MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif

dokumen-dokumen yang mirip
PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

KESIAPAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)/ SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

RENCANA AKSI KETERBUKAAN PEMERINTAH

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGs)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

2013, No BAB I PENDAHULUAN

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

URGENSI MONITORING DAN EVALUASI dalam PELAKSANAAN DAN PENCAPAIAN SDGs. Djonet Santoso Universitas Bengkulu November 2017

TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN/SDGs MEMIKIRKAN MEKANISME PENDANAAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2013, No BAB I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

2016, No Nomor 826, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234) 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Peraturan Presiden 59/2017: Apresiasi dan Beberapa Catatan

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

LOGICAL FRAMEWORK ANALYSIS (LFA) KONSIL LSM INDONESIA HASIL PERENCANAAN STRATEGIS MARET 2011

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN STANDAR PELAYANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

PROFIL PUSAT KOMUNIKASI PUBLIK KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

Kata Pengantar. Kerja Keras Kerja Lebih Keras Kerja Lebih Keras Lagi 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

No. 1077, 2014 KEMENDAGRI. Peran Serta. Masyarakat. Perencanaan. Tata Ruang. Daerah. Tata Cara. Pencabutan.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Penetapan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 050/200/II/BANGDA/2008 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2018 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PERENCANAAN TATA RUANG DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengarus-utamaan Open Government dalam Pembangunan Nasional

Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter dan Dilandasi Semangat Gotong Royong

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN AGEN PERUBAHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN AGAMA

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2015, No Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja U

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM FORUM FOR ECONOMIC DEVELOPMENT AND EMPLOYMENT PROMOTION

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

KONSULTASI PUBLIK NANIK PURWANTI SH., M.POL. ADMIN ASISTEN DEPUTI BIDANG HUKUM KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA JAKARTA, 16 MARET 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAPPEDA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN PRA FOCUS GROUP DISCUSSION (PRA FGD 3) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

16. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia

PROCEEDING KEGIATAN PENYELENGGARAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD 2) RPKPP KABUPATEN JOMBANG

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

Strategi Perubahan Dalam Rangka Implementasi Reformasi Birokrasi

Transkripsi:

12/28/2016 MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif Direktorat Aparatur Negara, Kementerian PPN/Bappenas

MEMBANGUN INKLUSIVITAS DALAM TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Pedoman Penyusunan Rencana Aksi yang Transparan dan Partisipatif A. PENDAHULUAN Salah satu aspek kunci dari pelaksanaan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan /TPB (Sustainable Development Goals) adalah adanya prinsip no one is left behind. Prinsip ini juga merupakan pembeda antara SDGs dengan MDGs yang telah berakhir pada tahun 2015. Prinsip ini ingin memastikan bahwa tujuan-tujuan yang ingin dicapai dilaksanakan oleh dan untuk masyarakat luas. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat harus dilaksanakan sedini mungkin dalam proses pelaksanaan komitmen global ini. Kementerian PPN/Bappenas telah ditunjuk sebagai koordinator nasional dalam pelaksanaan TPB di Indonesia. Pada pertengahan tahun 2016 pasca diadopsinya komitmen ini oleh SU PBB, Kementerian PPN/Bappenas telah memulai serangkaian kegiatan untuk menandai pelaksanaan komitmen ini di Indonesia. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya sosialisasi dan diskusi terkait target/indikator yang melibatkan pemangku kepentingan terkait, seperti K/L, pemerintah daerah, akademisi, filantropi, dan organisasi masyarakat sipil. Selain itu, pembahasan draft rencana aksi sebagai instrumen kebijakan dari pelaksanaan TPB telah mulai dilaksanakan dalam beberapa kesempatan. Rencana Aksi merupakan bentuk operasional dari komitmen pemerintah dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Dokumen rencana aksi berjangka waktu 5 (lima) tahun yang mencakup pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara langsung dan tidak langsung mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang sesuai dengan target nasional. Setidaknya terdapat 3 (tiga) prinsip utama dari rencana aksi yakni (i) Mendukung prioritas nasional dalam RPJMN 2015-2019, (ii) Indikator yang digunakan memenuhi prinsip SMART, dan (iii) Disusun secara transparan dan partisipatif. Mengingat pentingnya rencana aksi ini untuk memastikan komitmen semua pihak dalam mendukung TPB maka proses penyusunannya harus melibatkan pemangku kepentingan terkait. Untuk itu, perlu disusun suatu pedoman yang akan memandu para pihak terkait dalam pelaksanaan penyusunan rencana aksi tersebut. B. TUJUAN PEDOMAN Dokumen ini bertujuan untuk menyediakan panduan (guideline) bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam proses penyusunan rencana aksi tujuan pembangunan berkelanjutan. Dokumen ini 1

berisi prinsip-prinsip umum dan beberapa langkah yang perlu ditempuh guna memastikan terciptanya mekanisme yang transparan dan partisipatif dalam proses penyusunan rencana aksi. C. FORUM KONSULTASI PUBLIK Forum Konsultasi Publik (FKP) merupakan instrumen untuk memastikan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan. Proses pembangunan yang dimulai dari tahap perencanaan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menyebutkan bahwa salah satu tujuan SPPN adalah untuk mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Selanjutnya, Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa konsultasi publik dan penjaringan aspirasi masyarakat merupakan bagian dari rangkaian kegiatan dalam musyawarah perencanaan pembangunan nasional jangka menengah. Dengan demikian, konsultasi publik merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses perencanaan pembangunan nasional. Hal ini juga sejalan dengan amanat Undang- Undang No.14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Undang- Undang No.25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dimana kedua peraturan tersebut yang meletakkan masyarakat sebagai bagian integral dalam proses formulasi kebijakan. Pun demikian dengan rencana aksi yang merupakan dokumen pembangunan dimana pelibatan para pemangku kepentingan merupakan prasyarat bagi terciptanya sebuah rencana aksi yang transparan dan partisipatif. Pelibatan ini dilakukan mulai dari tahap perumusan renaksi, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. D. PRINSIP UTAMA Setidaknya terdapat 6 (enam) prinsip utama yang perlu diperhatikan dalam proses pelibatan masyarakat dalam proses konsultasi, yaitu: 1. Ketersediaan jadwal Perlu disusun jadwal konsultasi yang disebarluaskan kepada masyarakat, minimal secara online. Jadwal ini ini hendaknya dipublikasikan sebelum pelaksanaan konsultasi dimulai untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendalami substansi pembahasan. 2. Kampanye publik Proses ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar berpartisipasi secara aktif dalam keseluruhan proses konsultasi. Kampanye publik dapat juga dilakukan sepanjang tahun guna menumbuhkan awareness dari masyarakat atas pelaksanaan kebijakan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. 3. Saluran yang Beragam Proses konsultasi perlu menggunakan saluran-saluran yang bervariatif, baik online maupun offline. Secara online dapat dilakukan melalui publikasi melalui website, sedangkan offline dilakukan melalui diskusi, seminar, maupun focus group discussion. Metode ini guna membuka ruang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memberi masukan tanpa ada hambatan waktu dan geografis. 4. Pelibatan secara luas 2

Forum konsultasi harus membuka ruang dan menjangkau seluas mungkin keterlibatan berbagai kelompok masyarakat, seperti akademisi, swasta, organisasi masyarakat sipil, dsb. Hal ini untuk memastikan keterwakilan dari seluruh kelompok atau elemen masyarakat. 5. Dokumentasi Seluruh proses konsultasi harus didokumentasikan dan dipublikasikan dengan baik, mencakup hasil tiap pertemuan, notulensi, dan peserta. Hal ini untuk memastikan akuntabilitas dan transparansi dari proses konsultasi yang dilaksanakan. 6. Bahasa yang mudah dipahami Segala informasi, baik menyangkut proses maupun substansi pembahasan hendaknya disampaikan dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh masyarakat. Hal ini untuk mengurangi gap informasi diantara peserta konsultasi sehingga proses konsultasi dapat dilakukan secara lebih efektif. E. TAHAPAN DAN LANGKAH I. Persiapan 1) Tahap pertama yang perlu dilakukan adalah menyusun kelembagaan FKP, yang diantaranya menyangkut aspek SDM dan dan tatakelola dari FKP. a) Aspek SDM meliputi identifikasi dari seluruh perwakilan dari masing-masing platform (media, CSO, akademisi, dan filantropi) yang akan terlibat dalam proses konsultasi. b) Aspek tatakelola meliputi pengaturan atas peran dan tanggungjawab dari pihak-pihak yang nantinya akan terlibat dalam proses konsultasi. Kedua aspek diatas perlu diatur dalam sebuah Keputusan Menteri atau regulasi sejenis untuk menjamin aspek legalitas dari proses konsultasi. 2) Menyusun rencana dan jadwal forum konsultasi Perlu disusun jadwal konsultasi yang secara rinci menjelaskan tentang: (i) tujuan konsultasi, (ii) metode konsultasi, (iii) output, (iii) jadwal pertemuan, dan (iv) pihak yang diundang. Jadwal ini bersifat umum dan perlu dilengkapi dengan TOR untuk setiap pertemuan konsulasi yang akan dilaksanakan. 3) Mempublikasikan jadwal forum konsultasi Jadwal yang telah disusun kemudian disebarluaskan melalui instrumen-instrumen yang ada, baik offline maupun online. II. Pelaksanaan 1) Menyampaikan pemberitahuan awal kepada pemangku kepentingan terkait tentang pertemuan konsultasi yang akan dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan melalui beragam saluran, seperti website dan media sosial. 2) Melaksanakan forum konsultasi publik, dengan melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan terkait serta menggunakan instrumen yang mudah dijangkau, baik online maupun offline. Teknik atau metode pelaksanaan konsultasi dapat disesuaikan dengan jumlah peserta dan keberagaman isu/tema yang akan dibahas. 3) Menganalisis dan mendokumentasikan berbagai masukan dari forum konsultasi serta memberikan feedback kepada masyarakat tentang pengakomodasian suatu usulan. Hal ini dapat dilakukan melalui beragam saluran, seperti website dan media sosial. 3

III. Pemantauan 1) Menyusun jadwal pemantauan dan menetapkan target dan indikator yang akan dipantau. 2) Mempublikasikan jadwal pemantauan yang telah disusun. 3) Melakukan pertemuan rutin untuk memantau perkembangan dari pelaksanaan rencana aksi. F. INSTRUMEN KUNCI Untuk menjamin keberlangsungan dan efektivitas forum konsultasi serta memelihara antusiasme pemangku kepentingan yang terlibat, setidaknya terdapat instrumen kunci dalam mengelola proses konsultasi, sebagai berikut: 1) Komunikasi yang efektif Komunikasi diantara para pemangku kepentingan perlu dilaksanakan secara intensif, dengan memanfaatkan perangkat komuikasi, seperti mailing list, newsletter, dan aplikasi jejaring sosial. Hal ini sekaligus sebagai media pertukaran informasi agar arus informasi tetap berimbang dan merata. 2) Pertemuan rutin Pertemuan rutin dilaksanakan dengan menyesuaikan kebutuhan atau output yang ingin dicapai sebelumnya. Pada saat penyusunan rencana aksi, frekuensi pertemuan tatap muka akan sering dilakukan, sedangkan pada saat pelaksanaan dan monitoring dapat memanfaatkan jejaring komunikasi yang bersifat online. 3) Pengambilan keputusan Salah satu kunci untuk menjamin efektivitas dari proses konsultasi adalah pengambilan keputusan. Hal ini untuk memastikan bahwa forum konsultasi bersifat produktif serta untuk menjaga antusiasme dari peserta yang terlibat. Secara ideal, mekanisme pengambilan keputusan disepakati bersama oleh para pemangku kepentingan terkait. ####### 4