya, dimana proses laktasi ini memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus (Manuaba, 7). Menurut (Admin, 7), masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), masa pascapersalinan dini dan masa pascapersalinan lanjut. Salah satu masalah yang cukup serius selama masa menyusui SURYA Vol. 8, No., Desember 6

yaitu bendungan ASI. Bendungan ASI merupakan peningkatan aliran vena dari limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk proses laktasi, bias juga karena adanya penyempitan duktus lactiferus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila memiliki kelainan puting susu seperti puting susu datar dan terbenam. Berdasarkan survey awal yang dilakukan di Desa Geger Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan dari 8 ibu nifas yang diperiksa terdapat (6,%) ibu nifas yang mengalami bendungan ASI, 6 (54,5%) orang diantaranya terjadi pada hari ke -4 postpartum dan 5 (45,5%) orang pada hari ke 7 postpartum. Dari data di atas disimpulkan bahwa masih ada ibu nifas yang mengalami bendungan ASI. Adapun penyebab bendungan ASI ini beragam mulai dari ; menyusui dengan dijadwal, bayi kurang disusukan, hisapan bayi yang tidak adekuat, pengosongan mammae yang tidak sempurna serta teknik menyusui yang tidak benar (Bahiyatun, 9). Faktor psikologis ibu juga dapat menghambat reflek let down atau reflek pengeluaran ASI diantaranya stress, seperti: keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas. Keadaan psikologis ibu yang cemas dan pikiran yang strees, bingung, kacau dapat menghambat proses impuls ke hipotalamus untuk menghasilkan hormone oksitosin reflek let down atau reflek pengeluaran ASI. Produksi ASI terus berlangsung, tetapi pengeluaran terhambat, sehingga dapat menyebabkan bendungan ASI (Prasetyono, 9). Masalah bendungan ASI ini, apabila ASI tetap tidak disusukan kepada bayi secara adekuat hal ini bisa mengakibatkan mastitis, kondisi ini resiko tinggi pada ibu yang mengalami puting susu lecet pascapersalinan dan komplikasi lanjutan dari mastitis ini adalah abses payudara karena semakin meluasnya peradangan pada payudara tersebut (Bahiyatun, 9). Berbagai macam upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya bendungan ASI. Salah satunya dengan memberikan stimulasi reflek oksitosin atau reflek let down dengan cara memijat pada daerah punggung sepanjang kedua sisi tulang belakang sehingga menjadi ibu rileks dan tidak kelelahan setelah melahirkan akan hilang. Jika ibu rileks dan tidak kelelahan dapat membantu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Oksitosin dapat diperoleh dengan berbagai cara baik melalui oral, intranasal, intra-muscular, maupun dengan pemijatan yang merangsang keluarnya hormon oksitosin. Perawatan pemijatan berulang bisa meningkatkan produksi hormon oksitosin. Efek dari stimulasi pijat oksitosin itu sendiri bisa dilihat reaksinya setelah 6- jam pemijatan. Pijat oksitosin adalah suatu tindakan pemijatan tulang belakang mulai dari nervus ke 5-6 sampai scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke otak bagian belakang sehingga oksitosin keluar (Millan, Dewey & Escamilla (8). Selain itu salah satu cara mengurangi kejadian bendungan ASI secara nonfarmakologis dengan endorfin massage. Endorfin Massage merupakan sebuah terapi sentuhan serta pijatan ringan. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorfin yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, mengendalikan perasaan stres dan menciptakan perasaan nyaman serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Terbukti dari hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi dalam proses pengeluaran ASI dan membantu proses pengecilan rahim pasca persalinan (Prasetyono, 9). Hasil studi pendahuluan melalui wawancara yang dilakukan pada 5 bidan desa Geger Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan mengatakan tidak pernah melakukan stimulasi oksitosin dan endorfin massage pada saat memberikan asuhan kebidanan pada ibu post partum. Baik untuk merangsang kontraksi uterus, mengatasi perdarahan, maupun merangsang keluarnya ASI. Mereka lebih cenderung memberikan terapi breast care dan terapi farmakologi seperti oksitosin intramuskular. Jadi metode untuk mencegah dan mengatasi bendungan ASI serta mempercepat involusi uterus pasca persalinan melalui terapi non-farmakologi seperti terapi stimulasi oksitosin dan endorfin massage belum pernah diterapkan. Dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian SURYA Vol. 8, No., Desember 6

lebih lanjut tentang efektifitas kombinasi stimulasi oksitosin dan endorfin massage terhadap kejadian bendungan ASI pada ibu post partum. METODE PENELITIAN Desain atau rancangan penelitian ini menggunakan desain Quasi eksperimental jenis post test only design. Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi, kemudian dibagi dalam kelompok kontrol dan perlakuan sebesar ibu nifas. Perlakuan diberikan intervensi stimulasi oksitosin dan endorfin massage pada hari ke - pasca persalinan, untuk selanjutnya dilakukan mandiri oleh ibu post partum dirumah. Observasi posttest dilakukan saat kunjungan (home visite) minggu ke, pascasalin untuk observasi kejadian bendungan ASI. Sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan stimulasi oksitosin. Setelah data terkumpul ditabulasi kemudian dianalisa menggunakan Uji Paired Sample T Test. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Standar Operational Prosedur (SOP) dan lembar observasi.. HASIL PENELITIAN. Data Umum Tabel Distribusi responden berdasarkan umur pada kelompok perlakuan stimulasi oksitosin No Umur F % tahun -5 tahun >5 tahun 8,8 75 6, Total 6 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur - 5 tahun yaitu sebanyak responden (75%) dan sebagian kecil berusia < tahun yaitu sebanyak responden (8,8%). Tabel Distribusi responden berdasarkan umur pada kelompok perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorfin massage No Umur F % tahun -5 tahun >5 tahun 6 Total 6 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa seluruh responden berumur -5 tahun yaitu sebanyak 6 responden (%). Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Kelompok Perlakuan Stimulasi Oksitosin 4 SD SMP SMA Diploma/PT 7 9 4,8 56, Total 6 Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa sebagian besar responden tingkat pendidikannya adalah SMA sebanyak 9 responden (56.%) dan hampir setengahnya pendidikan responden adalah SMP 7 responden (4.8%). Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Kelompok Perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorfin massage 4 SD SMP SMA Diploma/PT 7 9 4,8 56, Total 6 Berdasrkan tabel 4, menunjukkan bahwa hampir seluruhnya pendidikan responden adalah SMA yaitu sebesar responden (8.%) dan sebagian kecil tingkat pendidikan responden diploma/pt yaitu sebesar responden (6.%).. Data Khusus Tabel 5 Distribusi Kejadian Bendungan ASI pada Kelompok Perlakuan Stimulasi Oksitosin Ya 7 4,7 Tidak 9 56, Total 6 Berdasarkan tabel 5, di atas diperoleh data sebagian besar ibu nifas yang dilakukan stimulasi oksitosin tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 9 responden (56.%) dan hampir setengahnya ibu nifas mengalami bendungan ASI yaitu 7 responden (4.7%). SURYA Vol. 8, No., Desember 6

Tabel 6 Distribusi Kejadian Bendungan ASI pada Kelompok Perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorfin massage Ya,5 Tidak 4 87,5 Total 6 Berdasarkan tabel 6, diatas diperoleh data hampir seluruhnya ibu nifas tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 4 responden (87.5) dan sebagian kecil ibu nifas mengalami bendungan ASI yaitu sebesar responden (.5%). Tabel 7 Pengaruh Efektifitas Kombinasi Stimulasi Oksitosin dan Endorfin Massage Terhadap Kejadian Bendungan ASI Pada Ibu Post Partum Primipara No Kelompok Bendungan ASI Total Ya Tidak F % F % F % Stimulasi 7,7 9 56, 6 Oksitosin Kombinasi oksitosin &,5 4 87,5 6 endorphin Total 9 8, 7,9 Berdasarkan tabel 7, di atas diperoleh bahwa dari seluruh ibu nifas dilakukan perlakuan stimulasi oksitosin didapatkan sebagian besar tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 9 responden (56.%) dan ibu yang mendapat perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage hamper seluruhnya 4 responden (87.5) tidak mengalami bendungan ASI.. Analisa Data Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan program SPSS 6. for windows dengan Paired Sample Test didapatkan nilai probabilitas yakni sig (tailed) adalah sebesar. dimana p<.5, sehingga H diterima, maka terdapat perbedaan signifikan antara kelompok stimulasi oksitosin dan kelompok perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage. PEMBAHASAN Berdasakan hasil analisa data penelitian menunjukkan bahwa sesuai dengan hasil uji dengan menggunakan program SPSS 6. for windows dengan Paired Sample Test didapatkan nilai probabilitas yakni sig (tailed) adalah sebesar. dimana p<.5, sehingga H diterima, maka terdapat perbedaan signifikan antara kelompok stimulasi oksitosin dan kelompok perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage. Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian kombinasi stimulasi oksosin dan endorphin massage lebih efektif untuk mencegah terjadinya bendungan ASI pada ibu menyusui dibandingkan hanya dilakukan stimulasi oksitosin. Kejadian bendungan ASI sering terjadi pada minggu pertama setelah kelahiran, dapat dimulai sejak hari ketiga sampai keenam setelah persalinan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI diantaranya jika ibu dalam proses penyusuan kurang efektif misalnya karena cara menyusui yang salah sehingga payudara tidak terkosongkan dengan sempurna, yang kemudian dapat menyebabkan terbendungnya saluran ASI. Sehingga payudara terisi bertambah penuh dengan ASI dan cairan jaringan, aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat, payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilat (Bahiyatun, 9). Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi diantaranya paritas. Dalam penelitian ini % ibu primipara yaitu ibu yang melahirkan anak yang pertama kali. Semakin tinggi paritas akan mempengaruhi proses selama laktasi pada masa nifas. Wanita yang melahirkan anak pertama akan mempengaruhi proses persalinan dan nifas. Pada ibu primipara, proses adaptasi nifas dan menyusui berlangsung lebih lama, karena belum ada pengalaman pada kehamilan yang lalu termasuk dalam hal menyusui. Pada ibu yang melahirkan lebih dari satu kali, produksi ASI pada hari keempat setelah melahirkan lebih tinggi dibanding ibu yang melahirkan pertama kali. SURYA 4 Vol. 8, No., Desember 6

Selain itu faktor umur dapat mempengaruhi terjadinya bendungan ASI. Pada hasil penelitian tabel 4. menunjukkan masih didapatkan kehamilan, persalinan wanita usia < tahun yaitu 8.8 %. Dalam kesehatan reproduksi usia remaja menggambarkan bahwa fungsi organ reproduksi belum matang, sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan mempunyai resiko lebih tinggi dibandingkan dengan usia reproduksi aman yaitu pada usia -5 tahun. Pada ibu menyusui usia remaja tetapi dengan gizi baik, intake ASI dapat mencukupi kebutuhan bayi. Menurut Arini, H (), factor demografik, seperti faktor usia yang terlalu muda atau terlalu tua dapat mempengaruhi pengalaman proses kehamilan dan persalinan. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan seperti tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan social dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman) dapat mempengaruhi proses selama nifas. Selain itu budaya juga mempengaruhi pola menyusui, dalam mesyarakat masih sering dijumpai orang-orang yang tidak nyaman dengan keberadaan ibu nmenyusui dan masih banyak melontarkan pertanyaanpertanyaan yang negative seputar menyusui dan ASI. Adanya mitos serta persepsi yang salah mengenai ASI dan media yang memasarkan susu formula, serta kurangnya dukungan masyarakat menjadi hal-hal yang dapat mempengaruhi ibu dalam menyusui. Ibu bekerja serta kesibukan social juga mempengaruhi keberlangsungan pemberian ASI (Kristiyansari, Weni, 9). Tingkat pendidikan ibu atau suami juga dapat mempengaruhi proses lakstasi masa nifas. Menurut Perinansia (), pengetahuan ibu yang minim tentang menyusui dan kadang dipengaruhi oleh anggapan yang salah tentang payudara dari segi sexual. Disinilah ibu butuh banyak dorongan dan dukungan positif. Karena dengan tanggapan negative dapat menggangu kenyamanan dan rasa percaya diri ibu akan ASI dan menyusui. Faktor psikologis ibu juga dapat menghambat reflek let down atau reflek pengeluaran ASI diantaranya stress, seperti: keadaan bingung atau pikiran kacau, takut dan cemas. Keadaan psikologis ibu yang cemas dan pikiran yang strees, bingung, kacau dapat menghambat proses impuls ke hipotalamus untuk menghasilkan hormone oksitosin reflek let down atau reflek pengeluaran ASI. Produksi ASI terus berlangsung, tetapi pengeluaran terhambat, sehingga dapat menyebabkan bendungan ASI (Manuaba, 7). Salah satu intervensi nonfarmakologi untuk mencegah, mengatasi bendungan ASI dengan penerapan stimulasi oksitosin. Dengan pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran pengeluaran ASI. Pijat oksitosin merupakan pemijatan pada sepanjang tulang belakang (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan merupakan usaha untuk merangsang hormone prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormone oksitosin yang dapat menenangkan ibu, membantu pengeluaran ASI sehingga ASI otomatis keluar (Suherni, Hesti, Anits 9). Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Selain untuk merangsang reflek let down manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormone oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit (Depkes RI, ). Pikiran, perasaan, dan sensasi seorang ibu akan sangat mempengaruhi reflek oksitosin. Perasaan ibu dapat meningkatkan dan juga menghambat pengeluaran oksitosin. Hormon oksitosin akan menyebabkan sel-sel otot yang mengelilingi saluran pembuat susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar dari saluran produksi ASI dan mengalir siap untuk dihisap oleh bayi. Berdasarkan hasil uji penelitian, menunjukkan bahwa pemberian kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage lebih efektif menurunkan kejadian bendungan ASI dibandingkan hanya pemberian stimulasi oksitosin saja. Hal ini dikarenakan endorphin massage dilakukan oleh pasangan (suami) sehingga akan memberikan efek secara psikologis lebih rileks dan membuat ibu nyaman melalui permukaan kulit merasa hubungannya dengan pasangan menjadi lebih dekat. Endorfin massage dilakukan melalui SURYA 5 Vol. 8, No., Desember 6

sentuhan (pijatan) ringan untuk merangsang hormon prolaktin, oksitosin setelah melahirkan. Selain itu pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang mengendalikan perasaan stres, menenangkan psikologis, menciptakan perasaan nyaman melalui permukaan kulit serta meningkatkan kondisi rileks ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar (Kristiyansari, Weni, 9). Menurut Partiwi (9), endorphin diproduksi oleh tubuh manusia sendiri, maka endorphin dianggap sebagai zat penghilang rasa sakit terbaik. Tubuh akan memproduksi secara alami hormone endorphin terutama pada saat ada rangsangan seksual atau dengan berhubungan seksual, kehamilan, melahirkan dan menyusui. Dengan endorphin massage yang berarti memberikan sentuhan ringan yang dilakukan terutama oleh pasangan yang bertujuan agar tubuh menghasilkan endorphin. Teknik ini dapat menguatkan hubungan dengan pasangan. Teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin. Sehingga pada perlakuan kombinasi hormone oksitosin yang diproduksi ibu lebih banyak dan ASI keluar lebih lancar. Ibu menyusui harus dalam keadaan rileks. Kondisi psikologis ibu menyusui sangat menentukan keberhasilan ibu pemberian ASI. Menurut hasil penelitian > 8 %, kegagalan ibu dalam menyusui adalah faktor psikologis ibu menyusui. Pikiran ibu yang banyak tekanan akan merangsang maka pada saat yang bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormone oksitosin (pengeluaran ASI) untuk bekerja lambat dan akan memicu bendungan ASI. Disinilah peran besar ayah (suami) sangat dibutuhkan. Jika sang suami mendukung, maka ASI akan lancar. Mendukung bisa dengan berbagai cara mulai dari menyemangati istri hingga hal-hal lain seperti menyendawakan bayi setelah menyusu, menggendong bayi untuk disusukan ke ibunya termasuk memberikan endorphin massage. Ibu menyusui butuh suasana dan lingkungan yang supportif, kondusif yang mendukung ibu dari berbagai keraguan dan kritikan demi SURYA Vol. 8, No., Desember 6 keberhasilan menyusui. Bantuan atau dukungan suami sangat diperlukan untuk mengatasi masalah selama menyusui. Faktor psikologis yang mempengaruhi kurangnya produksi ASI antara lain adalah ibu yang berada dalam keadaan stress, kacau, marah dan sedih, kurang dukungan dan perhatian keluarga serta pasangan kepada ibu. Selain itu ibu juga khawatir bahwa ASInya tidak mencukupi untuk kebutuhan bayinya serta adanya perubahan maternal attainment, terutama pada ibu-ibu yang baru pertama kali mempunyai bayi atau primipara. Ibu-ibu dengan postpartum blues juga dapat mempengaruhi produksi ASI (Millan, Dewey & Escamilla (8). Sehingga kombinasi stimulasi oksitosin dan endorfin massage merupakan sebuah terapi sentuhan serta pijatan ringan yang cukup efektif untuk mencegah terjadinya bendungan ASI. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorfin yang dapat menormalkan denyut jantung dan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, mengendalikan perasaan stres dan menciptakan perasaan nyaman serta meningkatkan kondisi rileks dalam tubuh ibu dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Terbukti dari hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi dalam proses pengeluaran ASI dan membantu proses pengecilan rahim pasca persalinan (Prasetyono, 9). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: ) Sebagian besar ibu nifas yang dilakukan stimulasi oksitosin tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 9 responden (56.%). ) Hampir seluruhnya ibu nifas yang dilakukan kombinasi stimulasi oksitosin dan emendapat perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage tidak mengalami bendungan ASI yaitu sebesar 4 responden (87.5%). ) Terdapat perbedaan signifikan antara kelompok stimulasi oksitosin dan kelompok perlakuan kombinasi stimulasi oksitosin dan endorphin massage SURYA 6 Vol. 8, No., Desember 6

DAFTAR PUSTAKA Admin, H. 7. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Jakarta: EGC Arini H.. Mengapa Seorang Ibu Harus Menyusui?. Yogjakarta: FlashBooks Bahiyatun. 9. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC Depkes RI.. Pusat Data Dan Informasi Kesehatan Kabupaten Lamongan Tahun. Lamongan: Dinkes Kabupaten Lamongan Kristiyansari, Weni. 9 ASI, Menyusui & Sadari, Yogyakarta : Muha Medika Manuaba. 7. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta: EGC Millan, Dewey & Escamilla. 8. Breastfeeding and Human Lactation. London: Jones and Bartlett Publishers International. Partiwi. 8. Refrat Patofisiologi Pembentukan ASI. Palembang: Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Perinansia.. Masalah masalah dalam Menyusui. Seminar Manajemen Laktasi (pp. -). Bandung: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran Prasetyono, Dwi Sunar.9. ASI Eksklusif.Jogjakarta: DIVA Press Suherni, S.Pd,APP.,M.Kes,Hesty Wiyaningsih, SST, Anits Rahmawati, S.SiT. 9 Perawatan Masa Nifas. Cetakan ke IV: Oktober. Yogyakarta: Fitramaya SURYA 7 Vol. 8, No., Desember 6