Penggunaan Tepung Glukomanan Umbi Gembili (Dioscorea esculenta l.) sebagai Jurnal Agroteknologi Vol. 09 No. 02 (2015)

dokumen-dokumen yang mirip
III. MATERI DAN METODE. dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Universitas Riau.

BAB III METODE PENELITIAN

METODE. Waktu dan Tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

KAJIAN SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS FILLER TERHADAP SOSIS DAGING BABI

METODE. Materi. Rancangan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN TEPUNG GEMBOLO

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

STUDI PEMBUATAN KERUPUK DARI UBI KAYU DENGAN PENAMBAHAN IKAN PORA-PORA

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Rekayasa Proses Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian,

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Muhammadiyah Malang mulai bulan April 2014 sampai Januari 2015.

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB I PENDAHULUAN. selongsong. Sosis dapat diolah dari daging sapi, ayam, babi, ikan dan lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan dan

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK NUGGET GURAMI DENGAN MENGGUNAKAN PATI GARUT, MAIZENA, DAN TAPIOKA SEBAGAI FILLER PROPOSAL SKRIPSI

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2015 dari survei sampai

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

KARAKTERISTIK SNACK BARS BERBAHAN DASAR TEPUNG KACANG HIJAU DAN PISANG LOKAL SKRIPSI. Oleh MUHAMMAD DHANY ISMAIL

Utilization of Cassava Peel Flour for Producing Sago Instant Noodle.

SIFAT ORGANOLEPTIK NUGGET DAGING BROILER MENGGUNAKAN TEPUNG TEMPE. Fakultas Peternakan Universitas Sam Ratulangi Manado, 95115

III. BAHAN DAN METODE

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

Key words: chicken nuggets, broiler chicken livers, the fat content, elasticity, flavour

III. BAHAN DAN METODE

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

BAB III METODE PENELITIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

BAB III MATERI DAN METODE. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging kelinci, daging

3 METODOLOGI Penelitian pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Peternakan Universiatas Muhammadiyah Malang dan Laboratorium

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

KARAKTERISASI DAGING SINTETIS DARI PERLAKUAN KONSENTRAT KEDELAI, TEPUNG TERIGU DAN METODE PEMASAKAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

III. METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

) FLOUR AS A SUBSTITUTION OF TAPIOCA FLOUR ON WATER CONTENT, WATER HOLDING CAPACITY, ELASTICITY, AND SHEAR FORCE OF BEEF MEATBALL

I. PERANAN AIR DI DALAM BAHAN PANGAN. terjadi jika suatu bahan pangan mengalami pengurangan atau penambahan kadar air. Perubahan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan September Desember 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

Keyword : potato, wheat, characterics, flakes

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

PENGARUH FORTIFIKASI ALGA HIJAU BIRU (Spirulina) PADA MAKARONI IKAN PATIN (Pangasius hyppophthalmus) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, laboratorium

MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH SUBSTITUSI OAT BRAN PADA SOSIS TEMPE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS

KAJIAN PENERIMAAN KONSUMEN DAN MUTU NUGGET UDANG REBON (Acetes erythraeus)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di industri rumah tangga terasi sekaligus sebagai

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG BIJI NANGKA DENGAN TAPIOKA DAN JUMLAH SODIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU KERUPUK

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

KOMBINASI TEPUNG TAPIOKA DENGAN PATI SAGU TERHADAP MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Politeknik

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

PENGARUH SUBSTITUSI TEPUNG BERAS DENGAN UBI JALAR UNGU TERHADAP KARAKTERISTIK KLEPON YANG DIHASILKAN

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

Transkripsi:

PENGGUNAAN TEPUNG GLUKOMANAN UMBI GEMBILI (Dioscorea esculenta L.) SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN MAKANAN PADA PENGOLAHAN SOSIS DAGING AYAM The Use of Glucommanan Flour from Gembili Tuber (Dioscorea Esculenta L.) as Gelling Agent in Chicken Sausages Herlina ), Ikhlas Darmawan ) *, Andrew Setiawan Rusdianto ) ) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian,Universitas Jember Jalan Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto Jember 68 *E-mail: darmawan_ikhlas@yahoo.com ABSTRACT Gembili tuber contains,9% of glucomannan and potentially as food additive in chicken sausage processing. The purpose of this study was to determine the amount of the s glucomannan addition on the physical, chemical and organoleptic characteristics of chicken sausage and knowing the amount of the 's glucomannan flour addition on chicken sausage processing and to produce sausage with a good characteristics and panelists preferred. The study was designed using completely randomized design with one factor and three replications. Parameter research includes characterization of 's glucomannan flour (brightness, WHC, ash content, protein content, moisture content, and the levels of glucomannan), brightness, texture, ash content, moisture content, protein content, fat content, the organoleptic properties, and effectiveness test to determine the best treatment. The results showed that the addition of 's glucomannan flour significantly affect the texture, moisture content, and organoleptic. But did not significantly affect the fat content, protein content, brightness, and ash content. Effectiveness test showed that the value of the highest combination of all parameters are in sausage meat chicken with the addition of.3% 's glucomannan flour with the analysis results that the brightness of 5.96, the texture of 75.57 g / mm, ash content of.4%,,78% WHC, levels water 5.3%, 6.47% protein content, fat content 8.84%, the organoleptic properties of flavor 3.88, 3.68 organoleptic properties of color, the organoleptic properties of elasticity of 3.64%, the organoleptic properties of the slices appearance of 3.9, and the nature of the overall preferences of 3.88. Keywords: food additive, tuber, glucomannan, addition variation PENDAHULUAN Sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus dan tepung atau pati dengan penambahan bumbu, bahan tambahan makanan yang dimasukkan ke dalam selongsong sosis. Data survei independen yang dilakukan oleh perusahaan swasta menunjukkan bahwa konsumsi sosis oleh masyarakat Indonesia tumbuh rata rata 4,46% per tahun. Bahan baku yang digunakan untuk membuat sosis terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging, sedangkan bahan tambahannya yaitu bahan pengisi, bahan pengikat, bumbu bumbu, bahan penyedap, dan bahan makanan lain yang diizinkan. Daging yang umum digunakan dalam pengolahan sosis berasal dari sapi, ayam, dan kambing, namun dari ketiga jenis daging tersebut yang memiliki kandungan protein tinggi dengan harga terjangkau adalah daging ayam dengan kandungan protein sebesar -3% (Lawrie, 3). Pengolahan sosis pada umumnya menggunakan STPP (Sodium Tripoliphospat), karagenan, Mixphos, dan sodium bikarbonat sebagai bahan tambahan makanan yang berfungsi sebagai pengenyal, memperbaiki tekstur, dan lain lain. Menurut Peraturan Menteri nomor 4 tahun STPP merupakan senyawa 34

anorganik (Na 5 P 3 O ) berwujud serbuk kristal putih, tidak berbau, dan larut dalam air dan diperoleh dengan cara impor. Penggunaan bahan tambahan makanan impor tersebut dapat dikurangi dengan mencari alternatif bahan tambahan makanan lain yang didapatkan dari bahan lokal untuk digunakan pada pengolahan sosis. Salah satu bahan tambahan makanan yang dapat digunakan pada pengolahan sosis yaitu glukomanan. Glukomanan pada pengolahan sosis berfungsi untuk menstabilkan emulsi. Glukomanan dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan pada pengolahan sosis karena merupakan polisakarida larut air yang memiliki sifat hidrokoloid dengan nilai Water Holding Capacity (WHC) hingga 9% (Herlina, ) sehingga dapat memperbaiki stabilitas suhu, sebagai pengental, pengenyal, memperbaiki mouthfeel dan lain-lain. Bahan pangan yang berpotensi sebagai sumber glukomanan yaitu umbi. Umbi merupakan tumbuhan asli Indonesia yang tumbuh di daerah subtropis hingga tropis. Umbi mengandung glukomanan sebesar,9% (Herlina, ). Salah satu potensi umbi dengan adanya kandungan glukomanan adalah pemanfaatannya sebagai tepung glukomanan yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan makanan pada pengolahan sosis. METODE PENELITIAN Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat untuk pengolahan dan alat untuk analisis. Alat untuk pengolahan meliputi pisau stainless steel, kompor, wadah plastik, timbangan, food processor Philip, lemari pendingin. Alat untuk analisis meliputi oven cabinet, eksikator, spatula, penjepit, colour reader Minolta CR 3 Japan, rheotex (Sun Scientific CO LTD), neraca analitik Ohauss, alumunium foil, soxhlet lemak, penangas listrik Gerhard, alat alat gelas, kertas saring, cawan porselen, termometer, vortex (Maxi Max Type 67), sentrifuse (yenaco model YC-8), dan tabung sentrifuse. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan sosis daging ayam dengan umbi selongsong sosis (casing). Bahan kimia yang digunakan pada tahap analisis meliputi aquades, H SO 4, NaOH, metil biru, metil merah, HCl, Petroleum benzene, dan etanol. Tahapan Penelitian Pembuatan tepung glukomanan umbi Gembili dikupas untuk dipisahkan antara kulit dan dagingnya. Setelah dikupas dicuci untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada daging. Setelah bersih, dilakukan penghalusan menggunakan blender dengan menambahkan aquades dengan perbandingan : aquades (:3), hingga terbentuk jus. Jus selanjutnya dilakukan maserasi selama,5 jam. Proses maserasi ini berguna agar glukomanan yang terekstrak semakin optimal. Setelah dilakukan proses maserasi selama,5 jam, jus disaring untuk memisahkan antara filtrat dan ampasnya. Filtrat jus kemudian disentrifugasi. Sentrifugasi berfungsi untuk memisahkan supernatan dan endapan (pati dan senyawa senyawa lain) dari jus. Supernatan yang telah didapat kemudian dipresipitasi dengan etanol 97% selama 5 menit. Setelah dipresipitasi glukomanan akan menggumpal dan terbentuk gumpalan glukomanan basah. Glukomanan basah kemudian dioven dengan suhu ±5 o C selama 4 jam sehingga terbentuk glukomanan kering. Glukomanan kering kemudian digiling sehingga terbentuk tepung glukomanan. 35

Pembuatan sosis daging ayam dengan umbi Daging ayam dipotong kecil kecil kemudian digiling. Pada penggilingan pertama selama satu menit ditambahkan. % es batu. Pada penggilingan kedua selama 5 menit ditambahkan bahan-bahan tambahan seperti minyak %, tepung glukomanan umbi (%;,%;,%;,3%; dan,4%), tapioka 5%, garam %, % bawang putih, 6% putih telur, lada putih,35% dan pala,%. Adonan yng diperoleh dimasukkan ke dalam selongsong (casing) dan dimasak dengan cara dikukus selama 45 menit. Sosis yang telah dikukus disimpan dalam freezer untuk kemudian dianalisis. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor, yakni konsentrasi penambahan tepung glukomanan umbi. Konsentrasi yang digunakan yaitu %;,%;,%;,3% dan,4%. Metode Analisis Variabel yang diamati meliputi WHC (Subagio, 6), kadar glukomanan (Widjanarko dan Megawati, 5), kecerahan (Fardiaz, 99), Tekstur (menggunakan rheotex), kadar abu (metode langsung, Sudarmadji et al., 997), kadar air (metode Thermogavimetri, Sudarmadji et al., 997), kadar protein (metode mikro kjeldahl, Sudarmadji et al., 997), kadar lemak (metode soxhlet). Analisis data menggunakan sidik ragam dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan menggunakan Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf uji α 5 %. Untuk mengetahui perlakuan terbaik dilakukan uji efektivitas. PEMBAHASAN Karakterisasi Tepung Glukomanan Umbi Gembili Tepung glukomanan umbi memiliki beberapa sifat penting yang dapat mempengaruhi kualitas dari suatu produk pangan. Beberapa sifat fisik, kimia, dan fungsional teknis tepung glukomanan dari umbi berdasarkan penelitian pendahuluan dapat dilihat pada Tabel. Tabel. Karakterisasi tepung glukomanan umbi Sifat Tepung Glukomanan Umbi Gembili Nilai Kecerahan (Lightness) 48,3 WHC (Water Holding Capacity) 3.44,4% Kadar Abu 3,% Kadar Protein 8,66% Kadar Air 6,7% Kadar Glukomanan 6,5% Analisis Sifat Fisik Sosis Daging Ayam dengan Variasi Penambahan Tepung Glukomanan Umbi Gembili Kecerahan (Lightness) Kecerahan sosis daging ayam dengan umbi berkisar antara 5,75 5,6. Pada hasil sidik ragam menunjukan bahwa variasi penambahan tepung glukomanan umbi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai kecerahan sosis daging ayam. Histogram nilai kecerahan sosis daging ayam dengan umbi dapat dilihat pada Gambar. 36

Tekstur (g/mm) Lightness 5 4 3 5,4 5,8 5,96 5,5 5, Gambar. Nilai kecerahan warna sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan Tekstur Tekstur merupakan salah satu indikator mutu sosis yang penting. Tekstur berperan dalam penerimaan terhadap suatu produk makanan. Hasil analisis tekstur berkisar antara 68,45 g/mm-3,85 g/mm. berdasarkan hasil uji sidik ragam variasi berpengaruh nyata terhadap tekstur sosis daging ayam. Histogram nilai tekstur sosis daging ayam dengan variasi dapat dilihat pada Gambar. 8 6 4 68,53 a 75,57 b 3,77 e 97,48 c,4 d Gambar. Tekstur sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Pada Gambar. diketahui bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung glukomanan umbi pada pengolahan sosis daging ayam, maka nilai tekstur sosis daging ayam juga semakin tinggi. hal ini disebabkan oleh sifat glukomanan yang dapat mengikat air dan akan merangkap komponen lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat yang akan membentuk matriks jaringan sehingga menyebabkan struktur sosis daging ayam dengan penambahan tepung glukomanan umbi lebih keras dan kompak. pada pembuatan sosis, fase protein-air dalam campuran daging akan membentuk matriks yang menyelubungi dan terbentuk butiran butiran stabil sehingga akan mempengaruhi tekstur (Buckle et al., 987). Analisis Kimia Sosis Daging Ayam dengan Variasi Penambahan Tepung Glukomanan Umbi Gembili Kadar abu Kadar abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan. kadar abu mengandung unsur mineral yang merupakan zat anorganik. Sudarmadji (997) menyebutkan bahwa kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. komponen utama mineral penyusun abu terdiri dari kalium, fosfor, magnesium, sulfur, kalsium, klorida, dan natrium (Winarno, 7). Hasil analisis kadar abu sosis daging ayam dengan variasi berkisar antara,%-,57%. Histogram hasil analisis kadar abu sosis tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3 menunjukkan bahwa umbi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar abu sosis daging ayam. Perbedaan yang tidak signifikan disebabkan karena selisih persentase cukup kecil. Selain itu berdasarkan sifat fisik kimia dan fungsional umbi, kadar abu umbi sebesar 3,% (Tabel ) sehingga pada pengolahan sosis daging ayam dengan 37

Kadar Abu (%) WHC (%) umbi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kadar abu sosis yang dihasilkan. Menurut SNI - 38-995, disebutkan bahwa kadar abu yang terkandung dalam sosis tidak boleh melebihi 3%. Hal ini berarti sosis dengan umbi sebesar %;,%;,%;,3%; dan,4% sesuai dengan syarat mutu tersebut.,8,6,4,,8,6,4,,9,4,4,45,47 Gambar 3. Kadar abu sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi WHC (Water Holding Capacity) WHC merupakan suatu nilai yang menunjukkan kemampuan suatu bahan untuk mengikat air atau cairan baik yang berasal dari bahan tersebut maupun berasal dari penambahan air. WHC berhubungan dengan tekstur dan sifat sensoris yang dihasilkan. Hasil analisis WHC sosis dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi berkisar antara,49% -,87%. Nilai rata rata WHC sosis daging ayam dengan variasi dapat dilihat pada Gambar 4.,5,5,5 a,65 b,74 c,78 c,8 d Gambar 4. WHC (Water Holding Capacity) sosis daging ayam dengan variasi Pada Gambar 4. dikerahui bahwa semakin tinggi konsentrasi penambahan tepung glukomanan umbi pada pengolahan sosis daging ayam, maka nilai WHC sosis daging ayam juga semakin tinggi. Hal ini disebabkan oleh nilai WHC pada tepung glukomanan umbi sebesar 3.44,4% (Tabel ) sehingga sosis dengan penambahan tepung glukomanan umbi memiliki nilai WHC yang cukup tinggi. Kadar air Kadar air sangat berpengaruh terhadap mutu bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi kenampakan, tekstur, serta cita rasa makanan. Pada pengolahan sosis, kadar air sangat berpengaruh terhadap tekstur sosis yang dihasilkan. Semakin tinggi kadar air sosis, maka tekstur sosis akan menjadi lembek. hasil analisis kadar air sosis dengan variasi berkisar antara 4,54% - 68,45%. Nilai rata-rata kadar air sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar 5. 38

Kadar Protein (%) Kadar Air (%) 7, 6, 5, 4, 3,,,, 64,5 a 57,37 b 5,3 c 45,99 d 44,3 d Gambar 5. Kadar air sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Gambar 5 menunjukkan bahwa umbi berpengaruh nyata terhadap kadar air sosis daging ayam. Kadar air tertinggi pada % penambahan tepung glukomanan umbi dengan nilai 64,5%, sedangkan sosis dengan kadar air terendah pada pengolahan sosis daging ayam dengan penambahan tepung glukomanan umbi sebesar,4% dengan nilai 44,3%. Kadar air sosis daging ayam dapat mempengaruhi tekstur sosis daging ayam. hal ini dikarenakan air akan memerangkap protein, lemak, dan komponen lain sehingga dapat membentuk matriks jaringan. Kadar air dari sosis tepung glukomanan umbi mengalami penurunan, hal ini dikarenakan kandungan glukomanan memiliki kemampuan meningkatkan kadar WHC. Sehingga kadar air bebas yang terdapat pada sosis semakin sedikit dan kadar air sosis semakin rendah seiring dengan (Winarno, 7). Kadar air sosis daging ayam maksimal menurut SNI adalah 67,% dan sosis dengan variasi memenuhi syarat tersebut. Kadar protein Protein merupakan sumber asam - asam amino yang mengandung unsur C, H, O, dan N yangtidak dimiliki oleh karbohidrat dan lemak. Protein dapat juga digunakan sebagai sumber energi cadangan apabila keperluan energi tubuh tidak terpenuhi oleh karbohidrat dan lemak serta berfungsi untuk mempertahankan jaringan yang telah ada di dalam tubuh manusia (Winarno, 7). Hasil analisis kadar protein sosis daging ayam dengan variasi berkisar antara 5,3%-,45%. Nilai rata - rata kadar protein sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar 6. 5,, 5,, 5,, 5,6 5,76 6,47 6,78 7,8 Gambar 6. Kadar protein sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Kadar lemak Lemak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Pengukuran kadar lemak dilakukan untuk mengetahui jumlah lemak dari suatu bahan tersebut. Analisa kadar lemak menggunakan metode soxhlet dengan menggunakan pelarut petroleum benzene. Hasil analisis kadar lemak sosis tepung glukomanan umbi berkisar antara 8,73% hingga 8,96%. Nilai rata - rata analisis kadar lemak sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar 7. 39

Sensoris Warna Kadar Lemak (%), 8, 6, 4,,, 8,73 8,8 8,84 8,93 8,96 Gambar 7. Kadar lemak sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung Gambar 7 menunjukkan bahwa umbi berpengaruh tidak nyata terhadap kadar lemak sosis daging ayam. Kadar lemak tertinggi terdapat pada sosis tepung glukomanan sebesar,4% dengan nilai 8,96%, sedangkan kadar lemak terendah terdapat pada variasi penambahan tepung glukomanan umbi % dengan nilai 8,73%. Perbedaan yang tidak signifikan disebabkan oleh selisih variasi yang cukup kecil. Kadar lemak maksimal sosis daging ayam menurut SBI -38-995 adalah 5%. Hal ini menunjukkan bahwa sosis dengan variasi telah memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan oleh SNI. Sifat Organoleptik Sosis Daging Ayam dengan Variasi Penambahan Tepung Glukomanan Umbi Gembili Warna Warna yang ada dalam suatu produk pangan memiliki fungsi sebagai daya tarik pertama bagi konsumen untuk menerima atau menolak bahan panagn tersebut. Warna merupakan salah satu atribut dari penampakan suatu produk yang dapat menentukan tingkat kesukaan penerimaan konsumen terhadap produk secara keseluruhan (Meilgaard et al., 7). Hasil rata - rata nilai organoleptik warna sosis tepung glukomanan umbi berkisar antara 3,4-3,64 dengan kriteria suka. Nilai rata - rata uji organoleptik warna pada sosis dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi terdapat pada Gambar 8. 4 3,5 3,5,5,5 3,4 a 3,8 b 3,44 c 3,64 d 3,56 d Gambar 8. Uji kesukaan warna terhadap sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Gambar 8 menunjukkan bahwa umbi berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik rasa sosis daging ayam. Warna yang dihasilkan disebabkan oleh reaksi maillard yang terjadi selama proses pembuatan sosis. Reaksi maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amino (-NH) yang mengalami pemanasan (Winarno, 7). Warna pada sosis dengan dapat dipertahankan karena tepungglukomanan umbi dapat memperbaiki emulsi dan memiliki daya memikat air sebesar 3.44,4% Kenampakan irisan Kenampakan irisan merupakan parameter yang penting bagi sosis untuk disukai konsumen. Kenampakan irisan merupakan daya tarik bagi sosis. Kenampakan irisan menunjukkan bahwa sosis yang dihasilkan kompak yang dihasilkan dari proses emulsi yang cukup baik. hasil rata rata nilai organoleptik 4

Sensoris kenampakan irisan Organoleptik kekenyalan kenampakan irisan sosis daging ayam berkisar antara 3,6 sampai 3,9 dengan kriteria suka. Hasil rata - rata analisis ui organoleptik kenampakan irisan sosis tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar 9. 5 4 3 3,6 a 3,44 b 3,6 c 3,9 d 3,7 e Gambar 9. Uji kesukaan warna terhadap sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Gambar 9 menunjukkan bahwa sosis dengan nilai kesukaan kenampakan irisan paling rendah terdapat pada perlakuan dengan penambahan % tepung glukomanan dengan nilai 3,6. Sedangkan sosis dengan nilai kesukaan kenampakan irisan paling tinggi terdapat pada sosis dengan penambahan tepung glukomanan umbi sebesar,3% dengan nilai 3,9. Berdasarkan hasil analisis uji keragaman dengan taraf 5% diketahui bahwa variasi penambahan tepung glukomanan umbi berpengaruh nyata terhadap kesukaan kenampakan irisan sosis daging ayam. Hal ini dikarenakan kandungan glukomanan umbi dapat menstabilkan emulsi sehingga dapat menghasilkan kenampakan irisan yang baik. Kekenyalan Kekenyalan merupakan salah satu parameter mutu yang penting dari produk olahan daging termasuk sosis. Kekenyalan merupakan salah satu sifat rheologi yaitu sifat fisik produk pangan yang berkaitan dengan deformasi bentuk akibat terkena gaya mekanis. Nilai rata-rata uji organoleptik kekenyalan pada sosis daging ayam berkisar antara,8 sampai 3,7. hasil rata-rata uji organoleptik kekenyalan sosis tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar. 4 3,8 a 3,4 b 3,64 d 3,7 e 3,5 c Gambar. Uji kesukaan kekenyalan terhadap sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Berdasarkan Gambar diketahui bahwa sosis dengan nilai organoleptik kekenyalan terendah terdapat pada sosis dengan penambahan tepung glukomanan sebanyak % dengan nilai,8, sedangkan sosis dengan nilai organileptik kekenyalan paling tinggi terdapat pada sosis dengan penambahan tepung glukomanan sebesar,3% dengan nilai 3,7. Berdasarkan uji keragaman dengan taraf 5%, diketahui bahwa variasi penambahan tepung glukomanan umbi berpengaruh nyata terhadap sifat organoleptik kekenyalan sosis daging ayam. Hal ini terjadi karena semakin tinggi penambahan glukomanan, maka stabilitas emulsi sosis tepung glukomanan semakin baik, dan tekstur sosis akan semakin kenyal dan kompak. Rasa Rasa merupakan perasaan yang dihasilkan oleh makanan yang dimasukkan 4

Sensoris keseluruhan Sensoris rasa ke dalam mulut, dan dirasakan oleh indra perasa. Rasa dimulai melalui tanggapan rangsangan kimiawi oleh indra pencicip. Hasil rata - rata nilai organoleptik rasa pada sosis daging ayam dengan variasi berkisar antara 3,5 sampai 3,88. Hasil rata rata nilai organoleptik rasa pada sosis dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar. 4,5 4 3,5 3,5,5,5 3,5 a 3,5 a 3,64 b 3,88 c 3,7 b Gambar. Uji kesukaan rasa terhadap sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Berdasarkan Gambar diketahui bahwa sosis dengan nilai organoleptik rasa paling rendah terdapat pada sosis dengan umbi sebesar % dengan nilai 3,5. Sedangkan sosis dengan nilai organoleptik rasa tertinggi terdapat pada sosis dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi sebesar,3% dengan nilai 3,88. Berdasarkan hasil uji keragaman diketahui bahwa variasi berpengaruh nyata terhadap sifat organoleptik rasa sosis daging ayam. Hal ini dikarenakan tepung glukomanan umbi memiliki nilai WHC sebesar 3.44,4% sehingga membuat bumbu - bumbu yang ditambahkan pada proses pembuatan sosis tetap berada di dalam sosis tidak menguap atau larut dalam air selama proses pemasakan. Keseluruhan Organoleptik keseluruhan merupakan kesimpulan penilaian terhadap sosis dari parameter sensoris yang diamati. Menurut Winarno (7), meskipun berbagai cara analisis obyektif dapat digunakan sebagai tanda adanya penurunan mutu bahan makanan, namun penentuan akhir adalah kepuasan panelis. Hasil rata - rata nilai organoleptik keseluruhan sosis tepung glukomanan umbi berkisar antara,96-3,84. Nilai rata - rata organoleptik keseluruhan sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar. 5 4 3,96 a 3,5 b 3,7 c 3,84 c 3,8 c Gambar. Uji kesukaan keseluruhan terhadap sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Berdasarkan Gambar diketahui bahwa sosis dengan nilai organoleptik keseluruhan paling rendah terdapat pada perlakuan dengan penambahan tepung glukomanan sebesar % dengan nilai,96. Sedangkan sosis dengan nilai organoleptik keseluruhan palling tinggi terdapat pada sosis dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi sebesar,3% dengan nilai 3,84. Berdasarkan hasil uji keragaman diketahui bahwa variasi berpengaruh nyata terhadap uji organoleptik keseluruhan sosis daging ayam. 4

Uji efektivitas Uji Efektivitas Sosis Daging Ayam dengan Variasi Penambahn Tepung Glukomanan Umbi Gembili Hasil fisik, kimia, dan organoleptik sosis daging ayam didapatkan beberapa data yang kemudian dilakukan pengujian nilai efektivitasnya untuk mendapatkan perlakuan terbaik dengan sampel penelitian. Uji indeks efektivitas membantu untuk menentukan perlakuan terbaik. Hasil uji efektivitas sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi dapat dilihat pada Gambar 3.,9,8,7,6,5,4,3,,,7,38,65,85,74 Gambar 3. Uji efektivitas sosis daging ayam dengan variasi penambahan tepung glukomanan umbi Berdasarkan uji efektivitas diketahui bahwa perlakuan yang memberikan hasil terbaik pada penelitian ini adalah sosis dengan penambahan tepung glukomanan umbi sebesar,3%. Hasil analisa perlakuan penambahan,3% tepung glukomanan adalah kecerahan 5,5; tekstur,4 g/mm; kadar abu,45%; kadar air,46%; kadar protein 5,34%; kadar lemak 8,93%; sifat organoleptik rasa 3,88; sifat organoleptik warna 3,64; sifat organoleptik kekenyalan 3,7; sifat organoleptik kenampakan irisan 3,9; dan sifat organoleptik keseluruhan 3,84. KESIMPULAN Penambahan tepung glukomanan umbi berpengaruh nyata terhadap sosis daging ayam yang dihasilkan pada tekstur, kadar air, kesukaan warna, kesukaan kenampakan irisan, kesukaan rasa, kesukaan kekenyalan, dan kesukaan keseluruhan. Tetapi penambahan tepung glukomanan umbi tidak berbeda nyata terhadap sosis daging ayam yang dihasilkan pada kadar lemak, kadar protein, warna, dan kadar abu. Sosis dengan nilai yang baik dan disukai panelis berdasarkan uji efektivitas adalah sosis dengan penambahan tepung glukomanan umbi sebesar,3%. hasil analisa sosis dengan penambahan,3% tepung glukomanan umbi yaitu warna 5,5, tekstur,4g/mm, kadar abu,45%, kadar air 45,99%, kadar protein 6,78%, kadar protein 6,78%, kadar lemak 8,93%, sifat kesukaan rasa 3,88, sifat kesukaan warna 3,64, sifat kesukaan kekenyalan 3,7, sifat kesukaan kenampakan irisan 3,9, dan sifat kesukaan keseluruhan 3,84. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Yang telah memberikan dana penelitian melalui beasiswa program Indofood Riset Nugraha 5/6. DAFTAR PUSTAKA AOAC. 5. Official Methods of Analysis. Association of Official Analytical Chemists. Benjamin Franklin Station, Washington. Badan Standar Nasional. 995. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. -38-995 tentang Sosis Daging meliputi Sarat Mutu, Cara Pengambilan Contoh, Cara Uji, Syarat Penandaan dan Cara Pengemasan. http://www.bsn.go.id/ (Diakses Tanggal 3 April 6) Buckle, K. A., Edwards, R. A., Fleet, G. H., and Wooton, M. 987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. Fardiaz, S. 99. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Herlina,. Karakterisasi dan Aktivitas Hipolipidemik serta Potensi Prebiotik 43

Polisakarida Larut Air Umbi Gembili (Dioscorea esculenta. L.). Disertasi. Program Doktor Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Brawijaya, Malang. Lawrie, R. A. 3. Ilmu Daging. Press UI, Jakarta. Meilgaard, M. C., Civille, G. V., and Carr, B. T. 7. Sensory Evaluation Techniques, 4th Edition. CRC Press, Boca Raton, FL, USA. Subagyo, J. 6. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi. 997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Liberty, Yogyakarta. Widjanarko S. B., Aji S., dan Anni, S. b. Efek hidrogen peroksida terhadap sifat fisiko-kimia tepung porang (Amorphophallus oncophyllus) dengan metode maserasi dan ultrasonik. Jurnal Teknologi Pertanian, : 43-5. Winarno, F. G. 7. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 44