Hasil ketik ulang dari dokumen asli (dokumen asli terlampir di bawah) : Varia No. 406 Hal. 4 1966 (26 Januari) Usmar Ismail tentang kesenian nasional Kegairahan untuk mentjipta harus di-kobar2kan lagi MEMANG menganjikkan omong2 dengan Usmar Ismail. Dalam ia mengemukakan sesuatu sifat Usmar-nja jang khas segera terasa. Apa2 didasarkan bukan sadja pada garam dunia pengalaman jang aneka-ragam, tapi disamping itu djuga bersumber pada pengamatan jang tadjam terhadap kedjadian2 sekitar, hingga tiap gambaran jang kita dapat dari padanja, disamping mejakinkan djuga senantiasa menjeluruh. Dan lebih dari pada itu, tiap apa jang dikemukakannja djauh dari sifat menggurui, malah sebaliknja, walaupun ia adalah orang dalam bidangnja, ia senantiasa mengadjak kita sama2 melihat atau memikirkan sesuatunja. Waktu kita beberapa waktu jang lalu, menemuinja, halnja pun demikian. Apa jang waktu itu ingin kita tanjakan sebenarnja soal sederhana sadja, jaitu maksud tujuan dari Musjawarah Kesenian serta Pameran Kesenian Nasional, jang seperti diketahui akan diselenggarakan oleh Front Kebudajaan Revolusioner, dimana ia djadi salah seorang tokohnja. Namun walaupun begitu, apa jang kita terima daripadanja ternjata djauh lebih banjak daripada itu, dan tidak kurang daripada keadaan dunia kesenian kita pada umumnja, terutama achir2 ini. Mempen Achmadi baru2 ini mengatakan bahwa dibandingkan dengan di-tahun2 belakangan ini, jaitu didjaman proolognja Gestapu, keadaan kesenian kita sekarang adalah favourable. Memang, saja setudju sekali dengan apa jang dikemukakan oleh menteri Penerangan ini. Memang favourable. Tapi, kalau dipergunakan dengan baik. Djika tidak, tidak akan ada gunanja untuk pembinaan kesenian nasional kita, demikian Usmar buka bitjara. Djika sekarang favourable, bagaimana sebelumnja? Djaman itu adalah djaman fitnah dan perongrongan dari pihak PKI. Dan kita djadi ingat betapa edannja djaman itu, bukan sadja dibidang politik, malah djuga dibidang kebudajaan dan kesenian. Apabila ada sesuatu hasil tjiptaan seni, apakah ia merupakan sesuatu hasil dibidang perfilman ataupun drama, maka dalam menilainja, jang per-tama2 dilihat bukan isi atau djiwanja, tapi siapa yang membuatnja. Orang kita atau bukan! Dan selandjutnja sederhana sadja. Kalau jang membuat orang kita, tjiptaan itu lalu di-angkat2 serta dipudji setinggi langit, disebut progresip revolusioner, walaupun mutu seninja dibawah nol. Tapi, bagaimana djika jang mebuatnja orang lain? Tanpa diperiksa lagi divonislah tjiptaanitu sebagai hasil tjiptaan manikebu, reaksioner, tidak menempatkan seni sebagai alat revolusi, dan entah apa lagi. Dan diam2, kitapun djadi ingat lagi, bagaimana djadinja, djika kebetulan ada seseorang wartawan setelah
melihat isi dari tjiptaan tsb. karena isinja memang baik, lalu memberi pudjian terhadap pentjiptanja? Bukan main! Tanpa diundang, keluarlah tuduhan dan fitnahan jang bukan2, se-olah2 wartawan tsb. wartawan2an, wartawan bajaran, gadungan dan tjap2 lain jang djauh dari pada sedap didengar. Akibat dari keadaan demikian sudah dapat diduga dari semula. Karena chawatir tanpa alas an disebut manikebu, pentjipta lagu2 tjengen, dan lain sebagainja, para seniman djadi enggan mentjipta. Kegairahan kerdja hilang, dan betapa berbahajanja hal tsb. bagi kelangsungan hidup kesenian kita, dapatlah dimengerti. Karena soal perut seniman harus kerdja. Tapi bagaimana kerdja djika kegairahan kerdja itu sendiri jang sudah tidak ada. Mereka lalu kerdja, asal kerdja. Dan hasilnja? Lahirnja dibidang seni suara misalnja, lagu2 jang tidak kepribadian, lagu2 dan irama asing, jang hanja kata2nja sadja diganti dengan berdjoang, perbatasan, berkorban, dsbnja. Tapi, sjukurlah, keadaan sekarang sudah tidak demikian lagi. Karena seni tidak lagi dikuasai oleh rasa purbasangka, atau buruk sangka, orang bisa lebih bebas lagi bekerdja, mentjipta dan berkarja. Tapi, tentu sadja bebas atas dasar kejakinan revolusi, tidak liberal, tapi tidak pula diktatur, seperti didjaman meradjalelanja PKI dan ormas2nja, dimana siapa sadja jang tidak pro mereka, didjadikan bulan2an, berkata lagi Usmar. Kegairahan untuk berkarja dan mentjipta mau tak mau harus dikobar2kan lagi, kalau kita ingin bertanggung djawab terhadap perkembangan kesenian kita. Dan bagaimana tjaranja? Dan menurut Usmar tidak lain dengan mentjiptakan suatu wadah kerdja sama, tanpa pemaksaan pendapat dari golongan jang satu terhadap golongan lainnja. Dan didalam wadah itu dibinalah kesenian nasional setjara berentjana. Tudjuan dari diadakannja musjawarah kesenian nasional memang demikian. Dan beda pula dengan jang dibitjarakan dalam musjawarah2 sebelumnja, terutama didjaman liberal, tjara pembinaan jang akan dibahaspun bukanlah bersifat teoritis, dimana orang tjuma bitjara tentang dalil2, tapi sebaliknja praktis. Misalnja, demikian Usmar, diseluruh tahanh air kita, kita sekarang melihat adanja sesuatu kegiatan seni. Itu tanda bahwa bibit sudah ada. Tapi sajangnja ialah, bahwa selama ini tak pernaha dipikirkan oleh kita untuk mendjadikannja suatu gerakan kesenian jang bersifat nasional. Hal tsb. djuga ternjata akan mendjadi salah satu bahan pembitjaraaan dalam musjawarah. Dan bukan itu sadja. Tudjuan musjawarah memang luas, tidak sadja terbatas pada meningkatkan seni2 daerah, tapi mengkonkritkannja agar bisa dinikmati oleh seluruh bangsa. Sedang tudjuan lain lagi ialah membahas bagaimana memanfaatkan berbagai organisasi kebudajaan jang bersifat nasional seperti jang tjukup banjak terdapat ditanah air kita dewasa ini, agar mereka dapat berkembang setjara otomatis dan terarah, hingga dengan demikian dapat didjadikan media revolusi. Sebagai salah satu usaha pembinaan kesenian daerah, misalnja seperti jang dibahas dalam musjawarah, kita ambil sadja tjontoh penjanji daerah, pesinden misalnja. Jang mendjadi soal misalnja bagaimana hendaknja tjara pementasannja, penjuguhannja atau presentasi agar ia dapat dinikmati oleh seluruh bagsa kita, seperti halnja dengan seni Kabuki di Djepang, jang asala mulanja djuga merupakan sesuatu hasil kesenian daerah. Memang hal2 matjam ini sebenarnja sudah lebih dulu harus kita kerdjakan. Tapi jah tidak ada kata terlambat untuk mulai, berkata Usmar.
Seperti telah dikemukakan tudjuan dari musjawarah tidak lain dari pembinaan media seni itu sendiri, dalam segala bidangnja, seperti seni drama, seni suara, seni tari, seni rupa dll. Maka oleh karena itu pada musjawarah akan disertakan pameran kesenian, sebagai barometer dari tingkat kesenian kita pada suatu saat. Segalanja dari jang dipamerkan akan dibahas. Demikian, disamping eksibisi diadakan pula diskusi, berkata Usmar menutup pembitjaraannja. Musjawarah Kesenian dan Pameran Kesenian Nasional tsb. akan diadakan dalam bulan Maret jad. Dan seperti diketahui, disamping merestui, Presiden Sukarno pun telah menjatakan kesediaan beliau untuk memberikan amanat beliau di hadapan musjawarah tsb.untuk memberikan amanat beliau di hadapan musjawarah tsb.