MODEL PROBLEM POSSING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB III METODE PENELITIAN. Tibawa Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian, sejak

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

PERSETUJUAN ARTIKEL. Oleh: Indriyani Nalole Jurusan Pendidikan Ekonomi. Nip Nip

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

Oleh Saryana PENDAHULUAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA POKOK BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA DI SMP NEGERI 15 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATERI BUNYI UNTUK SISWA SMP MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

research and development untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Semmel, dan Semmel (1974) 4-D yang meliputi kegiatan pendefinisian

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI IPA DI SMA NEGERI 14 PADANG.

Ramona Safitri, M. Arifuddin Jamal, dan Abdul Salam M. Program Studi Pendidikan Fisika FKIP UNLAM Banjarmasin

Muhammad Abdul Kadir Jaelani, Syifa ul Gummah, Samsun Hidayat. Pendidikan Fisika ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES KALKULUS LANJUT 2 BERBASIS PEMECAHAN MASALAH. Fitrianto Eko Subekti dan Reny Amalia Widiyanti

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

EFEKTIVITAS MODUL BERBASIS MASALAH PADA PERKULIAHAN KPB 2 TERHADAP AKTIVITAS MAHASISWA DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERORIENTASI PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI ENERGI DAN PERUBAHANNYA MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INTRUCTION

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di SMA Prasetya Gorontalo. Penelitian pengembangan ini menghasilkan produk

Emiliani Indah Safputri, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan Fisika FKIP ULM Banjarmasin

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

PENERAPAN MODEL PROBLEM POSING DENGAN METODE TUGAS TERSTRUKTUR DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA JURNAL. Oleh. Rr. Laksmi Wulandari NIM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MELATIH KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA TULIS SISWA DI KELAS VIII

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika. meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ), buku siwa, dan

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

Pengembangan LKM Dengan Pendekatan Quantum Learning untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional Calon Guru

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB III METODE PENELITIAN. dalam bahasa Inggris disebut Research and Development (R&D). Menurut Wina

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA SISWA KELAS XI SMK NURUSSALAF KEMIRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN M-APOS

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada 21

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN AUTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK KELAS VIII SMP/MTs SEMESTER GANJIL

PF-42: PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA MATERI LISTRIK DINAMIS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MEMFASILITASI PENCAPAIAN KOMPETENSI SISWA

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB IV DESKRIPSI PROSES PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN. A. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE EPA (EKSPLORASI, PENGENALAN DAN APLIKASI KONSEP) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

Ellan 1, Hobri 2, Nurcholif 3

BAB V PEMBAHASAN. A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. tanggal 06 Januari 2014 s/d 07 Januari Model pengembangan perangkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (developmental

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah Research and

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

Pengembangan Instrumen Tes Program Aplikasi Berorientasi Performance Assessment

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

Rositasari et al., Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pendekatan Contextual...

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM) BERBASIS DISCOVERY PADA PERKULIAHAN KALKULUS PEUBAH BANYAK 1 (KPB 1) DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

Transkripsi:

MODEL PROBLEM POSSING BABS PADA MATERI POKOK LISTRIK DINAMIS 1. Wahida A.Piantae Mahasiswa Program Studi Fisika 1. Dr. Masri Kudrat Umar, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo 2. Citron S. Payu, S.Pd, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo Alamat: jalan jendral sudirman no.6 gorontalo KP 96128 ung.ac.id. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran problem posing berbasis aktivitas belajar siswa yang dikembangkan melalui produk berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Proses pengembangan produk dalam penelitian ini menggunakan pengembangan model 4D (Define, Design, Develop and Disseminate). Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 4 Gorontalo di kelas X 6 yang berjumlah 30 orang. Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan Lembar validasi perangkat pembelajaran, Lembar observasi kegiatan guru mengajar, lembar observasi aktivitas siswa, dan tes hasil belajar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan melalui perangkat pembelajaran dinyatakan valid dan layak digunakan. Hal ini dibuktikan dengan ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 70 %, penilaian hasil observasi guru dalam mengelolah pembelajaran dinilai baik mencapai 3.4 dari total skor rata rata pengamat dan penilaian aktivitas siswa untuk seluruh aspek dinyatakan baik, aspek yang tertinggi mencapai 3.42. Jadi dapat disimpulkan bahwa implementasi dari pengembangan model pembelajaran problem posing berbasis aktivitas belajar siswa layak digunakan untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Kata Kunci : pengembangan, model problem possing, aktivitas belajar. PENDAHULUAN Pengetahuan fisika terdiri atas banyak konsep dan prinsip yang pada umumnya bersifat abstrak. Fisika sebagai salah satu mata pelajaran yang biasanya dipelajari melalui pendekatan secara matematis sehingga seringkali siswa mengalami kesulitan mempelajarinya dan cenderung tidak disukai. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa fisika bukanlah mata pelajaran yang menyenangkan tetapi sebaliknya menakutkan karena sulit dipahami. Keadaan yang demikian ini lebih diperparah lagi pada penggunaan model pembelajaran fisika yang kurang tepat. Guru terlalu mengandalkan model pembelajaran yang cenderung bersifat konvensional dan informatif. Akibatnya, siswa tidak mempunyai keterampilan yang diperlukan dalam pemecahan masalah sebab siswa tidak mampu 1

menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari untuk memecahkan persoalan fisika yang dihadapi. Selanjutnya suatu hal yang perlu dipikirkan lebih lanjut adalah tentang bagaimana menciptakan pembelajaran yang menarik, tidak menoton berpusat pada guru, konseptual penuh makna dan berkualitas sehingga mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran dan meningkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa dan semangat dalam pembelajaran. Untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif tersebut, maka perlu dilengkapi oleh system pembelajaran. Untuk mendukung hal itu, para pakar pendidikan telah mengembangkan berbagai sistem pembelajaran yang lebih memperhatikan aspek siswa, salah satunya adalah pembelajaran dengan model problem posing. Problem posing (pengajuan soal) adalah salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada aliran konstruktivis, berbeda dengan pembelajaran yang bersifat konvensional yang lebih menekankan pada hapalan yang cenderung mematikan daya nalar dan kreativitas berpikir anak. Berdasarkan urain diatas, peneliti tertarik untuk mengadakan suatu penelitian pengembangan yaitu mengembangkan model problem possing. Untuk menunjang penerapan model pembelajaran problem possing yang dikembangkan diperlukan suatu perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran merupakan produk yang di hasilkan untuk mengembangkan model pembelajaran problem possing dengan materi listrik dinamis yang diharapkan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dari pengembangan model tersebut sehingga lahirlah model baru yang berjudul Model Pembelajaran Problem Possing BABS Pada Materi Pokok Listrik Dinamis yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam KAJIAN TEORITIK Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat 2

pembelaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain, Joyce (dalam Trianto, 2007) Belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan suatu perubahan, menyangkut pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Belajar untuk mengetahui dan melakukan diharapkan dapat menciptakan manusia-manusia yang produktif dak kreatif (Uno, 2012). Menurut Trianto ( 2007), bahwa untuk melihat tingkat kelayakan suatu model pembelajaran untuk aspek validitas dibutuhkan ahli dan praktisi untuk memvalidasi model pembelajaran yang dikembangkan. Sedangkan untuk aspek kepraktisan dan efektivitas diperlukan suatu perangkat pembelajaran untuk melaksanakan model pembelajaran yang dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Adapun model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi kriteria atau syarat kelayakan sebagai berikut: 1. Sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal yaitu: (a) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional teoritik yang kuat; dan (b) apakah terdapat konsistensi internal. 2. Praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: (a) para ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan; dan (b) Kenyataan menuntutkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan. 3. Efektif. Berkaitan dengan aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai berikut: (a) ahli dan praktisi berdasar pengalamannya menyatakan bahwa model tersebut efektif; dan (b) secara operasional model tersebut memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Nieveen (dalam Trianto, 2007). Model Pembelajaran Problem Possing Problem possing berasal dari bahasa inggris, yang terdiri dari kata problem dan pose. Problem possing dalam terjemahan bebasnya berarti pengajuan masalah/ soal (Mulyatiningsih, 2012). Problem possing merupakan salah satu 3

pembelajaran yang dapat mengaktifkan peserta didik, mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang diharapkan dapat membangun sikap positif, dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi masa depan yang lebih banyak tantangan. Informasi yang ada diolah dengan pikiran. Setelah memahami, peserta didik dapat membuat pertanyaan (soal). Dengan demikian, dapat menyebabkan terbentuknya pemahaman yang lebih mantap pada diri peserta didik. Dengan kegiatan itu akan membuat peserta didik secara aktif mengonstruksi hasil belajar (Chotimah, 2009). Adapun langkah-langkah problem possing menurut Endang Budiasih, Kartini (2002) sebagai berikut : (1) membuka kegiatan pembelajaran, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) menjelaskan materi pelajaran, (4) memberikan contoh soal (merumuskan soal), (5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas, (6) memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan soal dari situasi yang diberikan, serta mendiskusikan/ mempresentasikan, (7) mempersilahkan siswa menyelesaikan soal yang telah dirumuskannya, (8) sebagai latihan, siswa diberikan kesempatan untuk merumuskan soal serta mendiskusikan dengan temannya, (9) mempersilahkan siswa untuk saling menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal temannya, (10) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan, (11) membuat rangkuman berdasarkan kesimpulan, dan (12) menutup kegiatan pembelajaran. Aktivitas Belajar Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2012 ). Jenis-jenis Aktivitas Belajar Karena aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut (Hamalik, 2012: 172) Adapun beberapa jenis-jenis aktivitas dalam belajar yang di golongkan oleh para ahli, diantaranya aktivitas yang digolongkan oleh Paul B. Diedric (dalam, Hamalik 2012: 12-13 ) adalah sebagai berikut : (1) visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, 4

percobaan, pekerjaan orang lain,(2) Oral activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, memberi saran, berpendapat, diskusi, interupsi,(3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik, pidato,(4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, menyalin,(5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik peta, diagaram.(6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, berkebun, bertemak, (7) Mental activities, sebagai contoh misalnya : menanggapi, mengingat memecahkan soal, menganalisis, keputusan, dan (8) Emotional activities, misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,berani, tenang. Model Pengembangan Produk Dalam penelitian ini bukanlah mengkaji atau merumuskan teori, melainkan menghasilkan suatu produk yang efektif untuk proses pembelajaran (Putra, 2011 ). Menurut Sugiyono (2010), penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa perangkat pembelajaran. Untuk menghasilkan produk yang berupa perangkat pembelajaran, ada berbagai macam model pengembangan yang dapat digunakan, diantaranya adalah model Kemp, model Dick and Carey dan model Thiagrajan (model 4-D). Dalam penelitian ini digunakan model pengembangan 4- D untuk mengembangkan model problem possing berbasis aktivitas belajar siswa. Adapun tahapan-tahapan Model 4-D sebagai berikut :(1) tahap pendefinisian (Define), (2) tahap Perancangan (Design) (3) tahap Pengembangan (Develop), dan (4) tahap penyebaran (Disseminate). Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan 3 (tahap) yang dimodifikasi dari 4 (empat) tahap model pengembangan 4D. Adapun tahapan yang ditempuh hanya sampai pada langkah kedua (uji coba terbatas) yang termasuk pada tahap ketiga dari model pengembangan 4-D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 5

Setelah dilaksanakan tahap-tahap rancangan dari pengembangan model seperti yang telah ditetapkan pada gambar 6, maka dihasilkan model pembelajaran problem possing BABS dengan materi pokok listrik dinamis. Dalam pengembangan model ini, produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS, dan Tes Hasil Belajar (THB). Adapun instrument yang digunakan dalam pengembangan model pada penelitian ini adalah Lembar validasi, lembar observasi yang terdiri dari Lembar pengamatan aktivitas siswa, dan Lembar pengamatan aktivitas guru dalam mengelolah pemebelajaran. Pengembangan Model Konseptual Pengembangan model pembelajaran problem possing berbasis aktivitas belajar siswa untuk sekolah menengah atas dengan materi pokok listrik dinamis ini dilakukan dengan prosedur pengembangan deskriptif. Penelitian ini menggunakan model 4D yang terdiri dari 4 tahap yaitu Define (pendefinisian), Design (perancangan), Develop (pengembangan),dan Desseminate (penyebaran). Uji Teoritik Validasi Perangkat Setelah model pembejaran dikembangkan melalui perangkat pembelajaran, selanjutnya divalidasi. Validasi dilakukan oleh validator yang berkompoten dalam menilai kelayakan perangkat pembelajaran yaitu 2 (dua) validator para ahli, guru SMA bidang studi fisika 1 (satu) dan 7 (tujuh) personal yang memiliki pemahaman tentang perangkat pembelajaran. Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Hasil penilaian validator pada umumnya menyatakan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Adapun setelah dihitung validitas dan reliabilitas dari setiap butir penilaian terhadap RPP dengan menggunakan rumus yang telah ditetapkan didapatkan r hitung lebih besar untuk tiap-tiap butir penilaian dari r tabel, dan nilai reliabilitas dari keseluruhan butir penilaian 0,924. Dengan demikian reliabilitas penilai instrument pengembangan model memiliki reliabilitas yang sempurna dan dapat 6

digunakan untuk uji coba, dimana dilihat dari Kriteria pada rentang koefisien reliabilitas berikut ini, koefisien > 0,9 reliabilitas sempurna, 0,8 0,9 reliabilitas tinggi, 0,7-0,79 reliabel, 0,6 0,69 reliabilitas rendah, < 0,6 reliabilitas sangat rendah. Validasi Lembar kerja Siswa (LKS) Pada umumnya hasil validasi lembar kerja siswa (LKS) dikategorikan baik dan dapat digunakan dengan revisi kecil.. Validasi Tes Hasil Belajar (THB) Hasil penilaian Tes Hasil Belajar (THB) oleh dua orang validator yang mencakup isi materi, Konstruksi, dan bahasa/budaya bahwa butir-butir soal dinilai valid dan cukup valid sehingga dari hasil validasi dengan 10 butir Tes Hasil Belajar oleh validator tersebut dinyatakan THB dapat digunakan dengan revisi kecil.setelah dihitung nilai validitas dari setiap butir soal dengan menggunakan rumus korelasi product momen seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya didapatkan r hitung untuk tiap-tiap butir soal lebih besar dari r tabel, dengan demikian tiap-tiap butir soal dari sepuluh butir soal essay dinyatakan valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Sedangkan untuk reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach seperti yang telah diuraikan pada bab III, dan di peroleh nilai reliabilitas tes sebesar 0.712, yang berarti menunjukkan tingkat reliabilitas reliabel, dan dapat digunakan sebagai alat untuk menguji pemahaman siswa terhadap materi pokok Listrik dinamis. Model Pengembangan Nama Model Model yang dikembangkan dalam penelitian ini diberi nama model problem possing BABS, singkatan dari model problem possing Berbasis Aktivitas Belajar Siswa. Pemberian nama dimaksudkan agar ada perbedaan antara model yang sebelumnya dengan model yang dikembangkan. Langkah-Langkah Model 7

Adapun langkah-langkah model problem possing BABS sebagai berikut : (1) membuka kegiatan pembelajaran dan melakukan apersepsi serta motivasi kepada siswa sesuai dengan materi yang diajarkan,(2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar, (3) guru menjelaskan materi secara singkat,(4) memberikan contoh (merumuskan soal), (5) memberikan kesempatan kepada siswa bertanya hal-hal yang belum jelas mengenai materi, (6) guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, (7) membagi LKS dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat soal dan menyelesaikannya serta mendiskusikannya melalui pengerjaan LKS,(8) mempersilahkan setiap kelompok untuk saling menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal kelompok lain,(9) mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian soal kelompok lain dan disesuaikan dengan jawaban dari kelompok yang membuat soal, (10) memberikan penghargaan bagi kelompok yang kinerjanya baik. (11) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan, (12) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merangkum berdasarkan hasil kesimpulan, dan (13) menutup kegiatan pembelajaran. Deskripsi Implementasi Model Aktivitas Siswa Selama Kegiatan Pembelajaran Hasil pengamatan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem possing BABS yang diamati oleh tiga orang pengamat dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-Rata Aspek Aktivitas Siswa SKOR TIAP SKOR RATA- AKTIVITAS BELAJAR NO KEGIATAN RATA SISWA P.1 P.2 P.3 1 Menjawab pertanyaan guru 3. 16 3.26 3.23 3.21 2 Bertanya hal-hal yang belum jelas mengenai materi 3 Menanggapi penjelasan guru dan berpendapat 3.26 3.16 3.13 3. 18 2.76 2.9 2.9 2.85 8

4 Berdiskusi secara berkelompok 5 Membuat soal dan menyelesaikannya melalui pengerjaan LKS 6 Menyajikan hasil diskusi kelompok Keterangan : Pengamat/Penilai 1 Pengamat/Penilai 2 Pengamat/Penilai 3 3.4 3.43 3.43 3.42 3.4 3.46 3.4 3.42 3.13 3.1 3.16 3. 13 Akitivitas Guru dalam Mengelolah Pembelajaran Hasil pengamatan aktivitas guru selama mengelolah pembelajaran yang diamati oleh tiga orang pengamat dapat dilihat pada tabel 2. NO Tabel 2. Rata-rata Aspek Penilaian Aktivitas Guru LANGAKAH-LANGKAH KEGIATAN GURU SKOR TIAP KEGIATAN P.1 P.2 P.3 SKOR RATA- RATA 1. Membuka kegiatan pembelajaran 4 4 4 4 2. Melakukan apersepsi dan memotivasi siswa 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar. 3 3 4 3.3 4 4 4 4 4. Menjelaskan materi secara singkat 3 3 4 3.3 5. Memberikan contoh rumusan soal 3 3 4 3.3 6. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas 7. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen 4 4 3 3.7 4 4 4 4 9

NO LANGAKAH-LANGKAH KEGIATAN GURU 8. Membagi LKS dan Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat soal dan menyelesaikannya serta mendiskusikannya melalui pengerjaan LKS. 9. Mempersilahkan setiap kelompok untuk saling menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal kelompok lain 10. Mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian soal kelompok lain dan disesuaikan dengan jawaban dari kelompok yang membuat soal. SKOR TIAP KEGIATAN P.1 P.2 P.3 SKOR RATA- RATA 3 3 2 2.7 3 3 3 3 2 3 3 2.7 11. Memberikan penghargaan 4 4 3 3.7 12. Mengarahkan siswa membuat kesimpulan 3 3 4 3.3 13. Menutup kegiatan pembelajaran 4 3 4 3.7 14. Pengelolaan kelas 3 4 3 3.3 15. Pengelolaan waktu 3 3 3 3 Jumlah Skor Rata-Rata 51.00 Rerata 3.4 Berdasarkan tabel 2, skor rata-rata aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran untuk seluruh aspek penilaian yang diamati oleh tiga orang pengamat dinilai bauk aspek yang ke delapan dan sepuluh dikategorikan cukup oleh pengamat disebabkan pada saat pembagian LKS sedikit menimbulkan kegaduhan dan saat mempresentasikan hasil penyelesaian soal masih malu-malu dan takut. Hasil Belajar Siswa 10

Tes Hasil Belajar siswa yang dilakukan pada akhir proses pembelajaran (post test) dengan tujuan mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan keberhasilan dari model pembelajaran yang diterapkan melalui Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dikembangkan oleh peneliti. Tes hasil belajar setelah dianalisis, menunjukkan bahwa dari jumlah 30 siswa hanya 21 siswa yang dinyatakan hasil belajarnya tuntas dengan persentase hasil belajar mencapai 70 %, sedangkan 9 orang siswa lainnya dinyatakan tidak tuntas atau persentase siswa yang tidak tuntas 30%. Dengan demikian hasil belajar siswa termasuk kategori tuntas hasil belajar secara klasikal. Pembahasan Implementasi Model Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan suatu produk pendidikan kemudian divalidasi. Adapun penelitian pengembangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran yang berbasis aktivitas belajar siswa yang digunakan pada proses pembelajaran. Model pembelajaran dikembangkan melalui perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Proses pengembangan model dikembangkan sesuai dengan prosedurpresedur yang telah ditetapkan dalam hal ini peneliti menggunakan pengembangan model Thiagarajan (1974) yang dikenal dengan model 4D. Berdasarkan tahap-tahap pengembangan yang telah dilaksanakan, maka dihasilkan model baru yaitu model problem possing BABS kemudian divalidasi oleh para ahli yang berkompoten. Hasil validasi perangkat pembelajaran menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran layak digunakan untuk uji coba model dengan revisi kecil. Setelah divalidasi dikakukan uji coba model pengembangan atau uji coba terbatas di sekolah SMA Negeri 4 gorontalo di kelas X 6 dengan materi pokok listrik dinamis. Secara umum pengelolaan pembelajaran dikategorikan baik, hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan pengamatan dari tiga orang pengamat terhadap aktivitas guru untuk keseluruhan aspek penilaian mencapai 3.4 dari total 11

skor rata-rata. Dengan demikian guru berhasil dalam mengelolah pembelajaran walaupun belum terlalu maksimal dalam mengajar. Skor rata-rata aktivitas guru untuk setiap kategori selama proses pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut. Skor rata-rata 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Aspek Penilaian Gambar 1. Diagram Skor Rata-Rata Aktivitas Guru Sementara untuk aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model problem possing BABS, berdasarkan hasil pengamatan dikategorikan baik, dimana dilihat dari skor rata-rata aktivitas siswa dari total pengamatan setiap pengamat untuk masing-masing aspek dinilai rata-rata 3(tiga) sedangkan pada aspek yang ketiga dikategorikan cukup oleh pengamat hal ini disebabkan siswa kurang menanggapi hal-hal yang belum jelas mengenai materi dan tidak mampu dalam mengeluarkan pendapat. Skor rata-rata aktivitas siswa untuk setiap kategori selama proses pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut. 4 3 2 1 0 Skor ratarata 3.21 3.18 2.85 3.42 3.42 3.13 1 2 3 4 5 6 Aspek Penilaian Gambar 2. Diagram Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Hasil belajar siswa dari jumlah 30 siswa setelah di analisis menunjukkan yang tuntas hasil belajarnya adalah 21 siswa, sedangkan 9 siswa lainnya 12

dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal setelah dianalisis mencapai 70 %, yang berarti ketuntasan hasil belajar siswa telah mencapai target, dan hal ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Possing BABS layak digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai ketuntasan hasil belajar siswa. Keterbatasan Model a. Pengembangan model ini telah memenuhi tahapan penelitian pengembangan tetapi hanya sampai pada draft 2 yaitu uji coba terbatas, sehingga masih perlu dilakukan uji coba model secara meluas (disseminate). b. Implementasi model ini masih perlu dibuktikan efektifitasnya diantaranya melalui penelitian eksperimen. c. Keterlaksanaan model ini masih perlu dikembangkan pada materi-materi lainnya yang sesuai dengan karakter model ini. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasaran hasil penelitian pengembangan model pembelajaran problem possing berbasis aktivitas siswa untuk sekolah menengah atas dengan materi pokok listrik dinamis dapat disimpulkan bahwa : 1. Model yang dikembangkan dalam penelitian ini diberi nama model Problem Possing BABS. Singkatan dari model Problem Possing Berbasis Aktivitas Belajar Siswa. Sintaks model tersebut sebagai berikut : (1) membuka kegiatan pembelajaran dan melakukan apersepsi serta motivasi kepada siswa sesuai dengan materi yang diajarkan,(2) guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar, (3) guru menjelaskan materi secara singkat,(4) memberikan contoh (merumuskan soal), (5) memberikan kesempatan kepada siswa bertanya hal-hal yang belum jelas mengenai materi, (6) guru membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, (7) membagi LKS dan memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk membuat soal dan menyelesaikannya serta mendiskusikannya melalui pengerjaan LKS,(8) mempersilahkan setiap kelompok untuk saling 13

menukarkan hasil rumusan soalnya dan menyelesaikan soal kelompok lain,(9) mempersilahkan setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil penyelesaian soal kelompok lain dan disesuaikan dengan jawaban dari kelompok yang membuat soal, (10) memberikan penghargaan bagi kelompok yang kinerjanya baik. (11) mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan, (12) guru memberi kesempatan kepada siswa untuk merangkum berdasarkan hasil kesimpulan, dan (13) menutup kegiatan pembelajaran. 2. Model pembelajaran Problem Possing BABS telah memenuhi syarat kelayakan, yang dikembangkan melalui produk berupa perangkat pembelajaran terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Aktivitas Belajar Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Perangkat pembelajaran tersebut telah divalidasi oleh para ahli, dan diperoleh penilaian hasil perangkat pembelajaran yang dinyatakan valid dan dapat digunakan untuk uji coba pada siswa yang sesungguhnya. Hasil dari uji coba perangkat tersebut dikategorikan baik. Hal ini dibuktikan dengan aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran memperoleh skor rata-rata 3.4 dikategorikan baik, aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan skor tertinggi 3.42 dengan kategori baik, dan hasil belajar siswa yang tuntas mencapai 70 %, dalam hal ini telah mencapai target. Saran Adapun yang menjadi saran dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti selanjutnya agar membuktikan efektifitas dari model pembelajaran yang dikembangkan diantaranya melalui uji coba secara meluas (disseminate). 2. Pengembangan model problem possing berbasis aktivitas belajar siswa dapat dikembangkan pada materi lain yang sesuai dengan karakter dari model pembelajaran ini. DAFTAR PUSTAKA Chotimah, Hosnul dan Yuyun Dwitasari. 2009. Strategi-Strategi Pembelajaran Untuk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Surya Pena Gemilang 14

Endang budiasih, Kartini. 2006. Penerapan pendekatan Problem Posing (Pembentukan Soal).Universitas malang: JICA-IMSTEP Hamalik, Oemar.2012. Proses Belajar Mengajar. Bandung:Bumi Aksara. Uno B. Hamzah. 2012. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara Putra, Nusa. 2011. Research & Development. Jakarta:Rajawali Pers Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung : Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2010. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, Edisi Revisi. Sugiyono. 2010. Model-model pembelajaran kuantitatif kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 15