BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. spesifik dan berbeda dengan orang dewasa. Anak yang sakit. hospitalisasi. Hospitalisasi dapat berdampak buruk pada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2004). Hospitalisasi sering menjadi krisis utama yang harus dihadapi anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar, anak sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, adalah orang yang berada di bawah usia 18 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada saat anak dirawat di rumah sakit, dampak. hospitalisasi pada anak dan keluarga tidak dapat dihindarkan.

DEFENISI HOSPITALISASI Suatu keadaan sakit dan perlu dirawat di Rumah Sakit yang terjadi pada anak maupun keluarganya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB II LANDASAN TEORI Hospitalisasi atau Rawat Inap pada Anak Pengertian Hospitalisasi. anak dan lingkungan (Wong, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar mandiri, lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (Susenas) tahun 2010 di daerah perkotaan menurut kelompok usia 0-4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Hospitalisasi merupakan kebutuhan klien untuk dirawat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai

PERSEPSI PERAWAT TENTANG TERAPI BERMAIN DIRUANG ANAK RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil uji validitas angket dengan riset partisipan perawat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. asuhan keperawatan yang berkesinambungan (Raden dan Traft dalam. dimanapun pasien berada. Kegagalan untuk memberikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Hospitalisasi anak merupakan suatu proses karena suatu alasan yang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kanker merupakan suatu kondisi sel telah. kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk krisis atau stressor utama yang terlihat pada anak. Anak-anak sangat rentan

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

KONSEP HOSPITALISASI. BY: NUR ASNAH, S.Kep.Ns.M.Kep

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kusta merupakan penyakit yang menjadi problema di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi fisiologis dan psikososial secara bertahap. Setiap tahap psikososial

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organisation (WHO) tahun 2003 mendefinisikan sehat

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. deskriminasi meningkatkan risiko terjadinya gangguan jiwa (Suliswati, 2005).

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan pada anak telah mengalami pergeseran dan kemajuan yang

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

yang disampaikan perawat dapat diterima dengan baik oleh pasien (Alex, 2010). Sasongko (2010), dalam penelitiannya yang berjudul perbedaan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

JURNAL PENELITIAN KEPERAWATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI BANGSAL MELATI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan masalah perkembangan dan memiliki karakteristik dan. kebutuhan yang berbeda dengan anak perkembangan normal lainnya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH BEBAN KERJA DENGAN TINGKAT STRES PADA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG PENYAKIT DALAM RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA

SKRIPSI. Oleh : EKAN FAOZI J Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. kecemasan di ruang Parikesit di RSUD Kota Semarang.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak-anak untuk mempraktikan keterampilan mereka, mengekspresikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan, membuat mereka menjadi kreatif dan mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz, 2005). Bermain juga merupakan media yang baik untuk belajar, karena dengan bermain anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya, mengenal jarak, waktu serta suara. Bermain juga diyakini mampu untuk menghilangkan berbagai batasan, hambatan dalam diri, stres dan frustasi, karena bermain memiliki efek penyembuhan, oleh karena itu bermain tidak berhenti pada saat anak-anak sakit, tetapi bermain dapat dilakukan dimana saja, kapan saja termasuk di rumah sakit sesuai dengan minat, usia dan keterbatasan anak (Wong, 2000). 1

Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih aman di lingkungan yang asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi stres akibat tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan minat (Wong, 2009). Anak usia 3-6 tahun atau usia masa kanak-kanak awal yang termasuk dalam usia prasekolah disebut sebagai anak usia tahap mainan, karena dalam periode ini hampir semua permainan menggunakan mainan. Pada usia ini juga penyakit dan dirawat di rumah sakit seringkali menjadi krisis yang harus dihadapi anak (Wong, 2009). Anak usia ini saat mengalami sakit dan dirawat di rumah sakit merasa stres akibat perubahan dari keadaan sehat menjadi sakit dan rutinitas lingkungannya serta anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Anak saat dirawat juga akan merasa tidak aman dan nyaman, tidak mengerti mengapa harus dirawat terpisah dengan orang-orang terdekat, sehingga perlu aktivitas pengalihan dalam bentuk bermain, baik bermain bersama orang tua ataupun dengan perawat untuk mengurangi kecemasan (Wong, 2009). 2

Terdapat beberapa macam jenis permainan untuk anak usia prasekolah menurut Yusuf (2002:172) yaitu permainan fungsi (loncatloncat, naik dan turun tangga), permainan fiksi (menjadikan kursi seperti kuda, perang-perangan, masak-masakan, robot-robotan, dokter-dokteran), permainan reseptif atau apresiatif (mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, membaca buku cerita), permainan membentuk (membuat kue dari tanah liat, membuat kapalkapalan, puzzle), permaian prestasi (sepak bola, bola voly, bola basket). Macam-macam permainan ini dapat dilakukan oleh anakanak usia prasekolah, namun perlu diperhatikan jika anak dalam keadaan sakit. Prinsip bermain di rumah sakit tidak membutuhkan banyak energi, waktunya singkat, mudah dilakukan, aman, tidak bertentangan dengan terapi dan melibatkan keluarga, karena anak-anak yang sakit dan harus dirawat memiliki keterbatasan dalam bermain yang disebabkan karena kelemahan fisiknya, penggunaan alat-alat bantu kesehatan seperti infus, kateter, Naso Gastric Tube (NGT), atau juga karena harus diisolasi berhubungan dengan penyakit yang diderita (Supartini, 2004). Dilihat dari jenis-jenis permainan untuk anak usia prasekolah menurut Yusuf (2002:172), yang memungkinkan dilakukan di rumah sakit yaitu permainan reseptif atau apresiatif seperti mendengarkan cerita atau dongeng, melihat gambar, melihat orang melukis, 3

membaca buku cerita atau dibacakan buku cerita, permainan membentuk seperti membuat kapal-kapalan dari kertas, puzzle dan permainan fiksi seperti dokter-dokteran, robot-robotan, boneka. Berdasarkan hasil wawancara untuk data awal yang dilakukan di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, orang tua mengatakan bahwa anaknya bermain di rumah sakit tetapi tidak seperti bermain yang dalam keadaan sehat seperti berlari-lari, sepedaan, bermain bersama teman. Di rumah sakit anak hanya bermain seperti membaca buku cerita, bermain mobil-mobilan di tempat tidur, atau bermain bersama orang tua di tempat tidurnya seperti bermain boneka. Berdasarkan hasil pengamatan di rumah sakit tersebut benar bahwa anak-anak usia 3-6 tahun ini biasanya bermain di tempat tidur saja seperti yang dikatakan oleh orang tua dan mereka bermain menggunakan mainan yang dibawa dari rumah atau dibeli oleh orang tuanya sendiri seperti mobil-mobilan, pesawat, buku cerita, boneka balon, dan terkadang bermain mainan yang ada di handphone. Kejadian yang menimbulkan stres pada anak yang di- rawat di rumah sakit yaitu cedera tubuh dan nyeri akibat tindakan pengobatan yang dilakukan, kehilangan kendali yang disebabkan oleh perubahan rutinitas dan ketergantungan yang harus dipenuhi dan kecemasan akibat perpisahan dengan orang tua (Wong, 2009). 4

Kecemasan merupakan suatu respon emosi atau perasaan yang timbul dari penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan perasaan terancam. Kecemasan terjadi sebagai akibat dari adanya ancaman terhadap diri, harga diri atau identitas seseorang. Kecemasan juga berkaitan dengan tingkat perkembangan, jenis kelamin, sosial budaya dan pengalaman (Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1995). Kecemasan akibat dirawat di rumah sakit pada anak-anak usia prasekolah dibagi menjadi tiga yaitu cemas akibat perpisahan yang anak tunjukkan melalui tiga tahap yaitu tahap protes dengan menangis dan menyerang orang asing. Tahap putus asa yaitu anak menjadi tidak aktif, depresi, sedih, menarik diri, dan tahap pelepasan yaitu anak-anak akan mulai berinteraksi dengan orang asing dan mereka tampak bahagia. Kedua yaitu anak-anak kehilangan kendali dengan menjadi malu, bersalah dan takut. Ketiga yaitu cedera tubuh dan nyeri yang ditunjukkan dengan anak menangis, mengatakan kepada perawat untuk pergi (Wong, 2009). Berdasarkan pengalaman praktek klinik pada bulan Juli- Agustus 2011 di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, peneliti melihat anak-anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit menunjukkan rasa cemas mereka dengan sering menangis, memeluk orang tua jika didekati oleh perawat, tidak mau 5

berbicara dengan perawat saat perawat ingin mendekati atau ingin melakukan tindakan keperawatan pada anak. Penelitian yang dilakukan oleh Suryanti Marasaoly (2009) tentang pengaruh terapi bermain puzzle terhadap dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang Anggrek 1 Rumah Sakit Popus R.S Sukanto yang dipublikasi melalui www.garuda.dikti.go.id mendapatkan hasil penelitian yaitu ada pengaruh yang bermakna antara intervensi terapi bermain puzzle dengan dampak hospitalisasi. Jurnal keperawatan oleh Alfiyanti D. (2007) tantang pengaruh terapi bermain terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan di ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang, hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah selama tindakan keperawatan sebelum dan sesudah dilakukan terapi bermain. Penelitian di atas menunjukkan bahwa bermain yang diarahkan atau terapi bermain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penurunan kecemasan anak yang dirawat di rumah sakit. Namun apakah frekuensi bermain yang anak-anak lakukan sesuai hasil observasi oleh peneliti mampu mengurangi tingkat kecemasan pada anak? 6

Latar belakang di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara frekuensi bermain terhadap penurunan kecemasan anak. Penelitian ini akan dilakukan di ruang bangsal keperawatan anak Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah yang timbul pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit adalah cemas akibat perpisahan dengan orang tua, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri. Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan kebebasan batin untuk memperoleh kesenangan. Bermain pada anakanak yang sakit dan dirawat di rumah sakit berbeda dengan anakanak yang sehat. Berdasarkan hasil observasi untuk pengambilan data awal, anak-anak yang sakit dan dirawat sering bermain seperti tembaktembakan, boneka yang dibawa dari rumah, membaca buku cerita atau dibacakan buku ceritanya dan robot-robotan. Penelitian ini lebih menekankan pada frekuensi bermain karena belum ada penelitian mengenai frekuensi anak bermain selama sakit dan dirawat di rumah sakit, selain itu peneliti juga ingin mengetahui frekuensi bermain dengan bentuk permainan yang anakanak gunakan sesuai dengan data awal yang peneliti dapat seperti 7

bermain boneka, pesawat-pesawatan, membaca buku cerita, dan lainlain mempunyai hubungan terhadap kecemasan anak. Frekuensi bermain yang diteliti dalam penelitian ini adalah frekuensi bermain fiksi yaitu dokter-dokteran, robot-robotan, bermain reseptif seperti mendengarkan cerita atau dongeng dan permainan membentuk seperti puzzle. Untuk itu, peneliti akan meneliti mengenai ada atau tidak adanya hubungan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan anak usia 3-6 tahun yang dirawat di rumah sakit. 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian tentang hubungan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang, peneliti membatasi masalah yaitu kecemasan pada anak saat dirawat di rumah sakit sesuai teori Wong dan frekuensi bermain pada anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit dengan bentuk permainan yang digunakan pada anak-anak usia 3-6 tahun yaitu permainan fiksi, permainan reseptif dan permainan membentuk yang anak-anak gunakan saat dirawat di rumah sakit. 8

1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris ada atau tidak adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi bermain terhadap kecemasan pada anak usia 3-6 tahun yang dirawat di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang 1.6 Manfaat penelitian 1. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan ilmu keperawatan khusunya ilmu keperawatan anak dalam mempersiapkan tenaga keperawatan yang profesional dan handal dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak. 9

2. Bagi Institusi Pelayanan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi pengelolah institusi pelayanan kesehatan, khususnya pada keperawatan anak dalam memberikan pelayanan kesehatan pada anak-anak usia 3-6 tahun dalam hal meminimalkan kecemasan anak selama perawatan di rumah sakit. 3. Bagi Masyarakat dan Orang Tua Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang ada atau tidak adanya hubungan antara frekuensi bermain di rumah sakit terhadap kecemasan anak, sehingga orang tua dapat meminimalkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kecemasan anak saat sakit dan dirawat. 10