JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-100

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

ANALISIS PENGARUH SALINITAS DAN TEMPERATUR AIR LAUT PADA WET UNDERWATER WELDING TERHADAP LAJU KOROSI

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pipa-pipa minyak dan gas bumi maupun konstruksi-konstruksi lainnya

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH HEAT TREATMENT

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

Studi Perbandingan Proses Pengelasan Smaw Pada Lingkungan Darat dan Bawah Air Terhadap Ketahanan Uji Bending Weld Joint Material A36

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Oleh : Nurcahyo Irawan Priambodo Dosen Pembimbing : Ir.Soeweify M.eng

Persentasi Tugas Akhir

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

ANALISA LAJU KOROSI PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA PADA PIPA API 5L GRADE B

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB IV DATA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

ANALISA PENGARUH PENGELASAN FCAW PADA SAMBUNGAN MATERIAL GRADE A DENGAN MATERIAL GRADE DH 36. Oleh :

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL PENGELASAN BAJA KARBON A36 DENGAN METODE SMAW

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

ANALISA PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP KETANGGUHAN SAMBUNGAN BAJA A36 PADA PENGELASAN SMAW

Analisa Perbandingan Kualitas Hasil Pengelasan Dan Struktur Mikro Material Aluminium 5083 Dan 6082 Menggunakan Metode Pengelasan GMAW Dan GTAW

Pengaruh Diameter Pin Terhadap Kekuatan dan Kualitas Joint Line Pada Proses Friction Wtir Welding Aluminium Seri 5083 Untuk Pre Fabrication

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

ANALISA KEKUATAN SAMBUNGAN BAJA ST 37 DENGAN VARIASI AMPERE 120, 160, 200, MENGGUNAKAN METODE SMAW WET UNDERWATER WELDING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

LAB LAS. Pengelasan SMAW

Kata Kunci : Pengelasan SMAW, perlakuan panas, Kekuatan tarik, kekerasan, stuktur mikro. Jurnal Tugas Akhir

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Studi Eksperimen Perbandingan Laju Korosi pada Plat ASTM (American Society For Testing and Material) A36 dengan Menggunakan Variasi Sudut Bending

Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

Analisis Pengaruh Ukuran Stopper Pada Sambungan Pelat Kapal Terhadap Tegangan Sisa Dan Deformasi Menggunakan Metode Elemen Hingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH PERUBAHAN ARUS DAN KECEPATAN SERTA KELEMBAPAN FLUX TERHADAP HASIL IMPACT

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Adanya pengembangan penggunaan gas pelindung pada las TIG. Ditemukannya porositas pada setiap variasi gas dari logam hasil las-lasan.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-275

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

FIELD PROJECT STUDI TEKNIK PENGELASAN PADA ENGINE BAD COVER. Oleh Mujib Ridwan Nrp

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

Dimas Hardjo Subowo NRP

proses welding ( pengelasan )

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-100 Analisa Perbandingan Laju Korosi Pada Pengelasan di Bawah Air Karena Pengaruh Variasi Jenis Pelindung Flux Elektroda Septian Adi Pranata, Heri Supomo Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknoklogi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail :hsupomo@na.its.ac.id Abstract Underwater welding diperlukan karena pada umumnya struktur yang beroprasi di laut dirancang kurang lebih 20-30 tahunan dan selama rentang waktu tersebut maka konstruksi tersebut haruslah terjamin dari segi keselamatan dan kekuatannya. Lingkungan laut yang korosif juga dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dan mengakibatkan kerusakan. Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi pelindung flux elektroda dan tebal pelat pada pengelasan di bawah air. Dari data hasil pengujian korosi diketahui bahwa pengelasan basah di bawah air dengan pelindung flux elektroda isolasi memiliki laju korosi yang lebih baik daripada menggunakan lilin dan sealent. Nilai laju korosi tertinggi adalah pelat tebal 12 mm dengan variasi pelindung flux elektroda berupa sealent sebesar 0,456935 mmpy, sedangkan nilai laju korosi terendah adalah pelat tebal 10 dengan variasi pelindung flux elektroda berupa isolasi sebesar 0,212443 mmpy. Sedangakn untuk perbedaan tebal pelat, Semakin tebal pelat semakin besar pula laju korosinya. Untuk pelat 10 mm, nilai laju korosi untuk pelindung flux berupa isolasi sebesar 0,212443 mmpy, untuk lilin sebesar 0,273485 mmpy dan untuk sealent sebesar 0,281885 mmpy. Sedangkan untuk pengelasan untuk pelat 12 mm, nilai laju korosi untuk pelindung flux berupa isolasi sebesar 0,32037 mmpy, untuk lilin sebesar 0,33089 mmpy dan untuk sealent sebesar 0,456935 mmpy. Nilai laju korosi tertinggi adalah pelat tebal 12 mm dengan variasi pelindung flux elektroda berupa sealent sedangkan nilai laju korosi terendah adalah pelat tebal 10 dengan variasi pelindung flux elektroda berupa isolasi. Kata kunci---laju korosi, Pengelasan di bawah air, Pelindung flux elektroda, Tebal pelat I. PENDAHULUAN T eknik pengelasan merupakan suatu cara yang digunakan dalam penyambungan logam untuk segala macam jenis konstruksi, seperti kapal, bangunan lepas pantai, pipa-pipa dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya, teknik pengelasan sudah di desain tidak hanya untuk memperbaiki struktur yang berada di udara terbuka namun juga di desain untuk memperbaiki struktur yang tercelup di dalam air. Teknik pengelasan yang dilakukan di dalam air atau underwater welding diperlukan karena pada umumnya struktur yang beroprasi di laut dirancang kurang lebih 20-30 tahunan dan selama rentang waktu tersebut maka konstruksi tersebut haruslah terjamin dari segi keselamatan dan kekuatan untuk konstruksi di bawah air akibat beban-beban yang diterima dari lingkungan sekitar. Lingkungan laut yang korosif juga dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan dan mengakibatkan kerusakan. Kerusakan tersebut bisa disebabkan oleh bermacam-macam penyebabnya dan salah satunya adalah korosi. Korosi bisa diakibatkan karena struktur terendam di dalam air. Ketika kerusakan itu berada di bawah air, maka diperlukan teknologi bawah air dengan penanganan yang khusus. Hal ini disebabkan karena semakin pentingnya pengelasan di bawah air atau underwater welding untuk menunjang kebutuhan perbaikan seperti konstruksi kapal dibawah garis air, pemasangan zinc anode, penyambungan dan perbaikan pipa-pipa dibawah permukaan air dan reparasi kakikaki anjungan minyak lepas pantai [3]. Melalui Tugas Akhir Ini, akan dilakukan penelitian tentang analisa perbandingan laju korosi pada pengelasan dibawah air karena pengaruh variasi jenis pelindung flux elektroda. Dalam hai ini elektroda yang digunakan adalah AWS E6013 dengan pelindung flux elektroda (waterproof) yang digunakan adalah isolasi, lilin dan sealent. Dari variasi jenis pelindung flux elektroda tersebut diharapkan diperoleh jenis pelindung flux elektroda yang paling baik mutu lasnya dan nilai laju korosinya. II. METODOLOGI PENELITIAN Prosedur penyelesaian penelitian yang digunakan terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut : 1. Studi Literatur Mencari teori-teori dan kata-kata yang akan digunakan dalam penelitian dan analisa. Data-data dan teori yang digunakan dapat diperoleh dari : 1. Situs Internet 2. Penelitian sebelumnya Tugas Akhir Phytra Agastama(2010) 3. Buku yang relevan Bahan Kuliah Korosi oleh Ir. Heri Supomo, M.Sc Bahan kuliah Teknologi Las oleh Wing Hendroprasetyo A.P., ST., M.Eng

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-101 2. Persiapan Material Las Material yang digunakan adalah Pelat Baja jenis Mild Steel ASTM A36, dimana termasuk baja karbon rendah [4]. Spesimen uji dibuat berbentuk segi empat dengan ukuran dan tipe sebagai berikut: Tipe : Mild Steel A36 Panjang : 300 mm Lebar : 150 mm Tebal : 10 mm dan 12 mm Kampuh : single V-groove 3. Proses Pengelasan Proses pengelasan ini bertujuan untuk menggabungkan dua buah pelat hingga membentuk sebuah spesimen yang nantinya akan dihasilkan sambungan las guna diujikan pada langkah pengerjaan berikutnya. Prosedur pengelasan mengacu pada Welding Procedure Specification (WPS) berdasarkan AWS D.1.1 2004 tentang prosedur pengelasan material baja [3]. Pada pengelasan dibawah air digunakan polaritas DCSP dimana stang las terhubung dengan kutup (-) dan penjepit las terhubung dengan kutub (+)[2]. a. SMAW Wet Welding Persiapan spesimen uji dan bahan penelitian: o Spesimen baja A36 dengan ukuran 300 x 150 x 10 mm yan telah di bevel. o Elektroda las AWS E 6013 dengan diamater 2,6 mm dan 3,2 mm yang telah dicoating dengan isolasi, lilin dan sealent. o Larutan pengganti air laut dengan salinitas 33 Langkah-langkah pengelasan tersebut secara umum adalah: o Pemasangan tanggem untuk mengurangi terjadinya deformasi dan agar material tidak bergeser pada material las. Di bawah ini adalah proses pemasangan tanggem las dengan di tack weld. o Mesin las disiapkan termasuk polaritas, besarnya arus dan voltase mesin las sesuai dengan parameter yang telah ditentukan dari WPS. b. Welding Process : Shield Metal Arc Welding (SMAW) dengan WPS sebagai berikut : Type : Manual Joint Design : Butt Joint, Single V-groove Base Metal : Groove : 5-10 mm Filler Metal : a. AWS no. (Classification) : E 6013 b. Diameters : 2,6 mm dan 3,2 mm c. Welding position : 1G (flat position) Interpass Temperature : 50 o -300 o Current (AC or DC) : DC Polarity : DCSP (straight polarity) Ampere (Range) : 70-120 Ampere Voltage (Range) : 22,8-24,8 V String or Weave Bead : Both Initial and Interpass Cleaning : Chipping, Brushing and Grinding Technique : Back Weld / Grinding Travel of Speed : 40-120 mm/minute o Proses pengelasn mulai dilakukan di dalam aquarium dengan media air berupa larutan pengganti air laut. o Setelah pengelasan pada layer pertama selesai maka permukaan las dibersihkan dari kerak dengan menggunakan palu dan sikat baja. o Untuk layer kedua, ketiga, keempat dan kelima dilakukan langkah sama dengan layer pertama, pembersihan alur dengan gerinda merupakan pekerjaan yang tidak wajib dilakukan. o Setelah pengelasan hingga layer keempat untuk tebal 10mm dan layer kelima untuk tebal 12mm, kemudian tanggem las dilepas dan dilakukan back weld. Semua kegiatan yang berkaitan dengan proses pengelasan dengan berdasarkan langkah diatas harus dicatat secara teliti yang mencakup besarnya arus, voltage, waktu pengelasan setiap layernya. Setelah pengelasan selesai, maka pelat dipotong dengan mesin potong untuk persiapan spesimen uji. pada daerah tepian ( ujung awal dan akhir las-lasan) spesimen 1 inch. Hal ini dilakukan untuk mengeliminir hasil las-lasan yang biasanya buruk di daerah awalan dan akhiran. Selebihnya pemotongan spesimen dibuat sesuai kebutuhan pengujian. 4. Uji Korosi Pengujian uji korosi berdasarkan ASTM G48 [5]. Pemotongan spesimen uji korosi dengan ukuran (50 x 25 x 10 mm) dan (50 x 25 x 12 mm) sebanyak 4 buah (untuk masingmasing variasi tebal pelat dan pelindung flux elektroda). Sehingga jumlah spesimen yang digunakan untuk uji korosi sebanyak 24 buah. Setelah sepesimen di buat maka di beri resin pada sisi-sisinya karena pada pengujian korosi, spesimen yang akan di uji korosi adalah daerah weld metalnya saja. Dari data tabel 1 dibawah ini, dapat diketahui bahwa nilai laju korosi spesimen, semakin tebal pelat, nilai laju korosinya juga semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa nilai laju korosi berbanding lurus dengan nilai kerapatan arus. Semakin besar nilai kerapatan arus, semakin juga nilai laju korosinya, begitu juga sebaliknya [1]. Pada tabel dapat dilihat nilai laju korosi tertinggi adalah pelat tebal 12 mm dengan pelindung flux elektroda berupa sealent sebesar 0,456935 mmpy, sedangkan nilai laju korosi terendah adalah pelat tebal 10 mm dengan pelindung flux elektroda berupa isolasi sebesar 0,212443 mmpy. Nilai laju korosi tertinggi berturut adalah dengan variasi pelindung flux elektroda dan tebal berupa Isolasi(10) < Lilin(10) < Sealent(10) < Isolasi(12) < Lilin(12) < Sealent(12).

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-102 No. Spesimen Uji Tabel 1. Hasil Laju Korosi Pengelasan di Bawah Air Tebal 10 mm Pengelasan di Bawah Air Tebal 12 mm Isolasi Lilin Sealent Isolasi Lilin Sealent (mm/year) (mm/year) (mm/year) (mm/year) (mm/year) (mm/year) 1 0,18297 0,28786 0,2475 0,30605 0,32645 0,48813 2 0,23423 0,28572 0,27243 0,29885 0,34967 0,43142 3 0,2096 0,25981 0,28881 0,38585 0,3189 0,44949 4 0,22297 0,26055 0,3188 0,29073 0,32854 0,4587 Laju Korosiratarata 0,212443 0,27348 0,28188 0,3203 0,33089 0,45693 5. Uji Tarik Pada pengujian tarik, spesimen yang dibuat menggunakan standart AWS D.1.1. pengujian tarik ini bertujuan untuk mengetahui nilai kuat tarik dari material dan mengetahui kualitas hasil las-lasan. Di bawah ini adalah hasil uji tarik dan standart spesimen sesuai standart AWS D.1.1 Dari tabel 2. di bawah ini dapat diketahui bahwa dari dua spesimen uji tarik tersebut semua spesimen patah di daerah weld metal. Kuat tarik spesimen yang patah di daerah weld metal 506,120 MPa, 504,663 MPa dan 477,717 Mpa. Menurut AWS 2010, kriteria pengujian tarik dapat diterima bila kuat tarik spesimen tidak kurang dari : 1. Kuat tarik minimum yang ditetapkan dari logam dasar, atau 2. Kuat tarik minimum yang ditetapkan dari logam dasar yang terlemah, apabila dasar logam terdiri dua logam dasar logam yang berlainan kuat tarik minimumnya. 3. Kuat tarik minimum dari logam lasan, bila standar yang digunakan menentukan penggunaan logam lasan dengan kuat tarik yang lebih rendah daripada logam dasar pada suhu ruang. 4. Bila spesimen putus pada logam dasar diluar lasan atau diluar garis fusi las, tes dinyatakan lulus dengan syarat minimum 5% lebih rendah dari kuat tarik minimum yang ditetapkan untuk logam dasar. 6. Pengamatan Metalografi Untuk persiapan pengamatan metalografi dugunakan spesimen yang sama dengan pengujian laju korosi. Pada pengamatan ini dilakukan foto makro dan foto mikro untuk mengetahui struktur dari hasil las-lasan. Gambar di bawah ini adalah hasil untuk pengamatan metalografi. Dari Foto struktur makro di bawah ini, material baja A36 pada pengelasan di bawah air (SMAW) dengan variasi jenis pelindung flux elektroda tampak jelas bahwa leburan antar layer yang tidak sempurna dengan terlihatnya garis garis antar layer dan termakannya juga base metal atau biasa disebut undercut. Hal ini disebabkan karena media pengelasan dilakukan dalam keadaan terendam air (underwater), sehingga terjadi pendinginan cepat di setiap layernya. Lebar daerah HAZ juga tidak teratur, terlihat dengan adanya overlaping dan cacat las berupa undercut yang memakan base metal. Hal ini terjadi akibat saat pengelasan, pandangan pengelas terganggu akibat benda di biaskan oleh air dan juga munculnya gelembung-gelembung gas di air dan pembakaran pelindung flux elektroda yang menyebabkan keruhnya air. Tabel 2. Hasil Uji Tarik a. Pelindung Flux Isolasi b. Pelindung Flux Lilin c. Pelindung Flux Sealent Gambar 1. Hasil Foto Makro Untuk keperluan pengamatan struktur mikro masingmasing spesimen diambil sampel foto struktur mikro dengan pembesaran (100 X) dan (400 X) di tiga titik. Ketiga titik tersebut adalah base metal, HAZ dan Weld Metal. Pada ketiga titik tersebut sama sekali tidak didapatkan fase martensit. Hal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-103 ini dikarenakan elektrode yang digunakan rendah karbon dan material pelat ASTM A36 yang hanya mengandung karbon kurang dari 0,25% C, maka terbentuknya martensit suatu hal yang sangat sulit terjadi. Begitu pula daerah HAZ, karena material ASTM A36 sendiri hanya mempunya kadar karbon kurang dari 0,29% C sehingga sangat sulit membentuk fase martensit karena kadar karbon yang sangat rendah [1],[6]. Dari gambar struktur mikro dengan perbesaran 100X di bawah ini, yaitu pada spesimen-spesimen yang di las pada media bawah air tampak pada daerah weld metal, base metal, dan HAZ terdapat kristalisasi antara ferit dan perlit. Daerah base metal tidak mengalami perubahan struktur, karena pada daerah tersebut tidak terkena pengaruh panas. Tabel 3. Hasil Uji Kekerasan Dari Hasil Kekerasan didapatkan harga kekerasan tertinggi adalah sealent dan daerah yang memiliki nilai kekerasan tertinggi adalah daerah HAZ ini disebabkan pada daerah ini temperatur puncak yang dimiliki merupakan temperatur puncak tertinggi dan memiliki kecepatan pendinginan pengelasan yang paling cepat karena transfer panas yang cepat. Penurunan nilai kekerasan terjadi karena adanya hidrogen pada logam cair yang cukup besar. Hidrogen ini akan menyebabkan porositas pada las-lasan.[1] III. ANALISA DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Variasi Pelindnug Flux Elektroda Terhadap Laju Korosi a. Daerah Base Metal b. Daerah HAZ Variasi pelindung flux elektroda pada pengelasan dibawah air mempengaruhi laju korosi pada logam las. Dalam penelitian ini, variasi pelindung flux elektroda yang yang digunakan adalah Isolasi, lilin dan sealent. Berdasarkan hasil pengujian, didapatkan data laju korosi pada masing-masing variasi pelindung flux elektroda pada pengelasan di bawah air yang diujikan. Berikut adalah hasil laju korosi berdasarkan variasi pelindung flux elektrodanya. 7. Uji Kekerasan c, Daerah Weld Metal Gambar 2. Hasil Foto Mikro Untuk persiapan uji kekerasan dugunakan spesimen yang sama dengan pengujian metalografi. Pengujian kekerasan ini digunakan untuk mencari tingkat kekerasan dari material sehingga dari harga-harga kekerasan tersebut kita dapat mengetahui apakah material ductile atau brittle. Makin tinggi nilai kekerasan yang dimiliki oleh suatu material maka material tersebut makin brittle [1],[6]. Dari Hasil Kekerasan didapatkan harga kekerasan tertinggi adalah sealent dan daerah yang memiliki nilai kekerasan tertinggi adalah daerah HAZ dan material dengan pelindung flux berupa lilin. Terlihat seperti tabel di bawah ini : Laju Korosi Berdasarkan Pelindung Flux Laju Korosi (mmpy) 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Isolasi Lilin Sealent Gambar 3. Laju Korosi berdasarkan variasi pelindung flux Tebal 10 tebal 12 Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa pengelasan basah bawah air dengan variasi pelindung flux elektroda berupa sealent memiliki laju korosi yang lebih besar daripada dengan variasi pelindung flux berupa lilin dan isolasi. Hal ini dikarenakan pada pengelasan di bawah air pandangan welder saat mengelas terganggu akibat adanya gelembung-gelembung gas, keruhnya air akibat terbakarnya pelindung fluk elektroda yang berupa sealent dan adanya pembiasan pada saat proses pengelasan sehingga hasil las-lasan tidak maksimal. Terbakarnya pelindung fluk elektroda yang berupa sealent juga menyebabkan lebih banyak kerak di las-lasan. Pelindung fluk elektroda berupa Sealent sulit menjaga busur panas sehingga dalam proses pengelasan sering mati atau tidak stabil

Laju Korosi (mmpy) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-104 karena sealent sulit terbakar sehingga menutupi ujung fluk yang bersentuhan dengan material yang akan di las. Selain itu, pada pengelasan di bawah air banyak terdapat cacat las (discontinuitas), baik cacat pada permukaan maupun cacat di dalam. Cacat las yang terjadi berupa cacat las undercut dan porosity. Cacat undercut terjadi karena besarnya arus yang digunakan dan pandangan welder terganggu. Sedangkan Cacat berupa porosity ini terbentuk karena pengelasan basah bawah air mengalami kontak langsung dengan air, maka air di sekitar area pengelasan menjadi mendidih dan terionisasi menjadi gas oksigen dan hidrogen. Sebagian gas ini melebur ke area weld metal tapi sebagian besar lainnya akan mengalir ke udara. Korosi yang mungkin terjadi pada pengelasan bawah air adalah korosi celah, hal ini dimulai dengan atom hidrogen tunggal menyebar melalui logam. Pada suhu tinggi, peningkatan kelarutan hidrogen memungkinkan hidrogen untuk berdifusi ke dalam logam (atau hidrogen dapat berdifusi di pada suhu rendah, dibantu oleh gradien konsentrasi). Kemudian atom hidrogen kembali bergabung dalam rongga kecil dari matriks logam untuk membentuk molekul hidrogen. Molekul hidrogen yang terperangkap yang menyebabkan terjadinya korosi celah. Lingkungan yang kotor atau larutan yang mengendap di dalam celah adalah merupakan unsur permiable dan difusif terhadap terjadinya media korosif yang terperangkap di dalam celah. Zat yang termasuk deposit ini diantaranya kotoran, karat, dan bentuk padat kecil lainnya [6]. 2. Analisis Variabel Tebal Pelat Terhadap Laju Korosi Dari data-data laju korosi di atas terlihat bahwa semakin tebal suatu pelat kecenderungan laju korosinya semakin naik walaupun tingkat kenaikannya relatif kecil. Kecenderungan semakin tebal pelat semakin besar laju korosinya, ini dapat diakibatkan karena jika pelat semakin tebal proses pengelasannya akan mengalami proses panas yang berubahubah karena pelat mengalami proses pengelasan beberapa layer. Laju korosi pengelasan basah bawah air dengan tebal 12 mm lebih besar dari tebal 10 mm. Hal ini dapat dimungkinkan karena pada proses pengelasan basah bawah air masukan panasnya lebih besar untuk tebal 12 mm. Karena masukan panas yang besar dan proses pendinginan yang cepat maka perubahan temperatur yang dialami logam lasan akan mempengaruhi pada kondisi struktur mikro logam lasan dan kontaminasi gas-gas dari atmosfer tentu akan lebih agresif lagi jika dibandingkan dengan pengelasan pelat tebal untuk pengelasan di udara terbuka, ini berarti difusi Hidrogen semakin agresif terhadap pengelasan yang mempunyai heat input besar. Heat input berbanding lurus dengan besar arus. Sehingga semakin besar arus semakin besar pula masukan panas pada proses pengelasannya [6]. 0.5 Laju Korosi Berdasarkan Tebal Pelat 0.45 0.4 0.35 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 0.05 0 Tebal 10 Tebal 12 Isolasi Lilin Sealent Gambar 4. Laju korosi Berdasarkan Tebal Pelat Kecenderungan semakin tebal pelat semakin besar laju korosinya, ini dapat diakibatkan karena jika pelat semakin tebal proses pengelasannya akan mengalami proses panas yang berubah-ubah karena pelat mengalami proses pengelasan beberapa layer. Laju korosi pengelasan basah bawah air dengan tebal 12 mm lebih besar dari tebal 10 mm. Hal ini dapat dimungkinkan karena pada proses pengelasan basah bawah air masukan panasnya lebih besar untuk tebal 12 mm. Karena masukan panas yang besar dan proses pendinginan yang cepat maka perubahan temperatur yang dialami logam lasan akan mempengaruhi pada kondisi struktur mikro logam lasan dan kontaminasi gas-gas dari atmosfer tentu akan lebih agresif lagi jika dibandingkan dengan pengelasan pelat tebal untuk pengelasan di udara terbuka, ini berarti difusi Hidrogen semakin agresif terhadap pengelasan yang mempunyai heat input besar. Heat input berbanding lurus dengan besar arus. Sehingga semakin besar arus semakin besar pula masukan panas pada proses pengelasannya [6]. V. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Pengelasan di bawah air dengan variasi jenis pelindung flux elektroda isolasi memiliki nilai laju korosi yang lebih baik daripada menggunakan lilin dan sealent. 2. Semakin tebal pelat semakin besar pula nilai laju korosinya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada, Jurusan Teknik Perkapalan, PT.Aquamarine, dosen pembimbing, teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-105 DAFTAR PUSTAKA [1]. Agastama, P. (2010). Tugas Akhir Studi Laju Korosi Weld Joint Material A36 pada Underwater Welding. Surabaya : Jurusan Teknik Kelautan FTK ITS [2]. American Welding Society. (1999). Specification for Underwater Welding, AWS D3.6M. Miami, Florida: ANSI. [3]. Department of The Navy Naval Sea System Command. (2002). Underwater Cutting and Underwater Welding Manual. Washington: Direction of Commander. [4]. ASTM (American Society for Testing and Materials). 2003. Standard Specification for Carbon Structural Steel, A 36/A 36M 04. Amerika: ASTM International [5]. ASTM G48. 6 September. Corrosion Engineering Forum. [6]. Harsono, W. dan Okumura, T. (1996). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.