DAYA ANTIFUNGI INFUSA DAUN KENIKIR ( Cosmos caudatus K. ) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans SECARA IN VITRO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mamalia. Beberapa spesies Candida yang dikenal dapat menimbulkan penyakit

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menyebabkan infeksi karena jamur banyak ditemukan (Nasution, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. cara menimbang bahan yang akan diekstraksi lalu mencampur bahan dengan air

BAB I PENDAHULUAN. jamur oportunistik yang sering terjadi pada rongga mulut, dan dapat menyebabkan

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KERING DAUN Ocimum americanum L. SEBAGAI ANTIFUNGI Candida albicans

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Candida (Brown dan Bums, 2005; Siregar, 2005). Rosalina dan Sianipar (2006)

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorium dengan metode

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Candida albicans Pada Plat Resin Akrilik telah dilakukan bulan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus

III. METODE PENELITIAN. Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. reaksi, mikropipet, mikrotube, mikrotip, rak tabung reaksi, jarum ose,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun sudah dimanfaatkan oleh masyarakat. Bahkan saat ini banyak industri

BAB III METODE PENELITIAN

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh. jamur Candida sp. Kandidiasis merupakan infeksi

Jurnal Akademi Farmasi Prayoga ISSN-Online : X Diterbitkan Oleh Akademi Farmasi Prayoga Padang jurnal.akfarprayoga.ac.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB V PEMBAHASAN. aktivitas antimikroba ekstrak daun panamar gantung terhadap pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mikroorganisme ada yang berupa bakteri, protozoa, virus ataupun cendawan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gigi tiruan lepasan adalah protesis yang menggantikan sebagian ataupun

BAB I PENDAHULUAN. berjuang menekan tingginya angka infeksi yang masih terjadi sampai pada saat

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik usia muda maupun tua (Akphan dan Morgan, 2002). Kandidiasis oral

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Semarang. Waktu penelitian dilakukan bulan Maret april 2011.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Aktivitas antimikroba pada ekstrak sambiloto terhadap pertumbuhan

LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Mikrobiologi dengan judul Daya Kerja Antimikroba dan Oligodinamik yang disusun oleh: Nama : Lasinrang Adit

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Metode Penelitian Sampel

25 Universitas Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Pada metode difusi, digunakan 5 perlakuan dengan masing-masing 3

UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK MENIRAN TERHADAP PERTUMBUHAN Candida albicans YANG DIISOLASI DARI PLAT GIGI TIRUAN LEPASAN AKRILIK

UJI DAYA ANTIFUNGI EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Syzygium polianthum [Wight] Walp.) TERHADAP Candida albicans ATCC SECARA IN VITRO NASKAH PUBLIKASI

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAB 5 HASIL PENELITIAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L) TERHADAP PERTUMBUHAN Trichophyton rubrum SECARA in vitro

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 0,1%, usia tahun 0,4 %, usia tahun 1,8%, usia tahun 5,9%

BAB III METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan : Cara Kerja :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

karena itu, beberapa penelitian dikembangkan untuk terus menemukan bahan yang dapat menghambat pertumbuhan C.albicans dengan memanfaatkan bahanbahan a

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang banyak ditumbuhi. berbagai jenis tanaman herbal. Potensi obat herbal atau

BAB III METODE PENELITIAN

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB I PENDAHULUAN. Candida yang dapat menyebabkan infeksi kulit dan selaput lendir. C. albicans

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cancida albicans dengan sisi terluar paper disc yang mengandung ekstrak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Rerata Zona Radikal. belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) terhadap bakteri penyebab

DAYA HAMBAT DEKOKTA KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI. Muhamad Rinaldhi Tandah 1

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. UJI EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK AIR TEMU PUTIH (Curcuma zedoaria) SECARA IN VITRO TERHADAP Candida albicans

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Kandidiasis adalah istilah yang dipakai untuk infeksi kulit dan selaput lendir

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan ancaman yang besar untuk umat manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. rongga mulut. Kandidiasis oral paling banyak disebabkan oleh spesies Candida

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB III METODE PENELITIAN. dari Lactobacillus plantarum yang diisolasi dari usus halus itik Mojosari (Anas

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan tanaman herbal sebagai alternatif pengganti obat masih sebagian

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

LAPORAN HASIL PENELITIAN PENENTUAN POTENSI JAMU ANTI TYPHOSA SERBUK HERBAL CAP BUNGA SIANTAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml. Cawan Petri - Jarum Ose - Kertas Saring Whatmann No.14 - Pipet Tetes - Spektrofotometer UV-Vis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran, hipotesis

AKTIVITAS ANTIFUNGI SARI DAUN PEPAYA (Carica papaya L.) TERHADAP Candida albicans. Siska Nuryanti

LAMPIRAN. Sampel Daun Tumbuhan. dicuci dikeringanginkan dipotong-potong dihaluskan

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT C. METODE PENELITIAN

AKTIVITAS POLIFENOL EKSTRAK SELEDRI (Apium graveolens) TERHADAP BAKTERI PENYEBAB INFEKSI ACNE. Khoirin Maghfiroh*)

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seperti pada lingkungan, tubuh, serta pada rongga mulut (Amaliah, 2013).

Gelas beker 3. Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/l. Labu Erlenmeyer 4. Daging segar tanpa lemak 200 gr

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

TEKNOLAB, Vol.5, No.1, Maret 2016, pp. 5 ~11 DAYA ANTIFUNGI INFUSA DAUN KENIKIR ( Cosmos caudatus K. ) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans SECARA IN VITRO Siti Nuryani 1, Jhunnison 2 *, 1,2 Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jln. Ngadinegaran MJ III/62 Yogyakarta, Telp (0274) 374200 * Corresponding author email: jhunnison@gmail.com Abstrak Daun kenikir dapat digunakan sebagai obat tradisional, salah satunya sebagai obat penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Staphylococcus aureus, belum ada laporan tentang penggunaan atau penelitian daun kenikir untuk pengobatan penyakit yang disebabkan jamur Candida albicans. Candida albicans merupakan jamur oportunistik yang dapat menyebabkan kandidiasis jika terjadi faktor predisposisi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antifungi infusa daun kenikir terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara in vitro. Infusa daun kenikir diperoleh dari proses infudasi dengan menggunakan air sebagai larutan pencair. Infusa daun kenikir dibuat dalam berbagai konsentrasi (60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90%). Setiap konsentrasi diuji daya hambat jamur dengan metode sumuran. Data berupa diameter zona hambat dengan satuan millimeter (mm) dan dilakukan 4X pengulangan tiap konsentrasi. Hasil uji daya hambat infusa duan kenikir terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans konsentrasi 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90% sebesar 5,5 mm, 5,75 mm, 5,75 mm, 5,75 mm, 6,25 mm, 6,5 mm dan 6,5 mm. Daya antifungi infusa daun kenikir terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi paling tinggi (90%) mempunyai persentase sebesar 22% dibandingkan ketokonazol. Keywords: Candida albicans, Daun kenikir (Cosmos caudatus K), Daya Hambat. 1. Pendahuluan Penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur banyak ditemukan di Indonesia, salah satunya adalah kandidiasis. Kandidiasis disebabkan oleh jamur Candida albicansatau Candida sp. yang dapat menyerang berbagai bagian atau jaringan tubuh seperti kulit,selaput lendir, mulut, saluran pencernaan, saluran pernafasan,vagina, serta kuku dan menimbulkan infeksi akut atau subakut [1]. Jamur Candida albicans dapat dijumpai di rongga mulut serta alat pencernaan manusia secara alami dan dapat bersifat patogen pada keadaan daya tahan tubuh menurun [2]. Candida albicans bersifat parasit yang dapat menimbulkan infeksi akut atau subakut tanpa menimbulkan gejala pada tubuh manusia [3]. Pengobatan lokal dilakukan untuk mengurangi tingkat prevalensi penyakit kandidiasis. Pengobatan lokal yang dapat diberikan yaitu nisfatin, gentian violet, amphotericin B, ketokonazol, mikonazol, dan klotrimazol ketokonazol dapat menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, diare dan nyeri kepala [2]. Pengobatan lokal yang lain juga dapat menimbulkan efek samping sehingga masyarakat saat ini sudah beralih ke pengobatan tradisional, terbuktinya dengan data dari WHO (Word Health Organization) yang dikeluarkan pada bulan Juli 2002 menyebutkan bahwa di Indonesia saat ini tercatat sekitar 40% penduduk Indonesia menggunakan pengobatan tradisional dan 70% berada di daerah pedesaan [4]. Tanaman obat yang dapat dimanfaatkan salah satunya yaitu kenikir (Cosmos caudatus K.). Tumbuhan kenikir mengandung beberapa senyawa kimia antara lain

saponin, flavonoid polifenol dan minyak atsiri. Akarnya mengandung hidroksieugenol dan koniferil alcohol [5]. Aktivitas biologis senyawa flavonoid yaitu merusak dinding sel dari Candida albicans yang terdiri atas lipid dan asam amino akan bereaksi dengan gugus alkohol pada senyawa flavonoid sehingga dinding sel akan rusak dan senyawa tersebut dapat masuk kedalam inti sel jamur [6]. Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian mengenai daya antifungi infusa daun kenikir (Cosmos caudatus K) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. 2. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimen semu karena peneliti menggunakan infusa daun kenikir dengan konsentrasi 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85%, 90% digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans dengan cara uji laboratarium metode difusi, dan setiap konsentrasi dilakukan 4 kali pengulangan tetapi tidak menggunakan randomisasi [7]. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Labu erlenmayer, tabung reaksi dan rak, gelas kimia, inkubator dengan suhu 37 0 C, ose steril, pipet ukur, lidi kapas, lampu spritus, corong, transferpette dan tip, alat timbang, cawan petri, mistar atau jangka kosong. Bahan penelitian yang digunakan adalah daun kenikir, biakan jamur Candida albicans, media Sabouraoud Dextrose Agar (SDA), NaCl fisiologis 0.85%, akuades. Jamur Candida albicans diinokulasikan pada media Sabouraoud Dextrose Agar. Kapas lidi steril dicelupkan kedalam suspensi jamur Candida albicans yang sudah distandarisasi kekeruhannya dengan standar Mac Farland, lalu ditekan-tekan pada dinding tabung sehingga tidak terlalu basah. Lidi kapas steril digoreskan pada permukaan media Sabouraoud Dextrose Agar, sambil lidi kapas dibolak-balik hingga suspensi jamur tersebar merata. Sabouraoud Dextrose Agar diletakkan diatas meja, biarkan 5-15 manit supaya suspensi jamur meresap kedalam agar. Lubang sumuran dibuat dengan alat pelubang berdiameter 5 mm sebanyak 4 sumuran. Tiap-tiap lubang sumuran diisi dengan konsentrasi infusa daun kenikir sebanyak 25 µl sehingga tiaptiap berisi larutan percobaan masing-masing dengan konsentrasi 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85% dan 90%. Media yang telah ditetesi infusa daun kenikir dan larutan kontrol diinkubasi pada suhu ruang selama 24 jam. Hasil hambat pertumbuhan (zona jernih) diukur dengan penggaris millimeter (mm). 3. Hasil dan Pembahasan Uji daya antifungi infusa daun kenikir (Cosmos caudatus K.) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara in vitro dilakukan dengan metode difusi cakram dan 4 kali pengulangan untuk setiap konsentrasi infusa daun kenikir menggunakan kontrol berupa ketokonazol 2% telah dilakukan pada bulan Maret 2016 di Laboratarium Mikologi Jurusan Analis Kesehatan Yogyakarta, yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil pengukuran daya antifungi infusa daun kenikir (Cosmos caudatus K) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans dari masing-masing konsentrasi (mm) Diameter zona hambat jamur Candida albicans Ulangan Sampel (mm) Berbagai konsentrasi infusa daun kenikir 60% 65% 70% 75% 80% 85% 90% 30 1 6 6 5 6 6 6 7 30 2 6 5 6 5 6 7 6 30 3 5 6 6 6 6 7 7 30 4 5 6 6 6 7 6 6 30 Jumlah 22 23 23 23 25 26 26 120 Rata-rata 5,5 5,75 5,75 5,75 6,25 6,5 6,5 30 Sumber : Data primer terolah, 2016 Tabel 1 menunjukkan bahwa Candida albicans dapat dihambat oleh infusa daun kenikir pada media Sabouraoud Dextrose Agar dengan berbagai konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi infusa daun kenikir maka semakin besar daya hambat jamurnya, meskipun jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan ketokonazol 2% yang menghasilkan daya hambat 30 mm. Tabel diatas menunjukkan persentase dari berbagai konsentrasi infusa daun kenikir Tabel 2.Persentase daya hambat infusa daun kenikir dengan ketokonazol 2% Rata-rata diameter (mm) Persentase (%) Konsentrasi infusa daun kenikir (%) 60% 65% 70% 75% 80% 85% 90% Kontrol ketokonazol 2% Kontrol ketokonazol 2% 5,5 5,75 5,75 5,75 6,25 6,5 6,5 30 18 19 19 19 21 22 22 100 dibandingkan dengan kotokonazol 2% yang menghasilkan daya hambat sebesar 30 mm dan dianggap 100%. Kemudian dilakukan perhitungan untuk mengetahui persentase setiap konsentrasi infusa daun kenikir dengan rumus sebagai Persentase : Diameter setiap konsentrasi infusa (mm) x 100 Diameter ketokonazol 2% (mm)

Mean of diameter_zona hambat TEKNOLAB, Vol.5, No.1, Maret 2016, pp. 5 ~ 11 Gambaran mengenai diameter zona hambat pada media Sabouraoud Dextrose Agar berbagai konsentrasi infusa daun kenikir dapat juga dilihat pada grafik berikut: 32 25 18 11 4 Konsentrasi Gambar 1. Grafik rerata diameter daya antifungi infusa daun kenikir (Cosmos caudatus K) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans Grafik diatas menunjukkan bahwa konsentrasi infusa daun kenikir mulai dari konsentrasi 60% sampai dengan konsentrasi 90% terdapat kenaikan diameter zona hambat, meskipun zona hambat yang terbentuk jauh lebih kecil dibandingkan dengan ketokonazol 2% yang mempunyai daya hambat sebesar 30 mm. Penelitian ini merupakan penelitian untuk mengetahui daya antifungi infusa daun kenikir (Cosmos caudatus K) terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans secara in vitro, sehingga dapat ditentukan potensi suatu zat antifungi serta kepekaan jamur terhadap konsentrasi obat. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan konsentrasi infusa daun kenikir 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85% dan 90% serta obat ketekonazol 2% yang digunakan sebagai kontrol positif. Penyakit yang penting dan ditimbulkan oleh salah satu jenis jamur adalah kandidiasis (kandidosis, moniliasis, thrush) adalah penyakit jamur akut atau subakut yang disebabkan oleh Candida, biasanya Candida albicans [8]. Hal tersebut disebabkan oleh jamur yang merupakan bagian dari mikroba flora normal yang beradaptasi dengan baik pada inang manusia, terutama saluran cerna, saluran urogenital, dan kulit [9],[10]. Obat-obat sintetik antifungi sebagai agen pengobatan infeksi jamur pada waktu ini telah dikembangkan secara luas, baik di negara maju maupun negara berkembang seiring semakin tingginya kasus kandidiasis. Penggunaan obat-obat antifungi yang terbuat dari bahan kimia seperti amfoterisin, nistatin, ketokonazol, dan griseofulvin sering menimbulkan banyak masalah seperti adanya efek samping yang serius, resistensi, aturan pakai yang menyulitkan, dan perlunya pengawasan dokter, selain harganya mahal. Berkaitan dengan masalah di atas, perlu dicari agen lain yang mempunyai daya antifungi lebih efektif dan murah [11],[12]. Ketokonazol merupakan satu keluarga azol yang bermanfaat dalam pengobatan mikosis sistemik seperti kandidiasis. Dosis ketokonazol yang diperbolehkan yaitu 200mg-400mg perhari, dimana kontrol positif yang dipakai dalam

penelitian ini tiap gramnya mengandung ketekonazol. Ketokonazol mempunyai aktivitas sebagai antijamur yaitu dengan menghambat demetilasi lanosterol menjadi ergosterol yang merupakan sterol penting untuk membran jamur, lalu penghambat ini akan mengganggu fungsi membran dan meningkatkan permeabilitas [13]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infusa daun kenikir pada konsentrasi 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85% dan 90% mampu menghambat jamur Candida albicans dengan diameter daya hambat yang kecil, namun tetap sejalan dengan pernyataan bahwa aktivitas antijamur berbanding lurus dengan luas daerah hambatan, dimana disemakin besar konsentrasi zat antijamur maka semakin luas daerah hambatnya [14]. Daya hambat obat ketokonazol 2% mempunyai diameter daya hambat terhadap jamur Candida albicans sebesar 30 mm, obat ketokonazol 2% merupakan obat standar yang digunakan untuk pengobatan jamur pada umumnya. Daya hambat pada konsentrasi paling tinggi yaitu 90% (menghasilkan zona hambat 6.5 mm) jika dibandingkan dengan ketokonazol memiliki daya sebesar 22%. Penelitian lain dengan bahan yang sama, pada konsentrasi 70% menghasilkan diameter zona hambat bakteri Staphylococcus aureus minimal 18,17 mm, sedangkan percobaan menggunakan jamur Candida albicans menghasilkan diameter minimal sebesar 5,75 mm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa infusa daun kenikir lebih efektif untuk pengobatan terhadap infeksi Staphylococcus aureus. Perbedaan aktivitas terhadap mikroba tersebut dapat dijelaskan dengan perbedaan struktur penyusun dinding sel mikroba. Struktur penyusun dinding sel Candida albicans tersusun dari polisakarida ( mannan, glukan, kitin ) protein dan lipid dengan membrane sel dibawahnya yang mengandung sterol [15]. Sedangankan membrane sel bakteri Staphylococcus aureus tersusun atas protein dan lipid yang sangat rentan terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Kerusakan membrane sel menyebabkan terganggunya transport nutrisi (senyawa dan ion) sehingga sel bakteri mengalami kekurangan nutrisi yang diperlukan bagi pertumbuhannya [16]. Mekanisme kerja flavonoid dalam menghambat pertumbuhan jamur yakni dengan menyebabkan gangguan permeabilitas membran sel jamur. Gugus hidroksil yang terdapat pada senyawa flavonoid menyebabkan perubahan komponen organik dan transport nutrisi yang akhirnya akan mengakibatkan timbulnya efek toksik terhadap jamur [17]. Saponin bersifat surfaktan yang berbentuk polar sehingga akan memecah lapisan lemak pada membran sel, hal tersebut mengakibatkan proses difusi bahan atau zat-zat yang diperlukkan oleh jamur dapat diganggu, akhirnya sel membengkak dan pecah [18]. Faktor suhu pada penelitia ini dapat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Penelitian dilakukan dalam ruangan dengan suhu 29 0 C dan suhu tersebut masih dalam batas normal pertumbuhan jamur Candida albicans yaitu 25 0 C - 30 0 C, sehingga suhu dalam penelitian ini tidak mempengaruhi pertumbuhan jamur. Penelitian ini menggunakan jamur umur 2 hari atau 48 jam karena pada saat itu jamur Candida albicans masuk pada fase eksponensial, yaitu fase tercepat pertumbuhan Candida albicans dimana terdapat banyak enzim yang dihasilkan dan masa paling sensitif terhadap obat-obatan, sehingga dapat menjadi target penghambatan pertumbuhan oleh obat antifungi. Fase eksponensial berlangsung selama 50-70 jam setelah inokulasi Candida albicans [19]. Penelitian yang dilakukan sejalan dengan pertanyaan penelitian yang diajukan bahwa semakin tinggi konsentrasi infusa daun kenikir (Cosmos caudatus K.) maka semakin tinggi daya hambat pertumbuhan jamur Candida albicans. Semakin besar konsentrasi yang diberikan maka semakin banyak sel-sel mikroorganisme yang terbunuh. Peristiwa penghambatan pertumbuhan jamur pada media ditunjukkan dengan adanya zona bening disekitar sumuran.

Penelitian tentang infusa daun kenikir telah dibuktikan oleh Arofatun (2014) dengan hasil infusa daun kenikir konsentrasi minimal 70% sudah mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sebesar 18,17 mm, sedangkan penelitian ini dapat menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi minimal 60% sebesar 5,5 mm. Perbedaan yang ada disebabkan karena pengunaan mikroorganisme yang berbeda. Mikroorganisme yang digunakan oleh Arofatun yaitu bakteri Staphylococcus aureus, sedangkan pada penelitian ini menggunakan jamur Candida albicans. 4. Kesimpulan Daya antifungi infusa daun kenikir terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans pada konsentrasi paling tinggi (90%) mempunyai persentase daya antifungi sebesar 22% dibandingkan ketokonazol. Daftar Pustaka [1]. Sireger, R.S.2004.Penyakit Jamur Kulit Edisi 2.Jakarta: EGC. [2]. Soedarto.2007. Kedokteran Tropis. Surabaya: Airlanga University Press. [3]. Harahap, M. 2000.Penyakit Menular Seksual. Jakarta:PT Gramedia. [4]. Hermanto,N., dan Subroto, M.A. 2007. Pilih jamu dan Herbal Tanpa Efek Samping. Jakarta:PT Gramedia. [5]. Fuzzati, N., Sutarjadi, Dyatmiko, W., Rahman, A., and Hostettmann, K., 1995, Phenylpropane derivatives from roots of Cosmos caudatus, Phytochemistry, vol. 39:2, 409-412. [6]. Brannen, Julia. (2002). Memadu Metode Penelitian:Kualitatif dan Kuantitatif. Jogjakarta: Pustaka Pelajar Ofset [7]. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta [8]. Brown, R.G. & Burns, T. 2005. Lecture Note on Dermatologi: Infeksi Jamur. Edisi 8. Jakarta: Erlangga. pp. 33-8 [9]. Nasronudin. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Jamur. Edisi 4 Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp. 1793 [10]. Rosalina & Sianipar, O. 2006. Insidensi Candidiasis: Tinjauan Klinis dan Laboratoris. Berkala Kesehatan Klinik. 12(2): 128-32. [11]. Saifudin, A. 2011. Standardisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha Imu.Pp. 1-11. [12]. Rintiswati, N., Winarsih, N.E., & Malueka, R.G. 2004. Potensi Antikandida Ekstrak Madu secara In Vitro dan In Vivo. Berkala Ilmu Kedokteran.36(4): 187-94. [13]. Mycek, M.J., Harvey, R.A., Champe, P.C. (2001). Farmakologi Ulasan Bergambar (edisi 2) (Agus, A., penerjemah). Jakarta: Widya Medika. (Buku asli diterbitkan 1995) [14]. Pelczar,M. J. dan Chan, E.C.S. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi 1. Diterjemahkan oleh Ratna Siri Hadioetomo. Jakarta: UI Press [15]. Allison, D., & Gilbert, P.,2004. Bakteri, in Denyer,S.P., Hodges, N.A., & Gorman, S.P. (Eds.), Hugo and Russell s Pharmaceutical Microbiology, 7 th Ed., Blackwell Science, Massachusetts, USA. [16]. Volk, W.A and M.F. 1993. Mikrobiologi Dasar, Edisi Kelima. Jilid 1.Penerbit Erlangga. Jakarta [17]. Jupriadi,L. 2011, Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Waru (Hibicus tileceus L.) terhadap jamur Malassezia furfur. Skripsi, Program Studi Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya [18]. Sugianitri, N.K., 2011, Ekstrak Biji Buah Pinang (Areca catechu L.) Dapat Menghambat Pertumbuhan Koloni Candida albicans secara in vitro pada Resin Akrilik Heat Cured. Skripsi, Program Studi Ilmu Biomedik Universitas Udayana, Bali

[19]. Ganjar, I., Sjamsuridzal, W., Oetari, A. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.